Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Fairuzzabadi berkata “Agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang
siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan
atas empat landasan utama yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan
keadilan.”
Akhlak merupakan media yang memungkinkan adanya hubungan baik
antara Tuhan sebagai Khaliq dan manusia sebagai makhluk. Akhlak seseorang
memberikan gambaran tentang bentuk kepribadian seseorang tersebut tanpa
dibuat-buat atau tanpa ada dorongan dari luar.
Akhlak sendiri terbagi menjadi akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah ) dan
akhlak tercela ( akhlak madzmumah ). Akhlak terpuji diantaranya adalah
akhlak terhadap Allah swt., akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap
keluarga, dan akhlak terhadap lingkungan sekitar.
Di dalam makalah ini hanya akan dijelaskan mengenai akhlak terpuji yaitu
akhlak terhadap Allah swt. Betapa penting pembahasan akhlak kepada Allah
swt., ini dikarenakan kepada siapa lagi akhlak yang pertama harus dibentuk
manusia sebagai makhluk jika bukan kepada Allah swt., sebagai Khalik-nya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditairik rumusan masalah yaitu:
1. Apa pengertian dari akhlak secara umum dan akhlak kepada Allah SWT?
2. Kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah SWT?
3. Bagaimana cara berakhlak kepada Allah SWT itu?

C.  Tujuan Penulisan


Di setiap masalah yang telah dirumuskan pada penulisan makalah maka
akan mengahasilkan tujuan. Ada 3 tujuan yang akan dicapai pada pembuatan
makala ini yaitu:

1
1. Mengetahui pengertian dari akhlak secara umum dan akhlak kepada Allah
SWT.
2. Mengetahui alas an manusia harus berakhlak kepada Allah SWT.
3. Mengetahui cara berakhlak kepada Allah SWT.

D. Manfaat Penulisan
Dengan mempelajari akhlak kepada Allah, alasan mengapa harus
berakhlak, serta cara berakhlak, maka mahasiswa atau pembaca akan
mengetahui apa sebenarnya akhlak kepada Allah SWT

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Secara Umum Dan Akhlak Kepada Allah SWT


Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa
Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Cara membedakan
akhlak, moral dan etika yaitu Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan
manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat),
dan dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk
menentukan baik-buruknya.

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Dan sebagai titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. f. Melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan Allah SWT.

B. Alasan Manusia Berakhlak Kepada Allah SWT


1. Allah-lah yang menciptakan manusia
Allah-lah yang menciptakan manusia seperti yang dijelaskan dalam firman-
Nya yaitu QS. At-Tariq ayat 5-7 yang artinya ;
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan?, Dia
tercipta dari air yang terpancar, yang terpancar dari tulang sulbi dan
tulang dada.”
2. Karena Allah SWT telah memberikan manusia perlengkapan panca indera
yang sempurna berupa penglihatan, pendengaran, akal pikiran dan hati

3
sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna. Seperti
firman-Nya dalam Q.S. an-Nahl ayat; 78 yang artinya :
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
3. Karena Allah SWT telah menyediakan berbagai bahan dan saranan yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lain-lain.
Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Jatsiyah ayat 12 yang artinya :
“Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan izin-Nya, agar kamu dapat mencari sebagian dari
karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.”
4. Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan, daratan dan lautan. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam surat
Al-Isyraa’ ayat 70 yang artinya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, kami angkut
mereka dari daratan dan lautan. Kami beri mereka rizki yang baik-baik dan
Kami lebihkan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.

C. Cara Berakhlak Kepada Allah SWT


1. Takwa, ialah mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Muttaqin adalah orang-orang yang memelihara diri mereka dari azab
dan kemarahan Allah Swt di sunia dan di akherat.
Buah dari takwa ialah:
a) Mendapatkan sikap furqon.
b) Mendapat limpahan berkah dari langit dan dari bumi.
c) Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
d) Mendapatkan rezki tanpa diduga-duga
e) Mendapatkan kemudahan dalam segala urusan

4
2. Cinta dan ridho, ialah: kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan
penuh semangat dan rasa kasih saying.
Cinta adalah fitrah yang dimiliki setiap orang Islam. Mencintai Allah Swt
lebih utama, baru kemudian mencintai Rasul, kemudian baru mencintai
orang tua dan anak.
3. Ikhlas, ialah: berasal dari bahasa Arab yang artinya bersih, jernih, murni,
tidak bercampur. Ikhlas ialah beramal semata-mata mengharapkan ridho
Allah. Ikhlas juga artinya tanpa pamrih.
Tiga unsur ikhlas:
a) Niat yang ikhlas. Dalam Islam faktor niat sangat lah penting. Apasaja
yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah berdasarkan niat mencari
ridho Allah Swt bukan berdasarkan motivasi lain.
b) Beramal dengan sebaik-baiknya. Niat ikhlas harus diikuti dengan amal
yang sebaik-baiknya, seorang muslim yang mengaku Ikhlas melakukan
sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu sebaik-
baiknya.
c) Memanfaatkan hasil usaha dengantepat. Misalnya menuntut ilmu.
4. Khauf dan Raja’ ialah: takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang
harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Bila salah satu
dominan dari yang lainnya akan melahirkan pribadi yang tidak seimbang.
Dominan khauf menyebabkan sikap pesimisme dan putus asa, sementara
dominan Raja’ menyebabkan seseorang lalai dan lupa diri serta merasa
aman dari azab Allah. Yang pertama adalah sikap orang kafir dan yang
kedua adalah sikap orang yang merugi.
Khauf adalah kegalauan hati yang membayangkan sesuatu yang tidak
disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu
yang disukai.
Raja’ atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada
masa yang akan datang.

5
5. Tawakkal, adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada
selain Allah, dan menyerahkan keputusan segala sesuatu pada Allah.
Orang yang beriman dan bertawakkal tidak akan takut menghadapi masa
depan, tidak kaget dengan segala kejutan, hatinya tenang dan tentram karena
yakin akan keadilan dan rahmat Allah. Tawakkal juga harus diiringi dengan
ikhtiar.
6. Syukur, adalah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah
dilakukannya. Syukur seorang hamba berkisar atas 3 hal: yaitu apabila
ketiganya tidak berkumpul, maka tidak dinamakan bersyukur. Pertama
mengakui nikmat dalam batin, kemudian membicarakannya secara lahir, dan
menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur itu
berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan.
7. Muraqabah, ialah menjaga, mengawal, menanti, dan mengamati, semua
pengertian kata raqabah ialah pengawasan karena apabila seseorang
mengawasi sesuatu dia akan mengamati, menantikan, menjaga dan
mengawasi. Jadi muraqabah ialah pengawasan.
8. Taubat, ialah kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang
yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu,kembali dari sifat-sifat yang
tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju
perintahNya, kembali dari maksiat menuju kepada taat dll.
Taubat ada lima dimensi yaitu:
a) Menyadari kesalahan.
b) Menyesali kesalahan.
c) Memohon ampun kepada Allah Swt.
d) Berjanji tidak akan mengulanginya.
e) Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal saleh.
9. Muhasabah, kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong
seorang Muslim untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap amal
perbuatan, tingkah laku dan sikap hatinya sendiri. Dalam hal ini muraqabah
berfungsi sebagai jalan menuju muhasabah.

6
Manfaat Muhasabah
a) Untuk mengetahui kelemahan diri agar dapat memperbaikinya
b) Untuk mengetahui hak Allah SWT
c) Untuk mengurangi beban hisab esok hari.

7
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah
SWT adalah akhlak yang pertama dan utama. Hal ini dikarenakan Allah SWT
merupakan pencipta alam semesta beserta isinya termasuk juga manusia. Selain
itu juga karena Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang
sempurna dengan kelebihan-kelebihannya serta Allah juga yang member rizki
demi kelangsungan hidup umat manusia.
Bentuk-bentuk akhlak kepada Allah SWT adalah Menauhidkan Allah
SWT, taqwa, cinta dan ridha, khauf dan raja’, berbaik sangka (husnu zhann),
zikrullah (mengingat allah), tawakal, syukur, muraqabah, dan taubat.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://bazmalla.blogspot.co.id/2017/01/makalah-ilmu-akhlak-akhlak-kepada-
allah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
http://suliani-agustin.blogspot.co.id/2016/01/makalah-akhlak-kepada-allah-
swt-dan.html
http://www.altundo.com/akhlak-terhadap-allah-swt

Anda mungkin juga menyukai