Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

ETIKA MORAL DAN AKHLAK


A. PENDAHULUAN
Etika adalah perbuatan baik dan buruk manusian berdasarkan akal pikiran
manusia itu sendiri. Moral adalah ilu tentang kebiasaan baik buruknya manusia
yang berdasarkan tradisi masyarakat. Akhlak adalah perilaku manusia yang di
dasari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati dan selaras
dengan pertimbangan akal. Persamaan etika moral dan akhlak adalah sama-sama
membahas tingkah laku manusia baik dan buruk.
B. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL
1. Definisi Akhlak, Moral dan Etika
A. Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku,
perangai, tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung
lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila
perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut
akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil,
rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut
akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati,
dusta dan sebagainya.
B. Moral dan Etika
Di samping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa
Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah sebuah tatanan perilaku
berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Moral selalu
dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena
itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya
suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa
saja,dianggap tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.
Karakteristik Etika Islam
Berbeda dengan etika filsafat, etika islam mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. etika islam mengajarkan dan menuntut manusia pada tingkah laku yang baik dan
menjauhkan dari tingkah laku yang buruk.
b. etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik
buruknya perbuatan, didasarkan pada ajaran Allah SWT.
c. etika islam beersikap universal dan komprehensif, maksudnya dapat diterima dan
dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia.
d. etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang
luhur dan meluruskan perbuatan manusia.
C. PERBEDAAN ANTARA AKHLAK, MORAL DAN ETIKA
1. Berdasarkan dari segi bahasa
Akhlak berasal dari kata akhlaq yang merupakan jama dari khulqu dari bahasa

Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab.


Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan, susila.
Etika yang berasal dari bahasa Yunani ethos yang brati adat kebiasaan. Danagn
kata lain usaha dengan akal yang diwujudkan dalam kehidupan nyata.
2.Berdasarkan penetuan atau standar ukuran baik dan buruk yang di gunakannya.
Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasul, sedangkan
moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat
lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam
pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.
Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :
Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.(Hadits riwayat
Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.
Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syariat akan lahir akhlak yang baik,
atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syariat
Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
D.LANDASAN AJARAN MORAL
Allah SWT berfirman
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.s Al-Qalam:4).
Allah berfirman
77. Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepada mu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan jangan lah kamu melupkan bahagiaanmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Q.s Al-Qashash:77).
E. AKLHAK KEPADA ALLAH
1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
3.Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan

ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah


terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa dalam ajaran Islam sangat luar biasa,
karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan
berdoa merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam
aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang
tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang
sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
4.Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5.Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain,
dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
F. AKHLAK KEPADA SESAMA MANUSIA
2. Akhlak kepada sesama manusia
A. Akhlak kepada diri sendiri
(1) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
(2) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
(3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
b. Akhlak kepada ibu bapak
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima
kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah,
meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi
berusaha.
c. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh
seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang
tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya,
akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus
menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan
keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara
mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi
betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga
bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam
keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan
bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
2. Akhlak terhadap orang lain
a. memuliakan tamu
b. tidak meninggikan suara
c. memuliakan yang lebih tua
d. memuliakan ulama
e. memuliakan orang tua
f. malu
g. murah senyum
h. bersikap lemah lembut
i. ringan tangan(menolong tanpa pamrih), dsb.
G. AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia
tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari
tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil
Allah yang bertugas mamakmurkan, mengelola dan melestarikan alam. Berakhlak
kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang
harmonis dengan alam sekitarnya.
H. PENDIDIKAN AKHLAK
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK
Dalam pengertian pendidikan akhlak ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai
pengertian pendidikan dan pengertian akhlak.
a. Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey,
seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai
suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut
daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat
manusia dan manusia biasa.
Menurut Nelson B. Henry, education is the process by which those powers (abilities,
capacities) of the man that are susceptible to habituation are perfected by good
habits. Artinya, pendidikan adalah merupakan suatu proses di mana kemampuan
seseorang dapat terpengaruh oleh kebiasaan yang berupa kebiasaan yang baik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau
usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan,
baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral,
fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan
berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.

b. Pengertian Akhlak
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam
dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat
dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, behaviour which may be called true morality not
only conforms to social standarts but also is carried out voluntarily, it comes with
the transition from external to internal authority and consist of conduct regulated
from within. Artinya, bahwa tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang
sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat, tetapi juga
dilaksanakan dengan suka rela, tingkah laku it terjadi melalui transisi dari kekuatan
yang ada di luar (diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan
(bertindak) yang diatur dalam diri.
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut :
.
Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut al-Ghazali
mencakup dua syarat. Pertama, perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan
berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan. Kedua,
perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran,
yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan
pengaruh-pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya.
c. Pengertian Pendidikan Akhlak
Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dn pengertian
akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan
mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki
dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang
mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan
berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk
selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya,
maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap
keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia.
Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan
bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam,
latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya
dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku,
berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang
berakhlak mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan
mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan
dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau
bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan (stabil)

dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat menjadi
kebiasaan.
2. DASAR-DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK
a. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Quran dan al-Hadits, karena akhlak merupakan
sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Quran dan al-Hadits sebagai
pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu
perbuatan. Al-Quran sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan
Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat
Islam sebagai penganut Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat
manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 :
.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)
Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya terdapat suri teladan
yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia
dan luhur. Selanjutnya juga dalam Q.S. 68/Al-Qalam : 4 :
(4 : ).
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. al-Qalam :
4)
Bahwasannya Nabi Muhammad SAW dalam ayat tersebut dinilai sebagai seseorang
yang berakhlak agung (mulia).
Di dalam hadits juga disebutkan tentang betapa pentingnya akhlak di dalam
kehidupan manusia. Bahkan diutusnya rasul adalah dalam rangka
menyempurnakan akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa :
:
() .. : . :
Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata : menceritakan Abdul Aziz
bin Muhammad dari Muhammad bin Ijlan dari Qoqo bin Hakim dari Abi Shalih dari
Abi Hurairoh berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad)
Berdasarkan hadits tersebut di atas memberikan pengertian tentang pentingnya
pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dengan pendidikan akhlak
yang diberikan dan disampaikan kepada manusia tentunya akan menghasilkan
orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa yang
bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi,
mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia,
mengetahui perbedaan buruk dan baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada
fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan dalam
setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
b. Tujuan Pendidikan Akhlak
1) Tujuan Umum
Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara umum meliputi :

a) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta
menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.
b) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu
terpelihara dengan baik dan harmonis.
Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang berbudi
(berakhlak), bertingkah laku (tabiat) berperangai atau beradat istiadat yang baik
atau yang sesuai dengan ajaran Islam.
2) Tujuan Khusus
Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan :
a) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da beradat kebiasaan
yang baik
b) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada
akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah.
c) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan menderita
dan sabar.
d) Membimbing siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat membantu mereka
berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka menolong,
sayang kepada yang lemah, dan menghargai orang lain.
e) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
f) Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermuamalah yang
baik.
2. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK
Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa dalam garis besarnya akhlak terbagi
dalam dua bagian, pertama adalah akhlak terhadap Allah/Khaliq (pencipta) dan
kedua adalah akhlak terhadap makhluknya (semua ciptaan Allah). Dan ruang
lingkup pendidikan akhlak, di antaranya adalah :
a. Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang Khaliq.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada
Allah :
1) Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia di air
yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. (Q.S. alThariq : 5-7). Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari
tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang
kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan
dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Muminun : 12-13)
2) Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping anggota
badan yang kokoh dan sempurna pada manusia.
3) Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q.S.al

Jatsiah : 12-13)
4) Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan
untuk menguasai daratan dan lautan. (Q.S. al-Isra : 70)
Dalam berakhlak kepada Allah SWT., manusia mempunyai banyak cara, di
antaranya dengan taat dan tawadduk kepada Allah, karena Allah SWT menciptakan
manusia untuk berakhlak kepada-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya,
sebagaimana fiman Allah SWT dalam Q.S. 51/Adz-Dzariyat : 56 :


.
Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia,melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku. (Q.S. adz-Dzariyat : 56)
Ada dua dimensi dalam berakhlak kepada Allah SWT :
1. Akhlak kepada Allah karena bentuk ketaatan (kewajiban kepada Allah)
Perintah untuk taat kepada Allah ditegaskan dalam firman-Nya yaitu dalam Q.S.
4/An-Nisaa : 59 :

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri
di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
bagimu dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisaa : 59)
Akhlak kepada Allah adalah taat dan cinta kepada-Nya, mentaati Allah berarti
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,di antaranya
melaksanakan shalat wajib lima waktu.
2. Akhlak kepada Allah karena bentuk tawadduk kepada Allah (keikhlasan dalam
melaksanakan perintah-Nya). Tawadduk adalah sikap merendahkan diri terhadap
ketentuan-ketentuan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 23/AlMukminun : 1-7 :

.
. . .
.
.

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan
zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela. (Q.S. al-Mukminun : 1-7)
Untuk menumbuhkan sikap tawadduk, manusia harus menyadari asal kejadiannya,
menyadari bahwa hidup di dunia ini terbatas, memahami ajaran Islam, menghindari
sikap sombong, menjadi orang yang pemaaf, ikhlas, bersyukur, sabar dan
sebagainya.
b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Akhlak terhadap sesama manusia,antara lain meliputi akhlak terhadap Rasul, orang
tua (ayah dan ibu), guru, tetangga dan masyarakat.
1) Akhlak terhadap Rasulullah

Akhlak karimah kepada Rasulullah adalah taat dan cinta kepadanya, mentaati
Rasulullah berarti melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Ini
semua telah dituangkan dalam hadits (sunnah) beliau yang berwujud ucapan,
perbuatan dan penetapannya. Dan sebagaimana firman Allah SWT dalamQ.S. 4/AnNisaa : 80 :
.
Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah, dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan), maka kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka. (Q.S.an-Nisaa : 80)
2) Akhlak terhadap orang tua (ayah dan ibu)
Wajib bagi umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan
berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepada keluarganya, di
antaranya :
a) Berbicara dengan perkataan yang baik. Firman Allah SWT dalam Q.S. 17/Al-Isra :
23 :


.


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam
pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kaduanya
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataanm yang mulia. (Q.S. al-Isra : 23)
b) Membantu orang tua (ayah dan ibu)
3) Akhlak terhadap guru
Akhlakul karimah kepada guru di antaranya dengan menghormatinya, berlaku
sopan di hadapannya, mematuhi perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya
ataupun di belakangnya, karena guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi
seorang murid, yaitu yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak
dan membenarkannya.
Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-katanya
sebagai berikut :
#
.

Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja
merupakan seorang Rasul.
4) Akhlak terhadap tetangga dan masyarakat
Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi penting untuk
bertetangga, masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Di antaranya akhlak
terhadap tetangga dan masyarakat adalah saling tolong menolong, saling
menghormati, persaudaraan, pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan
dan berlaku adil. Allah SWT berfiman dalam al-Quran Q.S. 5/Al-Maaidah : 2 :
.


Dan tolonglah menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan
janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah
kamu kepada Allah,sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S. Al-Maaidah : 2)

c. Akhlak Terhadap Lingkungan


Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak
bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh
SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya.
Keyakinan ini mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya
adalah umat Tuhan yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik, seperti
firman Allah SWT dalam Q.S. 6/Al-Anaam : 38 :

.


Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami
alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan.(Q.S. Al-Anaam : 38)
4. METODE PENDIDIKAN AKHLAK
Dalam buku Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, karangan Khatib Ahmad
Santhut yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membagi metode
pendidikan moral/akhlak ke dalam 5 bagian, di antaranya adalah :
a. Keteladanan
Metode ini merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak. Keteladanan selalu
menuntut sikap yang konsisten serta kontinyu, baik dalam perbuatan maupun budi
pekerti yang luhur.
b. Dengan memberikan tuntunan
Yang dimaksud di sini adalah dengan memberikan hukuman atas perbuatan anak
atau perbuatan orang lain yang berlangsung di hadapannya, baik itu perbuatan
terpuji atau tidak terpuji menurut pandangan al-Quran dan Sunnah.
c. Dengan kisah-kisah sejarah
Islam memperhatikan kecenderungan alami manusia untuk mendengarkan kisahkisah sejarah. Di antaranya adalah kisah-kisah para Nabi, kisah orang yang durhaka
terhadap risalah kenabian serta balasan yang ditimpakan kepada mereka. al-Quran
telah menggunakan kisah untuk segala aspek pendidikan termasuk juga pendidikan
akhlak.
d. Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah)
Tuntunan yang disertai motivasi dan menakut-nakuti yang disandarkan pada
keteladanan yang baik mendorong anak untuk menyerap perbuatan-perbuatan
terpuji, bahkan akan menjadi perwatakannya.
e. Memupuk hati nurani
Pendidikan akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati
nurani yang merupakan kekuatan dari dalam manusia, yang dapat menilai baik
buruk suatu perbuatan. Bila hati nurani merasakan senang terhadap perbuatan
tersebut, dia akan merespon dengan baik, bila hati nurani merasakan sakit dan
menyesal terhadap suatu perbuatan, ia pun akan merespon dengan buruk.
Menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 metode dalam pendidikan akhlak, yaitu :

a. Dengan pembiasaan
Tujuannya adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat, terutama
membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian atau memberi kecakapan berbuat
dan mengucapkan sesuatu.
b. Dengan pembentukan pengertian, minat dan sikap
Dengan diberikan pengetahuan dan pengertian
c. Pembentukan kerohanian yang luhur
I. Ahlak Mulia dalam Kehidupan
Akhlak mulia adalah sifat atau tingkah laku seseorang yang sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam yang terdapat pada kitab Al-Quran dan Sunah Rasul.Secara garis
besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu:
Akhlak kepada Allah
Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan
Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut
sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
Akhlak kepada ciptaan Allah
Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan
sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan
ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.
Berikut ini adalah aspek-aspek yang menyagkut ahlak mulia kepada allah :
1. Amanah
Dalam bahasa Arab, kata amanah dapat diartikan sebagai titipan, kewajiban,
ketenangan, kepercayaan, kejujuran dan kesetiaan. Dari pengertian bahasa dan dari
pemahaman tematik al-Quran dan hadits, amanah dapat difahami sebagai sikap
mental yang di dalamnya terkandung unsur kepatuhan kepada hukum, tanggung
jawab kepada tugas, kesetiaan kepada komitmen, keteguhan dalam memegang
janji.
Dalam perspektif agama Islam, amanah memiliki makna dan kandungan yang luas,
di mana seluruh makna dan kandungan tersebut bermuara pada satu pengertian
bahwa setiap orang merasakan bahwa Allah subhanahu wataala senantiasa
menyertainya dalam setiap urusan yang diberikan kepadanya, dan setiap orang
memahami dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung
jawaban atas urusan tersebut.
Dalam Islam, amanah ada pada setiap orang. Setiap orang memiliki amanah sesuai
dengan apa yang dibebankan kepadanya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
bersabda : Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian
akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan
ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam
keluarganya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita
adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya,
dan seorang pembantu adalah pemimpin dalam memelihara harta tuannya dan ia
akan ditanya pula tentang kepemimpinannya. (HR Imam Bukhari).
Bagi seorang muslim, amanah adalah sebuah kewajiban yang harus ditunaikan
dengan sebaik-baiknya. Rasulullah mengajarkan seorang muslim untuk saling

mewasiati dan memohon bantuan kepada Allah subhanahu wataala dalam


menjaganya, bahkan ketika seseorang hendak bepergian sekalipun setiap
saudaranya seharusnya mendoakannya : Aku memohon kepada Allah subhanahu
wataala agar Ia terus menjaga agama engkau, amanah dan akhir amalan engkau.
(HR Imam Tirmidzi).
Allah memerintahkan seorang muslim untuk menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya. Menjadikan seorang muslim untuk turut serta ambil bagian
dalam upaya-upaya penyampaian amanat kepada yang berhak ini.
Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. (QS An Nisaa 4 : 58)
Untuk menentukan siapa orang yang berhak dan sanggup menerima suatu amanah,
kita diberikan perdoman oleh Allah subhanahu wataala dan Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam. Orang tersebut haruslah kompeten.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :


Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya. Sahabat bertanya,
Bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?. Beliau bersabda, Bila persoalan
diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah
kehancurannya (HR Bukhari dan Muslim).
Kompetensi ini hendaknya bersifat menyeluruh, jadi bukan hanya sekedar keahlian
dibidang yang akan dibebankan kepadanya, tapi juga mencakup kedekatannya
dengan Allah dan baiknya sifat yang dimilikinya. Kompetensi inilah yang dipunyai
oleh Nabi Yusuf AS, seorang Nabi yang sangat dekat kepada Allah, bersifat amanah,
dan memiliki keahlian di bidangnya.
Hal ini diabadikan dalam Al Quran :
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS Yusuf 12 : 55)
Kompetensi menyeluruh inilah yang harus dikedepankan. Kita tidak boleh memilih
pemimpin karena pertimbangan hawa nafsu dan kekerabatan (nepotisme). Jika
hawa nafsu dan kekerabatan yang dikedepankan, maka kita telah melakukan
sebuah pengkhianatan yang besar. Khianat kepada Allah, Rasul dan orang-orang
beriman.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menegaskan : Barang siapa mengangkat
seseorang berdasarakan kesukuan atau fanatisme, sementara di sampingnya ada
orang lain yang lebih disukai Allah dari padanya, maka ia telah mengkhianati Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, (HR Imam Al-Hakim)
Beratnya tanggung jawab yang mengintai bagi seseorang yang dibebani amanah,
tidak serta merta membuat orang tersebut boleh lari dari kewajiban menunaikan
amanah. Jika amanah dipercayakan kepadanya karena kompetensinya, maka ia

wajib menunaikannya.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang diserahi
kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan
orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya
pada hari kiamat. (HR. Ahmad)
Orang yang diserahi amanah ini, akan mendapatkan kebaikan yang banyak jika
menunaikan amanah pun akan mendapatkan keburukan yang banyak jika amanah
ini di khianati. Seorang mukmin menyadari hal ini, karenanya ia akan menunaikan
amanah dengan sebaik-baiknya. Karena Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al Anfaal 8 : 27)
Pentingnya penunaian amanah dalam Islam, hingga dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad bin Hambal, sahabat Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah
tidak pernah berkhutbah untuk para sahabat kecuali beliau bersabda : Tidak ada
keimanan bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang
yang tidak pandai memeliharanya.
Allah menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang Amanah. Firman Allah
s.w.t.Supaya Allah memberikan balasan kepada orang yang benar itu karena
kebenaranya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima
taubat mereka. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang
Sabda Rasulullah memuji orang yang lurus benar: Hendaklah kamu berlaku lurus
benar. Lurus dan benar membawa kebaikan. Kebaikan Membawamu ke syurga.
Diriwayatkan oleh bukhari muslim. Bahwasanya Rasulullah berkata kepada Abu
Bakar: Hendaklah benar pembicaraanmu, tpati janjimu. Peliharalah amanah
(kepercayaan dan tanggung jawab) yang diberikan kepadamu. Itulah amanah dari
nabi-nabi. Lurus dan benar dapat dibagi dalam beberapa bagian
1. Lurus dan benar dalam berfikir.
2. Lurus dan benar dalam perkataan.
3. Lurus dan benar dalam perbuatan.
4. Lurus dan jujur dalam pergaulan.
2. Ikhlas
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikilkerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras.Maka, beras yang dimasak menjadi
nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit
kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi
nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat.
Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak
nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Tetapi banyak dari kita
yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah SWT, melainkan
dengan sikap riya atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah
yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT.

Arti Dari Ikhlas


Secara bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih
dari kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah
saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia
mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah,
mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan
dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian Si
Muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan
kepentingan. Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku.Dan yang berkarakter seperti itulah yang
mempunyai semboyan Allahu Ghayaatunaa, yang artinya Allah adalah tujuan
kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi kehidupan.
Kedudukan Ikhlas
Rasulullah SAW. Pernah bersabda, Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal
yang sedikit. Dalam hadist lain Rasulullah SAW. bersabda, Sesungguhnya Allah
tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.
Imam Syafii pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, Wahai Abu Musa,
jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh
manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan
amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, Amal
tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir.
Memberatkannya tapi tidak bermanfaat. Dalam kesempatan lain beliau berkata,
Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta
ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah
mencela orang-orang munafik.
Dari beberapa contoh hadist di atas menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat
penting bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas
dan hanya mengharap ridho dari Allah SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh
Allah.
Ciri-Ciri Orang Ikhlas
1. Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang
bersama dengan manusia atau sendiri. Disebutkan dalam hadits, Aku beritahukan
bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti
Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang
beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan
kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang
jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah. (HR Ibnu Majah)
2. Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau bersama
orang orang lain, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,

Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di
hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin
berkurang jika dicela.
3. Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu bersyukur
atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Pengelompokan Ikhlas
1. Iklhas Mubtadi : Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya
terbesit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk menghilangkan
kesulitan dan kebingunan.Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena
ingin usahanya berhasil. Ciri orang yang mubtadi bisa terlihat dari cara dia
beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan
istiqamah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi,
ibadahnyapun akan berhenti.
2. Ikhlas Abid : Yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya
serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih
kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan
bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah seorang
abid ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus
dilakukan dengan segera (mudhayyaq) dan mana yang bisa diakhirkan (muwassa),
serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah itu
adalah sama.
3. Ikhlas Muhibb : Yakni orang yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin
surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah
dan mengagungkan-Nya.
4. Ikhlas Arif, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia
digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya
menyaksikan ia sedang digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa tidak
memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
Semuanya berjalan atas kehendak Allah.
Manfaat dan Keutamaan Ikhlas
1. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT.
3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api
neraka.
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT.
5. Doa kita akan diijabah.
6. Dekat dengan pertolongan Allah.
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat.
9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan
yang salah.
10. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam
membangun masjid

11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain


12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh
Allah SWT)
Cara Mencapai Ikhlas
Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan pikiran
dissat kita sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan Allah, shalat
untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk
Allah.Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah.Jangan
munculkan ras riya atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak berdaya di
hadapan Allah SWT.Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang
menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan
jangan lupa untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah
secara ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do a Nabi Ibrahim a.s, Sesungguhnya jika
Rabb-ku tidak memberi hidayah kepadaku, pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat. (QS. al An'aam: 77).
Allah SWT berfirman yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu
(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka dan kamu sekali-kali
tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka
Sabda Rasulullah : sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal
yang ikhlas mengharapkan pahala dari Allah
Banyak orang yang gagal karena tidak ada keikhlasan. Ikhlas adalah dasar dari
keberhasilan dan keselamatan.
3. Berani
Berani adalah sifat manusiawi untuk melawan kesulitan atau bahaya disaat
diperlukan berbuat demikian. Setelah pertimbangan dengan mantap dan putusan
sudah ditetapkan orang harus bertekat bulat menjalankanya, itulah yang disebut
azimah. Firman Allah SWT:
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246].
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(Al-Imran : 159)
Berani dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Berani Jasmaniah.
2. Berani Rohaniah.
4. Kepercayaan.
Dalam tata bahasa Indonesia kepercayaan berasal dari kata dasar percaya
mendapat imbuhan awalan ke dan akhiran an. Kata percaya menurut kamus
bahasa Indonesia berarti:
1. (Akan kepada) menganggap (mengakui, yakin) bahwa memang benar (ada dan
sebagainya).

2. (Akan, kepada) menganggap dengan pasti bahwa (jujur, kuat, baik dsb):
mengharapkan benar atau memastikan (bahwa akan dapat memenuhi harapannya,
dsb).
Adapaun pengertian Kepercayaan menurut ilmu makna kata (sematik) mempunyai
arti:
a. Iman kepada agama
b. Anggapan (keyakinan) bahwa benar sungguh ada, misalnya kepada dewa-dewa
dan orang-orang halus.
c. Dianggap benar dan jujur, musalnya orang kepercayaan.
d. Setuju kepada kebijakansaan pemerintah atau pengurus.
ialah menjaga tanggung jawab dan menunaikanya dengan bak menurut
semestinya. Allah berfirman:
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya. (Al Muminun : 8)
5. Sederhana
Sederhana adalah seimbang, dalam bahkil dan royal, penakut dan pemberani,
hidup mewah dan melarat. Firman Allah SWT:
67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. (Al Furqaan : 67)
Sederhana Dalam Makan dan Minum.
Makan dam minum disaat sudah lapar. Waktu makan tidak terlalu kenyang.
Makan berlebihan menimbulkan penyakit.
31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535].
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al Araaf :
31)
Berpakaian Sederhana.
Berpakaian sederhana ialah berpakaian yang cocok dengan keadaan sesuai
dengan situasi dan kondisi.
Sederhana dalam pembicaraan.
Menjaga dan menyesuaikan pembicaraan sengan situasi dan kondisi. Rasulullah
bersabda: Siapa yang banyak bicaranya banyak salahnya, siapa yang banyak
salahnya banyak dosanya, siapa yang banyak dosanya nerakalah tempatnya
Diriwayatkan Thabrani.
Sederhana berbelanja
Sederhana ialah menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan Allah SWT
berfirman:
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan

janganlah kamu terlalu mengulurkannya[852] karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal. (Al Israa : 29)
Sederhana waktu bekerja dan Istirahat.
Bekerja dengan rajin disuruh agama. Dilarang membuang-buang waktu dengan
percuma tanpa amal. Duduk bermalas malasan di larang.
6. Sabar
Sabar berasal dari kata sobaro-yasbiru yang artinya menahan.Dan menurut
istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah
dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa
dan sebagainya.Itulah pengertian sabar yang harus kita tanamkan dalam diri
kita.Dan sabar ini tidak identik dengan cobaan saja.Karena menahan diri untuk
tidak bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi yang
mampu juga merupakan bagian dari sabar.Sabar harus kita terapkan dalam setiap
aspek kehidupan kita.Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi ketika dalam
kemudahaan dan kesenangan juga kita harus tetap menjadikan sabar sebagai
aspek kehidupan kita.
Macam-macam Sabar
Sabar itu ada berbagai macam, antara lain :
1. Sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT
Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar
menjalankan itu semua, karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang
menjalankan perintah-Nya dengan baik sesuai syariat yang telah Allah SWT
turunkan.Mulai dari shalat, zakat, puasa, dakwah, dan lain-lain.Itu semua harus kita
jalani dengan sabar.
2. Sabar dari apa yang dilarang Allah SWT
Tenar sekali salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Raja Dangdut H.Rhoma Irama
dimana ada sebagian liriknya yang berbunyi mengapa semua yang asik-asik, itu
diharamkan?mengapa semua yang enak-enak itu dilarang? karena semua itu
adalah memang godaan setan yang merayu kita dengan kenikmatan-kenikmatan
dunyawi. Semua kenikmatan itu hanya semua, karena jalan yang ditunjukan oleh
setan itu tidaklah berakhir kecuali di neraka. Dan kita sebagi umat Islam harus
bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Yakinlah bahwa semua larangan itu
pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk berbuat dosa, kecuali
dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita
melakukannya.
3. Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah SWT
Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka kita
juga harus tetap bersabar.Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan
salah satu dari macam sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah surga.

Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT berfirman Jika hambaku diuji
dengan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua
matanya dengan surga (HR. Bukhori).
Allah SWT berfirman :
153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (AlBaqarah : 153)
Firman Allag SWT dalam Q.S Az-zumar : 10
10. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada
Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Firman Allah SWT dalam Q.S Ali-Imran : 142
142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum nyata orangorang yang sabar.
7. Memelihara Lidah
Ucapan yang dikeluarkan merupakan kemahiran seseorang. Dari pembicaraan
dapat diukur pengetahuan dan buah pikiran pembicaranya. Dapat diketahui adab
dan budi pekertinya
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar,
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya
ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Q.S Al-Ahzaab : 70-71)
Memelihara lidah ialah mengikuti sopan santun dan etik pergaulan. Allah SWT
berfirman:
33. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"
34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
8. Rendah Hati
Pengertian Tawadhu adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang lebih
dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan
hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu adalah orang menyadari bahwa
semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan

pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya


kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan
potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu
menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap
menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi
perbuatan takabbur (sombong), ataupun sumah ingin diketahui orang lain amal
kebaikan kita.
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah selayaknya kita
sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu
akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Perhatikan sabda Nabi
SAW berikut ini :
Rasulullah SAW bersabda: yang artinya Tiada berkurang harta karena sedekah, dan
Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan
tiada seseorang yang bertawadhu kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat
izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).
Iyadh bin Himar ra. berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya Allah SWT
telah mewahyukan kepadaku: Bertawadhulah hingga seseorang tidak
menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap
lainnya.(HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda, Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia. (HR. Muslim)
Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya,
Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan
bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar
hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan
karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap dirinya tinggi.
Tanda orang yang tawadhu adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya
maka semakin bertambah pula sikap tawadhu dan kasih sayangnya.Dan semakin
bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan
waspadanya.Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan
nafsunya.Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan
kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan
dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk
menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada
mereka.. Ini karena orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang
didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.
Perhatikan firman Allah berikut ini : Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba
aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa

yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri
dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia. (QS. An Naml: 40).
Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah SWT untuk
senantiasa bersikap tawadhu dan menjauhi sikap sombong, sebagai berikut :
Dan janganlah kalian berjalan di atas bumi ini dengan menyombongkan diri,
karena kalian tidak akan mampu menembus bumi atau menjulang setinggi gunung
(QS al-Isra-37).
Firman Allah SWT lainnya: Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang
tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi.
Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa (QS alQashshash-83.)
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al
Furqaan: 63)
Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong. (QS: an-Nahl: 23)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke
lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat kejahatan. (QS: al-Araf: 40)
Dan apabila dikatakan kepadanya: Bertakwalah kepada Allah, bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah
(balasannya) neraka Jahannam.Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal
yang seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206)

Berikut beberapa contoh Ketawadhuan Rasulullah SAW


1) Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam
pada mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku
melihat kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul Bari-

6247).
2) Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi nama
al-adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang arabiy dengan
untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul
menyaksikan hal tersebut sampai hal itu diketahui oleh nabi SAW, maka beliau
bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti
akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari-2872).
3) Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau
SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki
rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama
dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri
keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang
kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu
pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun
putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka
shalat.
Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya,
dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah
senyum pada siapa saja, sangat tawadhu tapi tidak menghinakan diri, dermawan
tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua
muslimin.Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri
penguburan, berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki,
mengabulkan undangan dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan
ketika kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang
Arabiy menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau
SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah,
tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang
biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari abu Masud al-Badariiy)
Berbicara lebih jauh tentang tawadhu, sebenarnya tawadhu sangat diperlukan
bagi siapa saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya, agar tetap
tulus ikhlas, murni dari tujuan selain Allah. Karena memang tidak mudah menjaga
keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari tujuan
selain Allah. Sungguh sulit menjaga agar segala amal shaleh dan amal kebaikan
yang kita lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha-Nya.Karena
sangat banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan
kita.Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang menghampiri kita, maka
terasa semakin sulit bagi kita untuk tetap bisa menjaga kemurnian amal shaleh kita,
tanpa terbesit adanya rasa bangga dihati kita.Disinilah sangat diperlukan tawadhu
dengan menyadari sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh, amal
kebaikan yang mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas

ijin Allah SWT.


Tawadhu juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang
meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu mutlak diperlukan
untuk kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak, maka disaat seorang
pendakwah mendapatkan pujian, mendapatkan banyak jemaah, dikagumi orang
dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa ketawadhuan, maka seorang
pendakwah pun tidak akan luput dari berbangga diri atas keberhasilannya.
9. Adil
Berarti selalu menjalankan kebenaran dalam segala tindakan. Tidak keluar garis
kebenaran. Adil dibagi menjadi dua bagian
1. Adil kepada diri sendiri
Yaitu memberikan sikap yang berhak haknya. Tidak boleh memihak dan berat
sebelah
2. Keadilan dalam masyarakat
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (An nisa : 58)
Hadist nabi artinya satu keaniayaan (ketidak adilan) menjadi beberapa keaniayaan
di akhirat
10. Maaf
Maaf berarti tidak membalas waktu ada kesempatan. Maaf menghilangkan
perselisihan. Ibnu Qudamah dalam Minhaju Qashidin menjelaskan bahwa makna
memberi maaf di sini ialah sebenarnya engkau mempunyai hak, tetapi engkau
melepaskannya, tidak menuntut qishash atasnya atau denda kepadanya. Quraish
Shihab dalam Membumikan Al-Quran menjelaskan: Kata maaf berasal dari bahasa
Al-Quran alafwu yang berarti "menghapus" karena yang memaafkan menghapus
bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada
tersisa bekas luka itu didalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh
jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam tahaf "masih menahan amarah".
Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru
bisa dikatakan telah memaafkan orang lain.
Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi
bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat
luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa. Allah swt berfirman:
"...Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas
tanggungan Allah." (Q.S.Asy-Syura : 40). Dari Uqbah bin Amir, dia berkata:
"Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu
tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau

menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan


denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan
maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-Hakim dan AlBaghawy).
Al-Quran memang menetapkan, bahwa seseorang yang diperlakukan secara zalim
diizinkan untuk membela diri tapi bukan didasarkan balas dendam. Pembelaan diri
dilakukan dengan penuh simpati seraya menunjukan perangai yang luhur, bersabar,
memaafkan dan toleran. Ketika Matsah yang dibiayai hidupnya oleh Abu Bakar
menyebarkan gosip yang menyangkut kehormatan putrinya Aisyah yang juga istri
Nabi. Abu Bakar bersumpah tidak akan membiayainya lagi. Tapi, Allah melarangnya
sambil menganjurkan untuk memberika maaf dan berlapang dada.(Q.S. an-Nur :
22). Dari ayat ini ternyata ada tingkatan yang lebih tinggi dari alafwu (maaf), yaitu
alshafhu. Kata ini pada mulanya berarti kelapangan. Darinya dibentuk kata shafhat
yang berarti lembaran atau halaman, serta mushafahat yang berarti yang berarti
berjabat tangan. Seorang yang melakukan alshafhu seperti anjuran ayat diatas,
dituntut untuk melapangkan dadanya sehingga mampu menampung segala
ketersinggungan serta dapat pula menutup lembaran lama dan membuka lembaran
baru.
11. Beramal dan Berusaha
Islam mewajibkan beramal dan berusaha. Allah SWT berfirman:
39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya,
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).
41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna,(An Najm : 39-41)
12. Bertolong-tolongan
Adalah salah satu sifat yang mendorong seseorang untuk membantu dan bekerja
sama dengan orang lain. manusia menurut fitrahnya memerlukan tolong-menolong
itu. tolong menolong bekerjasama membuat amal yang bergunauntuk masyarakat.
Allah SWT berfirman:
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah
[389], dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram [390], jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya [391], dan binatang-binatang qalaa-id
[392], dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya [393] dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalanghalangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka).
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(Al-maidah : 2)

13. Berbuat Baik


Berbuat baik (ihsan) memberikan pengorbanan untuk menyelamatkan umat
manusia. Islam menganjurkan agar setiap muslim selalu berbuat baik. pahala yang
besar akan diperolehnya. Allah SWT berfirman:
195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.(Al-Baqarah : 195)

Firman Allah SWT:


57. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang
beriman dan selalu bertakwa.(Yusuf : 57)
Pada ayat lain Allah SWT berfirman:
77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (AlQasash : 77)
14. Malu
Adalah perasaan hati nurani yang enggan melakukan suatu perbuatan yang
melanggar agama.malu dapat dibagi tiga macam.
1. Malu kepada Allah SWT
Ialah mengikuti suruhan-Nya menjauhi larangan-Nya.tidak melanggar perintah-Na
dan selalu menyembah Allah SWT.
2. Malu kepada sesama manusia
Malu kepada sesama manusia ialah bergaul dengan baik.tidak mencela dan
merendahkan teman sejawat.
3. Malu ke
a diri sendiri
Malu kepada diri sendiri ialah meninggalkan segala perbuatan yang dirasa benci
oleh orang lain.
15. Percaya kepada diri sendiri
Percaya diri adalah suatu tekat tidak mau menyandarkan diri kepada orang lain.
adalah sebuah motivasi dan dorongan jiwa untuk maju. Seseorang yang percaya diri
memiliki semangat idup yang berkobar untuk beramal dan berbuat. Allah SWT
berfirman:
39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya,
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).(An-Najm : 39-40)
16. Musyawarah
musyawarah adalah mencari cara untuk menyelesaikan suatu masalah dengan
menyaring berbagai pendapat dan buah pikiran. Islam menganjurkan kepada
umatnya untuk bermusyawarah dan menjanjikan pahala yang besar bagi yang
melakukanya. Allah SWT berfirman:
38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.(Assyura : 38)
Allah SWT menyuruh Rasulullah untuk bermusyawarah dengan sahabat-sahabat,
bersikap lunak lembut dan ramah tamah dengan mereka. Firman Allah SWT:
160. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal.(Ali Imran : 160)
Sabda Rasulullah : tidaklah rugi bagi orang0orang yang beristikharah (meminta
petunjuk tuhan) dan tidaklah menyesal orang yang bermusyawarah.
17. Bergaul dengan baik
Manusia banyak sekali keperluanya.ia tidak akan sanggup melengkapkan semua
keperluan hidupnya itu sendiri. Ia memerlukan bantuan orang lain. Pergaulan
dengan baik dpat dibinah dengan beberpa cara yaitu :
1. Dengan ramah tamah
Ramah tamah menimbulkan rasa simpati orang lain. rasa simpati yang mengikat tali
persaudaraan. kasih mengasihi, bantu membantu.
2. Keadilan
Berarti yang salah dikatakan salah yang benar dikatakan benar.
3. Pertanggungjawaban kepada mansyarakat
Setiap orang ada tanggung jawabna untuk meciptakan masyarakat baik. Allah SWT
berfirman:
129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah
bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia
adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (At-taubah : 129)

Anda mungkin juga menyukai