Anda di halaman 1dari 20

i

AKIDAH AKHLAK
Akhlak Terpuji

OLEH:
Ayu Lestari Nusa
Nishfah Hasik
Amhar Jamil
Nurul Hikmah Asri
Latri Dwita Sari Amahoru

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2014


ii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ............................................................................................................... 2
b. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
c. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan ................................................................................................................... 3
a. Pengertian Akhlak .......................................................................................................... 3
b. Pembagian Akhlak ......................................................................................................... 4
c. Ruang Lingkup Akhlak .................................................................................................. 5
d. Macam-macam Akhlak terpuji ...................................................................................... 6
e. Pembinaan Akhlakul Karimah ..................................................................................... 12
f. Manfaat Hidup Berakhlak ............................................................................................ 14
BAB III Penutup ...................................................................................................................... 16
a. Kesimpulan .................................................................................................................. 16
b. Saran ............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17










iii

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah Manajemen dalam Perspektif Islam ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang sangat penting dalam proses
pembelajaran kami untuk mata kuliah Ilmu Manajemen di Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal Alamiin. Aamiin.


















iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan
akhlak berasal dari bahasa Arab jama dari bentuk mufradnya Khuluqun yang
menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan khalkun yang berarti kejadian,
serta erat hubungan Khaliq yang berarti Pencipta dan Makhluk yang berarti yang
diciptakan. Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu
maka kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang
mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata mata
taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah
memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk
suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan
demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah
yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah
memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu
selalu diulang ulang dengan kecenderungan hati (sadar)2 .Akhlak merupakan kelakuan
yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati
dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan
perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan
mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.
Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan
mengemukakan diantara bentuk bentuk dari akhlak terpuji tersebut mulai dari
pengertian, macam macam sampai kepada bentuk bentuk atau contoh dari akhlak
terpuji tersebut.
Hal ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah
wawasan kami sebagai pemakalah mengenai pembahasan akhlak terpuji ini, dan juga
dengan pembahasan ini agar kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan
v

ilmu ini sebagai salah satu rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari
hari.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian sifat-sifat terpuji (akhlakul mahmudah) ?
2. Apa saja macam-macam akhlak terpuji ?
3. Bagaimana pembinaan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sifat-sifat terpuji.
2. Untuk mengetahui macam-macam akhlak terpuji.
3. Untuk mengetahui pembinaan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.



















vi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Diterjemah dari kitab Isaf thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil Akhlaq.Akhlak
adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin
yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan
disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia,kata
khuluk lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang
tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia
lain,perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan
hidup.
Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari
disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Quran dan
Hadist serta berlaku universal. Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh
beberapa ahli sebagai berikut:
a. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan
kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa
pertimbangan.
b. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga
seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau
meninggalkan perbuatan tersebut.
B. Pembagian Akhlak
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut
pandang Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi sifatnya, akhlak
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak
mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak
madzmumah.
a.) Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang.
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula. Sifat
terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepda rasul, taat
beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu, taat dan patuh kepada
vii

Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan
cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qanaah, khusyu dalam beribadah
kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain,
menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum
yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi inatang, dan menjaga
kelestarian alam.
b.) Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Sifat yang termasuk
akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah,
antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong,
menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qatiurrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak
alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin
ayat 4-6 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada
putusnya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. bersabda.

Sesungguhnya manusia yang berakhlak mulia dapat mencapai derajat yang tinggi dan
kedudukan mulia di Akhirat. Sesungguhnya orang yang lemah ibadahnya akan menjadi
buruk perangai dan akan mendapat derajat yang rendah di neraka Jahanam. (HR.
Thabrani)
Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada siapa akhlak itu diwujudkan, dapat dilihat
seperti berikut:
1) Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah,
mencintai karena Allah, beramal karena allah, takut kepada Allah, tawadhu,
tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
viii

2) Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta kepda Rasulullah
saw.
3) Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada
anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan
seterusnya.
4) Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak
kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.
5) Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat
tumbuhan, dan lain-lain.
C. Ruang Lingkup Akhlak
Yang menjadi ruang lingkup dari ahklak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran
islam itu sendiri, yaitu mencangkup seluruh aspek kehidupan, baik secara vartikal dengan
Allah SWT maupun secara horizontal sesama makhluk lainnya.
Yang menjadi ruang lingkup ahklak tersebut adalah :
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
Misalnya takwa cinta, ridha, tawakkal, syukur, dan taubat
2. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW
Adapun ahklak terhadap Rasulullah SAW tersebut dapat dilakukan dengan:
Mencintai dan memuliakan rasulullah
Mengikuti dan menaati Rasul
Menggucapkan syalawat dan salam terhadap Rasul
3. Akhlak Pribadi atau Diri Sendiri
Adapun akhlak terhadap pribadi ini adalah :
Menjaga kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan dan merusaknya
awadhu(rendah hati )
Haya (malu)
4. Akhlak Terhadap Keluarga
Adapun ahklak terhadap keluarga itu adalah:
Berbuat baik terhadap kedua orang tua
Hak dan kewajiban dan kasih sayang suami istri
Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak
5. Akhlak Terhadap Masyarakat
Adapun ahklak terhadap masyarakat itu asdalah:
1) Bertamu dan menerima tamu
ix

2) Hubungan baik dengan tetangga
3) Hubungan baik dengan masyarakat
4) Bergaul dengan muda-mudi dalam masyarakat itu sendiri
6. Akhlak Terhadap Negara
Adapun akhlak terhadap negara itu adalah:
1) Musyawarah menegakkan keadilan
2) Hubungan baik pemimpin dan yang dipimpin
D. Macam-Macam Akhlak Terpuji
Banyak sikap atau prbuatan yang trmasuk kategori sifat terpuji, berikut ini kami uraikan
beberapa di antaranya:
1. Zuhud
Kata zuhud, secara etimologi, berarti yang menunjukkan atas sedikitnya
sesuatu. Kata , berarti sesuatu yang sedikit. Sedang kata , berarti
sedikitnya harta. Kata juga dapat diartikan dengan berpaling dan meninggalkan
atau menyendiri, misalnya , artinya aynitra ,
menyendiri dari dunia untuk beribadah. Sementara kata yang juga akar
kata zuhud, berarti meninggalkan untuk mengharap kepada dunia, atau
meninggalkan sesuatu karena suatu kehinaan baginya, kata , berarti orang yang
berpaling dari dunia karena cinta kepada akhirat. juga dapat diartikan sebagai
tidak mengharap dan rakus terhadap dunia.
Secara terminologi, Zuhud dapat diartikan dengan suatu keadaan
meninggalkan dunia dan hidup kebendaan. Atau zuhud adalah berpalingnya
keinginan terhadap sesuatu kepada sesuatu yang lebih baik darinya. Serta zuhud
adalah tidak menyukai sesuatu dan menyerahkannya kepada yang lain. Barang siapa
yang meninggalkan kelebihan dunia dan membencinya, lalu mencintai akhirat,
maka dia adalah orang zuhud di dunia. Lebih lanjut dikatakan bahwa zuhud yang
tertinggi adalah tidak menyukai segala sesuatu selain Allah swt, bahkan terhadap
akhirat.
Dari pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa zuhud adalah
meninggalkan sesuatu karena sesuatu itu dinilai sedikit atau kecil dan berpindah
kepada sesuatu yang besar. Sesuatu yang sedikit atau kecil adalah dunia dan sesuatu
yang besar adalah akhirat serta yang terbesar adalah Allah SWT.

x

2. Tawaqal
Menurut bahasa, lafal tawakal berasal dari bahasa arab yg artinya bersandar.
Menurut istilah , tawakal ialah sikap berserah diri kepada Allah setelah melakukan
usaha secara maksimal. Seseorang yg berusaha secara maksimal untuk mencapai
suatu keinginan atau cita-cita ,setelah itu dia menerima dengan ikhlas dan berserah
diri kepada Allah atas hasil yg akan dia dapatkan, orang ini disebut bertawakal.
Orang yg bertawakal ,maka ia termasuk orang yg berakhlak mulia
Pengertian Tawakkal menurut para ahli dan ulama yaitu :
Imam al-Ghazli
Tawakkal adalah menyandarkan diri kepada Allah tatkala menghadapi suatu
kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa
bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tentram.
Hamka
Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan atau perkara ikhtiar dan usaha
kepada Allah swt karena kita lemah dan tak berdaya.
Hamzah Yaqub
Tawakkal adalah mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu
rencana, bersandar kepada kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
berserah diri kepada-Nya pada waktu menghadapi kesukaran.
Menurut Imam Ahmad bin Hambal
Tawakkal merupakan aktivitas hati, artinya tawakkal itu merupakan perbuatan
yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula
sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakkal juga bukan merupakan
sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi:2004. Hal 337)
Ibnu Qoyim al-Jauzi
Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan
menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya,
berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya,
berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala kecukupan
bagi diriny, dengan tetap melaksanakan sebab-sebab (baca ; faktor-faktor yang
mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat
memperolehnya. (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya
bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
xi

Adapun menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah menyerahkan diri kepada Allah
swt setelah berusaha keras dan berikhtiar serta bekerja sesuai dengan kemampuan
dan mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.Jadi dapat di simpulkan pengertian
tawakkal adalah berserah diri kepada Allah setelah berusaha keras, dan menunggu
hasilnya.
Ciri-ciri Tawaqal
Mujahadah ( semangat yang kuat )
Sebagai seorang mukmin dan muslim dianjurkan untuk memiliki akhlak yang
baik. Salah satunya tawakkal. Guna terciptanya sosialisasi yang tentram,tenang,dan
damai. Tawakkal bukan hanya sekedar merasakan segala perkara kepada Allah, tetapi
diawali dengan usaha-usaha ataupun jalan-jalannya yang kuat. Setelah itu serahkan
hasilnya kepada Allah SWT. Diantara ciri orang yang bertawakkal ialah memiliki
semangat yang kuat. Mempunyai semangat yang kuat merupakan salah satu akhlak
orang mukmin yang dianjurkan oleh Islam. Orang mukmin yang menempuh cara
semacam ini adalah orang yang lebih bagus dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla
daripada orang yang lemah semangatnya, tidak mau bekerja keras dan mengerjakan
atau mencari pekerjaan yang berfaedah. Sepantasnyalah setiap orang untuk
meningkatkan ilmu,budi pekerti, serta kemasyarakatan dan perekonomiannya.
Bersyukur
Ciri lain orang yang bertawakkal ialah ia senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
Apabila ia sukses ataupun berhasil dalam segala urusan ataupun ia mendapatkan apa
yang dibutuhkan dan diinginkan ia tak luput untuk senantiasa bersyukur kepada
Allah, karena ia menyadari dan meyakini bahwa semua yang ia dapatkan itu adalah
takdir Allah dan kehendak-Nya. Dengan bersyukur pula ia akan selalu merasa puas,
senang dan bahagia. Seperti dalam firman Allah :
Bersyukurlah kepada-Ku niscaya akan aku tambah nikmatnya, tapi jika tidak
bersyukur sesungguhnya azabku teramat pedih
Bersabar
Ciri orang yang bertawakkal selanjutnya ialah selalu bersabar. Sebagai orang mukmin
yang bertawakkal kepada Allah ia akan bersabar, baik dalam proses maupun dalam
proses maupun dalam hasil. Karena dengan inilah ia akan bahagia dan tenang atas
apa yang di terimanya. Rosulullah. dalam buku 1100 hadits terpilih (1991:274)
karangan Dr. Muhammad Faiz Almath , Rosulullah SAW bersabda yang artinya
sebagai berikut:
xii

Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang
terkena ujian dan cobaan dia bersabar. ( HR. Ahmad dan Abu dawud)
Intropeksi Diri (Muhasabah)
Orang yang bertawakkal salah satu sikapnya ialah intropeksi diri. Dimana ia akan
intropeksi diri apabila ia kurang sukses daam menjalankan sesuatu ia tidak membuat
dirinya drop, melainnkan ia selalu intropeksi pada diri, dapat dikatakan muhasabah.
Senantiasa mengoreksi apa yang telah dilakukannya. Setelah itu ia akan berusaha
menghindari faktor penyebab suatu kegagalan tersebut serta senantiasa memberikan
yang terbaik pada dirinya.
3. Ikhlas
Ikhlas merupakan amalan hati yang paling utama dan paling tinggi dan paling
pokok, Ikhlas merupakan hakikat dan kunci dakwah para rasul sejak dahulu kala.
Ikhlas merupakan istilah tauhid, orang- orang yang ikhlas adalah mereka yang
mengesankan Allah dan merupakan hamba Nya yang terpilih. Fungsi Ikhlas dalam
amal perbuatan sama dengan kedudukan ruh pada jasad kasarnya, oleh karena itu
mustahil suatu amal dan ibadah dapat diterima yang dilakukan tanpa keikhlasan
sebab kedudukannya sama dengan orang yang melakukan amal dan ibadah tersebut
bagai tubuh yang tidak bernyawa.
Lafaz ikhlas menunjukkan pengertian jernih, bersih dan suci dari campuran dan
pencemaran. Sesuatu yang murni artinya bersihtanpa ada campuran, baik yang
bersifat materi maupun nonmateri. Adapun pengertian ikhlas menurut syara adalah
seperti yang diungkapkan oleh ibnu qayyim berikut: Mengesankan Allah dalam
berniat bafi yang melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada Nya tanpa
mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. Dan menurut Al- Fairuzabi : Ikhlas
karena Allah , artinya meninggalkan riya dan tidak pamer.
Orang yang ikhlas adalah seseorang yang tidak peduli meskipun semua
penghargaan atas dirinya hilang demi meraih kebaikan hubungan kalbunya dengan
Allah, dan orang tersebut tidak ingin apa yang ia lakukan dipamerkan walaupun
sebesar bizi zarah pun.
Artinya: Katakanlah: "Hanya Allah saja yang Aku sembah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". (QS. Az-Zumar: 14)
Dikisahkan oleh Umamah ra, ada seorang laki-laki yang datang menemui
Rasulullah SAW dan bertanya, Wahai Rasulullah, apakah pendapat Engkau
tentang seseorang yang berperang dengan tujuan mencari pahala dan popularitas
xiii

diri. Kelak, apa yang akan ia dapat di akherat? Rasulullah SAW menjawab, Dia
tidak mendapatkan apa-apa. Orang itu mengulangi lagi pertanyaannya sampai tiga
kali. Tetapi Rasulullah SAW tetap menjawabnya, Ia tidak menerima apa-
apa! Kemudian Beliau SAW bersabda,Sesungguhnya Allah tidak menerima
suatu amal perbuatan, kecuali yang murni dan yang mengharapkan ridha-Nya.
(HR. Abu Daud dan Nasai).
Keterangan itu menjelaskan kepada kita agar meluruskan niat dalam beramal. Amal
perbuatan sangat tergantung pada niat. Niat yang baik akan mendapatkan pahala,
walaupun amalan itu sangat kecil. Tetapi niat yang buruk akan mendapatkan dosa
walaupun amalan itu sangat besar menurut syariat. Berjihad merupakan amalan
yang sangat besar dan memerlukan pengorbanan yang sangat besar pula, baik harta
maupun tenaga, bahkan bisa mempertaruhkan nyawa. Pahalanya pun luar bisa. Mati
syahid merupakan mati yang paling mulia. Tetapi, jika niatnya buruk, umpamanya
karena niat ingin disebut sebagai pejuang yang hebat, maka hasil yang didapatkan
adalah kehinaan dan kesengsaraan di akherat nanti.
Demikian pula ikhlas merupakan dasar dari amalan hati, sedangkan pekerjaan
anggota tubuh lainnya mengikut padanya dan menjadi pelengkap baginya. Ikhlas
dapat membesarkan amal yang kecil hingga menjadi seperti gunung.
4. Jihad
Jihad di jalan Allah SWT adalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk
memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan
meninggikan kalimat-Nya.Yang terpenting jihad adalah amal kebaikan yang Allah
syariatkan dan menjadi sebab kokoh dan kemuliaan umat islam. Sebaliknya
(mendapatkan kehinaan) bila umat Islam meninggalkan jihad di jalan Allah,
sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shohih :


Dari Ibnu Umar beliau berkata: Aku mendengar Rasulullaah shallallaahu alaihi
wa sallam bersabda, Apabila kalian telah berjual beli inah, mengambil ekor sapi
dan ridho dengan pertanian serta meninggalkan jihad maka Allah akan
menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian
sampai kalian kembali kepada agama kalian. (HR. Abu Daud)
Sedangkan Pengertian jihad menurut para ulama seperti Ibnu Qadama Al Maqdisi,
Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Aabideen: Perjuangan dengan segenap usaha hanya
xiv

karena Alloh, dengan jiwa, didukung dengan harta, perkataan, mengumpulkan
bantuan para Mujahidin atau dengan cara yang lain untuk membantu perjuangan
(seperti halnya melatih orang). Mereka mengambil dari ayat, ...Berangkatlah
kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah
dengan harta dan dirimu.. (QS. 9:41), sebagai keterangan dari pengertian
tersebut.
Di samping juga jihad bukanlah perkara mudah bagi jiwa dan memiliki hubungan
dengan pertumpahan darah, jiwa dan harta yang menjadi perkara agung dalam
Islam sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam dalam sabdanya,


Sesungguhnya darah, kehormatan dan harta kalian diharamkan atas kalian
(saling menzholiminya) seperti kesucian hari ini, pada bulan ini dan di negri kalian
ini sampai kalian menjumpai Robb kalian. Ketahuilah apakah aku telah
menyampaikan ? Mereka menjawab, Ya. Maka beliau pun bersabda, Ya Allah
persaksikanlah, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak
hadir, karena terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar
langsung. Maka janganlah kalian kembali kufur sepeninggalku, sebagian kalian
saling membunuh sebagian lainnya. (Muttafaqun Alaih)
5. Amanah
Kata amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Definisi amanah tersebut
memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si
pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih jelasnya, hubungan keduanya
dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya manusia secara individu diberi amanah berupa umur oleh Allah.
Pertanyaannya adalah digunakan untuk apa umur tersebut? Apakah umur itu
digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti bekerja, melaksanakan ibadah
puasa, membaca Al Quran, dan yang lainnya. Bila kita sebagai individu sudah
melaksanakan amanah tersebut sesuai tuntunan-Nya, maka kita pantas disebut
orang yang dapat dipercaya alias bisa menjalankan amanah dari-Nya. Sebaliknya
bila kita salah menggunakan amanah tersebut misalnya bermalas-malasan, tidak
mau bekerja, hanya berdiam saja di rumah, maka kita oleh Allah dianggap orang
xv

yang tidak dapat dipercaya alias tidak beramanah seperti dalam firman Allah,
yaitu:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui. (QS. Al-Anfaal: 27)
Selain itu, contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam
berorganisasi. Adakah amanah di dalamnya? Tentu ada. Amanah apa yang dipikul
seorang pemimpin atas anggota yang dipimpinnya. Tidak lain adalah mengajak,
membimbing, dan mengarahkan anggotanya untuk berperilaku sesuai tuntunan
Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka tidak hanya sejahtera di dunia juga di
akhirat. Oleh karena itu, menjadi pemimpin umat beragama tidaklah mudah karena
setiap kata dan tindakannya akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia
apalagi di akhirat kelak. Seperti lazimnya dilakukan oleh organisasi, hal tersebut
direalisasikan dalam bentuk Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ). LPJ itu lah yang
merupakan wujud amanah yang diemban oleh sang pemimpin dan jajarannya. Jadi,
amanah tidaknya seseorang pemimpin bukan dilihat dari penampilan fisik, materi
atau keturunan, tetapi lebih ditentukan oleh kinerja. Misalnya bagaimana sang
pemimpin mampu memobilisasi (menggerakkan) anggota serta mengorganisir
sedemikian rupa sehingga mampu memberdayakan potensi anggota untuk
kemaslahatan bersama sehingga yang menjadi tujuan utama adalah untuk
kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga,
masyarakat, hingga negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu akan
dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika tidak
melaksanakan amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang kuat.
E. Pembinaan Akhlakul karimah
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna jika dibandingkan
dengan makhluk lain dan juga manusia sebagai penerima dan pelaksana ajaran-Nya. Oleh
karena itu manusia ditempatkan pada kedudukan yang mulia jika dibandingkan dengan
makhluk ciptaan Allah yang lain. Agar manusia dapat mempertahankan kedudukan yang
mulia dan tinggi tersebut. Maka Allah membekali manusia dengan akal dan perasaan yang
memungkinkan manusia untuk menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
suatu proses pendidikan. Kemudian mengembangkan ilmu tersebut ke dalam kehidupan
xvi

sehari-hari, serta akal pula yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Selain
itu akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosial
dalam melaksanakan segala hal bentuk kegiatan dengan penuh cermat dan tanggung
jawab. Agama Islam merupakan suatu agama yang didalamnya, mengandung ajaran bagi
seluruh umat-Nya. Salah satu ajaran Islam yang paling mendasar adalah masalah akhlak.
Yang mana akhlakul karimah tersebut di wajibkan oleh Allah. Sebagaimana yang telah
disebut dalam salah satu firman Allah surat Luqman yang berbunyi:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).
Berdasarkan ayat diatas maka akhlakul karimah dalam keluarga ini diwajibkan pada setiap
orang. Yang mana akhlak tersebut banyak menentukan sifat dan karakter seseorang,
khususnya dalam pergaulannya.
Seseorang akan dihargai dan dihormati apabila memiliki sifat atau mempunyai akhlak
mulia. Demikian juga sebaliknya dia akan dicampakkan dan dibenci apabila dia berakhlak
yang buruk dan tercela, bahkan di hadapan Allah akan mendapatkan balasan sesuai dengan
apa yang yang dilakukannya.
Sebagaimana juga kita ketahui bahwa nilai dan harga manusia itu terletak pada akhlaknya
yaitu tingkah laku dan amal perbuatannya, semakin luhur akhlak seseorang, semakin
tinggi nilai dan harga dirinya. Karena itu upaya pembinaan dan peningkatan akhlak dalam
melestarikan martabat manusia adalah teramat penting dan dalam hal ini Islam dengan
segenap aspek ajarannya merupakan salah satu alternative sebagai pedoman dan tuntunan.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yaitu tidak akan bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain, dengan kata lain manusia hidup dalam suatu masyarakat, dalam
kehidupan bermasyarakat ini akhlak mempunyai peranan yang penting sekali, khususnya
dalam kehidupan sehari-hari, sebab kejayaan suatu negara itu terletak pada akhlak
masyarakatnya.
Demikian pula kehancuran di muka bumi ini disebabkan perbuatan manusia itu sendiri
sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi :
telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
xvii

Diantara manfaat hidup berakhlak bagi individu yang berakhlak adalah:
1. Dapat menikmati ketenangan hidup. Ketenangan dalam hidup diperoleh oleh orang
yang tidak memiliki konflik batin, konflik interest. Konflik batin timbul disebabkan
oleh ketidak mampuan seseorang berakrab-akrab dengan diri sendiri, dengan
kemampuan diri sendiri, dengan apa yang telah dimiliki. Pusat perhatian orang
berakhlak ialah pada bagaimana menjadikan dirinya bermakna, bermakna bagi
keluarga, masyarakat dan bangsa serta kemanusiaan sesuai dengan nilai yang
diajarkan oleh Allah Sang Pencipta. Dari segi ini orang yang berakhlak selalu bekerja
keras tak kenal lelah untuk orang lain, yang dampaknya pulang kepada diri sendiri,
yaitu tidak hirau terhadap kesulitan pribadinya. Secara internal orang berakhlak selalu
mensyukuri nikmat Allah kepada dirinya sehingga ia merasa telah diberi banyak dan
banyak memiliki. Dari itu ia selalu berfikir untuk memberi dan sama sekali tidak
berfikir untuk menguasai apa yang telah dimiliki orang lain.
2. Tidak mudah terguncang oleh perubahan situasi. Perubahan merupakan sunnatullah
dalam kehidupan. Terkadang perubahan terjadi dengan amat cepat, membalik keadaan
begitu rupa, yang selama ini berkuasa jatuh terhina, yang terhina naik ke atas
panggung, yang selama ini ditabukan justeru berubah menjadi perilaku umum setiap
hari, yang mudah menjadi sulit, sebaliknya yang semula mustahil menjadi sangat
gampang. Bagi orang yang berakhlak, perubahan itu tak lebih hanya sunnatullah
kehidupan, sementara sunnatullah itu sendiri justeru tidak berubah. Oleh karena itu
bagi orang yang berakhlak, yang menjadi perhatian adalah bukan perubahannya,
tetapi yang tidak berubah, yaitu kaidah-kaidah sunnatullah, seperti kebenaran akan
jaya dan kebatilan akan runtuh, bahwa setiap kesulitan akan membawa kemudahan,
bahwa kejujuran akan mendatangkan keberkahan, bahwa yang yang buruk, meski
disembunyikan akan terbuka, bahwa yang baik meski sedikit akan diakui juga , bahwa
merendahkan diri akan mendatangkan kemuliaan dan bahwa kesombongan akan
berakhir dengan kehancuran. Bagi orang berakhlak dengan akidah tersebut diatas, ia
akan memandang perubahan situasi justem dengan perspektif sunnatullah yang tidak
berubah. Oleh karena itu ia tetap tenang di tengah perubahan zaman.
3. Tidak mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan. Kehidupan yang kita jalani
memang benar-benar merupakan realitas, tetapi tak jarang apa yang ditawarkan
kepada kita dan apa yang sedang kita ikuti sebenarnya bukan realitas tetapi hanya
fatamorgana belaka. Bahwa untuk menjadi pandai orang harus belajar adalah realitas,
xviii

bahwa untuk mencapai ke tingkat sosial tertentu orang harus berjuang melalui tahap-
tahap pekerjaan adalah realitas, bahwa untuk menjadi kaya orang harus berusaha
secara ulet serta membutuhkan waktu adalah realitas. Sebaliknya untuk menjadi pintar
mendadak, menjadi kaya mendadak, untuk mencapai kedudukan tinggi secara
mendadak adalah lebih sering merupakan fatamorgana yang menipu. Bagi orang yang
berakhlak, fatamorgana kehidupan tidak menarik baginya, karena ia justeru tertantang
untuk mengatasi kesulitan secara realistis. Orang yang berakhlak tahu persis makna
sabar, yaitu tabah hati tanpa mengeluh, dalam menghadapi cobaan dan rtintangan,
dalam jangka waktu tertentu, dalam kerangka mencapai tujuan. Orang sabar tahu
persis bahwa menggapai tujuan bukan suatu yang mudah karena untuk itu
membutuhkan waktu dan keuletan dalam menghadapi rintangan. Hanya orang dalam
keadaan lemah mental atau tertekan sajalah yang mudah tertipu oleh fatamorgana
kehidupan, kepada sesuatu yang nampaknya sangat menjanjikan tetapi sebenarnya
tipuan belaka.
4. Dapat menikmati hidup dalam segala keadaan. Sudah menjadi sunnatullah bahwa
hidup manusia mengalami pasang dan surut, terkadang beruntung, di lain kali merugi,
terkadang disambut oleh banyak orang, di lain kali dimaki dan bahkan diusir oleh
orang banyak. Bagi orang yang berakhlak, karena prinsip hidup lurus yang selalu
dipegang, maka ia selalu siap menghadapi keadaan surut maupun keadaan pasang. Di
waktu beruntung ia bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berbagi rasa
syukurnya kepada orang lain dan tidak menghambur-hamburkan keberuntungannya.
Meski keberuntungan melimpah ruah, orang berakhlak tetap hidup wajar, tidak
berlebihan dan tetap menjadi dirinya. Ketika sedang mengalami surut dalam hidupnya
ia sabar, tidak mengeluh dan menerima apa adanya. Meski dalam keadaan serba
kekurangan secara materi, orang yang berakhlak masih tetap memiliki keindahan
dalam hidupnya karena ia tetap bisa melakukan sesuatu yang bermakna. Adapun
orang yang tak berakhlak ketika beruntung ia lupa daratan berfoya-foya dengan
keberuntungannya, dan ketika jatuh merugi ia lupa ingatan, sedih berkepanjangan,
stress dan ada yang bunuh diri.
xix

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tersebut merupakan sutu bentuk atau cerminan yang tertatanam dalam
diri seseorang dan hal tersebut terealisasi dalam kehidupannya sehari hari.
Adapun bentuk dari akhlak terpuji tersebut ada beberapa bagian, diantaranya sebagai
berikut; zuhud, tawaqal, ikhlas, jihad dan amanah. Semuanya itu memiliki sisi positif
dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melakukan hubungan yang bersifat
horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan Allah SWT atau dalam
melakukan hubungan secara vertikal yaitu dalam melakukan hubungan atau bergaul
antar sesama Manusia.
B. Saran
Kami berharap mudah mudahan setelah kita mempelajari pelajaran
mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam melakukan
pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan dengan Allah atau bergaul antar
sesama manusia, kemudian juga kami selaku pemakalah berharap kepada segenap
pembaca makalah ini, agar jangan mengambil rujukan hanya terfokus kepada materi
yang telah kami sajikan dalam makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama sama
aktif dalam mencari buku buku dan sumber lainnya yang membahas masalah akhlak
terpuji ini secara mendalam, sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai
pembahasan akhlak terpuji tersebut.

xx

Daftar Pustaka

Sulaiman Rasjid. 2005. Belajar Akhlak. Bandung.
Zakiah Haradjat, Dkk.1990. Dasar Dasar Akhlak. Jakarta.
Nandang L.Hakim.1988. Pendidikan Agama Islam. Bandung.
Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia (diakses tanggal 16 maret
2014 jam 01.25).
http://abdulgoni15.blogspot.com/2013/01/makalah-tentang-akhlak.html (diakses
tanggal 16 maret 2014 jam 01.25).
http://ukhuwahislah.blogspot.com/2013/06/makalah-prilaku-akhlak-terpuji_23.html
(diakses tanggal 16 maret 2014 jam 01.25).
http://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-
pembahasan-akhlak-terpuji/(diakses tanggal 16 maret 2014 jam 01.25).

Anda mungkin juga menyukai