Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai
dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya
akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang
keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka,
muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.     Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral,
atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak
kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat
terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap
pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.   Kesadaran akhlak
adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau
merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia
hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek
menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan
sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Di dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa akhlak. Adapun akhlak
yang akan dipaparkan yaitu, akhlak kepada Allah SWT, akhlak kepada
Rasulullah, akhlak kepada pribadi, akhlak kepada keluarga, akhlak kepada
masyarakan, dan akhlak kepada Negara

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditarik rumusan masalah yaitu:
1. Apa pengetian akhlak secara umum?
2. Apa pengertian akhlak kepada Allah?
3. Apa saja alasan manusia berakhlak kepada Allah?
4. Bagaimana cara berakhlak kepada Allah?
5. Apa pengertian akhlak kepada Rasulullah?
6. Apa dasar pemikiran akhlak kepada Rasulullah?
7. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah?
8. Apa saja fungsi imam kepada Rasululah?
9. Cara meneladani sifat-sifat Rasulullah?
10. Apa pengertian akhlak kepada diri sendiri?
11. Apa saja macam-macam akhlak seorang muslim kepada diri sendiri?
12. Bagaimana cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri?
13. Apa saja manfaat akhlak terhadap diri sendiri?
14. Apa pengertian akhlak kepada keluarga?
15. Apa saja akhlak suami atau istri?
16. Apa yang dimaksud akhlak orang tua terhadap anak dan akhlak anak
terhadap orang tua?
17. Apa pengertian akhlak dalam masyarakat?
18. Apa pengertian akhlak terhadap Negara?

C.  Tujuan Penulisan


Di setiap masalah yang telah dirumuskan pada penulisan makalah maka
akan mengahasilkan tujuan. Ada beberapa tujuan yang akan dicapai pada
pembuatan makala ini yaitu:
1. Mengetahui akhlak secara umum
2. Mengetahui akhlak kepada Allah
3. Mengetahui alasan manusia berakhlak kepada Allah
4. Mengetahui cara berakhlak kepada Allah
5. Mengetahui pengertian akhlak kepada Rasulullah

2
6. Mengetahui dasar pemikiran akhlak kepada Rasulullah
7. Mengetahui cara berakhlak kepada Rasulullah
8. Mengetahui saja fungsi imam kepada Rasululah
9. Mengetahui meneladani sifat-sifat Rasulullah
10. Mengetahui pengertian akhlak kepada diri sendiri
11. Mengetahui macam-macam akhlak seorang muslim kepada diri sendiri
12. Mengetahui cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri
13. Mengetahui saja manfaat akhlak terhadap diri sendiri
14. Mengetahui pengertian akhlak kepada keluarga
15. Mengetahui saja akhlak suami atau istri
16. Mengetahui akhlak orang tua terhadap anak dan akhlak anak terhadap
orang tua
17. Mengetahui pengertian akhlak dalam masyarakat
18. Mengetahui pengertian akhlak terhadap Negara

D. Manfaat Penulisan
Dengan mempelajari berbagai macam akhlak yang ada pada makalah ini,
maka pembaca akan mengetahui berbagai macam akhlak tersebut dan pembaca
mampu menerapkan dalam kehidupan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Secara Umum


Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa
Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Cara membedakan
akhlak, moral dan etika yaitu Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan
manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat),
dan dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk
menentukan baik-buruknya.

B. Akhlak Kepada Allah SWT


1. Pengertian
Menurut Kahar Masyhur, akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan
sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk kepada Allah SWT sebagai khalik.
Manusia seharusnya berbuat baik pertama kali kepada Allah SWT,
karena Allah SWT-lah yang menciptakan manusia, yang member rizki, yang
mengaruniakan kesehatan, yang memberi panca indera lengkap, yang
memberi perlindungan, yang mengabulkan permohonan serta karunia-
karunia lain yang mustahil manusia dapat menghitungnya.
2. Alasan Manusia Berakhlak Kepada Allah SWT
a) Allah-lah yang menciptakan manusia
Allah-lah yang menciptakan manusia seperti yang dijelaskan dalam
firman-Nya yaitu QS. At-Tariq ayat 5-7 yang artinya ;

4
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan?, Dia
tercipta dari air yang terpancar, yang terpancar dari tulang sulbi dan
tulang dada.”
b) Karena Allah SWT telah memberikan manusia perlengkapan panca
indera yang sempurna berupa penglihatan, pendengaran, akal pikiran dan
hati sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna.
Seperti firman-Nya dalam Q.S. an-Nahl ayat; 78 yang artinya :
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
c) Karena Allah SWT telah menyediakan berbagai bahan dan saranan yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti bahan makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lain-
lain. Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Jatsiyah ayat 12 yang
artinya :
“Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal
dapat berlayar padanya dengan izin-Nya, agar kamu dapat mencari
sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.”
d) Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan, daratan dan lautan. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam
surat Al-Isyraa’ ayat 70 yang artinya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, kami angkut
mereka dari daratan dan lautan. Kami beri mereka rizki yang baik-baik
dan Kami lebihkan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.
3. Cara Berakhlak Kepada Allah SWT
a) Takwa, ialah mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Muttaqin adalah orang-orang yang memelihara diri
mereka dari azab dan kemarahan Allah Swt di sunia dan di akherat.
Buah dari takwa ialah:
1) Mendapatkan sikap furqon.

5
2) Mendapat limpahan berkah dari langit dan dari bumi.
3) Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
4) Mendapatkan rezki tanpa diduga-duga
5) Mendapatkan kemudahan dalam segala urusan
b) Cinta dan ridho, ialah: kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati
yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang
dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Cinta adalah fitrah yang dimiliki setiap orang Islam. Mencintai Allah Swt
lebih utama, baru kemudian mencintai Rasul, kemudian baru mencintai
orang tua dan anak.
c) Ikhlas, ialah: berasal dari bahasa Arab yang artinya bersih, jernih, murni,
tidak bercampur. Ikhlas ialah beramal semata-mata mengharapkan ridho
Allah. Ikhlas juga artinya tanpa pamrih.
Tiga unsur ikhlas:
1) Niat yang ikhlas. Dalam Islam faktor niat sangat lah penting. Apasaja
yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah berdasarkan niat
mencari ridho Allah Swt bukan berdasarkan motivasi lain.
2) Beramal dengan sebaik-baiknya. Niat ikhlas harus diikuti dengan amal
yang sebaik-baiknya, seorang muslim yang mengaku Ikhlas
melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan
perbuatan itu sebaik-baiknya.
3) Memanfaatkan hasil usaha dengantepat. Misalnya menuntut ilmu.
d) Khauf dan Raja’ ialah: takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang
harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Bila salah satu
dominan dari yang lainnya akan melahirkan pribadi yang tidak seimbang.
Dominan khauf menyebabkan sikap pesimisme dan putus asa, sementara
dominan Raja’ menyebabkan seseorang lalai dan lupa diri serta merasa
aman dari azab Allah. Yang pertama adalah sikap orang kafir dan yang
kedua adalah sikap orang yang merugi.

6
Khauf adalah kegalauan hati yang membayangkan sesuatu yang tidak
disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu
yang disukai.
Raja’ atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai
pada masa yang akan datang.
e) Tawakkal, adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada
selain Allah, dan menyerahkan keputusan segala sesuatu pada Allah.
Orang yang beriman dan bertawakkal tidak akan takut menghadapi masa
depan, tidak kaget dengan segala kejutan, hatinya tenang dan tentram
karena yakin akan keadilan dan rahmat Allah. Tawakkal juga harus
diiringi dengan ikhtiar.
f) Syukur, adalah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah
dilakukannya. Syukur seorang hamba berkisar atas 3 hal: yaitu apabila
ketiganya tidak berkumpul, maka tidak dinamakan bersyukur. Pertama
mengakui nikmat dalam batin, kemudian membicarakannya secara lahir,
dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur
itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan.
g) Muraqabah, ialah menjaga, mengawal, menanti, dan mengamati, semua
pengertian kata raqabah ialah pengawasan karena apabila seseorang
mengawasi sesuatu dia akan mengamati, menantikan, menjaga dan
mengawasi. Jadi muraqabah ialah pengawasan.
h) Taubat, ialah kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang
yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu,kembali dari sifat-sifat yang
tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah
menuju perintahNya, kembali dari maksiat menuju kepada taat dll.
Taubat ada lima dimensi yaitu:
a) Menyadari kesalahan.
b) Menyesali kesalahan.
c) Memohon ampun kepada Allah Swt.
d) Berjanji tidak akan mengulanginya.
e) Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal saleh.

7
i) Muhasabah, kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong
seorang Muslim untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap amal
perbuatan, tingkah laku dan sikap hatinya sendiri. Dalam hal ini
muraqabah berfungsi sebagai jalan menuju muhasabah.
Manfaat Muhasabah
1) Untuk mengetahui kelemahan diri agar dapat memperbaikinya
2) Untuk mengetahui hak Allah SWT
3) Untuk mengurangi beban hisab esok hari.

C. Akhlak Kepada Rasulullah


1. Pengertian
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari
enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud
iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para
rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima
wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Menurut Imam Baidhawi:
Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru
untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang
diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul
sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul.
Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang
baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang
dibawa nabi Musa As.
Iman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang keempat. Karena
merupakan rukun iman yang keempat, bagi setiap muslim wajib untuk
mengetahui dan mengimani 25 Nabi dan Rasul tersebut. Nabi adalah
manusia terpilih untuk menerima wahyu dari Allah. Lalu apa perbedaan
Nabi dan Rasul? Nabi menerima wahyu untuk dirinya sendiri, sedangkan

8
Rasul menerima wahyu dan memiliki tugas untuk menyampaikannya pada
seluruh umat di dunia.
2. Dasar Pemikiran Akhlak Terhadap Rasulullah
Berakhlak kepada Rasulullah SAW dapat diartikan suatu sikap yang
harus dilakukan manusia kepada Rasulullah SAW sebagai rasa terima kasih
atas perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar.
Berakhlak kepada Rasulullah SAW perlu dilakukan atas dasar
pemikiran sebagai berikut:
a) Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan
manusia dari kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah
mengalami penderetin lahir batin, namun semua itu diterima dengan
ridha.
b) Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia.
Pembinaan ini dilakukan dengan memberikan contoh tauladan yang baik.
Allah berfirman:

٢١‫زاب‬EEEEEEEEEEEE‫نَةٌ ﴿االح‬EEEEEEEEEEEE‫ َوةٌ َح َس‬EEEEEEEEEEEE‫و ِل هَّللا ِ ُأ ْس‬EEEEEEEEEEEE‫انَ لَ ُك ْم فِي َر ُس‬EEEEEEEEEEEE‫ ْد َك‬EEEEEEEEEEEEَ‫﴾ لَق‬
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri
teladan yang baik. (QS Al-Ahzab:21)
c) Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Qur’an kepada manusia,
sehingga menjadi jelas dan mudah dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat
dalam haditsnya, Firman Allah SWT:
َ Eَ‫ ِه َويُزَ ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت‬Eِ‫والً ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم آيَات‬E‫ث فِي اُأْل ِّميِّينَ َر ُس‬
‫ ةَ َوِإن‬E‫اب َو ْال ِح ْك َم‬E َ ‫ه َُو الَّ ِذي بَ َع‬
٢ ‫ة‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫اَل ٍل ُّمبِي ٍن ﴿ألجمع‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫ض‬ َ ‫ ُل لَفِي‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEْ‫انُوا ِمن قَب‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫﴾ َك‬
Artinya: Dialah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang
Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.
Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata. (QS Al-Jumu’ah:2).
d) Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran
yang sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan.

9
e) Rasulullah SAW telah memberikan contoh modek masyarakat yang
sesuai dengan tuntunan agama, yaitu masyarakat yang beliau bangun di
Madinah.
3. Cara Berakhlak Kepada Rasulullah
Adapun diantara akhlak kita kepada Rasulullah SAW yaitu salah
satunya ridho dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul
inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist Nabi
SAW:“Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan
muhammad sebagai nabi dan rasul.”
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman
kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita
mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Mengikuti dan menaati Rasulullah SAW
Mengikuti dan menaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat
mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah
satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan
menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat
yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:

ُّ ‫دِّيقِينَ َو‬EEE‫الص‬
‫هَدَاء‬EEE‫الش‬ ِّ ‫ِّين َو‬ َ ‫و َل فَُأوْ لَـِئ‬EEE‫َّس‬
Eَ ‫ َع الَّ ِذينَ َأ ْن َع َم هّللا ُ َعلَ ْي ِهم ِّمنَ النَّبِي‬EEE‫ك َم‬ ُ ‫ ِع هّللا َ َوالر‬EEE‫َو َمن ي ُِط‬
٦٩ ‫ا‬EEEEEEEEEEEEEEEEE‫ا ً ﴿ألنس‬EEEEEEEEEEEEEEEEE‫ك َرفِيق‬ َ ‫نَ ُأولَـِئ‬EEEEEEEEEEEEEEEEE‫الِ ِحينَ َو َح ُس‬EEEEEEEEEEEEEEEEE‫الص‬ َّ ‫﴾ َو‬

Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya (QS An-Nisaa:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul
SAW Allah SWT akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah

10
mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan,
Allah berfirman:

٣١‫ران‬EE‫رْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َوهّللا ُ غَفُو ٌر َّر ِحي ٌم ﴿اإلم‬EEِ‫اتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم هّللا ُ َويَ ْغف‬EEَ‫﴾ قُلْ ِإن ُكنتُ ْم تُ ِحبُّونَ هّللا َ ف‬

Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah


aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-
dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Ali
Imran:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah SAW diutus
memang untuk ditaati, Allah SWT berfirman:

٦٤ ‫ا‬EEEEEEEEEEEE‫ِإ ْذ ِن هّللا ِ ﴿ألنس‬EEEEEEEEEEEEِ‫ا َع ب‬EEEEEEEEEEEEَ‫و ٍل ِإالَّ لِيُط‬EEEEEEEEEEEE‫َّس‬


ُ ‫ ْلنَا ِمن ر‬EEEEEEEEEEEE‫ا َأرْ َس‬EEEEEEEEEEEE‫﴾ َو َم‬

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk


ditaati dengan izin Allah (QS An-Nisaa:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada
Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan
dengan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan demikian, ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh
dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman:

َ ‫ ْلنَا‬EEEE‫ا َأرْ َس‬EEEE‫ َولَّى فَ َم‬EEEEَ‫ا َع هّللا َ َو َمن ت‬EEEEَ‫ ْد َأط‬EEEEَ‫ول فَق‬
٨٠ ‫ا‬EEEE‫ا ً ﴿ألنّس‬EEEE‫ك َعلَ ْي ِه ْم َحفِيظ‬ َ EEEE‫َّس‬ ِ ‫﴾ َّم ْن يُ ِط‬
ُ ‫ع الر‬EEEE

Artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati


Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami
tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS An-
Nisaa:80).
Tunduk dan patuh kepada ajaran yang disampaikan Rasul. Allah
berfirman

11
٥٤ ‫ول ﴿ألنّور‬ ُ ‫﴾قُلْ َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا الر‬
َ EEEEEEEEEEEEEEEEE‫َّس‬

Artinya: Katakanlah: "Ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul.


(QS An-Nur 54).
b) Mencintai dan Memuliakan Rasulullah SAW
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada
Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah SWT.
Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan
kepada Allah disebutkan dalam firman Allah

َ E‫قُلْ ِإن َكانَ آبَاُؤ ُك ْم َوَأ ْبنَآُؤ ُك ْم وَِإ ْخ َوانُ ُك ْم َوَأ ْز َوا ُج ُك ْم َو َع ِشي َرتُ ُك ْم َوَأ ْم‬
َ‫وْ ن‬E‫ ا َرةٌ ت َْخ َش‬E‫ا َوتِ َج‬EEَ‫وا ٌل ا ْقتَ َر ْفتُ ُموه‬E
ُ ‫ْأتِ َي هّللا‬Eَ‫وا َحتَّى ي‬ْ E‫َّص‬
ُ ‫بِيلِ ِه فَتَ َرب‬E‫ا ٍد فِي َس‬EEَ‫ضوْ نَهَا َأ َحبَّ ِإلَ ْي ُكم ِّمنَ هّللا ِ َو َرسُولِ ِه َو ِجه‬ َ ْ‫َك َسا َدهَا َو َم َسا ِكنُ تَر‬
ِ َ‫وْ َم ْالف‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEَ‫ ِدي ْالق‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEْ‫َأ ْم ِر ِه َوهّللا ُ الَ يَه‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEِ‫﴾ب‬
٢٤﴿ َ‫قِين‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫اس‬

Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,


isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn
(dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik (QS 9:24).
Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW,
bersabda:

‫ده والنّاس أجمعين‬EEEEEَ‫ده وول‬EEEEEِ‫ه ووال‬EEEEE‫ه من نفس‬EEEEE‫ون أحبّ الي‬EEEEE‫دكم حتّى اك‬EEEEE‫ؤمن أح‬EEEEE‫الي‬.

Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih


dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan
manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).

12
c) Mengucapkan Sholawat Dan Salam Kepada Rasulullah SAW
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya.
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a,
istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti
Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai berikut:

‫البخيل من ذكرت عنده فلم يص ّل عل ّى‬


Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku
didekatnya, tetapi ia tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).

‫من صلّى عل ّى صالة صلّى هللا عليه بها عشرا‬


Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan
bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).

‫إن اولى النّاس بى يوم القيامة اكثرهم عل ّي صالة‬


ّ
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari
kiamat, ialah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R
Turmudzi).
d) Mencontoh akhlak Rasulullah SAW.
Jika Rasulullah SAW bersikap kasih sayang keras dalam
mempertahankan prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus
demikian. Allah berfirman:

ِ َّ‫ُّم َح َّم ٌد َّرسُو ُل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ َم َعهُ َأ ِش َّداء َعلَى ْال ُكف‬
ْ َ‫ار ُر َح َماء بَ ْينَهُ ْم تَ َراهُ ْم ُر َّكعا ً ُسجَّداً يَ ْبتَ ُغونَ ف‬
َ‫الً ِّمن‬EE‫ض‬
٢٩ ‫﴾ هَّللا ِ َو ِرضْ َوانا ً ﴿الفتح‬
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS Al-Fath:29).

13
e) Melanjutkan Misi Rasulullah SAW.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai
Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin,
karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang
Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan
kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya
tidak ada dari Rasulullah SAW. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul
ini ditegaskan oleh Rasul SAW:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang
Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku
dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk
orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad SAW.
f) Menghormati Pewaris Rasul
Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan
yang orang-orang yang tidak suka padanya. Berakhlak baik kepada
Rasulullah SAW juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni
para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai
Islam, yakni yang takut kepada Allah SWT dengan sebab ilmu yang
dimilikinya.

ِ ‫اء ِإ َّن هَّللا َ ع‬EEEEEEEEEE‫ا ِد ِه ْال ُعلَ َم‬EEEEEEEEEEَ‫ى هَّللا َ ِم ْن ِعب‬EEEEEEEEEE‫ا يَ ْخ َش‬EEEEEEEEEE‫﴾ِإنَّ َم‬
٢٨﴿ ‫ ٌز غَفُو ٌر‬EEEEEEEEEE‫َزي‬

Artinya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-


Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (QS Faathir:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah
SAW :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi
tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi

14
hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah
mendapatkannya berarti telah mengambil bagian yang besar.” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi
juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati.
Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang
luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu
bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk
menghormatinya.
g) Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah SAW tidak mewariskan harta yang
banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena
itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu
berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat,
beliau bersabda:“Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan
tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab
Allah dan sunnahku.” (HR. Hakim).
Selain itu, Rasulullah SAW juga mengingatkan umatnya agar
waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:
“Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak
pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh
kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah
kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu
yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat,
dan setiap kesesatan itu di neraka.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah,
Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu
yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah SAW.

15
4. Fungsi Iman Kepada Rasul Allah Swt
Iman kepada Rasul Allah swt. Mengandung empat unsur yang
merupakan tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi iman kepada Rasul-
rasul Allah swt, yaitu:
a) Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt.
Barang siapa yang mengingkari mereka walaupun hanya salah
seorang Rasul, maka dianggap kafir.
Firman Allah dalam Qs:Asy-Syura:105.”Kaum Nuh telah mendustakan
para Rasul.”(Qs: Asy-syura:105).
b) Mengimani Rasul yang telah kita kenal maupun yang tidak kenal
namanya.
Firman Allah dalam Qs:Al-mu-min:78.” Dan sesungguhnya telah
Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada
yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu.”(Qs: Al-mu-
c) Membenarkan berita-berita yang bersumber dari wahyu Allah swt.
d) Mengamalkan syariat-syariat mereka yang diutus Allah swt, kepada kita
Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka
pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkatra yang meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadapm putusan yang kamu
berikan dan meeka menerima dengan sepenuhnya .”(Qs:An-nisa:65).
5. Meneladani Sifat-sifat Rasulullah SAW.
a) Meneladani Sifat Siddiq
Untuk meneladani sifat siddiq, dalam kehidupan sehari-hari dapat
diusahakan dengan cara selalu berkata benar, tidak berbohong dalam
berbicara dengan siapa pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan.
Rasulullah saw, selama hidupnya tidak pernah berbohong, baik terhadap
para sahabatnya maupun terhadap musuhnya.

16
b) Meneladani Sifat Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya
melakukanb sesuatu sebaiknya dapat dipercaya, sehingga tugas apa pun
selalu dikerjaan dengan baik dan benar.
c) Meneladani Sifat Fatanah
Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang
diberikan kepada manusia, tetapi tidak merata. ada yang cerdas dan ada
pula yang tidak cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat dilakukan
dengan cara bersungguh-sungguh dalam belajar atau menuntut ilmu.
d) Meneladani Sifat Tablig
Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia
termasuk salah satu upaya untuk meneladanisifat tablig. Mnyampaikan
kebenaran dan mencegah kemaksiatan yang dilakukan oreang lain
biasanya mengandung risiko. Keberanian melakukan ini merupakan salah
satu perbuatan yang mulia. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw, ketika berdakwah. Beliau seringkali disambut dengan
cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini semua
dilakuakan semata-mata karena perintah Allah swt.

D. Akhlak Kepada Diri Sendiri


1. Pengertian
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus
ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata
untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam
diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa).
Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia
dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana
antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya masing-masing.
Jadi, yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap
seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani .

17
Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita , dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa.
2. Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri
a) Berakhlak terhadap jasmani
1) Senantiasa Menjaga Kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang
muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat
akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping
suci dari kotoran, juga suci dari hadas.
2) Menjaga Makan dan Minumnya
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh
manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang
normal maka manusia akan mati.
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan
minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari
perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk
udara. Allah SWT berfirman yang artinya Maka makanlah yang halal
lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.(QS. An Nahl:114)
3) Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan
merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus
melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani
sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun
riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh
Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah
SWT daripada mukmin yang lemah.
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang
kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing

18
memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat
bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa
malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah
“Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan
apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim).
4) Berbusana yang Islami
Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-
bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas
untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia
perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya,
seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan
manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan
di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai penutup badan.
b) Berakhlak terhadap Akal
1) Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap
muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim
yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa
penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya.
Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai
satu kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu
sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah yang senantiasa
menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan
dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan
formal akademis namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan
dengan siapa saja.
2) Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat
urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi
(1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-
Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu

19
hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang terkait
dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim
juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya.
Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga
dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain
sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum
muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
3) Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan
atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang
membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT yang artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum
kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada
mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
4) Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah
merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa
seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff).
c) Berakhlak terhadap jiwa
1) Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan,
menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh
untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang
akan datang.
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :
a) Syirik

20
b) Kufur
c) Nifak
d) Riddah
e) Fasik
f) Berzina dan menuduh orang berzina
g) Membunuh manusia
h) Bersumpah palsu
2) Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia
selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam
dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa
akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta
menolak selain Dia.
Firman Allah SWT yang artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha
mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
3) Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri
pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila
terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya maka
menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau
termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata
terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali dan
berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu
cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan
membersihkannya.
4) Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang
melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk
terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan
syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan.
Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan

21
dirinya, maka dia akan berjuang dengan menyatakan perang
kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.
3. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain:
a) Sabar
Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan
dan ketika ditimpa musibah.
b) Syukur
Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur
dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c) Tawaduk
Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri
dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang
lain.
d) Shidiq
Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam keadaan benar
lahir batin ,yaitu benar hati ,benar perkataan dan benar perbuatan.
e) Amanah
Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat
amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat
sekali. Rasulullah SAW bersabda bahwa: “ tidaj (sempurna) iman
seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang
tidak menunaikan janji . ” ( HR . Ahmad )
f) Istiqamah.
Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat
Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah bahwasanya aku
hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka
istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.

22
Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-
Nya”
g) Iffah.
Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan
jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi
ditentukan oleh kehormatan dirinya.
h) Pemaaf.
Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain
tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.

4. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri


a) Berakhlak terhadap jasmani
1) Jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
2) Tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
3) Menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
b) Berakhlak terhadap akalnya:
1) Memperoleh banyak ilmu
2) Dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
3) Membantu orang lain
4) Mendapat pahala dari Allah SWT
c) Berakhlak terhadap jiwa:
1) Selalu dalam lindungan Allah SWT
2) Jauh dari perbuatan yang buruk
3) Selalu ingat kepada Allah SWT

E. Akhlak Kepada Keluarga


1. Pengertian
Keluarga dalam bahasa arab adalah AL - Usroh yang berasal dari kata
al- asru yang secara etimologis nempunyai arti ikatan.Kata keluarga dapat
diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu

23
organisasibio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam
suatuikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan
bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga
keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungansilaturrahim.
Sementara satu . Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan
tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga adalah
proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial
terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya
yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan
berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan
pribadi,keluarga dan masyarakat.
2. Akhlak Suami atau Isteri
a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun
tidur yang  lihat hanya pasangan)
b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri
pakaian untuk suami dan begitu juga sebaliknya)
c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling
mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik,
instospeksi masing-masing
f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri
g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir
memberi pujian
h. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan
i. Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu)
j. Menjaga hubungan dengan pihak lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Suami

24
a. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa
istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-Taubah: 24)
b. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan
Rasul- Nya. (At-Taghabun: 14)
c. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang
sholehah. (Al Furqan : 74)
d. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar,
Memberi
e. Nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik,
( AI-Ghazali)
f. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut
ini   secara berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah kamar, (3)
Memukul dengan (4).  pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34)
… ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan
kepada Allah.
g. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
h. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
i. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada
istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
(AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6,  Muttafaqun Alaih)
j. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
k. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
l. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
m. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami
wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara
paksa. (AIGhazali)

Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam

25
a. Hak Bersama Suami Istri
b. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana       mawaddah dan
rahmah. (Ar-Rum: 21).
c. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-
masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat:
d. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
e. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Istri

a. Berbakti kepada suami  baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya
maupun miskin
b. Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas tertentu
sesuai dengan ajaran Islam
c. Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat
menentramkan pikirannya
d. Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami
dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya
e. Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki
adalah  pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
f. Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi
daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
g. Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’:
39)
h. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah, kecuali
dengan ijinnya, tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami,
menggauli suami dengan baik, dan bersifat jujur (Al-Ghazali).
3. Akhlak Orang Tua Kepada Anak
Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya
serta hak dan kewajiban mnasing-masing. Orang tua harus mengikat
hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang dengan anak-
anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu membuat

26
anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti
Rasulullah SAW. Poin yang  terpenting adalah teladan dari orang tuanya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab.
Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak bangun tidur hingga tidur.
Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang tuanya, murid 
kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik.
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak
berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya  sudah
mencetak generasi yang seperti itu. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua
yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki
akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW. Semoga dengan informasi tentang
cara mengajarkan akhlak yang baik kepada anak ini, kita bisa menjadikan
anak  menjadi generasi rabbani dan beradab. Orang tua harus lebih
memperhatikan, membimbing, dan mendidik anak dengan baik, sehingga
tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa :9:
۟ ُ‫ َو ْليَقُول‬ َ ‫ٱهَّلل‬ ‫وا‬
E‫ َس ِدي ًدا‬  ‫قَوْ اًل‬ ‫وا‬ ۟ ُ‫فَ ْليَتَّق‬ ‫ َعلَ ْي ِه ْم‬ ‫وا‬
۟ ُ‫خَ اف‬ ‫ض ٰ َعفًا‬ ۟ ‫تَ َر ُك‬  ْ‫لَو‬  َ‫ٱلَّ ِذين‬ ‫ش‬
ِ  ً‫ ُذ ِّريَّة‬ ‫خَ ْلفِ ِه ْم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫وا‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan  keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar”. (QS. An-Nisa’:9)
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan
anak dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala
aspek kehidupan, seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi
terutama lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi
generasi tanpa kepribadian. Jadi, semua orang tua harus memperhatikan
semua aspek perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang,
pendidikan mental, maupun masalah akidah atau keimananya.

27
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah,
berlaku lemah lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam
menanamkan kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh
cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
peranannya mendidik anak, antara lain:
a. Orang tua sebagai panutan
b. Orang tua sebagai motivator anak
c. Orang tua sebagai cermin utama anak
d. Orang tua sebagai fasilitator anak
4. Akhlak anak terhadap Orang Tua
Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak
ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai
dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai
rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali
mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari
diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka
memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih
sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam
bentuk yang sulit kita bayangkan.
a. kewajiban terhadap orang tua
b. berbuat baik kepada ibu dan bapak
c. berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
d. berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia

F. Akhlak Dalam Masyarakat


1. Pengertian
Di dalam Islam, segala sesuatu telah diatur dalam Al-Qur’an dan telah
dijelaskan serta diperkuat oleh hadits Rasulullah, baik dalam sholat, zakat,
berhaji, makan, berjalan, dan banyak hal lainnya, begitu pun dengan
bagaimana kita berakhlak dalam masyarakat.

28
Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang
manusia. Penciptaan manusia sebagai mahluk sosial membuatnya selalu
membutuhkan orang lain.
Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini
merupakan perkara yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam
hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar
hubungan baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga
menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di antara masyarakat.
2. Bertamu dan Menerima Tamu
Dalam bertamu, tentu ada beberapa etika yang harus diperhatikan
begitupun ketika kit menerima tamu. Aturan-aturan yang sepatutnya kita
lakukan agar kiranya ukhuwwah itu semakin erat dan Allah senantiasa
Beberapa etika yang perlu diperhatikan :
a. Ucapkan salam maksimal 3x
Jika salah seorang di antara kalian meminta izin 3x lalu tidak diizinkan,
hendaknya ia kembali (HR. Bukhari)
b. Dilarang untuk Mengintip di Jendela.
Mengintip di jendela ketika hendak bertamu bukanlah etika yang baik
dan ini menunjukkan sikap yang kurang sopan, jadi hendaknya kita
menghindarinya agar si pemilik rumah tidak merasa terganggu.
c. Sopan saat bertamu.
d. Berlaku sopan/ baik itu merupakan akhlak seorang muslim.
Apabila bertamu maka hendaklah mengucapkan hal-hal yang baik,
berperilaku yang sopan dan ramah agar si tuan sumah tetap merasa
nyaman .
e. Pilihlah waktu yang tepat dan jangan terlalu lama.
Usahakan bertamu di waktu yang tepat, misalnya di waktu sore, hindari
bertamu di waktu orang lain sedang istirahat, misalnya tengah malam dan
jangan terlalu lama, hal ini dianjurkan karena dikhawatir justru akan
mengganggu aktivitas tuan rumah.

29
f. Tidak merepotkan.
Berbuat baik kepada tamu termasuk perkara penting yang diwajibkan
oleh Rasulullah S.a.w kepada kita. Perbuatan ini termasuk hak muslim
atas muslim lainnya. Termasuk ahklak yang mulia, Rasulullah S.a.w
bersabda :
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, endaklah ia
memuliakan tamu-tamunya dengan memberinya hadia. Apa hadianya itu
ya Rasulullah? Beliau menjawab (menjaunya sehari semalam, jamuan
untuk tamu ialah 3 hari dan selebihnya adalah sedekah).

Jamuan untuk tamu adalah 3 hari dan selebihnya (untuk bekal


perjalanan) untuk sehari semamlam. Tidak halal bagi seorang muslim
meneteap di rumah saudaranya kemudian membuatnya berdosa. Para
sahabat bertanya, Wahai Rasulullah! Bagaimana ia membuatnya
berdosa? Rasulullah menjawab “Ia (tamu tersebut) menetap padanya,
namun tuan rumah tidak mempunyai sesuatu untuk memuliakannya.”
3. Hubungan Baik Dengan Tetangga
Memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga adalah perkara yang
sangat ditentukan dalam syariat islam, hal ini juga telah diperintahkan Allah
dalam Firman-Nya yang artinya “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri.”(QS. An-Nisa:36)
Selain Rasulullah pun mencontohkan kepada kita agar senantiasa
memuliakan tetangga kita. Dar Abu Hurairah Ra, dari Rasulullah Saw
bersabda :
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia berkata
baik/diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia

30
menghormati tetangganya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. (HR.  Bukhari dan Muslim)”
Sebagai seorang muslim yang baik maka hendaklah kita senantiasa
memperlakukan tetangga kita dengan senantiasa memperhatikan dan
memuliakan haknya. Hak seorang tetangga ini dapat diklasifikasikan
menjadi 4, yaitu :
a. Berbuat Baik (Ihsan) Kepada Tetangga
Diantar ihsab kepada tetangga adalah ta’ziah ketika mereka
mendapatkan musibah, mengucapkan salam ketika mendapatkan
kebahagiaan, menjenguknya ketika sakit, dan bermuka manis ketika
bertemu dengannya serta membantu membimbingnya kepada hal-hal
yang bermanfaat dunia akhirat. Sebagian ulama berkata, kesempurnaan
berbuat baik kepada tetangga ada 4 hal, yaitu :
1) Senang dan bahagia dengan apa yang dimilikinya
2) Tidak tamak untuk memiliki apa yang dimilikinya
3) Mencegah gangguan dengannya
4) Bersabar dari gangguangnya
b. Sabar Menghadapi Gangguan Tetangga
Ini adalah hak kedua untuk tetangga yang berhubungan erat dengan
yang pertama dan menjadi penyempurnanya. Hal ini dilakukan dengan
memaafkan kesalahan dan perbuatan jelek mereka khususnya kesalahan
yang tidak disengaja/ sudah sesali kejadiannya.
Hasan Al-Bashri berkata:
Tidak mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan
tetapi berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat baik terhadap
tetangga dengan sabar atas gangguannya
c. Menjaga dan Memelihara Tetangga
Imam Ibnu Abi Jamroh berkata, menjaga tetangga termasuk
kesempurnaan iman orang jahiliyah dahulu sangat menjaga hal ini
melaksanakan wasiat berbuat baik ini dengan memberikan beraneka
ragam sesuai kemampuan, seperti salam, bermuka manis ketika bertemu,

31
menahan sebab-sebab yang mengganggu mereka dengan segala macam
nya, baik jasmani dan rohani.
d. Tidak Mengganggu Tetangga
Telah dijelaskan diatas kedudukan tetatngga yang tinggi dan hak-
haknya yang terjaga di dalam islam. Rasulullah Saw memperingatkan
dengan keras upaya mengganggu tetangga, sebagaimana dalam sabdanya
yaitu: “Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidakaman dari
kejahatannya” (HR.Muslim).
4. Adab Pergaulan Dengan Lawan Jenis
Bersahabat dengan lawan jenis tentu bukan suatu hal yang diharamkan
dalam agama, akan tetapi agar tidak terjadi fitnah, maka alangkah baiknya,
kita senantiasa memperhatikan beberapa batasan-batasan dalam bergaul
dengan lawan jenis.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bergaul dengan lawan
jenis, diantaranya yaitu :
a. Senantiasa menundukkan pandangan.
Menundukkan pandangan adalah suatu hal yang sangat dianjurkan
oleh Rasulullah saw karena sesungguhnya dengan menundukkan
pandangan, akan menjadi sebab Allah ridha kepadanya, dan akan
senantiasa membuat qalbunya tentram. Sebab mata aalah cerminan qalbu.
Orang yang matanya liar melihat apa saja, qalbunya akan menjadi tidak
tenang. Sedangkan orang yang menundukkan pandangannya, berarti ia
menundukkan qalbunya dari syahwat dan nafsu. Namun kalau ia liar
memandang ke mana saja maka qalbunya ikut menjadi liar mengumbar
nafsu.
“Katakan kepaa orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka” (An-Nur : 30)
Syaikhul islam Ibnu Tamuan berkata mengenai ayat ini, Allah Swt
menjadikan sikap menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan
sebagai upaya paling kuat untuk membersihkan jiwa itu mencakup

32
hilangnya segala keburukan berupa perbuatan keji, kezaliman, kesirikan,
kedustaan, dsb.
“Wahai Ali, janganlah engkau turutkan pandangan (pertama) dengan
pandangan (ke-2) karena engkau berhak (yakin tidak berdosa) pada
pandangan (pertama) tetapi tidak hak pada pandangan ke dua” (HR.
Abu Daud, Tirmizi).
Di hadits juga menjelaskan tentang hal ini. Jarir bin Abdullah
berkata, aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan tiba-tiba
(tidak sengaja) maka beliau bersabda “Palingkan pandanganmu” (HR.
Muslim)
b. Menjaga hijab/ tidak berkhalwat
Hal yang kedua yang harus kita perhatikan dalam bergaul dengan
lawan jenis adalah agar kita senantiasa menjaga hijab, tidak terlalu
bercampur baur dengan lawan jenis agar kita senantiasa menjaga
dijauhkan dari fitnah. Selain itu, kita dilarang untuk berkhalwat atau
berduan dengan lawan jenis. “Janganlah laki-laki berkhalwat dengan
seorang perempuan kecuali bersama mahrom” (HR. Muslim). Selain itu,
di hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim,
Rasulullah Saw bersabda “Ketahuilah tidaklah seorang laki-laki
menyendiri dengan seorang wanita kecuali yang ke tiga adalah syaitan.”
Dan di hadits lainpun di katakan bahwa “Siapa saja yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka jangnlah sekali-kali menyendiri
dengan perempuan lain yang tidak disertai mahramnya. Karena ditempat
yang sepi itu ada setan yang senantiasa mengajak berbuat zina” (al-
hadits)
Kita juga dilarang untuk bersentuhan dengan lawan jenis karena
itulah kita harus senantiasa memberi batasan dalam bergaul dengan
mereka, hindari hal-hal yang bisa membuat kita saling bercampur baur
dan bersentuhan dengan lawan jenis.
Dari Aisyah ra, “Rasulullah S.a.w tidak pernah menyentuh tangan
seorang wanita kecuali yang dimiliki” (HR.  Bukhari).

33
Dan suatu kecelakaan besar, apabila menyepelekan hal seperti ini
sesungguhnya ditusukkan kepada salah seorang diantara kamu dengan
jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal
baginya (HR.  Baihaqi, Ath-Tabrani)
Hadits ini memberikan gambaran betapa hinanya menyentuh seorang
yang bukan muhrimnya. Bahkan ditusuk dengan jarum besi itu lebih baik
daripada menyentuh seorang yang bukan muhrimnya. Rasulullah pun
mengabarkan kepada umat manusia agar senantiasa berhati-hati dalam
bergaul dengan lawan jenis karena dapat membuka pintu fitnah.
Tidaklah ku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya laki-
laki melainkan fitnah yang datang dari wanita. (HR.  Muttafaqun Alaih)
c. Berkomunikasi untuk hal yang penting saja.
Untuk menghindari timbulnya perasaan saling mengagumi maka
dianjurkan untuk membatasi pergaulan dengan lawan jenis. Cukuplah
berkomunikasi untuk hal-hal yang penting dan hindari kebiasaan
bercanda dengan lawan jenis karena ini bisa menimbulkan rasa kagum
yang akan berujung pada rasa cinta. Dan kemungkinan terbesar, cinta ini
adalah cinta yang hanya berlandas pada nafsu dan akan menodai
kesucian cinta itu. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa bersikap wara’
dalam bergaul dengan lawan jenis.
5. Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah bisa kita artikan sebagai persaudaraan di antara
umat islam, dimana persaudaraan diantara seorang muslim diibaratkan
sebagai bangunan yang kokoh yang sedang menguatkan. Sebagai umat
islam, ada hal-hal yang harus ditunaikan anatar sesama umat islam
sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya :
Hak seorang muslim dengan muslim ada 6 yaitu:
“Apabila engkau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam, apabila ia
mengundangmu, penuhilah, apabila dia meminta nasehat kepadamu berilah
nasehat, apabila dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, ucapkanlah

34
Yarhamukallah, apabila dia sakit, jenguklah dan apabila dia meninggal
dunia, antarkanlah jenazahnya” (HR. Bukhari Muslim)  

G. Akhlak Terhadap Negara


Modernisasi zaman yang semakin berkembang dari waktu ke waktu
menuntut manusia untuk memahami akhlak secara esensial, dalam arti bahwa
manusia memahami akhlak bukan hanya sebagai sikap/perilaku saja.
Melainkan, akhlak tersebut di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak dalam berbangsa perlu untuk disadari oleh kita agar kita dapat
menjadi semakin sensitif terhadap persoalan yang terjadi pada bangsa dan
negara kita. Hal ini didorong dengan kekhawatiran akan bobroknya generasi
kita, apabila tidak dibekali dengan pengetahuan tentang akhlak yang cukup,
untuk menjalani kehidupan kedepannya ia akan terombang-ambing. Berikut
merupakan akhlak dalam berbangsa:
1. Musyawarah
Kata ( ‫شورى‬ ) Syûrâ terambil dari kata ( ‫ إستشاورة‬-‫ مشاورة‬-‫ )شاورة‬menjadi
( ‫ورى‬EEE‫ش‬ ) Syûrâ. Kata Syûrâ bermakna mengambil dan mengeluarkan
pendapat yang terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan
pendapat yang lain.Dalam Lisanul ‘Arab berarti memetik dari serbuknya
dan wadahnya. Kata ini terambil dari kalimat (‫رت العسل‬EEEE‫ )ش‬saya
mengeluarkan madu dari wadahnya.
Berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu, dan
bermusyawarah adalah upaya meraih madu itu dimanapun ia ditemukan,
atau dengan kata lain, pendapat siapapun yang dinilai benar tanpa
mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya. Musyawarah dapat
berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu.
Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai
Musyawarah adalah surah Al-Syura ayat 38:
َ‫َوالَّ ِذينَ ا ْستَ َجابُوا لِ َربِّ ِه ْم َوَأقَا ُموا الصَّالةَ َوَأ ْم ُرهُ ْم ُشو َرى بَ ْينَهُ ْم َو ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِقُون‬
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)

35
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)
Musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang
paling baik disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa
tanggung jawab bersama . Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam
musyawarah terdapat tujuh hal penting yaitu, mengambil kesimpulan yang
benar, mencari pendapat, menjaga kekeliruan, menghindari celaan,
menciptakan stabilitas emosi, keterpaduan hati, mengikuti atsar.
2. Menegakkan Keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (Bahasa Arab), yang mempunyai
arti antara lain sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan
dapat diartikan sebagai membagi sama banyak, atau memberikan hak yang
sama kepada orang-orang atau kelompok. Dengan status yang sama.
Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan
hak seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan
kebutuhannya.
a. Perintah Berlaku Adil
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan
supaya manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada
yang bersifat umum dan ada yang khusus dalam bidang-bidang tertentu.
Yang bersifat umum misalnya yang terdapat dalam Quran surah An-Nahl
ayat 90 yaitu:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”. (QS. An-Nahl
16:90)
Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam
menegakkan hukum (QS. An-Nisa’ 4: 58); adil dalam mendamaikan
konflik (QS. Al-Hujurat 49:9); adil terhadap musuh (QS. Al-Maidah : 8)

36
adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa’ 4:3 dan 129); dan adil dalam
berkata (QS. Al-An’am 6:152).
b. Keadilan Hukum
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang
sama dan sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena
perbedaan kulit, status sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Allah
menegaskan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. An-Nisa’4:58).
c. Keadilan dalam Segala Hal
Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada umat
manusia, terutama orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam
segala aspek kehidupan, baik terhadap diri dan keluarganya sendiri,
apalagi kepada orang lain. Bahkan kepada musuh sekalipun setiap
mukmin harus dapat berlaku adil. Mari kita perhatikan beberapa nash
berikut ini :
1) Adil terhadap diri sendiri
2) Adil terhadap isteri dan anak-anak
3) Adil dalam mendamaikan perselisihan
4) Adil dalam berkata
5) Adil terhadap musuh sekalipun
3. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Secara harfiah amar ma’ruf nahi munkar (al-amru bi ‘l-ma’ruf wa ‘n-
nahyu ‘an ‘l-munkar) berarti menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar.
Ma’ruf secara etimologis berarti yang dikenal, sebaliknya munkar
adalah sesuatu yang tidak dikenal. Yang menjadi ukuran ma’ruf atau

37
munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani.
Bisa kedua-duanya sekaligus atau salah satunya. Semua yang diperintahkan
oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang oleh
agama adalah munkar. Dalam hal ini Allah menjelaskan:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah 9:71)
Dalam ayat diatas juga dapat kita lihat bahwa kewajiban amar ma’ruf
nahi munkar tidak hanya dipikulkan kepada kaum laki-laki tapi juga kepada
kaum perempuan, walaupun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kodrat dan fungsi masing-masing.
Jika umat Islam ingin mendapatkan kedudukan yang kokoh di atas
permukaan bumi, disamping mendirikan shalat dan membayar zakat mereka
harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Allah SWT berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(QS. Al-Haji 22:41)
4. Hubungan Pemimpin dan yang dipimpin
Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin orang-
orang yang beriman :
“Allah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka
dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pemimpin-
pemimpin mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah 2:257)
Azh-zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol dari segala
bentuk kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiatan. Atau dalam

38
bahasa sekarang azh-zhulumat adalah bermacam-macam ideologi dan isme-
isme yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti komunisme, sosialisme,
kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya.
Sedangkan an-Nur adalah simbol dari ketauhidan, keimanan, ketaatan dan
segala kebaikan lainnya.
At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain
dari Allah SWT dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Menurut
Sayyid Qutub, Thaghut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran
dan melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk hamba-
Nya. Dia bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang
tidak berlandaskan ajaran Allah SWT.
a. Kriteria Pemimpin dalam Islam
Pemimpin umat atau dalam ayat diatas di istilahkan dengan waliy
dan dalam ayat lain (Q.S An-Nisa 4:59) disebut dengan Ulil Amri adalah
penerus kepemimpinan Rasulullah SAW setelah beliau meninggal dunia .
Orang – orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin
minimal harus memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan dalam
surat Al – Maidah ayat 55 .
1) Beriman kepada Allah SWT. Karena Ulil Amri adalah penerus
kepemimpinan Rasulullah SAW, sedangkan Rasulullah sendiri adalah
pelaksana kepemimpinan Allah SWT, maka tentu saja yang pertama
kali harus dimiliki penerus beliau adalah Keimanan. Tanpa Keimanan
kepada Allah dan Rasul-Nya bagaimana mungkin pemimpin dapat
diharapkan memimpin umat menempuh jalan Allah diatas permukaan
bumi ini.
2) Mendirikan Shalat. Shalat adalah ibadah Vertikal langsung kepada
Allah SWT. Seorang pemimpin yang mendirikan shalat diharapkan
memiliki hubungan vertical yang baik dengan Allah SWT .
Diharapkan nilai – nilai kemuliaan dan kebaikan yang terdapat dalam
shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya.

39
3) Membayarkan Zakat. Zakat adalah ibadah madhdhah yang merupakan
simbol kesucian dan kepedulian sosial. Seorang pemimpin yang
berzakat diharapkan selalu berusaha mensucikan hati dan hartanya.
Dia tidak mencari dan menikmati harta dengan cara yang tidak halal
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ). Dan lebih dari pada itu dia
memiliki kepedulian social yang tinggi terhadap kaum dhu’afa dan
mustadh’afin . Dia akan menjadi pembela orang-orang yang lemah.
4) Selalu Tunduk Patuh kepada Allah SWT. Dalam ayat diatas
disebutkan pemimpin itu haruslah orang selalu ruku’. Ruku’ adalah
simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
yang secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim
yang kaffah , baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq maupun
muamalat. Aqidahnya benar, ibadahnya tertib, dan sesuai tuntutan
Nabi, akhlaknya terpuji, dan muamalatnya tidak bertentangan dengan
syariat.

Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati


manusia. Kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya.
Kesusilaan berasal dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani.
Sanksi yang melanggar kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri
seperti penyesalan, keresahan dan lain-lain.

1) Pembangunan Moral dan Akhlak Bangsa. Keberhasilan dan kegagalan


suatu negara terletak pada sikap dan prilaku dari seluruh komponen
bangsa, baik pemerintah, DPR (wakil rakyat), pengusaha, penegak
hukum dan masyarakat. Apabila moral etik dijunjung oleh bangsa kita
maka tatanan kehidupan bangsa tersebut akan mengarah pada
kepastian masa depan yang baik, dan apabila sebaliknya maka
keterpurukan dan kemungkinan dari termarjinalisasi oleh lingkungan
bangsa lain akan terjadi.
2) Memperbaiki Diri Sebelum Memperbaiki Sistem. Di antara prioritas
yang dianggap sangat penting dalam usaha perbaikan (ishlah) ialah

40
memberikan perhatian terhadap pembinaan individu sebelum
membangun masyarakat; atau memperbaiki diri sebelum memperbaiki
sistem dan institusi. Yang paling tepat ialah apabila kita
mempergunakan istilah yang dipakai oleh Al Qur'an yang berkaitan
dengan perbaikan diri ini; yaitu: (QS. Ar-Ra'd: 11)
Inilah sebenarnya yang menjadi dasar bagi setiap usaha perbaikan,
perubahan, dan pembinaan sosial. Yaitu usaha yang dimulai dari
individu, yang menjadi fondasi bangunan secara menyeluruh.
3) Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Modern. Saat ini kita berada di
tengah pusaran hegemoni media, revolusi iptek tidak hanya mampu
menghadirkan sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi
manusia modern, melainkan juga mengundang serentetan
permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia misalnya,
yang berubah begitu cepat sehingga mampu membuat informasi cepat
didapat, kaya isi, tak terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak
untuk dinikmati. Namun, di balik semua itu, sangat potensial untuk
mengubah cara hidup seseorang, bahkan dengan mudah dapat
merambah ke bilik-bilik keluarga yang semula sarat dengan norma
susila. Dengan otoritas yang ada pada akhlakul karimah, seorang
muslim akan berpegang kuat pada komitmen nilai. Komitmen nilai
inilah yang dijadikan modal dasar pengembangan akhlak, sedangkan
fondasi utama sejumlah komitmen nilai adalah akidah yang kokoh,
Akhlak, pada hakekatnya merupakan manifestasi akidah karena
akidah yang kokoh berkorelasi positif dengan akhlakul karimah.
4) Makna Amanah Dalam Konteks Akhlak Bangsa. Dari segi bahasa,
amanah ada hubungannya dengan iman dan aman. Artinya sifat
amanah itu dasamya haruslah pada keimanan kepada Alloh  SWT, dan
dampak dari sifat amanah, atau pelaksanaan dari hidup amanah itu
akan melahirkan rasa aman, rasa aman bagi yang  bersangkutan dan
rasa aman bagi orang lain.

41
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk , antara
yang terpuji dan yang tercela , tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir
dan batin. Maksud dari akhlak itu sendiri adalah adanya hubungan antara
khaliq dan makhluk , dan antara makhluk dengan makhluk. Kita harus
membiasakan diri berakhlak terpuji dalam kehidupan sehari hari agar
semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah Swt.

2. Saran
Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari
materi tentang akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs
internet. Agar nantinya kita mudah dalam memahami dan kita akan lebih
mudah dalam penulisan makalah kedepannya. Dalam penulisan makalah ini
kami menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian
maupun penulisan kalimat. Oleh karena itu,kami sebagai penulis makalah ini
meminta kritik dan saran sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah ini
dengan baik.

42
Daftar Pustaka

http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/10/makalah-akhlak-dalam-islam.html

Di unduh 12 Januari 2018

https://www.google.com/search?q=makalah+akhlak&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b

Di unduh 12 Januari 2018

https://www.google.com/search?q=makalah+akhlak&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b

Di unduh 12 Januari 2018

http://bazmalla.blogspot.co.id/2017/01/makalah-ilmu-akhlak-akhlak-kepada-
allah.html

Di unduh 12 Januari 2018

https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/18/makalah-akhlak-akhlak-kepada-
rasulullah/

Di unduh 12 Januari 2018

http://mulqannuralfaruq.blogspot.co.id/2015/12/akhlak-terhadap-rasulullah-
saw.html

Di unduh 12 Januari 2018

https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/18/makalah-akhlak-akhlak-kepada-
rasulullah/

Di unduh 13 Januari 2018

https://sartikahinata.wordpress.com/2013/02/17/akhlak-terhadap-keluarga/

Di unduh 13 Januari 2018

http://caremuslimah.blogspot.co.id/p/akhlak-kepada-keluarga.html

Di unduh 13 Januari 2018

http://ardhyanblogger21.blogspot.co.id/2013/11/makalah.html

43
Di unduh 13 Januari 2018

http://fauziahturr.blogspot.co.id/2013/03/akhlak-terhadap-masyarakatalam.html

Di unduh 13 Januari 2018

http://www.bacaanmadani.com/2017/08/akhlak-terhadap-tetangga-dan-
masyarakat.html

Di unduh 13 Januari 2018

http://anwar-ath.blogspot.co.id/2013/12/akhlak-bernegara.html

Di unduh 13 Januari 2018

https://www.scribd.com/document/341220843/Akhlak-Terhadap-Negara

Di unduh 13 Januari 2018

44

Anda mungkin juga menyukai