Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia merupakan mahkluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari tidak

lepas dari pergaulan sesama manusia dimana manusia satu dengan yang lain saling

membutuhkan. Akan tetapi sayangnya banyak diantara sesama manusia saling

bermusuhan dan berujung konflik baik antar sesama keluarga dengan keluarga,

sesama teman dengan teman bahkan antar masyarakat satu dengan masyarakat yang

lain. Seperti yang kita ketahui di zaman media seperti sekarang ini banyak kelompok

masyarakat yang saling sindir-menyindir satu dengan yang lain padahal hanya

membahas masalah sepele atau bahkan juga seperti berdebat masalah pemilu yang

barusan terjadi dimana kubu satu dengan kubu yang lain saling ejek dan

mengeluarkan sikap dan perilaku yang justru berujung kepada permasalahan hukum.

Tentunya kita sebagai umat muslim prihatin dengan kondisi tersebut diatas sehingga

disinilah diperlukan pentingnya peranan Akhlaq bagi kehudupan setiap muslim.

Seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul

hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang

menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlaq yang dihayati dalam kenyataan

hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral

yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah sehingga ia mampu

1
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana

yang tidak tidak berguna. Andaikata setiap manusia khususnya sesama muslim

menerapkan akhlaq dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, di kampus, di

kantor, di lingkungan tempat tinggal kita dan bahkan dalam dunia maya seperti

dalam media maka akan tercipta keindahan, ketenangan dan kedamaian khususnya di

Negara Indonesia. Disinilah peranan dari kita sesama muslim untuk saling

mengingatkan diri sendiri, maupun mengingatkan orang lain karena sesungguhnya

tugas manusia adalah berdakwah.

‫بلغوا عني ولو آية‬

Sampaikan tentang Aku walaupun hanya satu ayat. (HR. Bukhari)

Penulis merasa sangat penting untuk mengkaji permasalahan ini mengingat

banyak sekali masalah kecil yang berujung masalah hukum akibat ego manusia yang

tinggi, tidak mau maaf-memaafkan dan enggan tolong –menolong sehingga dengan

mempelajari Akhlaq diharapkan dapat tercipta perdamaian dalam kehidupan

sekaligus perintah Allah SWT untuk menjaga Akhlaq dan meneladani Akhlaq dari

Rasulullah SAW. Berdasarkan latar belakang tersebut maka Penulis akan

menguraikan dalam makalah yang berjudul “PERANAN AKHLAQ BAGI

KEHIDUPAN SETIAP MUSLIM”.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Akhlak ?

2. Apa saja macam-macam Akhlak dalam Islam ?

3. Bagaimana dalil tentang Akhlak ?

4. Bagaimana peranan akhlak bagi kehidupan setiap muslim ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk menjelaskan pengertian Akhlaq.

2. Untuk menjelaskan macam-macam Akhlak dalam Islam.

3. Untuk menjelaskan dalil tentang Akhlak.

4. Untuk menjelaskan peranan Akhlaq bagi kehidupan setiap muslim.

D. MANFAAT PENULISAN

Pembaca dapat mengetahui tentang akhlak dan dapat menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari khususnya Penulis ;

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Akhlaq

Sebelum mempelajari akhlak secara lengkap, terlebih dahulu kita harus

mengerti apakah arti Akhlak itu? Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari

khuluqun yang berarti budi pekerti, sopan santun, atau tata krama. Sedangkan

menurut istilah akhlak adalah sifat yang tertanam didalam diri kita yang mendorong

untuk melakukan perbuatan dengan mudah tanpa perlu berfikir dan pertimbangan

terlebih dahulu.

Imam Ghazali radiallahu anhu yang dikutip oleh Fadloli (2004:7) mengatakan:

Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan

perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian.

Apabila perbuatan yang keluar itu baikdan terpuji menurut syara‟ dan akal,

perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan

yang jelek, ia dinamakan akhlak yang tercela (madzmumah).

Pengertian akhlak dalam kamus besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan

sebagai budi pekerti atau kelakuan. (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:4).

Dalam bahasa Arab kata akhlak diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan

agama. Meskipun kata akhlak berasal dari bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak

4
terdapat di dalam al-Qur‟an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadits. (Toto

Suryana, 2007:189). Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang

didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan yang

baik. Dalam tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, dan

Ahmad Amin yang dikutip dalam Toto Suryana, dkk (2007:189-196) 12 menyatakan

bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat

memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu,

bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena

boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari‟at

atau sebaliknya. Seseorang muslim dituntut untuk menebarkan rahmat bagi seluruh

alam, yaitu memandang alam dan lingkungannya dengan rasa kasih sayang. (Toto

Suryana, dkk, 2007:189-196). Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku sosial

adalah segala perbuatan atau tingkah laku manusia mengenai hubungan sosial yang

merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan, yang dimulai dari

tingkat yang sederhana dan terbatas sampai tingkat yang luas dan kompleks. (Enung

Fatimah,2010:89). Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan

manusia lainnya dalam masyarakat. Sosialisasi pada dasarnya merupakan proses

penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial, yaitu bagaimana seharusnya seseorang

hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok primer (keluarga) maupun

kelompok sekunder (masyarakat). Proses sosialisasi dan interaksi sosial dimulai

sejak manusia lahir dan berlangsung terus hingga ia dewasa atau tua.

5
Berakhlak dengan akhlak yang disyariatkan dalam Islam diantaranya : jujur,

amanah, bertanggung jawab, menjaga kesucian, malu, berani, darmawan, menepati

janji, menjauhi semua yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berbuat

baik kepada tetangga, membantu orang yang membutuhkan sesuai kemampuan, dan

selainnya dari akhlak-akhlak yang tertera dalam Al-Qur’an dan sunnah yang

dijelaskan tentang disyariatkannya akhlak-akhlak tersebut.

Defenisi akhlak secara pokok terlihat saling melengkapi, dan dari definisi

akhlak kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :

1. Perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang telah terlahir dalam jiwa

seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa akal. Ini berarti bahwa saat melakukan suatu perbuatan, yang berkaitan

dalam keadaan tidak sengaja, hilang ingatan, tidur dan gila.

3. Perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang datang dari dalam diri orang

yang melakukannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan

akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri,

pilihan dan keputusan yang berkaitan.

4. Perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-

sungguh, bukan main-main atau karena bersandiwara

5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang

baik) merupakan perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata

6
karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu

pujian.

2. Macam-Macam Akhlak Dalam Islam

Ada 2 macam jenis pembagian akhlak yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji)

dan akhlak madzmumah (akhlak tercela), yaitu :

1). Akhlak Mahmudah atau Akhlak Al-Karimah

Akhlak Mahmudah adalah Akhlak terpuji atau akhlak yang baik.

Contoh akhlak terpuji, diantaranya:

a. Jujur, adalah tingkah laku yang mendorong keinginan atau niat baik

dengan tujuan tidak mendatangkan kerugian bagi dirinya atau orang lain.

b. Berperilaku baik adalah reaksi psikis seseorang terhadap

lingkungannya dengan cara terpuji.

c. Malu adalah perangai seseorang untuk meninggalkan perbuatan buruk

dan tercela sehingga mampu menghalangi seseorang untuk berbuat dosa

dan maksiat serta dapat mencegah orang untuk melalaikan orang lain.

d. Rendah hati adalah sifat seseorang yang dapat menempatkan dirinya

sederajat dengan orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.

e. Murah hati adalah sikap suka memberi kepada sesama tanpa pamrih

atau imbalan.

f. Sabar adalah menahan segala sesuatu yang menimpa diri (hawa nafsu).

7
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya,

namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia

dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah merupakan pengakuan dan kesadaran

bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji

sedemikian Agung sifat itu, dan jangankan manusia, malaikatpun

tidak akan menjangkau hakekatnya.

b) Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri yang artinya menghargai,

menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan

sebaik-baik mungkin, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai

ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan

dengan sebenar-benarnya.

c) Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia merupakan makhluk sosial dan optimal banyak

bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan

saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan

berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut

serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang paling dekat

dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya,

memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya sesama.

8
2). Akhlak Madzmumah

Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang tercela atau akhlak yang

buruk. Akhlak Madzmumah ini merupakan lawan atau kebalikan dari akhlak

Al-Karimah. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci

dengan maksud agar bisa dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-

cara menjauhinya. Contoh akhlaq yang buruk antara lain :

a. Riya’ adalah beramal atau melakukan sesuatu perbuatan baik dengan niat

pamer untuk diihat orang atau mendapatkan pujian orang. Dengan kata

lain, Riya’ itu pamer.

b. Sum’ah adalah melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar di dengar

oleh orang lain dengan maksud agar namanya dikenal ;

c. Ujub adalah mengagumi diri sendiri ;

d. Takabur (sombong) adalah membanggakan diri snediri karena merasa

dirinya paling hebat, besar, tinggi, mulia, dibandingkan dengan orang

lain;

e. Tamak adalah serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki ;

f. Malas adalah enggan melakukan sesuatu ;

g. Fitnah adalah mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya ;

h. Bakhil atau kikir adalah tidak suka membagi atau memberikan sesuatu

yang dimiliki dengan orang lain (pelit) ;

9
i. Berbohong adalah memberikan atau mengatakan informasi yang tidak

sesuai dengan kenyataannya.

j. Dengki adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan atau

keberhasilan yang diperoleh orang lain.

k. Dan segala yang merugikan makhuk lain ;

3. Dalil Tentang Akhlak

Berakhlak dengan akhlak yang disyariatkan dalam Islam diantaranya; jujur,

amanah, bertanggung jawab, menjaga kesucian, malu, berani, darmawan, menepati

janji, menjauhi semua yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berbuat

baik kepada tetangga, membantu orang yang membutuhkan sesuai kemampuan, dan

selainnya dari akhlak-akhlak yang tertera dalam Al-Qur’an dan sunnah yang

dijelaskan tentang disyariatkannya akhlak-akhlak tersebut.

Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat.

Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan di akhirat kecuali

dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah keburukan-keburukan

ditolak kecuali dengan cara berakhlak dengan akhlak yang baik. Maka kedudukan

akhlak dalam agama ini sangat tinggi sekali. Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa

Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke

dalam surga, beliau mengatakan:

ِ ُ‫تَ ْقوى هَّللا ِ َو ُحسْنُ ْال ُخل‬


‫ق‬

10
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR.

Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Juga beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ي َوأَ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َمجْ لِسًا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة أَحْ َسنُ ُك ْم أَ ْخاَل قًا‬
َّ َ‫إِ َّن ِم ْن أَ ِحبِّ ُك ْم إِل‬

“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling

dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang

paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)

Juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ق‬ َ ‫ت أِل ُتَ ِّم َم‬


ِ ‫صالِ َح اأْل َ ْخاَل‬ ُ ‫إِنَّ َما بُ ِع ْث‬

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”

(HR. Ahmad, Bukhari)

Juga ada banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak

yang baik, juga tingginya kedudukan akhlak dalam agama ini, serta baiknya buah

yang akan didapatkan oleh orang yang berakhlak dengan akhlak yang baik ketika di

dunia dan di akhirat. Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mensifati NabiNya Shallallahu

11
‘Alaihi wa Sallam dalam Al-Qur’anul Karim dengan akhlak yang sempurna, akhlak

yang agung dan akhlak yang baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


٤﴿ ‫ق َع ِظ ٍيم‬ َ َّ‫﴾ َوإِن‬

“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-

Qalam [68]: 4)

Dahulu Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam adalah manusia yang paling

baik akhlaknya, paling sempurna adabnya, paling baik pergaulannya, paling indah

muamalahnya, semoga Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau.

Beliau adalah contoh bagi seluruh hamba dalam segala akhlak yang baik, segala adab

yang indah dan segala muamalah yang baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

٢١﴿ ‫ُول اللَّـ ِه أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َمن َكانَ يَرْ جُو اللَّـهَ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر اللَّـهَ َكثِيرًا‬
ِ ‫﴾لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi

orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan  hari akhir dan mengingat

Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

Bab akhlak dalam syariat Islam adalah bab yang sangat luas, tidak khusus

dalam pergaulan sesama makhluk. Akan tetapi akhlak dan adab juga antara seorang

hamba dan Tuhannya. Juga dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan

akhlak juga di antara sesama manusia. Maka dari itu seluruh orang yang beribadah

12
menyembah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, berarti dia adalah orang yang

paling buruk akhlaknya. Dimana akhlak orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala

ciptakan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan dia rizki, Allah karuniakan kepadanya

begitu banyak nikmat, kemudian dia berdo’a kepada selain Allah, memalingkan

ibadah kepada selain Allah. Maka orang musyrik adalah orang yang paling buruk

akhlaknya karena kesyirikan adalah bagian dari akhlak yang buruk. Bahkan

kesyirikan adalah seburuk-buruknya akhlak. Maka seseorang tidak boleh tertipu

dengan pergaulan baik yang dilakukan oleh sebagian orang kafir karena hal itu

mereka lakukan demi maslahat dunia dan tujuan-tujuan dunia. Mereka sama sekali

tidak mengharapkan sesuatu di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pahala pada hari

pertemuan denganNya.

Akhlak yang bermanfaat adalah akhlak yang dilakukan seseorang dengan

mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ia mendapatkan surga

dan derajat yang tinggi di akhirat nanti. Allah Ta’ala berfirman:

ْ ُ‫﴾إِنَّ َما ن‬
٩﴿ ‫ط ِع ُم ُك ْم لِ َوجْ ِه اللَّـ ِه اَل نُ ِري ُد ِمن ُك ْم َج َزا ًء َواَل ُش ُكورًا‬

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan

keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula

(ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan[76]: 9)

Bukan seorang yang berakhlak tapi mengharapkan balasan di dunia. Oleh

karena itu Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam pernah bersabda:

13
‫ص ُل بِال ُم َكافِ ِئ‬
ِ ‫الوا‬
َ ‫ْس‬َ ‫لَي‬

“Bukanlah orang yang menyambung silaturahmi jika sekedar membalas orang lain.”

(HR. Bukhari)

Adapun orang-orang yang bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik

akan tetapi dengan tujuan dunia, dia tidak akan mendapatkan dari dunianya kecuali

apa yang telah dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuknya. Dan dia tidak

akan mendapatkan balasan di akhirat. Bahkan dia akan menemukan hal yang buruk

disebabkan dia hanya menginginkan balasan dari orang lain. Karena diantara

manusia banyak yang tidak mampu untuk membalas kebaikan bahkan tidak mampu

membalas kebaikan dengan kebaikan. Diantara mereka ada yang akhlaknya sangat

buruk. Apabila seseorang berbuat baik kepadanya, sebaliknya dia berbuat buruk

kepada orang tersebut. Seorang yang baik adalah orang yang tidak menunggu

balasan dari manusia jika dia berbuat baik kepada mereka. Akan tapi dia hanya

mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu hadits-hadits yang menjelaskan atau menganjurkan untuk

berakhlak dengan akhlak yang baik menyebutkan balasan akhlak tersebut akan

didapatkan pada hari kiamat. Yaitu dengan dimasukkannya ke dalam surga atau

mendapatkan derajat yang tinggi di akhirat nanti. Dan semakin baik akhlak seseorang

karena ia mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akan semakin

besar balasan dan pahala yang akan dia dapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

14
Maka apabila seorang berakhlak tidak mengharapkan pahala dari Allah

Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi hanya mengharapkan tujuan-tujuan dunia, amalan

tersebut tidak termasuk dalam amal shalih yang dia lakukan. Karena diantara syarat

diterimanya suatu amalan adalah seorang mengharapkan balasan dan pahala dari

Allah Subhanahu wa Ta’ala.

4. Pengaruh akhlak dalam kehidupan manusia

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena

sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu

mengintai-intai, dan janganlah sebagian dari kamu mengumpat sebagian yang lain,

apakah suka seseorang dari kamu memakan daging bangkai saudaranya? Maka tentu

kamu jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu

pengampun lagi penyayang." (QS.Al Hujurat:12).

Firman Allah tersebut diatas merupakan rambu-rambu yang diberikan Allah

SWT, agar orang-orang yang menyatakan diri beriman sedini mungkin melakukan

tindakan preventif untuk mencegah timbulnya penyakit yang dapat merusak tatanan

kehidupan masyarakat. Perilaku keseharian kita akan mencerminkan kepribadian

kita. Tingkah laku kita yang baik (positif) atau yang tidak baik (negatif) akan

berpengaruh di dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengaruh nilai positif dan nilai negatif di dalam kehidupan masyarakat

merupakan suatu yang selalu muncul berebut tempat untuk selalu mempengaruhi

15
manusia. Karena itulah dalam pergaulan hidup banyak ditemukan akhlak yang baik

dan akhlak yang buruk. Apabila yang dominan adalah akhlak yang baik akan

melahirkan kehidupan yang baik. Namun manakala yang lebih dominan adalah

akhlak yang buruk maka akan rusaklah tatanan kehidupan masyarakat. Karena

akhlak yang buruk tersebut merupakan kanker yang ganas yang bisa menimbulkan

kerusakan dan kebinasaan.

Dalam salah satu hadits Nabi SAW, menjelaskan : "Jauhilah pubasangka, sebab

purbasangka itu adalah berita yang amat bohong. Janganlah kamu intip-mengintip,

mengutik-utik (rahasia), jangan bersaing-saingan, jangan iri hati, jangan benci-

membenci dan jangan belakang-membelakangi. Hendaklah kamu semua menjadi

hamba Allah yang bersaudara seperti yang diperintahkan Allah." (HR. Muslim).

Itulah sebabnya dalam ajaran Islam kita disuruh untuk selalu berbaik sangka

(husnuzzon) terhadap sesama.

Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-

masalah lain karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak.

Hal itu dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi Akhlak yang sangat semrawut

tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minum khomer

dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang

diturunkan untuk generasi setelah mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun

maka pada awal pertama nabi mengalami kesulitan. 

16
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak

Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap

orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya

kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang

kongkret. Dalam hubungan ini Abu Hurairoh meriwayatkan hadist dari Rosulullah

Saw yang artinya: "orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik

akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya”. 

Al-Qur'an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya

memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini

dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24 yang artinya:

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat

yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke

langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.

Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka

selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang

telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)

sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan

yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan

orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki".

Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman

adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak

17
terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal

yang dapat dinikmati oleh lingkungan terutama lingkungan sekitarnya.

Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan kita dari siksa api

neraka. Islam menganggap mereka yang tidak berakhlak tempatnya di dalam neraka.

Umpamanya seseorang itu melakukan maksiat, durhaka kepada kedua orang tuanya,

melakukan kezhaliman dan sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka

untuk dijadikan ahli syurga. Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di

antara manusia karena akhlak merupakan lambang kesempurnaan iman, ketinggian

taqwa dan kealiman seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw

bersabda yang bermaksud “Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling

baik akhlaknya.” Kekalnya suatu ummah juga karena kokohnya akhlak dan begitulah

juga runtuhnya suatu ummah itu karena lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di

atas dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui al-Quran

seperti kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain.

Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah keridhoan dan

perlindungan Allah ialah ummah yang seperti pada zaman Rasulullah saw, begitu

penting sekali peranan akhlak bagi umat manusia. Akhlak merupakan perhiasan diri

bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang

tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya. Akhlak tidak dapat dibeli atau

dinilai dengan suatu mata uang apapun. Akhlak merupakan wujud di dalam diri

seseorang yang merupakan hasil didikan dari kedua orang tua serta pengaruh dari

18
masyarakat sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita kenalkan, didik serta diarahkan

pada akhlak yang mulia, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah

laku dalam kehidupan sehari-hari hingga seterusnya. Andai setiap muslim memiliki

akhlak yang baik maka hal tersebut akan menjadi contoh bagi umat agama yang lain

sehingga membawa pengaruh hal yang positif bagi non muslim agar memeluk agama

Islam sebab selama ini banyak non muslim yang menganggap Islam adalah agama

yang negatif dikarenakan akhlak/perilaku umat muslim itu sendiri yang tidak bagus.

Untuk itu mari kita sebagai sesama muslim agar sama-sama meningkatkan akhlak

perilaku kita agar menjadi manusia yang lebih baik lagi dan menjadi contoh akhlak

yang baik bagi pemeluk agama yang lain sehingga diharapkan tercipta persatuan dan

kesatuan serta perdamaian khususnya dinegara kita tercinta Indonesia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

19
Akhlak atau budi pekerti memegang peranan penting dalam kehidupan

manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan.

Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya,

dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu, menghindarkan diri dari sifat-sifat

kecurangan, kerakusan dan kedzaliman. Manusia yang berakhlak mulia suka

menolong sesama insan dan makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk

kepentingan bersama, yang kecil hormat kepada yang tua, yang tua sayang pada yang

kecil. Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada kebenaran dan

keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadap segala

halangan dan rintangan. Akhlak yang baik mengangkat manusia ke derajat yang

tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga

akan membinasakan umat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk

senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain, senang melakukan kekacauan,

senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan

masyarakat seluruhnya.

B. Saran

Hendaknya kita sebagai sesama muslim dalam pergaulan sehari-hari

mencontoh akhlak Rasululloh SAW karena akhlak merupakan lambang

kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman seseorang manusia yang

berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda “Orang yang sempurna imannya

ialah mereka yang paling baik akhlaknya.” Dengan demikian apabila kita mendapati

20
keluarga, teman maupun orang lain dalam keadaan lalai dalam akhlak, mari kita

saling mengingatkan satu dengan yang lalai terutama mengikatkan diri sendiri agar

terhindar dari akhlak yang buruk sehingga apabila kita sebagai muslim menerapkan

ajaran akhlak yang baik maka diharapkan tercipta persatuan dan kesatuan serta

perdamaian khususnya dinegara kita tercinta Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

- Abdurrahman, Fadloli, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung, CV. Diponegoro,

2005.

- Pembentukan Akhlak, di akses dalam alamat

https://alfiatullaili.blogspot.com/2010/05/pembentukan-akhlak.html

- Buletin Cahaya, Nomor 25 Tahun Ke-14 21 Rajab 1431 H / 25 Juni 2010 M.

Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM

SumSel).

- Akhlak: Definisi dan Macam-Macam Akhlak, diakses di

https://majalahpendidikan.com/akhlak-definisi-dan-macam-macam-akhlak/

22

Anda mungkin juga menyukai