Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKHLAK KEPADA ALLAH DAN RASUL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akidah Akhlak
Dosen Pengampu: Zarkasi, M.Pd.I

Disusun oleh:
Sindi pratika sari (2315008)
Rindah iswandi (2315011)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN

ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH
ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG
TAHUN 2023/2024
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
B. Akhlak terhadap Allah
C. Akhlak Terhadap Rasulullaah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa komponen utama agama islam adalah akidah,
syari’ah, dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada
Malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti islam, iman, dan ihsan yang
ditanyakan Jibril kepada Beliau.
Setiap manusia yang lahir di dunia ini, pasti membawa naluri yang dapat menentukan
tujuan yang dikehendakinya. Segala sesuatu itu dinilai baik atau buruknya, terpuji atau
tercela, semata-mata karena syara’ (al-Qur’an dan Sunnah) hati nurani atau fitrah, dalam
bahasa al-Qur’an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia di ciptakan
oleh Allah Swt memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaannya (QS. Ar-Rum: 30-30). Hati
nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-
ajaran Allah Swt. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik
karena pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga
pergaulan. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal fikiran sudah di kotori
oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji. Namun bukan hanya perilaku yang harus
diperbaiki, asupan dalam tubuhpun harus dijaga agar tetap halal. Karena itulah diperlukan
adanya suatu jaminan dan kepastian akan kehalalan produk pangan yang dikonsumsi umat
Islam.
Segala perbuatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari konsep akhlak. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup akhlak sangat luas. Kata akhlak memiliki
kemiripan makna dengan etika, moral, sehingga makna akhlak sering disamakan dengan
etika, dan moral.
Ruang lingkup akhlak dalam pandangan syariat Islam sangat luas. Akhlak tidak hanya
membahas masalah etika pergaulan dan sopan santun saja, tetapi meliputi pola pikir, selera,
pandangan, sikap, perilaku, kecenderungan, dan keinginan yang ada pada seseorang.
Dalam Islam, akhlak mempunyai ruang lingkup yang lebih luas. Selain terkait dengan
muamalah, akhlak dalam Islam juga meliputi masalah ibadah, sosial, hukum, dan lain-lain.
Salah satu contohnya, yaitu akhlak terhadap Allah swt. Misalnya, adanya kewajiban
menjalankan rukun Islam dan rukun iman. Ketika sudah melaksanakan syahadat, shalat, dan
puasa, berarti kita dikatakan berakhlak terhadap Allah swt.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Secara etimologis atau dalam bahasa arab akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq ‫خلق‬
yaitu perilaku. Jadi akhlak adalah perilaku manusia secara umum. Dengan ini akhlak atau
perilaku itu bisa baik ataupun buruk. Kita bisa menyebut akhlak hasanah = akhlak yang baik.
Kita juga sering menyebutnya dengan akhlak karimah (akhlak yang mulia) kita mengatakan
akhlaq sayyi’ah sama dengan akhlaq yang buruk atau perilaku yang buruk.
Islam adalah agama yang mengatur cara berperilaku manusia. Tanpa perilaku yang baik
manusia akan sangat berpotensi membuat kerusakan. Perlunya membina akhlak adalah
sebagai salah satu misi Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dalam haditsnya:
‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan–keutamaan akhlak.’1
Akhlak Nabi adalah al-Qur’an itu sendiri, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah R.A
ketika ditanya tentang akhlak Nabi ‫ ﷺ‬beliau menjawab: ‘Akhlak Nabi adalah al-Qur’an’.
Ibnu katsir mengatakan: ‘Artinya Nabi adalah pengaplikasian al-Qur’an baik menjalan
perintahnya ataupun meninggalkan larangannya, sebagai sifat dan budi pekertinya. Istiqamah
pada al-Qur’an dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangannya. Mempunyai
akhlak yang dipuji oleh al-Qur’an dan menjauhi dari segala yang Al-Qur’an cela.
Secara istilah (terminologi), menurut Imam Al-Gazali, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Kita akan membahas Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah ‫ﷺ‬.
B. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan
itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya
ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah
yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan
keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk.
Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-7,sebagai berikut :
Artinya :
5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta
dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (QS. At-
Tariq:5-7)
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati, di samping anggota badan yang kokoh dan
sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl: 78.
Artinya:

1
Hadits shahih riwayat al-bukhari dalam al-adabul mufrad dari abu hurairah R.A.
Mth, Asmuni.1999.Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an.Jakarta:Kalam Mulia.

4
"Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur. ( Q.S An-Nahl : 78).
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-
Jatsiyah:12-13.
Artinya :
(12) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar
padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya.Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang
berpikir. (Q.S Al-Jatsiyah :12-13 ).
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan,
daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat al-Israa':70.
Artinya:
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari
daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S
Al-Israa : 70).
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan Akhlak"
bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f. Senantiasa mengingat Allah SWT.
g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia
seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh
keridhaan-Nya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama
melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga
kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut
bersumber kepada al-Qur'an yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan
pelestarianya oleh umat Islam.

2
Manan, Abdul, DKK.2009.Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Islam Cipta Sikan Kenjtana
3
Kahar, Masyhur.1985.Membina Moral Dan Akhlak.Jakarta:Kalam Mulia.

5
C. Akhlak Terhadap Rasulullaah ‫ﷺ‬
Di samping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun
keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana
keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun
demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam
bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah
melakukannya. Di sini akan dijelaskan akhlak kepada Rasul, di antaranya yaitu :
1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul ‫ ﷺ‬merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan
akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan
sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan.
Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban
yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman kepada Rasul
inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi 3 :‫ﷺ‬
‘Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul.’ (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu
Majah).
2. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah
mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan
kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah :
Artinya :
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-
rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-
Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS At-
Taubah : 24).
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai
yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai
orang yang beriman, beliau bersabda:
‘Maka demi Zat yang jiwaku di tanagn-Nya, tidaklah beriman seseorang dari kaian
hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya.’ (HR. Bukhari, Muslim
dan Nasa’i).
3. Mengikuti dan Mentaati Rasul
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-
orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada
Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam
derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: 4
Artinya :

4
Syamsuri,Drs,H.2006.Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Kelas XI.Jakarta:Erlangga.

6
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya.” (QS An-Nisaa:69).
Di samping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul ‫ﷺ‬, Allah Swt
akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah
manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman dalam al-Qur’an
Artinya:
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan
mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al-Imran : 31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus memang untuk ditaati,
Allah Swt berfirman :
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah.
Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon
ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nisaa : 64)
4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan
rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan
rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah: 5
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS Al-Ahzab : 56)
Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu akan membawa keberuntungan bagi
kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul ‫ﷺ‬:
‘Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali.’ (HR. Ahmad)
‘Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak
mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul sebagai orang
yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda: Sesungguhnya orang yang
paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat
kepadaku.’ (HR. Tirmidzi)

5
Ilyas,Yunahar, Prof. Dr. M.A.2008.Kuliah Akidah, Kuliah Akhla.Yogyakarta:Belukar.
5. Menghidupkan Sunnah Rasul

7
Kepada umatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang
beliau wariskan adalah al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak
sesat, beliau bersabda:
‘Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku.’ (HR. Hakim)
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting
sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.

6. Menghormati Pewaris Rasul


Berakhlak baik kepada Rasul ‫ ﷺ‬juga berarti harus menghormati para pewarisnya,
yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang
takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
Artinya : 6
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Faathir:28)
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬:
‘Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada
mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil bagian
yang besar.’ (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak
hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita
hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi
tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak
ada kewajiban kita untuk menghormatinya.
7. Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang
mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak
akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus
dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari
Rasulullah ‫ﷺ‬. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul ‫ﷺ‬:
‘Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil
tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah
ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.’ (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu
Umar)

6
Azmi,Muhammad.2006.Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah.Yogyakarta:Belukar.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu komponen utama agama
islam adalah akhlak. Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak jika
dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan dan timbul dengan
sendirinya tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.
Bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f. Senantiasa mengingat Allah SWT.
g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Se;ain akhlak tehadap Allah, kita sebagai ummat Islam harus memiliki akhlak kepada
Rasulullaah ‫ﷺ‬. Akhlak terhadap Rasul, yaitu:
1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
2. Mencintai dan Memuliakan Rasul
3. Mengikuti dan Mentaati Rasul
4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
5. Menghidupkan Sunnah Rasul
6. Menghormati Pewaris Rasul
7. Melanjutkan Misi Rasul

9
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas,Yunahar, Prof. Dr. M.A.2008.Kuliah Akidah, Kuliah Akhla.Yogyakarta:Belukar.

Azmi,Muhammad.2006.Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah.Yogyakarta:Belukar.

Kahar, Masyhur.1985.Membina Moral Dan Akhlak.Jakarta:Kalam Mulia.

Mth, Asmuni.1999.Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an.Jakarta:Kalam Mulia.

Syamsuri,Drs,H.2006.Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Kelas XI.Jakarta:Erlangga.

Manan, Abdul, DKK.2009.Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Islam SMA Kelas
XI.Surabaya:Cipta Sikan Kenjtana.

10

Anda mungkin juga menyukai