Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Indonesia termasuk salah satu wilayah di belahan dunia yang memiliki
beberapa kepercayaan dan agama yang dianut oleh warga negaranya salah satunya agama yang
diyakini oleh mayoritas masyarakatnya ialah agama Islam. Diantara banyaknya ajaran-ajaran
yang terdapat di dalam agama Islam antara lain membahas mengenai akhlak seperti Akhlak
Tasawuf. Akhlak tasawuf juga termasuk khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga
saat ini semakin dirasakan dan dibutuhkan. Secara historis dan teologis Akhlak Tasawuf tampil
mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akherat. Sebagaimana
tujuan utama Rasulullah saw. diutus ke bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Itulah yang menjadi faktor keberhasilan Beliau dalam berdakwah menyebarkan agama Islam.
Semua manusia ciptaan Allah hendaklah memiliki akhlak mulia seperti yang telah dicontohkan
oleh nabi Muhammad saw. Adapun pada zaman modern layaknya sekarang, kita dihadapkan
berbagai masalah terutama masalah akhlak dan moral yang cukup serius, yang apabila dibiarkan
dan tak ada yang peduli maka akan menghancurkan  masa depan bangsa. Maraknya kejahatan
dan perbuatan yang menyimpang dari aturan agama telah kita lihat, dengarkan dan juga
dirasakan oleh semua orang, membuat pentingnya mengkaji dan mempelajari Akhlak Tasawuf
pada kehidupan saat ini. Bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi
harus dibarengi dengan penanganan di bidang akhlak mulia dan mental spritual.
Kata Pengantar

 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “AKHLAK DAN TASAWUF ” , Makalah ini berisikan tentang informasi
Pengertian Akhlak dan Tasawuf Maka Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang Model Penelitian Akhlak dan Tasawuf. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh
dari Kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin Amin Yarobbal alamin

Garut, 24 Oktobe r 2016


Daftar Isi
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
1.      Ilmu Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yakni isim
mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan/ akhlaqan yang berarti kelakuan, tabi’at, dan
watak dasar. Kata akhlaq (‫ )أخالق‬itu sendiri berasal dari bentuk jama’ sedangkan mufradnya
adalah khuluq (‫ )خالق‬berarti budi pekerti. Kata akhlak itupun banyak ditemukan dalam ayat-ayat
Al Qur’an maupun al-Hadits seperti :

Dari Abu Ad-Darda' radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada
akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat
orang yang berpuasa dan shalat. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Sementara itu, akhlak menurut istilah ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai ini
diantaranya sebagai berikut
a.       Ibnu Maskawih (421 H/1030 M) adalah seorang yang ahli dibidang akhlak terkemuka dan
terdahulu mengatakan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b.      Imam al-Ghazali (1059-1111 M) dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam) terutama
membela Islam dari berbagai paham yang menyesatkan, mengatakan secara lebih luas arti akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c.       Ibrahim Anis dalam Mu’jam al-Wasith mengatakan bahwa akhlak yaitu sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
d.      Dari kitab Dairatul Ma’arif, secara singkat akhlak diartikan sifat-sifat manusia yang terdidik.
      Dari beberapa pendapat para ahli mengenai arti kata Akhlak menurut  
istilah memiliki beberapa kemiripan dan saling melengkapi satu sama lainnya sehingga dapat
diklasifikasi lagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
 Berdasarkan inti yang tertanam dari dalam diri yakni hati seseorang, seperti kesamaan
pendapat dari Ibnu Maskawih dan Imam al-Ghazali serta Ibrahim Anis. Karena menurut
mereka, akhlak itu timbul dari dalam hati seseorang sendiri tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan yang lebih dalam sebelum berprilaku.
 Berdasarkan arti akhlak yang berupa perbuatan seseorang, seperti kesamaan yang
disebutkan oleh Imam al-Ghazali dengan Ibrahim Anis. Karena mereka berdua sama-sama
menitikberatkan kepada perbuatan, entah itu baik maupun buruk. Karena Akhlak ibarat
sebuah produk yang menghasilkan barang atau jasa seperti macam-macam perbuatan
manusia.
Dalam perkembangan selanjutnya, akhlak tumbuh menjadi sebuah ilmu
yang berdiri sendiri. Da’iratul Ma’arif, yang dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu tentang
keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya
hingga jiwa kosong dari segala kebathilan tersebut.
     Setelah berdasarkan pengertian akhlak secara bahasa dan istilah menurut beberapa ahli,
penulis menyimpulkan sendiri pengertian akhlak ialah suatu hal yang sudah tertanam di dalam
hati setiap insan tanpa harus dipikirkan dan direncanakan terlebih dahulu dalam melakukan
perbuatannya, entah itu perbuatan baik maupun buruk. Sekarang tergantung kita mau mengikuti
hawa nafsu belaka atau mengikuti perbuatan sesuai aturan agama Islam.

1. Akhlak (Al-Hamidah)

Yakni ahlak terpuji atau akhlak yang baik dimana akhlak mahmudah ini semuanya membawa
kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Jadi, akhlakul mahmudah berarti tingkah laku yang
terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlakul mahmudah
dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat
bergaul dengan masyarakat luas karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan
menghargai sesamanya. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk,
melainkan ahklak sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik
merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. Berikut macam macam akhlak
mahmudah antara lain

 Bersifat baik
 Bersifat benar
 Bersifat amanah
 Bersifat adil
 Bersifat kasih sayang
 Bersifat hormat
 Bersifat berani
 Bersifat kuat
 Bersifat malu
 Menjaga kesucian diri

2. Akhlak (Adz-Dzamimah)

Yakni akhlak tercela atau akhlak yang buruk. Akhlak adz-Dzamimah juga ialah perangai atau
tingkah laku yang tercermin pada diri manusia yang cenderung melekat dalam bentuk yang tidak
menyenangkan orang lain. Macam macam akhlak madzmumah antara lain sebagai berikut:

 Sifat dengki
Dengki menurut bahasa (etmologi) berarti menaruh perasaan marah karena sesuatu yang amat
sangat kepada kekurangan orang lain.
 Sifat iri hati
Iri berarti merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat orang lain
beruntung , cemburu dengan keberuntungan orang lain, tidak rela apabila orang lain mendapat
nikmat dan kebahagiaan.
 sifat sombong
menganggap dirinya lebih dari orang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau
mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih
dihormati, dan lebih beruntung dari yang lainnya.
 Sifat riya
Riya yaitu berbuat amal karena didasarkan ingin mendapat pujian dari orang lain, agar dipercayai
orang lain, agar ia dicintai orang lain, karena ingin dilihat orang lain.
Akhlak Dalam Islam
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak yang baik terhadap allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji terhadap allah
SWT, baik melalui ibadah langsung kepada Allah seperti, Shalat, puasa dan sebagainya, maupun
perilaku perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan allah di luar
ibadah itu. Berakhlak yang baik antara lain melalui:
a. Beriman
b. Taat beribadah
c. Ikhlas
d. Khusyuk
e. Husnudzan
f. Tawakal
g. Syukur
h. Bertasbih
i. Istihfar
j. Takbir
2. Akhlak Terhadap Manusia
a. akhlak terhadap diri sendiri
1) Al-amanah, yaitu sikap pribadi stia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu
yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia, kewajiban, atau kepercayaan
lainnya sebagai mana allah berfirman dalam (QS. An-Nisa : 58)
“sesungguhnya allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak”
(QS. An-Nisa : 58)
2) as-Sidiqatu , yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan
kebalikan dari benar adalah dusta, yaitu menyalahi kenyataan yasng sebenarnya
3) al-’adlu, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, adit terdiri atas adil perseorangan,
adil dari segi hukum atau masyarakat. Kebalikan dari sifat adil yaitu zalim

b. Akhlak Terhadap Keluarga


1. Akhlak terhadap orang tua
Orang tua menjadi sebat adanya anak anak karena itu akhlak terhadap orang tua sangat
ditekankan oleh ajaran Islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar yang
siksanya tidak hanya di peroleh di akhirat, tetapi juga selagi hidup. Prinsip-prisip dalam
melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalahL:
a. Patuh, yaitu menaati perintah orang tua, kecuali perintah itu bertentangan dengan
perintah allah
b. Ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidup nya.
c. Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan
d. Merendahkan diri di hadapannya
e. Berterimakasih
f. Berdo’a untuk mereka atau meminta do’a kepada mereka
2. Akhlak terhadap suami-isteri
Suami istri merupakan ikatan yang menghubungkan kasih saying laki laki dan
perempuan. Dalam keluarga hubungan itu melahirkan komunikasi, baik dengan kata kata
maupun perilaku. Jika komunikasi itu didasari kasih saying yang tulus, maka akan lahir
hubungan yang harmonis. Kasih sayang ditampilkan dalam bentuk perhatian melalui kata kayta
dan sikap.
3. akhlak terhadap anak
Akhlak terhadap anak adalah memberinya perhatian dang kasih sayang yang sangat
dibutuhkan anak. Merawat, mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak merupakan bagian
yangb sangat penting dalam mengemmbangkan akhlak yang baik, bagaimana orang tua berkata
atau bertindak akan menjadi bagian dari contoh perilaku yang akan dilakukan anak.
3. akhlak terhadap tetangga
akhlak terhadap tetangga merupakan perilaku yang terpuji. Tetangga merupakan orang
yang paling dekat secara social, karena itu menjadi prioritas untuk diperlakukan secara baik,
sehingga dapat terjalin Yang harmonis dalam bentuk tolong menolong dan sebagainya.
4. akhlak terhadap lingkungan
seorang muslim memandang alam sebagai milik allah yang wajib disyukuri dengan cara
mengelolanya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri. Berakhlak
kepada lingkungan alam adalah menyikapi dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan
kelestariannya. Agama islam menekankan agar manusia yang mengendalikan dirinya dalam
mengeksploitasi alam, sebab alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan menghancurkan
kehidupan manusia sendiri.

2.   PENGERTIAN TASAWUF

            Wacana tasawuf mengarahkan pikiran kita pada orang-orang saleh, banyak ibadah,

menjaga tingkah laku pergaulannya dengan Allah SWT., dengan sesama manusia, dengan

mahluk lain dan selalu ingin dekat dengan Allah pencipta semua mahluk. Namun demikian

istilah ini merupakan istilah yang disandarkan pada sebuag gerakan batiniah dalam usaha untuk

mendekkatkan diri seorang hamba kepada sang Khalik. Untuk lebih mengetahui apa tasawuf itu,

terlebih dahulu perlu diketahui pengertiannya.

1.        Pengertian tasawuf secara etimologi.

Asal istilah tasawuf merujuk ke beberapa kata:

a.     ‫صفى‬     artinya suci bersih.  Dalam pengertian ini orang  yang ingin dekat dengan Allah SWT.,

aktifitasnya banyak diarahkan pada pensucian diri dalam rangka dekat dengan Allah swt. Artinya

Allah maha Suci tidak mungkin bisa didekati kecuali oleh orang-orang yang memelihara

kesucian. Bishr bin al-Harith berkata:”sufi adalah orang yang hatinya suci/tulus kepada Allah.

b.    ‫صف‬   artinya barisan atau barisan terdepan. Orang yang ingin dekat dengan Allah, pasti sudah

kuat imannya. Oleh karena itu selalu ada pada barisan terdepan dalam hal ibadah.

c.     ‫اهل الصفة‬  artinya penghuni serambi (masjid). Istilah ini disandarkan kepada orang yang ingin

selalu dekat dengan Allah SWT., maka mereka ikut juga hijrah dengan Nabi dari Mekah ke

Madinah. Di Madinah merreka tinggalnya di serambi masjid.


d.   O‫صوف‬     artinya wol, bulu binatang kasar. Orang yang selalu dekat dengan Allah swa., hanya

memakai alat berpakaian bulu binatang yang kasar, domba, unta dan sebagainya, ini hanya

pandangan saya karena kaum sufi tidak mencirikan dirinya dengan memakai pakaian dari bulu

e.  Pendapat yang lain mengatakan bahwa istilah Tasawuf derasal dari bahasa Yunani yaitu Sophos

atau Shofia artinya hikmah atau  bijaksana. Pendapat ini  merupakan pendapat mayoritas  kaum

orientalis. Ahli-ahli sofia adalah orang  yang ahli  dalam filsafat atau kebijaksanaan. Mereka 

menambahkan  bahwa dalam  tradisi Arab kata sofia  direduksi menjadi kata shufiya  untuk

menunjukkan  kepada orang-orang  ahli ibadah dan ahli filsafat agama.

Dari limat pendapat di atas, maka secara etimologis kata tasawuf lebih dekat dengan kata

‫صوف‬. Sebagaimana pendapat Ibn Khaldun bahwa kata Sufi  merupakan kata  jadian dari kata

Suf. Tapi perlu diingat, bukan sekedar karena ia memakai pakaian yang terbuat dari kain bulu

dan wol kasar maka seseorang disebut sufi. Seseorang  menggunakan wol hanya sebagai symbol

kesucian, mereka menyiksa dan menekan hawa nafsu dan berjalan di jalan Nabi.

2.        Pengertian tasawuf secara terminology

Ada banyak definisi yang telah dibuat oleh untuk menjelaskan pengertian tasawuf secara

terminology. Berikut  beberapa diantaranya: 

1. Menurut Abu Qasim al-Qusyaeri  (tasawuf ialah penjabaran ajaran Alquran, sunnah,

berjuang mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan

menghindari sikap meringankan ibadah.

2.  Menurut Ahmad Amin tasawuf ialah bertekun dalam ibadah, berhubungan langsung

dengan Allah SWT., menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang

diburu oleh orang banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah.
 3. menurut Zakaria al- Anshari Tasawuf ialah mengajarkan cara untuk mensucikan diri,

meningkatkan akhlak, berlaku zuhud terhadap yang diburu oleh orang banyak, dan menghindari

dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh

hubungan langsung dengannya.

4. Dan menurut Ibrahim Hilal dalam bukunya ‘Tasawuf Antara Agama dan Filsafat’, bahwa

tasawuf pada umumnya bermakna menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap

kehidupan dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah,

melaparkan diri, mengerjakan  shalat malam, dan melakukan berbagai jenis wirid sampai fisik 

atau dimensi jasmani seseorang  menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat.

            Apabila melihat beberapa definisi diatas, maka dapat diperoleh ungkapan yang singkat dan

padat yang mencakup  dua segi yang keduanya membentuk satu kesatuan yang saling menunjang

dalam mendefinisikan tasawuf yang pertama adalah cara dan yang kedua adalah tujuan. Cara,

diantaranya melaksanakan berbagai rangkaian peribadatan, latihan-latihan rohani  sepeerti zuhud. 

Sedangkan tujuannya ialah mendekatkan diri kepada sang Khalik yang puncaknya ialah

penyaksian (masyadah).

C.   Faktor-Faktor Penyebab Mundurnya Tasawuf

            Ulama peneliti muslim menarik suatu kesimpulan bahwa ada 3 faktor penyebab citra

tasawuf runtuh dimata dunia Islam.

  1.  Banyak sufi-sufi yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya, mereka tidak tunduk

pada aturan syariah sebab mereka sudah menganggap dirinya sudah mencapai tingkat /maqamat

yang tinggi yaitu ma’rifah. Kebanyakan sufi mendominasi ajaran tasawufnya dengan unsur-

unsur filsafat yang terlalu rasional sehingga tidak lagi relevan dengan Al-Qur’an dan Hadits. 
  2.  Kondisi atau era waktu itu di dominasi oleh penjajah bangsa Eropa yang menguasai Negara

Islam, banyak menggunakan faham dan filsafat sekularisme dan materialisme yang sangat

bertentangan dengan ajaran tasawuf.

       3.  Pendapat lain mengatakan bahwa pihak-pihak penguasa muslim itu sendiri sering menekan para

ulama, untuk melegalkan dan membantu dalam menjalankan kekuasaannya. Satu hal yang perlu

diingat bahwa mundurnya tasawuf bukan karena ajaran tasawuf itu sendiri tapi karena manusia

yang salah mengakses dan memahami tasawuf.

D.   Pembagian Dan Ajaran Inti Tasawuf

Secara umum para ahli tasawuf membagi tasawuf menjadi 3 (Tiga) macam : tasawuf

akhlaki, tasawuf amali dan tasawuf falsafi.       Ketiga jenis tasawuf tersebut pada prinsipnya

mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin “mendekatkan diri kepada Allah” dengan

cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghiasinya dengan perbuatan terpuji.

Namun ketiga jenis tasawuf tersebut mempunyai perbedaan dalam penerapan “pendekatan” yang

di gunakan.

Pendekatan-pendekatan dari masing-masing jenis tasawuf, sekaligus merupakan

spesifikasi dan ajaran inti masing-masing jenis tasawuf tersebut. Para tasawuf yang bercorak

akhlaki, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan “moral” ( teori-teori  ‫ ) أخالق الكريمة‬atau

biasa di sebut pencerdasan emosi.

Untuk tasawuf yang bercorak falsafi, maka pendekatan yang di gunakan adalah

pendekatan “rasio” memberdayakan akal pikiran yang biasa di sebut pencerdasan inteligen.

Sedangkan tasawuf yang bercorak amali, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

“amaliah”, memperbanyak aktifitas yang bersifat rohani yang biasa disebut pencerdasan

spiritual.
Ketiga bentuk corak tasawuf itu merupakan perwujudan untuk meng-Esakan Tuhan

secara mutlak, dan itu berarti kita harus menyadari bahwa meng-Esakan dan memahami Tuhan

tidak bisa di jangaku atau didekati hanya dengan rasio atau akal semata, tetapi memahami Tuhan

harus dibantu dengan pendekatan moral atau emosi dan spiritual yang keduanya itu bertempat

dalam hati sebagai tempatnya iman bersemayam.   

                 Berikut adalah ajaran inti tasawuf  yang dikemukakan menurut pembagian tasawuf itu

sendiri, yakni:

       1.  Tasawuf akhlaki

Taswuf Akhlaki ialah ajaran tasawuf yang berhubungan dengan pendidikan mental dan

pembinaan serta pengembangan moral agar seseorang berbudi luhur atau berakhlak mulia. Dari

pengertian tersebut, maka menurut pandangan orang-orang sufi yang menganut aliran tasawuf

akhlaki sebagai berikut :

            a.  Bahwa satu-satunya cara untuk bisa mengantar seseorang agar bisa dekat dengan Allah SWT .,

hanyalah dengan jalan “mensucikan jiwa”.

            b.  Bahwa untuk mencapai kesucian jiwa tersebut diperlukan “latihan mental” yaitu al-riyadhah

yang ketat. Riyadhah tersebut wujudnya adalah “mengontrol” sikap dan tingkah laku secara ketat

agar terbentuk pribadi yang berahklak mulia.

            c.  Bahwa latihan mental tersebut bertujuan untuk mengontrol dan mengendalikan nafsu, seperti

godaan-godaan yang sifatnya duniawi.

            d.  Bahwa pengendalian nafsu di perlukan, sebab nafsu diabggap sebagai penghalang atau tabir

antara manusia dengan Tuhan.

            e.  Bahwa untuk membuka tabir tersebut agar manusia dapat dekat dengan Allah SWT. Maka para

sufi membuat suatu sistematika pendekatan takhalli (mengosongkan) dan tahalli (mengisi).
       2.  Tasawuf Amali

            Tasawuf amali yaitu ajaran tasawuf yang mementingkan pengalaman-pengalaman ibadah

baik secara lahiriah maupun batiniah. Tasawuf amali di anggap oleh sebahagian sufi sebagai

bagian dan lanjutan dari taswuf akhlaki. Menurut sufi yang menganutnya bahwa untuk dekat

dengan Allah SWT. Maka seseorang harus menggunakan pendekatan amaliah dalam bentuk

memperbanyak aktifitas, amalan lahir dan batin.

            Oleh karena itu menurut sufi, ajaran agama juga mengandung aspek lahiriah dan batiniah,

maka cara memahami dan mengamalkannya juga harus melalui aspek lahir dan batin. Kedua

aspek ini di bagi menjadi empat bagian.

a.    Syariah yaitu undang-undang, aturan-aturan, hukum Tuhan , atau ketentuan tentag halal, haram,

wajib dan sunnah hal ini menyangkut aspek lahiriah (eksoterik).

                Syariah menurut sufi adalah amalan-amalan lahir yang fardukan dalam agama yang

biasanya dikenal sebagai “rukun Islam” yang sumbernya dari Al-Qur’an dan sunnah. Amalan

tersebut bukan hanya yang sifatnya wajib tetapi semua sunnah, yang di amalkan dengan penuh

keikhlasan sehingga di tetapkanlah cara-caranya waktunya dan jumlahnya. Oleh karena itu, sufi

ynag meninggalkan syariah dianggap sesat, sebab tanpa mengamalkan hukum Tuhan secara baik,

dan tuntas lewat amalan ibadah berarti tidak tunduk pada aturan Allah.

                Syariat merupakan hakikat itu sendiri, dan hakikat tidak lain adalah syariat itu sendiri.

Keduanya   adalah satu, tidak akan sempurna satu sisi tanpa sisi yang lain. Allah SWT., telah 

menggabungkan keduanya, oleh karena itu suatu hal yang mustahil jika seseorang mau

memisahkan sesuatu yang telah digabungkan oleh Allah SWT.

b.    Thariqah yaitu jalan, cara, metode. Thariqah menurut sufi ialah perjalanan menuju Allah, dan

dalam perjalanan tersebut di tempuh melalui suatu cara, atau melalui suatu jalan agar dengan
Tuhan. Sebab meurut sufi tanpa suatu cara atau metode khusus yang di sebut thariqah akan sulit

sampai pada tujuan. Maka di tetapkanlah ketentuan yang sifatnya batiniah, dengan melalui cara,

metode setahap demi setahap .          .

                   Menurut sufi hidup ini penuh dengan rahasia, dan rahasia itu tertutup oleh tabir

sebenarnya tabir itu adalah “hawa nafsu” kita sendiri. Tabir itu sebenarnya bisa tersingkap

(terbuka) asal menempuh suatu cara (thariqah) lihat Al-Qur’an surah al-Jin ayat 16, yang artinya:

“dan bahwasanya : Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam).
Benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak) “

Berdasarkan gambaran di atas, maka maqamat  itu merupakan satu sistem atau metode untuk

mengenal dan merasakan adanya Tuhan atau melihat Tuhan dengan mata hati.

c.         Haqiqah diartikan sebagai kebenaran. Haqiqah biasa juga diartikan puncak, atau sumber segala

sesuatu. Haqiqah menurut sufi merupakan rahasia yang paling dalam dari segala amal, dan

merupakan inti dari syariah. Haqiqah di peroleh sebagai nikmat dan anugerah Tuhan berkat

latihan yang dilakukan sufi. Dengan sampainya sufi ke tingkat haqiqah, berarti  telah terbukalah

baginya rahasia yang ada dalam syariah, maka sufi dapat memahami  segala kebenaran. Atau

dengan kata lain haqiqah adalah mengetahui inti yang paling penting dalam diri sesuatu

sehingga  tidak ada yang tersembunyi baginya.

Haqiqah tidak bias terlepas dari  syariah, dan bertalian erat dengan tariqah dan juga terdapat

dalam ma’rifah. Dalam pandangan kaum sufi, makna hukum luar (syariah) harus utuh dan

sinkron dengan makna hokum dalam (haqiqah), maka setiap manusia harus tunduk pada syariah

sekaligus  tunduk pada realitas sebelah dalam (tariqah dan haqiqah), sebab manusia sendiri

berada diantara dua ruang yaitu ruang fisik dan ruang ruhani.

d.        Ma’rifah yaitu pengetahuan dan pengenalan. Sedangakan menurut kaum sufi berarti

penghetahuan mengenai Tuhan melalui kalbu atau hati nurani. Pengertian tersebut sedemikian
lengkapnya  sehingga jiwa seorang sufi sudah merasa bersatu dengan yang diketahuinya.

Dikatakan oleh para sufi, ma’rifah berarti mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari

melihat Tuhan. Inilah sebagai tujuan  utama dalam  ilmu tasawuf.

Melihat gambaran dari syari’ah, tariqah, haqiqah, dan ma’rifah, maka dapat dikatakan bahwa

ma’rifah hanya bias dicapai bila melalui syari’ah dan ditempuh berdasarkan tariqah lalu bisa

memperolah haqiqah. Apabila syari’ah dan  tariqah  ini sudah dikuasai maka timbullah haqiqah

lalu tercapailah tujuan yang diinginkan oleh sufi yaitu ma’rifah.

Menurut kaum sufi pengalaman syariah Islam tidaklah sempurna jika  tidak dikerjakan secara

integrative dengan urutan-urutan sebagai berikut:

           Syari’ah merupakan peraturan

           Tariqah merupakan cara melakukan peraturan

           Haqiqah merupakan keadaan yang dirasakan setelah melaksanakan peraturan tersebut.

           Ma’rifah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh sufi.

Bila seseorang telah menjalani tariqah yang seimbang  dengan syariah lahir dan batin menuju

pada puncak rahasia, maka tercapailah suatu kondisi mental yang dinamakan insan kamil atau

waliyullah yaitu orang-orang yang  selalu dekat dengan Allah SWT., dan mendapat karunia-Nya 

sehingga melakukan perbuatab-perbuatan luar biasa yang dinamakan al-karamah.

3.      Tasawuf Falsafi

Tasawuf falsafi merupakan ajaran tasawuf yang memadukan antara visi mistis dengan 

visi rasional. Tasawuf falsafi berbeda dengan tasawuf akhlaki dan amali. Sebab tasawuf falsafi

menggunakan term filsafat dalam  mengungkap ajarannya. Terminologi tersebut berasal dari

berbagai macam ajaran filsafat yang  mempengaruhi tokoh-tokoh sufi. Dengan adanya term-term

filsafat dalam tasawuf ini menyebabkan bercampurnya ajaran filsafat dan ajaran-ajaran dari luar 
Islam seperti Yunani, India, Persia, Kristen dalam ajaran tasawuf Islam. Tetapi perlu diketahui 

bahwa orisinalitas  tasawuf tetap ada dan tidak hilang. Sebab para sufi tersebut  menjaga

kemandirian ajarannya.

Walaupun tasawuf falsafi banyak menggunakan term filsafat, namun tidak  bisa dianggap

sebagai filsafat. Sebab ajaran dan metodenya dipadukan pada rasa (zauq). Sebaliknya tidak

dikategorikan sebagai tasawuf murni, sebab ajarannya sering diungkap  dalam bahasa  filsafat

yang  sering cendrung   pada pantaisme.

Contoh dari ajaran tasawuf yang bercorak filsafat antara lain seperti terlihat pada teori al-

fana’, al-baqa’, dan al-ittihad dari Yazid Bustami, teori hulul dari Mansur al-Hallaj, dan teori

wihdatul wujud dari Ibn Arabi.

E. Maqamat dan Ahwal.

1.      ‫ﻣﻗﺎﻣﺎﺕ‬    ( Maqamat )

Untuk mencapai  kedekatan  dengan Tuhan, sufi  memberikan suatu metode atau cara atau

jalan.  Jalan itu berisi stasiun yang disebut ‫ﻣﻗﺎﻣﺎﺕ‬ . Maqamat  berasal dari  bahasa Arab yang

artinya  tempat orang berdiri. Selanjutnya istilah tersebut berkembang  lebih jauh  dengan arti

tingkatan, atau tahapan, atau jalan  panjang yang harus dilewati oleh sufi untuk berada  sedekat

mungkin dengan Allah SWT. Tingkatan tersebut  berupa atau berbentuk sikap hidup yang

nampak kelihatan  dan tercermin  dalam perilaku  akhlak yang mulia. Maqamat  ini sebagai hasil

dari mujahadah (kesungguhan)  dan riyadah (latihan)  berkesinambungnan yang

dilaksanakannya serta  putusnya hubungan dengan selain Allah.

Berdasarkan defenisi di atas, dapat dikemukakan bahwa  maqamat  merupakan suatu

tingkatan, tahapan yang dicapai oleh  sufi dari usahanya yang keras  dan sungguh-sungguh serta

perjuangannya  terus menerus dalam rangka mendekatan diri kepada Allah SWT.
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul  perbedaan pendapat di kalangan sufi bahwa 

referensi tentang  jumlah maqamat tidak selamanya sama. Nampaknya  perbedaan tersebut 

berfariasi baik segi jumlah maupun formasi maqamat itu. Berikut penulis paparkan pendapat

beberapa ulama:

Menurut Abu Bakar al-Kalabazi  ada sepuluh maqatat dengan formasi sebagai berikut: 

Taubat, Zuhud, Sabar, Fakir, Tawadu’, Takwa, Tawakkal, Ridha, Mahabbah dan Ma’rifat.

Sedang Menurut al-Gazali ada delapan bentuk maqamat: Taubat, Sabar, Fakir, Zuhud,

Tawakkal, Mahabbah, Ridha, dan Ma’rifat.

Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Abu Nasr  al-Sarraj al-Tusi berpendapat bahwa

maqamat hanya ada tujuh macam yaitu: Taubat, Wara’,Zuhud, Fakir, Sabar, Tawakkal dan

Ridha. Sedangklan menurut Abu. Qasim Abd. Karim maqamat hanya ada enam yaitu:  Taubat,

Wara’, Zuhud, Tawakkal, Sabar, dan Ridha.

Kendati ada perbedaan  ulama tentang jumlah formulasi maqamat,  tetap ada  tingkatan 

yang sama  disepakati dan mesti ada sebagai unsur dari maqamat tersebut, sebagai mana yang

disebutkan  oleh Harun Nasution bahwa ada lima tingkatan yang populer dan diterima secara

umum yaitu: Taubat, Zuhud, Sabar,Tawakkal dan Ridha. Berikut penjelasan singkat kelima

macam maqamat tersebut:

1.      ‫ﺍﻟﺗﻭﺑﺔ‬    ( taubah ) ialah meninggalkan keinginan untuk kembali  melakukan kejahatan  seperti
yang telah pernah dilakukannya karena rasa takut akan kebesaran Allah SWT., dan menjauhkan

diri dari kemurkaannya. Para sufi berpendapat  bahwa  taubat  adalah maqamat pertama.

Mengingat  bahwa taubat merupakan metode atau cara  untuk mengikis semua sifat yang jelek.

Menurut para sufi, dosa  itu adalah pemisah  antara manusia  dengan Allah, sebab dosa itu adalah

sesuatu yang kotor sedangkan Allah Maha Suci dan  menyukai orang  yang senantiasa
mensucikan dirinya dari dosa dengan cara bertaubat. Inilah stasiun pertama yang harus dilewati

oleh para sufi.

2.        ‫ﺍﻟﺯﻫﺩ‬   ( zuhud )  diartikan sebagai keadaan meninggalkan dunia dan menjauhkan diri dari

hidup kebendaan.  Namun al-Gazali mengartikan  zuhud sebagai sikap mengurangi keinginan

kepada dunia  dan menjauh darinya dengan penuh kesadaran. Sedangkan al-Qusyaeri menyebut

zuhud  yaitu tidak  merasa bangga dengan  kehidupan dunia yang telah ada di tangan dan tidak

merasa  bersedih dengan hilangnya kemewahan dari tangannya. Dari pengertian ini dapat

dipahami bahwa zuhud   intinya adalah  mengurangi keinginan terhadap  kenikmatan dunia

supaya dapat membawa  kekhusyuan  mengabdi  dan dekat dengan Allah SWT.

3       ‫ ( ﺍﻟﺻﺑﺮ‬sabar ), secara harfiah berarti menahan. Menurut al-Gazali sabar adalah sebuah kondisi
mental dalam mengendalikan hawa nafsu yang  tumbuhnya  adalah atas dorongan  agama. Sabar

yang dimaksud para sufi adalah  konsekwen dan konsisten dalam melaksanakan perintah Allah

dan  meniggalkan larangnannya, tahan uji  mengahdapi kesulitan dan cobaan yang ditimpakan

kepadanya.

4.      ‫ﺍﻟﺗﻭﻛﻞ‬  ( tawakkal ). Pengertian tawakkal secara umum adalah sikap pasrah  secara total setelah
melaksanakan suatu usaha. Tawakkal juga  berarti berpasrah diri sepenuhnya  kepada Allah SWT

dalam menghadapi atau menunggu pekerjaan. Menurut sufi tawakkal tidak cukup hanya sekedar

penyerahan diri seperti itu, tetapi lebih mendalam lagi dengan  merefleksikannya melalui sikap

dan tindakan dalam  segala hal.

5.      ‫ﺍﻟﺮﺿﺎ‬ ( Ridha ),  secara harfiah ridha artinya rela. Sementara menurut  Harun Nasution ridha

berarti menerima qadha dan qadar  Tuhan dengan senang hati. Untuk itu, semua  perasaan benci

di dalam hati harus dibuang jauh-jauh sehingga yang tersisa  ialah perasaan  senang dan gembira
walaupun ditimpa mala petaka ia tetap senang dan ridha  menerimanya sebagaimana ketika ia

mendapat rahmat dan nikmat.       

Sebagai tambahan bahwa term maqamat  muncul sebagai suatu istilah  dalam tasawuf  pada

abad III dan IV H. dan yang dianggap pelopornya antara lain Haris al-Muhasibi (165-234 H /

781-857 M), dipandang sebagai orang pertama yang  membahas maqamat. Selain itu juga

dikenal Abu Said al-Kharaz (227H) dan Abu Ismail Abdullah bin Muhammad al-Anshari (al-

Harawi) (361-481H).           

      2.   ‫ﺍﻷﺣﻭﺍﻞ‬   ( Ahwal )

Selain maqamat,  dalam tasawuf juga dikenal istilah ahwal. Ahwal merupakan  keadaan

mental, seperti keadaan  senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Ahwal Juga

diartikan sebagai keadaan mental atau situasi kejiwaan yang diperoleh sufi sebagai karunia dari

Allah SWT. Ahwal sebenarnya manifestasi dari maqamat  yang dilalui  oleh sufi sehingga ahwal

sangat sulit untuk  dilukiskan  secara informatif dan dideteksi  secara logis, sebab ia termasuk

pengalaman rohani yang  hanya diketahui oleh sufi yang yang pernah mengalaminya. Karena itu

ahwal sangat bersifat subjektif dan personal.

E.     MANFAAT MEMPELAJARI AKHLAK DAN TASAWUF


1.      Dengan mempelajari akhlak tasawuf kita dapat menghindari kajian akhlak yang hanya berada
pada tataran pemikiran dan wacana yang tentu akan jauh untuk dapat memberikan kesan
tersendiri pada mahasiswa terutama untuk memiliki akhlak mulia.
2.      Dengan mengkaji akhlak tasawuf berguna untuk membatasi kajian salah satu aspek dalam dunia
tasawuf yakni tasawuf akhlaki, yang berarti menitikberatkan pada akhlaki saja, bukan kepada
tasawuf falsafi maupun amali.
3.      Dan yang terpenting dari mempelajari akhlak tasawuf adalah cara membersihkan diri dari sifat
tercela, menghiasi diri dengan akhlak mulia dan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan
sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan dari yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa Akhlak Tasawuf berasal dari dua kata pembagian yakni Akhlak dan
Tasawuf. Adapun pengertian akhlak secara umum yakni suatu hal yang telah tertanam di hati
entah itu bernilai baik maupun buruk sekalipun karena akhlak timbul tanpa perlu dipikirkan dan
dipaksa terlebih dahulu. Sedangkan yang disebut Tasawuf ialah suatu cara dalam proses untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Jadi, dapat ditarik
benang merah yakni pengertian Akhlak Tasawuf ialah salah satu disiplin ilmu yang terdapat
dalam ajaran agama Islam yang mempelajari tata cara berprilaku yang baik dan mulia serta
tentunya sesuai aturan Islam sehingga kita bisa mendekatkan diri kita kepada Allah dengan
sepenuhnya dan memiliki rasa tenang saat berada di dekat-Nya. Akhlak Tasawuf memiliki kaitan
yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari yakni untuk mencapai akhlak yang mulia
diperlukan proses-proses yang biasanya dilakukan oleh pengamal tasawuf. Begitupun
sebaliknya, belum dikatakan bertasawuf dengan benar apabila pencapaian akhlak yang mulia
belum terpenuhi. Didalamnya juga terdapat ruang lingkup akhlak, sumber kajian tasawuf, dan
manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf.
 
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers


Khoiri, Alwan, dkk. 2005. Akhlaq / Tasawuf. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga
Toriquddin, Moh. 2008. Sekularitas Tasawuf Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern.
Malang : UIN-Malang Press
Gunawan, 2010. Akhlak Tasawuf. http://www.tasawufislam.blogspot.com/search/label/Akhlak
%20Tasawuf. Medan

Anda mungkin juga menyukai