PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1. Ilmu Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yakni isim
mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan/ akhlaqan yang berarti kelakuan, tabi’at, dan
watak dasar. Kata akhlaq ( )أخالقitu sendiri berasal dari bentuk jama’ sedangkan mufradnya
adalah khuluq ( )خالقberarti budi pekerti. Kata akhlak itupun banyak ditemukan dalam ayat-ayat
Al Qur’an maupun al-Hadits seperti :
Dari Abu Ad-Darda' radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada
akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat
orang yang berpuasa dan shalat. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Sementara itu, akhlak menurut istilah ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai ini
diantaranya sebagai berikut
a. Ibnu Maskawih (421 H/1030 M) adalah seorang yang ahli dibidang akhlak terkemuka dan
terdahulu mengatakan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b. Imam al-Ghazali (1059-1111 M) dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam) terutama
membela Islam dari berbagai paham yang menyesatkan, mengatakan secara lebih luas arti akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c. Ibrahim Anis dalam Mu’jam al-Wasith mengatakan bahwa akhlak yaitu sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
d. Dari kitab Dairatul Ma’arif, secara singkat akhlak diartikan sifat-sifat manusia yang terdidik.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai arti kata Akhlak menurut
istilah memiliki beberapa kemiripan dan saling melengkapi satu sama lainnya sehingga dapat
diklasifikasi lagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
Berdasarkan inti yang tertanam dari dalam diri yakni hati seseorang, seperti kesamaan
pendapat dari Ibnu Maskawih dan Imam al-Ghazali serta Ibrahim Anis. Karena menurut
mereka, akhlak itu timbul dari dalam hati seseorang sendiri tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan yang lebih dalam sebelum berprilaku.
Berdasarkan arti akhlak yang berupa perbuatan seseorang, seperti kesamaan yang
disebutkan oleh Imam al-Ghazali dengan Ibrahim Anis. Karena mereka berdua sama-sama
menitikberatkan kepada perbuatan, entah itu baik maupun buruk. Karena Akhlak ibarat
sebuah produk yang menghasilkan barang atau jasa seperti macam-macam perbuatan
manusia.
Dalam perkembangan selanjutnya, akhlak tumbuh menjadi sebuah ilmu
yang berdiri sendiri. Da’iratul Ma’arif, yang dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu tentang
keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya
hingga jiwa kosong dari segala kebathilan tersebut.
Setelah berdasarkan pengertian akhlak secara bahasa dan istilah menurut beberapa ahli,
penulis menyimpulkan sendiri pengertian akhlak ialah suatu hal yang sudah tertanam di dalam
hati setiap insan tanpa harus dipikirkan dan direncanakan terlebih dahulu dalam melakukan
perbuatannya, entah itu perbuatan baik maupun buruk. Sekarang tergantung kita mau mengikuti
hawa nafsu belaka atau mengikuti perbuatan sesuai aturan agama Islam.
1. Akhlak (Al-Hamidah)
Yakni ahlak terpuji atau akhlak yang baik dimana akhlak mahmudah ini semuanya membawa
kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Jadi, akhlakul mahmudah berarti tingkah laku yang
terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlakul mahmudah
dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat
bergaul dengan masyarakat luas karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan
menghargai sesamanya. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk,
melainkan ahklak sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik
merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. Berikut macam macam akhlak
mahmudah antara lain
Bersifat baik
Bersifat benar
Bersifat amanah
Bersifat adil
Bersifat kasih sayang
Bersifat hormat
Bersifat berani
Bersifat kuat
Bersifat malu
Menjaga kesucian diri
2. Akhlak (Adz-Dzamimah)
Yakni akhlak tercela atau akhlak yang buruk. Akhlak adz-Dzamimah juga ialah perangai atau
tingkah laku yang tercermin pada diri manusia yang cenderung melekat dalam bentuk yang tidak
menyenangkan orang lain. Macam macam akhlak madzmumah antara lain sebagai berikut:
Sifat dengki
Dengki menurut bahasa (etmologi) berarti menaruh perasaan marah karena sesuatu yang amat
sangat kepada kekurangan orang lain.
Sifat iri hati
Iri berarti merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat orang lain
beruntung , cemburu dengan keberuntungan orang lain, tidak rela apabila orang lain mendapat
nikmat dan kebahagiaan.
sifat sombong
menganggap dirinya lebih dari orang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau
mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih
dihormati, dan lebih beruntung dari yang lainnya.
Sifat riya
Riya yaitu berbuat amal karena didasarkan ingin mendapat pujian dari orang lain, agar dipercayai
orang lain, agar ia dicintai orang lain, karena ingin dilihat orang lain.
Akhlak Dalam Islam
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak yang baik terhadap allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji terhadap allah
SWT, baik melalui ibadah langsung kepada Allah seperti, Shalat, puasa dan sebagainya, maupun
perilaku perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan allah di luar
ibadah itu. Berakhlak yang baik antara lain melalui:
a. Beriman
b. Taat beribadah
c. Ikhlas
d. Khusyuk
e. Husnudzan
f. Tawakal
g. Syukur
h. Bertasbih
i. Istihfar
j. Takbir
2. Akhlak Terhadap Manusia
a. akhlak terhadap diri sendiri
1) Al-amanah, yaitu sikap pribadi stia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu
yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia, kewajiban, atau kepercayaan
lainnya sebagai mana allah berfirman dalam (QS. An-Nisa : 58)
“sesungguhnya allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak”
(QS. An-Nisa : 58)
2) as-Sidiqatu , yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan
kebalikan dari benar adalah dusta, yaitu menyalahi kenyataan yasng sebenarnya
3) al-’adlu, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, adit terdiri atas adil perseorangan,
adil dari segi hukum atau masyarakat. Kebalikan dari sifat adil yaitu zalim
2. PENGERTIAN TASAWUF
Wacana tasawuf mengarahkan pikiran kita pada orang-orang saleh, banyak ibadah,
menjaga tingkah laku pergaulannya dengan Allah SWT., dengan sesama manusia, dengan
mahluk lain dan selalu ingin dekat dengan Allah pencipta semua mahluk. Namun demikian
istilah ini merupakan istilah yang disandarkan pada sebuag gerakan batiniah dalam usaha untuk
mendekkatkan diri seorang hamba kepada sang Khalik. Untuk lebih mengetahui apa tasawuf itu,
a. صفى artinya suci bersih. Dalam pengertian ini orang yang ingin dekat dengan Allah SWT.,
aktifitasnya banyak diarahkan pada pensucian diri dalam rangka dekat dengan Allah swt. Artinya
Allah maha Suci tidak mungkin bisa didekati kecuali oleh orang-orang yang memelihara
kesucian. Bishr bin al-Harith berkata:”sufi adalah orang yang hatinya suci/tulus kepada Allah.
b. صف artinya barisan atau barisan terdepan. Orang yang ingin dekat dengan Allah, pasti sudah
kuat imannya. Oleh karena itu selalu ada pada barisan terdepan dalam hal ibadah.
c. اهل الصفة artinya penghuni serambi (masjid). Istilah ini disandarkan kepada orang yang ingin
selalu dekat dengan Allah SWT., maka mereka ikut juga hijrah dengan Nabi dari Mekah ke
memakai alat berpakaian bulu binatang yang kasar, domba, unta dan sebagainya, ini hanya
pandangan saya karena kaum sufi tidak mencirikan dirinya dengan memakai pakaian dari bulu
e. Pendapat yang lain mengatakan bahwa istilah Tasawuf derasal dari bahasa Yunani yaitu Sophos
atau Shofia artinya hikmah atau bijaksana. Pendapat ini merupakan pendapat mayoritas kaum
orientalis. Ahli-ahli sofia adalah orang yang ahli dalam filsafat atau kebijaksanaan. Mereka
menambahkan bahwa dalam tradisi Arab kata sofia direduksi menjadi kata shufiya untuk
Dari limat pendapat di atas, maka secara etimologis kata tasawuf lebih dekat dengan kata
صوف. Sebagaimana pendapat Ibn Khaldun bahwa kata Sufi merupakan kata jadian dari kata
Suf. Tapi perlu diingat, bukan sekedar karena ia memakai pakaian yang terbuat dari kain bulu
dan wol kasar maka seseorang disebut sufi. Seseorang menggunakan wol hanya sebagai symbol
kesucian, mereka menyiksa dan menekan hawa nafsu dan berjalan di jalan Nabi.
Ada banyak definisi yang telah dibuat oleh untuk menjelaskan pengertian tasawuf secara
1. Menurut Abu Qasim al-Qusyaeri (tasawuf ialah penjabaran ajaran Alquran, sunnah,
berjuang mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan
2. Menurut Ahmad Amin tasawuf ialah bertekun dalam ibadah, berhubungan langsung
dengan Allah SWT., menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang
diburu oleh orang banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah.
3. menurut Zakaria al- Anshari Tasawuf ialah mengajarkan cara untuk mensucikan diri,
meningkatkan akhlak, berlaku zuhud terhadap yang diburu oleh orang banyak, dan menghindari
dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh
4. Dan menurut Ibrahim Hilal dalam bukunya ‘Tasawuf Antara Agama dan Filsafat’, bahwa
kehidupan dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah,
melaparkan diri, mengerjakan shalat malam, dan melakukan berbagai jenis wirid sampai fisik
atau dimensi jasmani seseorang menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat.
Apabila melihat beberapa definisi diatas, maka dapat diperoleh ungkapan yang singkat dan
padat yang mencakup dua segi yang keduanya membentuk satu kesatuan yang saling menunjang
dalam mendefinisikan tasawuf yang pertama adalah cara dan yang kedua adalah tujuan. Cara,
Sedangkan tujuannya ialah mendekatkan diri kepada sang Khalik yang puncaknya ialah
penyaksian (masyadah).
Ulama peneliti muslim menarik suatu kesimpulan bahwa ada 3 faktor penyebab citra
1. Banyak sufi-sufi yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya, mereka tidak tunduk
pada aturan syariah sebab mereka sudah menganggap dirinya sudah mencapai tingkat /maqamat
yang tinggi yaitu ma’rifah. Kebanyakan sufi mendominasi ajaran tasawufnya dengan unsur-
unsur filsafat yang terlalu rasional sehingga tidak lagi relevan dengan Al-Qur’an dan Hadits.
2. Kondisi atau era waktu itu di dominasi oleh penjajah bangsa Eropa yang menguasai Negara
Islam, banyak menggunakan faham dan filsafat sekularisme dan materialisme yang sangat
3. Pendapat lain mengatakan bahwa pihak-pihak penguasa muslim itu sendiri sering menekan para
ulama, untuk melegalkan dan membantu dalam menjalankan kekuasaannya. Satu hal yang perlu
diingat bahwa mundurnya tasawuf bukan karena ajaran tasawuf itu sendiri tapi karena manusia
Secara umum para ahli tasawuf membagi tasawuf menjadi 3 (Tiga) macam : tasawuf
akhlaki, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Ketiga jenis tasawuf tersebut pada prinsipnya
mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin “mendekatkan diri kepada Allah” dengan
cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghiasinya dengan perbuatan terpuji.
Namun ketiga jenis tasawuf tersebut mempunyai perbedaan dalam penerapan “pendekatan” yang
di gunakan.
spesifikasi dan ajaran inti masing-masing jenis tasawuf tersebut. Para tasawuf yang bercorak
akhlaki, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan “moral” ( teori-teori ) أخالق الكريمةatau
Untuk tasawuf yang bercorak falsafi, maka pendekatan yang di gunakan adalah
pendekatan “rasio” memberdayakan akal pikiran yang biasa di sebut pencerdasan inteligen.
Sedangkan tasawuf yang bercorak amali, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
“amaliah”, memperbanyak aktifitas yang bersifat rohani yang biasa disebut pencerdasan
spiritual.
Ketiga bentuk corak tasawuf itu merupakan perwujudan untuk meng-Esakan Tuhan
secara mutlak, dan itu berarti kita harus menyadari bahwa meng-Esakan dan memahami Tuhan
tidak bisa di jangaku atau didekati hanya dengan rasio atau akal semata, tetapi memahami Tuhan
harus dibantu dengan pendekatan moral atau emosi dan spiritual yang keduanya itu bertempat
Berikut adalah ajaran inti tasawuf yang dikemukakan menurut pembagian tasawuf itu
sendiri, yakni:
Taswuf Akhlaki ialah ajaran tasawuf yang berhubungan dengan pendidikan mental dan
pembinaan serta pengembangan moral agar seseorang berbudi luhur atau berakhlak mulia. Dari
pengertian tersebut, maka menurut pandangan orang-orang sufi yang menganut aliran tasawuf
a. Bahwa satu-satunya cara untuk bisa mengantar seseorang agar bisa dekat dengan Allah SWT .,
b. Bahwa untuk mencapai kesucian jiwa tersebut diperlukan “latihan mental” yaitu al-riyadhah
yang ketat. Riyadhah tersebut wujudnya adalah “mengontrol” sikap dan tingkah laku secara ketat
c. Bahwa latihan mental tersebut bertujuan untuk mengontrol dan mengendalikan nafsu, seperti
d. Bahwa pengendalian nafsu di perlukan, sebab nafsu diabggap sebagai penghalang atau tabir
e. Bahwa untuk membuka tabir tersebut agar manusia dapat dekat dengan Allah SWT. Maka para
sufi membuat suatu sistematika pendekatan takhalli (mengosongkan) dan tahalli (mengisi).
2. Tasawuf Amali
Tasawuf amali yaitu ajaran tasawuf yang mementingkan pengalaman-pengalaman ibadah
baik secara lahiriah maupun batiniah. Tasawuf amali di anggap oleh sebahagian sufi sebagai
bagian dan lanjutan dari taswuf akhlaki. Menurut sufi yang menganutnya bahwa untuk dekat
dengan Allah SWT. Maka seseorang harus menggunakan pendekatan amaliah dalam bentuk
Oleh karena itu menurut sufi, ajaran agama juga mengandung aspek lahiriah dan batiniah,
maka cara memahami dan mengamalkannya juga harus melalui aspek lahir dan batin. Kedua
a. Syariah yaitu undang-undang, aturan-aturan, hukum Tuhan , atau ketentuan tentag halal, haram,
Syariah menurut sufi adalah amalan-amalan lahir yang fardukan dalam agama yang
biasanya dikenal sebagai “rukun Islam” yang sumbernya dari Al-Qur’an dan sunnah. Amalan
tersebut bukan hanya yang sifatnya wajib tetapi semua sunnah, yang di amalkan dengan penuh
keikhlasan sehingga di tetapkanlah cara-caranya waktunya dan jumlahnya. Oleh karena itu, sufi
ynag meninggalkan syariah dianggap sesat, sebab tanpa mengamalkan hukum Tuhan secara baik,
dan tuntas lewat amalan ibadah berarti tidak tunduk pada aturan Allah.
Syariat merupakan hakikat itu sendiri, dan hakikat tidak lain adalah syariat itu sendiri.
Keduanya adalah satu, tidak akan sempurna satu sisi tanpa sisi yang lain. Allah SWT., telah
menggabungkan keduanya, oleh karena itu suatu hal yang mustahil jika seseorang mau
b. Thariqah yaitu jalan, cara, metode. Thariqah menurut sufi ialah perjalanan menuju Allah, dan
dalam perjalanan tersebut di tempuh melalui suatu cara, atau melalui suatu jalan agar dengan
Tuhan. Sebab meurut sufi tanpa suatu cara atau metode khusus yang di sebut thariqah akan sulit
sampai pada tujuan. Maka di tetapkanlah ketentuan yang sifatnya batiniah, dengan melalui cara,
Menurut sufi hidup ini penuh dengan rahasia, dan rahasia itu tertutup oleh tabir
sebenarnya tabir itu adalah “hawa nafsu” kita sendiri. Tabir itu sebenarnya bisa tersingkap
(terbuka) asal menempuh suatu cara (thariqah) lihat Al-Qur’an surah al-Jin ayat 16, yang artinya:
“dan bahwasanya : Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam).
Benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak) “
Berdasarkan gambaran di atas, maka maqamat itu merupakan satu sistem atau metode untuk
mengenal dan merasakan adanya Tuhan atau melihat Tuhan dengan mata hati.
c. Haqiqah diartikan sebagai kebenaran. Haqiqah biasa juga diartikan puncak, atau sumber segala
sesuatu. Haqiqah menurut sufi merupakan rahasia yang paling dalam dari segala amal, dan
merupakan inti dari syariah. Haqiqah di peroleh sebagai nikmat dan anugerah Tuhan berkat
latihan yang dilakukan sufi. Dengan sampainya sufi ke tingkat haqiqah, berarti telah terbukalah
baginya rahasia yang ada dalam syariah, maka sufi dapat memahami segala kebenaran. Atau
dengan kata lain haqiqah adalah mengetahui inti yang paling penting dalam diri sesuatu
Haqiqah tidak bias terlepas dari syariah, dan bertalian erat dengan tariqah dan juga terdapat
dalam ma’rifah. Dalam pandangan kaum sufi, makna hukum luar (syariah) harus utuh dan
sinkron dengan makna hokum dalam (haqiqah), maka setiap manusia harus tunduk pada syariah
sekaligus tunduk pada realitas sebelah dalam (tariqah dan haqiqah), sebab manusia sendiri
berada diantara dua ruang yaitu ruang fisik dan ruang ruhani.
d. Ma’rifah yaitu pengetahuan dan pengenalan. Sedangakan menurut kaum sufi berarti
penghetahuan mengenai Tuhan melalui kalbu atau hati nurani. Pengertian tersebut sedemikian
lengkapnya sehingga jiwa seorang sufi sudah merasa bersatu dengan yang diketahuinya.
Dikatakan oleh para sufi, ma’rifah berarti mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari
Melihat gambaran dari syari’ah, tariqah, haqiqah, dan ma’rifah, maka dapat dikatakan bahwa
ma’rifah hanya bias dicapai bila melalui syari’ah dan ditempuh berdasarkan tariqah lalu bisa
memperolah haqiqah. Apabila syari’ah dan tariqah ini sudah dikuasai maka timbullah haqiqah
Menurut kaum sufi pengalaman syariah Islam tidaklah sempurna jika tidak dikerjakan secara
Haqiqah merupakan keadaan yang dirasakan setelah melaksanakan peraturan tersebut.
Bila seseorang telah menjalani tariqah yang seimbang dengan syariah lahir dan batin menuju
pada puncak rahasia, maka tercapailah suatu kondisi mental yang dinamakan insan kamil atau
waliyullah yaitu orang-orang yang selalu dekat dengan Allah SWT., dan mendapat karunia-Nya
Tasawuf falsafi merupakan ajaran tasawuf yang memadukan antara visi mistis dengan
visi rasional. Tasawuf falsafi berbeda dengan tasawuf akhlaki dan amali. Sebab tasawuf falsafi
menggunakan term filsafat dalam mengungkap ajarannya. Terminologi tersebut berasal dari
berbagai macam ajaran filsafat yang mempengaruhi tokoh-tokoh sufi. Dengan adanya term-term
filsafat dalam tasawuf ini menyebabkan bercampurnya ajaran filsafat dan ajaran-ajaran dari luar
Islam seperti Yunani, India, Persia, Kristen dalam ajaran tasawuf Islam. Tetapi perlu diketahui
bahwa orisinalitas tasawuf tetap ada dan tidak hilang. Sebab para sufi tersebut menjaga
kemandirian ajarannya.
Walaupun tasawuf falsafi banyak menggunakan term filsafat, namun tidak bisa dianggap
sebagai filsafat. Sebab ajaran dan metodenya dipadukan pada rasa (zauq). Sebaliknya tidak
dikategorikan sebagai tasawuf murni, sebab ajarannya sering diungkap dalam bahasa filsafat
Contoh dari ajaran tasawuf yang bercorak filsafat antara lain seperti terlihat pada teori al-
fana’, al-baqa’, dan al-ittihad dari Yazid Bustami, teori hulul dari Mansur al-Hallaj, dan teori
Untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, sufi memberikan suatu metode atau cara atau
jalan. Jalan itu berisi stasiun yang disebut ﻣﻗﺎﻣﺎﺕ . Maqamat berasal dari bahasa Arab yang
artinya tempat orang berdiri. Selanjutnya istilah tersebut berkembang lebih jauh dengan arti
tingkatan, atau tahapan, atau jalan panjang yang harus dilewati oleh sufi untuk berada sedekat
mungkin dengan Allah SWT. Tingkatan tersebut berupa atau berbentuk sikap hidup yang
nampak kelihatan dan tercermin dalam perilaku akhlak yang mulia. Maqamat ini sebagai hasil
tingkatan, tahapan yang dicapai oleh sufi dari usahanya yang keras dan sungguh-sungguh serta
perjuangannya terus menerus dalam rangka mendekatan diri kepada Allah SWT.
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul perbedaan pendapat di kalangan sufi bahwa
referensi tentang jumlah maqamat tidak selamanya sama. Nampaknya perbedaan tersebut
berfariasi baik segi jumlah maupun formasi maqamat itu. Berikut penulis paparkan pendapat
beberapa ulama:
Menurut Abu Bakar al-Kalabazi ada sepuluh maqatat dengan formasi sebagai berikut:
Taubat, Zuhud, Sabar, Fakir, Tawadu’, Takwa, Tawakkal, Ridha, Mahabbah dan Ma’rifat.
Sedang Menurut al-Gazali ada delapan bentuk maqamat: Taubat, Sabar, Fakir, Zuhud,
Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi berpendapat bahwa
maqamat hanya ada tujuh macam yaitu: Taubat, Wara’,Zuhud, Fakir, Sabar, Tawakkal dan
Ridha. Sedangklan menurut Abu. Qasim Abd. Karim maqamat hanya ada enam yaitu: Taubat,
Kendati ada perbedaan ulama tentang jumlah formulasi maqamat, tetap ada tingkatan
yang sama disepakati dan mesti ada sebagai unsur dari maqamat tersebut, sebagai mana yang
disebutkan oleh Harun Nasution bahwa ada lima tingkatan yang populer dan diterima secara
umum yaitu: Taubat, Zuhud, Sabar,Tawakkal dan Ridha. Berikut penjelasan singkat kelima
1. ﺍﻟﺗﻭﺑﺔ ( taubah ) ialah meninggalkan keinginan untuk kembali melakukan kejahatan seperti
yang telah pernah dilakukannya karena rasa takut akan kebesaran Allah SWT., dan menjauhkan
diri dari kemurkaannya. Para sufi berpendapat bahwa taubat adalah maqamat pertama.
Mengingat bahwa taubat merupakan metode atau cara untuk mengikis semua sifat yang jelek.
Menurut para sufi, dosa itu adalah pemisah antara manusia dengan Allah, sebab dosa itu adalah
sesuatu yang kotor sedangkan Allah Maha Suci dan menyukai orang yang senantiasa
mensucikan dirinya dari dosa dengan cara bertaubat. Inilah stasiun pertama yang harus dilewati
2. ﺍﻟﺯﻫﺩ ( zuhud ) diartikan sebagai keadaan meninggalkan dunia dan menjauhkan diri dari
hidup kebendaan. Namun al-Gazali mengartikan zuhud sebagai sikap mengurangi keinginan
kepada dunia dan menjauh darinya dengan penuh kesadaran. Sedangkan al-Qusyaeri menyebut
zuhud yaitu tidak merasa bangga dengan kehidupan dunia yang telah ada di tangan dan tidak
merasa bersedih dengan hilangnya kemewahan dari tangannya. Dari pengertian ini dapat
dipahami bahwa zuhud intinya adalah mengurangi keinginan terhadap kenikmatan dunia
supaya dapat membawa kekhusyuan mengabdi dan dekat dengan Allah SWT.
3 ( ﺍﻟﺻﺑﺮsabar ), secara harfiah berarti menahan. Menurut al-Gazali sabar adalah sebuah kondisi
mental dalam mengendalikan hawa nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan agama. Sabar
yang dimaksud para sufi adalah konsekwen dan konsisten dalam melaksanakan perintah Allah
dan meniggalkan larangnannya, tahan uji mengahdapi kesulitan dan cobaan yang ditimpakan
kepadanya.
4. ﺍﻟﺗﻭﻛﻞ ( tawakkal ). Pengertian tawakkal secara umum adalah sikap pasrah secara total setelah
melaksanakan suatu usaha. Tawakkal juga berarti berpasrah diri sepenuhnya kepada Allah SWT
dalam menghadapi atau menunggu pekerjaan. Menurut sufi tawakkal tidak cukup hanya sekedar
penyerahan diri seperti itu, tetapi lebih mendalam lagi dengan merefleksikannya melalui sikap
5. ﺍﻟﺮﺿﺎ ( Ridha ), secara harfiah ridha artinya rela. Sementara menurut Harun Nasution ridha
berarti menerima qadha dan qadar Tuhan dengan senang hati. Untuk itu, semua perasaan benci
di dalam hati harus dibuang jauh-jauh sehingga yang tersisa ialah perasaan senang dan gembira
walaupun ditimpa mala petaka ia tetap senang dan ridha menerimanya sebagaimana ketika ia
Sebagai tambahan bahwa term maqamat muncul sebagai suatu istilah dalam tasawuf pada
abad III dan IV H. dan yang dianggap pelopornya antara lain Haris al-Muhasibi (165-234 H /
781-857 M), dipandang sebagai orang pertama yang membahas maqamat. Selain itu juga
dikenal Abu Said al-Kharaz (227H) dan Abu Ismail Abdullah bin Muhammad al-Anshari (al-
Harawi) (361-481H).
Selain maqamat, dalam tasawuf juga dikenal istilah ahwal. Ahwal merupakan keadaan
mental, seperti keadaan senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Ahwal Juga
diartikan sebagai keadaan mental atau situasi kejiwaan yang diperoleh sufi sebagai karunia dari
Allah SWT. Ahwal sebenarnya manifestasi dari maqamat yang dilalui oleh sufi sehingga ahwal
sangat sulit untuk dilukiskan secara informatif dan dideteksi secara logis, sebab ia termasuk
pengalaman rohani yang hanya diketahui oleh sufi yang yang pernah mengalaminya. Karena itu
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa Akhlak Tasawuf berasal dari dua kata pembagian yakni Akhlak dan
Tasawuf. Adapun pengertian akhlak secara umum yakni suatu hal yang telah tertanam di hati
entah itu bernilai baik maupun buruk sekalipun karena akhlak timbul tanpa perlu dipikirkan dan
dipaksa terlebih dahulu. Sedangkan yang disebut Tasawuf ialah suatu cara dalam proses untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Jadi, dapat ditarik
benang merah yakni pengertian Akhlak Tasawuf ialah salah satu disiplin ilmu yang terdapat
dalam ajaran agama Islam yang mempelajari tata cara berprilaku yang baik dan mulia serta
tentunya sesuai aturan Islam sehingga kita bisa mendekatkan diri kita kepada Allah dengan
sepenuhnya dan memiliki rasa tenang saat berada di dekat-Nya. Akhlak Tasawuf memiliki kaitan
yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari yakni untuk mencapai akhlak yang mulia
diperlukan proses-proses yang biasanya dilakukan oleh pengamal tasawuf. Begitupun
sebaliknya, belum dikatakan bertasawuf dengan benar apabila pencapaian akhlak yang mulia
belum terpenuhi. Didalamnya juga terdapat ruang lingkup akhlak, sumber kajian tasawuf, dan
manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA