DISUSUN OLEH :
AMIN ARDIANSYAH
KELAS : HIMPAUDI I-B
Mata Kuliah ini mengkaji beberapa pandangan Akhlak dan Tasawuf tentang :
Pada pertemuan pertama ini, saya akan membuat catatan tentang konsep dasar akhlak dan
tasawuf. Berikut ini penjelasan ringkasnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat atau
sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-
benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.
Akhlak Bernegara
Main hakim sendiri
Tidak patuh kepada pemimpin
Bersikap tidak adil
Membiarkan kemaksiatan.
Dari penjelasan diatas, jelas dikatakan bahwa akhlak adalah suatu sikap dan prilaku
baik buruknya seseorang. Akhlak dibedakan menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
mazmummah. Aklhak mahmudah adalah sikap dan prilaku yang diajarkan dalam al-qur‟an
dan as-sunnah. Sedangkan akhlak mazmummah adalah sikap dan prilaku yang tidak
mencerminkan etika, moral seseorang.
6) Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis. Orang yang berakhlak karena
kelakuan terhadap Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan antara lain:
Mendapatkan tempat yang baik di dalam masyarakat
Akan disenangi orang dalam pergaulan
Akan dapat terpelihara dari hukum yang bersifatnya manusiawi dan sebagai makhluk
yang diciptakan Allah.
Orang yang bertakwa dan berakhlak akan mendapat pertolongan dan kemudahan
dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan yang baik.
Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan
kesukaran.
Dalam islam kedua jalur hubungan tersebut diatur apa yang dinamakan dengan “amal
saleh” atau lebih tegasnya disebut dengan akhlak. Oleh karena itu, maka akhlak adalah sangat
penting bagi manusia dan juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia.
Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan
makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram.
Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen
syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan
manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal syahwat (nafsu). Maka barang siapa yang
nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya
bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas
malaikat.
b. Dasar-dasar Tasawuf
1) Pengertian Tasawuf
Secara bahasa Tasawuf berasal dari kata = saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani,
hikmah), suf (kain wol) atau sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,
hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengatakan:
Artinya: Tashawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan diri yang buruk dan mengisinya dengan
yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan
(larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).
Selain itu terdapat pula hadis-hadis qauliyah yang menjadi bagian dari dasar-dasar
ajaran tasawuf dalam Islam, diantara hadis-hadis tersebut adalah:
Artinya:
Dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa‟idy beliau berkata: datang seseorang kepada
Rasulullah Saw dan berkata: „Wahai Rasulullah ! tunjukkanlah kepadaku sutu amalan, jika
aku mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia‟, Rasulullah Saw
bersabda: “berlaku zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku
zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka (manusia) akan
mencintaimu”.[1]
Artinya:
Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata : Aku mendengarkan Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan berlepas diri dari
segala urusannya dan tidaklah ia mendapatkan dari dunia sesuatu apapun keculi apa yang
telah di tetapkan baginya. Dan barang siapa yang sangat menjadikan akhirat sebaga
tujuannya, maka Allah akan mengumpulkan seluruh harta kekayaan baginya, dan menjadikan
kekayaan itu dalam hatinya, serta mendapatkan dunia sedang ia dalam keadaan tertindas”
Hadis pertama menunjukkan perintah untuk senantiasa berlaku zuhud di dunia,
sementara hadis kedua menjelaskan akan tercelanya kehidupan yang bertujuan berorientasi
keduniaan belaka, dan mulianya kehidupan yang berorientasi akhirat. Kedua hadis tersebut
menjelaskan kemuliaan orang-orang yang hanya menjadikan Allah sebagai tujuan utama
dalam hidupnya dan merasa cukup atas segala yang Allah telah karunianakan kepadanya.
Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak hadis yang memberikan wasiat
kepada orang-orang mu‟min agar tidak bertumpu pada kehidupan dunia semata, dan
hendaklah ia senantiasa memangkas segala angan-angan keduniaan, serta tidak mematrikan
dalam dirinya untuk hidup kekal di dunia dan tidak pula berusaha untuk memperkaya diri di
dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang ia butuhkan, oleh karena itu Rasulullah Saw
berwasiat kepada Abdullah bin Umar sambil menepuk pundaknya dan bersabda:
Referensi :
http://ichazulia.blogspot.com/2017/10/konsep-dasar-akhlak-dan-tasawuf.html
Diakses 12 Oktober 2021