Anda di halaman 1dari 10

CATATAN

KONSEP DASAR AKHLAK DAN TASSAWUF

Dosen : Mhd. Mahdi, M.Ag

Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf

DISUSUN OLEH :

AMIN ARDIANSYAH
KELAS : HIMPAUDI I-B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL- ISHLAHIYAH BINJAI

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


Deskripsi Mata Kuliah Berdasarkan Silabus Akhlak Tasawuf

Mata Kuliah ini mengkaji beberapa pandangan Akhlak dan Tasawuf tentang :

1. Konsep dasar Akhlak dan Tasawuf


2. Metodologi pemikiran Tasawuf
3. Perkembangan pemikiran dalam Akhlak Islam
4. Standar baik dan buruk berdasarkan ajaran Islam
5. Konsep tentang Maqomat, Ahwal, Ittihad, dan Hulul
6. Perkembangan Tasawuf dan Tarekat
7. Perkembangan Tasawuf dan Tarekat di kalangan masyarakat Islam masa kini
8. Studi kritis terhadap aliran Tasawuf dan Tarekat

Pada pertemuan pertama ini, saya akan membuat catatan tentang konsep dasar akhlak dan
tasawuf. Berikut ini penjelasan ringkasnya.

1. Konsep dasar Akhlak dan Tasawuf


a. Dasar-dasar Akhlak
1) Pengertian Akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari kata ‫ي خ لق –اخ لق‬- ‫ اخ الق‬artinya kebiasaan, watak,
peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Menurut Ibnu
Maskawaih akhlak adalah:

Artinya: Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan


tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Menurut imam Ghazali akhlak adalah:


Artinya: Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat atau
sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-
benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.

2) Kedudukan Akhlak dalam Islam


Akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia, menjadi standar nilai bagi
pribadi seseorang. Oleh karena itu, untuk melihat jelas kualitas seseorang dapat dinilai dari
kualitas akhlaknya, baik akhlak pribadi, baik pula masyarakat, bangsa dan negara itu
Nabi Muhammad saw diutus untuk memperbaiki akhlak manusia, sehingga tercipta
ketentraman. Nabi bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan
akhlak.” (HR.Bukhari).

3) Hubungan Aqidah, Ibadah dengan Akhlak


Pada dasarnya aqidah, ibadah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Aqidah sebagai dasar keyakinan, ibadah itu sebagai
syari‟at yang menjadi indikator dari iman seseorang. Kemudian akhlak merupakan sistem
niali perilaku yang menyatakan dirinya telah beriman dan melaksanankan ibadah.

4) Ciri Perbuatan Akhlak


a. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya
b. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran
c. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar
d. Dilakukan dengan sungguh-sungguh
e. Dilakukan dengan ikhlas
5) Ruang lingkup akhlak
Akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah
terhadap Allah.
i. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah ialah semua sikap yang diperintahkan oleh al-qur‟an dan
sunnah yang meliputi:
Akhlak Terhadap Allah
Sikap prilaku seorang hamba terhadap Allah sebagai khalik antara lain:
 Taat kepada perintah Allah
 Bertawakal kepada Allah
 Cinta kepada Allah
 Syukur kepada Allah
 Baik sangka kepada Allah

Akhlak Kepada Rasul


Yang dimaksud akhlak kepada rasul adalah sikap dan prilaku terhadap
nabi Muhammad saw sebagai rasulullah, yang membawa ajaran islam
dimuka bumi. Adapun sikap dan prilaku tersebut:
 Cinta kepada rasul
 Mentaati atau ittiba kepada rasul
 Mengucapkan salawat dan salam

Akhlak Kepada Pribadi


Adalah sifat atau prilaku yang menyangkut seseorang harus dilatih dan
dibina. Sebagaimana uraian berikut:
 Sidik yang merupakan jika berkata selalu mengeluarkan perkataan
yang benar sesuai dengan realita yang ada.
 Amanat merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang
sebagai titipan yang harus dijaga dan dipelihara sebagaimana
mestinya.
 Sabar merupak prilaku pengendalian diri seseorang terhadap semua
ujian yang ditimpakan kepadanya.
 Tawaduk merupakan selalu menhargai orang lain, tidak menganggap
rendah, menyingkirkan sifat iri, dengki dan sombong karena sadar
bahwa dirinya tidak berdaya.
 Menahan hawa nafsu ialah upaya pengendalian diri dari sesuatu yang
dapat melakukan perbuatan tercela.
 Menahan amarah termasuk juga sikap pengendalian diri.

Akhlak Kepada Keluarga


Adalah sikap kasih sayang yang dibangun dalam bentuk komunikasi
diantara anggota keluarga lainnya sehingga terjadi hubungan yang
harmonis.

Akhlak kepada masyarakat


Yang berarti persekutuan hidup manusia atau sekelompok manusia
yang hidup disuatu daerah.

Akhlak Kepada Negara


Adalah sikap dan prilaku terhadap bangsa dan negara. Misalnya dengan
cara bermusyawarah, menegakkan keadilan, pemimpin mengasihi rakyat
dan rakyat taat kepada pemimpin.

ii. Akhlak Mazmumma


Adalah semua sikap atau prilaku yang dilarang oleh al-qur‟an dan as-sunnah. Yang
meliputi:
Akhlak Kepada Allah
 Durhaka kepada allah
 Kufur nikmat
 Putus asa

Akhlak Kepada Rasul


Perbuatan mencela kepada siapapun merupakan sikap dilarang islam,
apa lagi terhadap rasul.
Akhlak Pribadi
 Pembohong
 Khianat
 Sombong

Akhlak Kepada Keluarga


 Durhaka kepada orangtua
 Malalaikan kewajiban suami istri
 Melalaikan kewajiban terhadap anak
 Memutuskan silaturahmi

Akhlak Kepada Masyarakat


 Bersikap masa bodoh
 Sikap bermusuhan
 Bersikap tidak peka
 Bersikap suka mengejek

Akhlak Bernegara
 Main hakim sendiri
 Tidak patuh kepada pemimpin
 Bersikap tidak adil
 Membiarkan kemaksiatan.

Dari penjelasan diatas, jelas dikatakan bahwa akhlak adalah suatu sikap dan prilaku
baik buruknya seseorang. Akhlak dibedakan menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
mazmummah. Aklhak mahmudah adalah sikap dan prilaku yang diajarkan dalam al-qur‟an
dan as-sunnah. Sedangkan akhlak mazmummah adalah sikap dan prilaku yang tidak
mencerminkan etika, moral seseorang.
6) Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis. Orang yang berakhlak karena
kelakuan terhadap Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan antara lain:
 Mendapatkan tempat yang baik di dalam masyarakat
 Akan disenangi orang dalam pergaulan
 Akan dapat terpelihara dari hukum yang bersifatnya manusiawi dan sebagai makhluk
yang diciptakan Allah.
 Orang yang bertakwa dan berakhlak akan mendapat pertolongan dan kemudahan
dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan yang baik.
 Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan
kesukaran.

Dalam islam kedua jalur hubungan tersebut diatur apa yang dinamakan dengan “amal
saleh” atau lebih tegasnya disebut dengan akhlak. Oleh karena itu, maka akhlak adalah sangat
penting bagi manusia dan juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia.
Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan
makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram.
Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen
syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan
manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal syahwat (nafsu). Maka barang siapa yang
nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya
bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas
malaikat.
b. Dasar-dasar Tasawuf
1) Pengertian Tasawuf
Secara bahasa Tasawuf berasal dari kata = saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani,
hikmah), suf (kain wol) atau sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,
hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengatakan:

Artinya: Tashawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan diri yang buruk dan mengisinya dengan
yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan
(larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).

Menurut As-Suhrawardy mengemukakah pendapat Ma‟ruf Al-Karakhy, Tasawuf adalah


mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk (kesenangan
duniawi). Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang
merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat
atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan
jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.

2) Sumber Ajaran Tasawuf


i. Unsur Islam
· Al-Qur‟an mengajarkan manusia untuk mencintai Tuhan, bertaubat dan menyucikan
diri, Allah swt memberi cahaya kepada hambanya.
 Hadis Nabi seperti rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal
penciptanya.
 Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan Basri, dll.
ii. Unsur Non Islam
 Nasrani: cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah
 Yunani: unsur filsafat tentang masalah ketuhanan
 Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain

3) Dasar-dasar Tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadis


Diantara ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan
menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan Allah
dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam Q.S as-Sajadah
[32 ] ayat : 16; Q.S al-Isra‟ [17] ayat : 79; (Q.S al-Insan [76] ayat : 25-26); dan Q.S at-
Taubah [9] ayat : 24.

Selain itu terdapat pula hadis-hadis qauliyah yang menjadi bagian dari dasar-dasar
ajaran tasawuf dalam Islam, diantara hadis-hadis tersebut adalah:

ًِْ‫َّْللاِْدُلَّنًِْ َعلَىْ َع َم ٍل ْإِذَاْأَنَاْ َع ِم ْلتُوُْأ َ َحبَّن‬


َّ ‫سٌ َل‬ َ ٌَْ ‫ْر ُج ٌل ْفَقَا َل‬
ُ ‫اْر‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ًْ َّ َّ‫صل‬
َ ‫ىَّْللاُْ َعلَ ٍْ ِو‬ َ ًْ َّ ِ‫يِْقَا َلْأَت َىْالنَّب‬
ّ ‫س ْعدٍْالسَّا ِع ِد‬
َ ْ ‫س ْي ِل ْب ِْن‬ ْْ ‫َع‬
َ ْ‫ن‬
َْ‫اسٌْ ُِحبٌُّك‬ِ َّ‫از َىدْْفٍِ َماْفًِْأَ ٌْدِيْالن‬ْ ًْ َّ َ‫ْاز َىدْْفًِْالد ُّ ْنٍَاٌْ ُِحبَّل‬
َ ُ‫َّْللا‬ ْ ‫سلَّ َم‬َ ًْ َّ َّ‫صل‬
َ ‫ىَّْللاُْ َعلٍَْْ ِو‬ ِ َّ ‫سٌل‬
َ ْ‫َُّْللا‬ َ ‫اسْفَقَال‬
ُ ‫َْر‬ ُ َّ‫ًْأ َ َحبَّنًِْالن‬ َّ
َ ُ‫َّللا‬

Artinya:
Dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa‟idy beliau berkata: datang seseorang kepada
Rasulullah Saw dan berkata: „Wahai Rasulullah ! tunjukkanlah kepadaku sutu amalan, jika
aku mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia‟, Rasulullah Saw
bersabda: “berlaku zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku
zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka (manusia) akan
mencintaimu”.[1]

َ ُ‫َّْللاُْ َعلَ ٍْ ِوْأ َ ْم َره‬


ْ َ‫ًْ َج َع َلْفَ ْق َرهُْ َبٍْن‬ ْ ‫سلَّ َمْ ٌَقٌُلُْ َم ْنْمَان‬
َّ َ‫َتْالدُّ ْن ٍَاْ َى َّْموُْفَ َّرق‬ َ ًْ َّ َّ‫صل‬
َ ‫ىَّْللاُْ َعلَ ٍْ ِو‬ َّ ‫سٌل‬
َ ِْ‫ََّْللا‬ ُ ‫ْر‬ َ ُ‫س ِم ْعت‬ َ ْ:ْ‫َعنْزَ ٌْد ُْ ْبنُ ْثَا ِبتْقال‬
ٌ‫ْرا ِِ َم ْت‬َ ًَِ ‫اًْى‬ َ ٍَ‫ًْأَتَتْوُْالدُّ ْن‬ َ ‫ًْ َج َعلَْ ِِنَاهُْفًِْقَ ْل ِب ِو‬ َ ُ‫َّْللاُْلَوُْأ َ ْم َْره‬
َّ ‫ْاَ ِخ َرةُْنٍَِّتَوُْ َج َم َع‬ ْ ‫َت‬ ْ ‫بْلَو ًَُْ َم ْنْمَان‬ ِ ‫ًْلَ ْمٌَْأْتِ ِو‬
َ ‫ْم ْنْالدُّ ْنٍَاْ ِإ ََّّلْ َماْ ُم ِت‬ َ ‫ع ٍْنَ ٍْ ِو‬
َْ

Artinya:
Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata : Aku mendengarkan Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan berlepas diri dari
segala urusannya dan tidaklah ia mendapatkan dari dunia sesuatu apapun keculi apa yang
telah di tetapkan baginya. Dan barang siapa yang sangat menjadikan akhirat sebaga
tujuannya, maka Allah akan mengumpulkan seluruh harta kekayaan baginya, dan menjadikan
kekayaan itu dalam hatinya, serta mendapatkan dunia sedang ia dalam keadaan tertindas”
Hadis pertama menunjukkan perintah untuk senantiasa berlaku zuhud di dunia,
sementara hadis kedua menjelaskan akan tercelanya kehidupan yang bertujuan berorientasi
keduniaan belaka, dan mulianya kehidupan yang berorientasi akhirat. Kedua hadis tersebut
menjelaskan kemuliaan orang-orang yang hanya menjadikan Allah sebagai tujuan utama
dalam hidupnya dan merasa cukup atas segala yang Allah telah karunianakan kepadanya.
Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak hadis yang memberikan wasiat
kepada orang-orang mu‟min agar tidak bertumpu pada kehidupan dunia semata, dan
hendaklah ia senantiasa memangkas segala angan-angan keduniaan, serta tidak mematrikan
dalam dirinya untuk hidup kekal di dunia dan tidak pula berusaha untuk memperkaya diri di
dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang ia butuhkan, oleh karena itu Rasulullah Saw
berwasiat kepada Abdullah bin Umar sambil menepuk pundaknya dan bersabda:

َ ْ‫ُم ْنْفًِْالدُّ ْن ٍَاْمَأَنَّلَ ِْ َِرٌبٌ ْأَ ًْْ َعا ِب ُر‬


‫س ِبٍل‬
Artinya:ْ“Hiduplah kamu di dunia seolah-seolah kamu adalh orang asing atau seorang
musafir”
Selain tiga hadis di atas masih terdapat banyak hadis lainnya yang menjadi landasan
munculnya tasawuf atau sufisme. Dari keterangan-keterangan yang berdasarkan al-Qur‟an
dan hadis di atas menunjukkan bahwa ajaran tasawuf yang menjadi landasan utamanya
adalah kezuhudan terhadap dunia demi mencapai tingkatan atau maqam tertinggi di sisi Allah
yaitu ketika seseorang menjadikan dunia sebagai persinggahan sementara dan menjadikan
rahmat, ridha, dan kecintaan Allah sebagai tujuan akhir.

4) Hubungan Akhlak dengan Tasawuf

Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur


hubungan horizontal sesama manusia. Sedangkan tasawuf mengatur jalannya komunikasi
vertikal antara manusia dan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf,
sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.

Referensi :
http://ichazulia.blogspot.com/2017/10/konsep-dasar-akhlak-dan-tasawuf.html
Diakses 12 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai