PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa komponen utama agama islam
adalah akidah, syari’ah, dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada
penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabatnya
mengenai arti islam, iman, dan ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau.
A. Pengertian Akhlak
Ada empat alasan, sehingga manusia perlu berakhlak kepada allah swt yaitu :
Ketiga allahlah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidupmanusia, seperti bahan makanan yang
berasal dari tumbuh tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan lain lain. Firman
Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.
١٢ ( كرونmmmله ولعلكم تشmmm من فضmواmmmامره ولتبتغmmmه بmmmك فيmmmري الفلmmmر لتجmmm البحmخرلكمmmmذي سmmmهللا ال
رونmmmmوم يتفكmmmmك اليت لقmmmmه ان في ذلmmmmا منmmmmا في االرض جميعmmmmموات ومmmmmا في السmmmm مmخرلكمmmmmو س
(١٣-١٢ :)الجا ثية
Artinya (13) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-
kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari
sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan
Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-
Jatsiyah :12-13 ).
يالmmا تفضmmيرممن خلقنmm على كثmلنهمmm من طيبت وفضmر ورزقنهمmmولقد كرمنا بني ادم وحملنهم في البر والبح
٧٠(االسراء
a. Al-Hubb, yaitu mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan
siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup dan kehidupan. Kecintaan kita kepada Allah SWT.
diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Dari ayat di atas terlihat jelas bagaimana penting dan besarnya arti diri orang
tua di sisi Allah SWT. Jika beribadah kepada Allah wajib maka berbakti kepada
kedua orang tua juga wajib. Sebaliknya, kalau ingkar kepada-Nya adalah dosa
besar, begitu pula durhaka kepada orang tua. Dan berbuat baik kepada orang tua
bukan hanya semasa hidupnya akan tetapi sampai matipun anak tetap wajib
berbakti kepada mereka.
Sekiranya suatu saat usia mereka sudah diambang senja, janganlah kita
menghardik, mencaci, memukul, serta perbuatan-perbuatan keji lainnya,
mengucapkan kata “ah” saja terlarang sebagaiman dalam ayat diatas apalagi
perbuatan-perbuatan yang lebih daripada itu. Dan yang patut dilakukan adalah
berbicara kepada mereka dengan lemah lembut, sikap rendah diri, suara tidak
melebihi suara mereka, dan itu semua adalah ahlak utama seorang anak.
Abu Dawud meriwayat suatu hadis: "Bahwa seorang laki-laki yang berasal
dari Yaman hijrah ke Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam. Ia berkata :
‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sekarang sudah hijrah!’ Beliau bertanya
‘Sudahkah mereka memberimu izin ?’ jawabnya : ‘Belum’ sabda Beliau,
‘Pulanglah dan minta ijinlah kamu kepada mereka. Kalau sekiranya mereka
memberimu izin, silahkan berjuang. Tetapi kalau tidak, berbuat baiklah kamu
kepada mereka.”
Sungguh sayang bahwa orang tua masih ada, apalagi sudah tua yang
seharusnya dapat memasukkan dia kedalam surga, tetapi ternyata tidak dapat
memasukkan dia ke dalam surga dikarenakan durhaka kepada mereka dan tidak
berbakti kepada mereka. Betapa banyak manusia-manusia yang sampai begitu
tega tidak menghormati orang tuanya bahkan memperlakukan mereka dengan
perlakuan yang kasar dan menganggap mereka bagaikan pembantu rumah
tangga yang siap melayani tuannya. Sungguh ironis sekali orang tua yang telah
mendidik dan mengasuh anaknya dengan sekuat tenaga, ternyata sesudah besar
begitu saja balas budinya.
Memperlakukan orang tua dengan baik termasuk amalan besar dan yang
paling dicintai oleh Allah. Dari Abdullah bin Mas’ud: “Aku pernah bertanya
kepada nabi Salallahu Alaihi Wa Salam: ‘Amal yang manakah yang paling
dicintai oleh Allah ?’ Jawab beliau :’Shalat pada waktunya’. Aku bertanya
lagi:’Kemudian amal apa ?’ Jawab beliau :’’Berbuat baik pada orang tua’.
Aku bertanya kagi:’Sesudah itu amal apa?’ Jawab beliau :’Jihad di jalan
Allah”(HR Bukhari Muslim).
Dalam hal berbuat kebaikan kepada orang tua, memang sepantasnya ibu lebih
banyak dicurahkan. Ini mengingat kerja payahnya semenjak ia mengandung
sampai melahirkan ditambah lagi memenuhi semua keperluannya tidak pernah
merasa bosan dan lelah. Dari Abu Hurairah: “Telah datang seorang laki-laki
menghadap Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam lalu bertanya :’Wahai
Rasulullah siapakah yang paling berhak aku pergauli dengan cara bagus ?’
Jawab beliau :’Ibumu!’. Kemudian ia bertanya lagi ‘Sesudah itu siapa?’ Jawab
beliau :’Ibumu!’. ia bertanya lagi:’Sesudah itu siapa ?’ Jawab
beliau :’Ibumu!’. Ia bertanya lagi :’Sesudah itu siapa?’ Jawab
beliau :’Bapakmu!”(HR Bukhari Muslim
Dan termasuk dosa besar bila seorang anak berbuat durhaka kepada orang
tuanya. Rasulullah bersabda: “Termasuk dosa besar ialah seorang yang
mencaci maki orang tuanya. Seseorang lalu bertanya:’Mungkinkah ada
seseorang mencaci maki orang tuanya?’ Jawab beliau :’Ada! Dia mencaci
maki bapak seseorang lalu orang itu membalas memaki bapaknya. Dia mencaci
maki ibu seseorang lalu orang itu membalas memaki ibunya”(HR Bukhari
Muslim).
Namun bagaiman bila orang tua kita bermaksiat dan musyrik kepada Allah,
apakah kita tetap harus berbuat baik terhadap mereka? Islam memang
menganjurkan untuk berbuat baik kepada orang tua secara umum, tetapi perlu
diingat jika orang tua memaksakan kehendaknya untuk bermaksiat kepada
Allah, maka hendaknya ditolak dengan lemah lembut dan penuh kesopanan.
Dalam surat Luqman ayat 15 dijelaskan: “Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kamu kembali, maka Ku-beritakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.”
Padahal masalah bertetangga ini bagi seorang muslim sangatlah krusial. Tidak
bisa dipandang sebelah mata. Hadis Rasulullah saw. di atas yang
menganalogikan hubungan tetangga dengan hubungan saudara patut kita
renungkan bersama. Karena itu, sudah sepantasnya kita pun senantiasa bisa
minimal mengenal tetangga dan bersilaturahim padanya. Himbauan untuk
saling mengenal ini termaktub secara eksplisit dalam Al-Qur'an: “Hai manusia,
sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat [49]:13)
2. Berbuat baik kepada tetangga
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari kiamat, maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya dia
berkata benar atau diam saja." (H.R. al-Bukhari)
Sabda Rasulullah saw. di atas merupakan pelajaran berharga kepada kita
semua. Salah satunya, perlakuan kita terhadap tetangga akan mendatangkan
tindakan serupa dari pihak tetangga. Kalau kita memperlakukan tetangga
dengan baik, maka mereka pun akan memperlakukan kita dengan baik, dan
bahkan bisa lebih baik lagi. Nyaris tidak mungkin, bila kita menumpahkan
kebaikan, namun mereka malah membalasnya dengan keburukan. Akan tetapi,
jika kita memperlakukan mereka dengan buruk dan jahat, maka jangan harap
mereka akan memperlakukan kita dengan baik. Artinya perbuatan kita kepada
mereka akan terefleksi pada perbuatan mereka kepada kita. Apa yang kita tabur,
maka itulah yang akan kita panen.
3. Menjaga hubungan baik dengan tetangga
Perilaku ini juga ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya, “Apakah
kamu mengetahui hak tetangga?Hak tetangga adalah jika dia meminta
pertolongan kepadamu, maka kamu menolongnya.Jika dia ingin meminjam
sesuatu darimu, maka engkau pun meminjaminya.Jika dia berhajat, kamu
membantunya.Apabila dia sakit, kamu menjenguknya.Apabila dia mati, kamu
mengiring jenazahnya. Jika dia mendapatkan karunia nikmat, kamu
memberikan salam atau selamat kepadanya. Jika dia mendapat bencana, kamu
hibur batinnya. Jangan engkau meninggikan rumahmu melebihi rumahnya,
sehingga menghalanginya dari mendapatkan angin segar kecuali dengan
izinnya. Dan jika kamu membeli buah-buahan, maka hadiahkanlah
kepadanya.Dan kalau tidak bisa menghadiahkan, maka masukkan buah-buaban
itu ke rumah dengan sembunyi-sembunyi.Dan janganlah anak-anakmu itu
membawa keluar buah-buahan itu untuk memanaskan hati anak
tetanggamu.Dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau periukmu, kecuali
memberikan barang sedikit kepadanya." (HR. al-Kharaiti)
4. Memberikan rasa aman kepada tetangga
Hal ini juga ditandaskan oleh Rasulullah Saw.dalam sabdanya, "Demi
Allah, tidak Islam seorang hamba sehingga selamat semua orang dan
gangguan hati tangan dan lisannya. Dan tidak beriman seorang hamba
sehingga aman tetangganya dari gangguannya".Sahabat bertanya, “Apakah
gangguan-gangguan itu, wahai Rasulullah Saw?'Beliau bersabda, "Tipuan dan
aniaya." (H.R. Abu al-Laits as-Samarkandi)
Dalam hadis lain, Rasulullah saw. juga mengecam keras siapa pun yang
mengganggu tetangganya sehingga tetangganya seolah tidak memiliki rasa
aman dalam kehidupannya sehari-hari, "Demi Allah tidak beriman, demi Allah
tidak beriman, dan demi Allah tidak beriman". Para sahabat bertanya,
"Siapakah yang tidak beriman itu, ya Rasulullah?'Beliau menjawab, "Dialah
orang yang para tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya" (HR. al-
Bukhari dan Muslim).
5. Bersabar terhadap perilaku tetangga yang kurang baik
Dalam kehidupan bertetangga sepatutnya masing-masing tetangga bisa
memosisikan dirinya secara tepat dan baik.Seorang tetangga mestinya bisa
berlaku baik kepada tetangganya.Kebaikan dari seorang tetangga seharusnya
dibalas dengan kebaikan pula. Air susu dibalas air susu. Begitu pula, jika
tetangga berwatak tercela, mayoritas pembalasan dari tetangga pun juga tercela.
Air tuba dibalas air tuba. Akan tetapi alangkah paling baik kalau kita sebagai
seorang muslim bisa membalas air tuba dengan air susu.
1. Mudah marah (Al-Ghadhab), yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak
dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku
yang tidak menyenangkan orang lain.
2. Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan
seseorang yang selalu mengingingkan agar kenikmatan dan kebahagiaan
hidup orang lain bisa hilang sama sekali.
3. Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu perilaku yang suka memindahkan
perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan sosial
keduanya rusak.
4. Mengumpat (Al-Ghiibah), yaitu perilaku yang suka membicarakan
keburukan seseorang kepada orang lain.
5. Bersikap congkak (Al-Ash’aru), yaitu sikap dan perilaku yang
menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya maupun dari
perkataannya.
6. Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu sikap yang tidak mau memberikan nilai
materi dan jasa kepada orang lain.
7. Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu perbuatan yang merugikan
orang lain, baik kerugian materiil maupun non materiil. Dan ada juga yang
mengatakan bahwa seseorang yang mengambil hak-hak orang lain termasuk
perbuatan dzalim (menganiaya).
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu komponen
utama agama islam adalah Akhlak. Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai
cerminan akhlak jika dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu
kebiasaan dan timbul dengan sendirinya tanpa pertimbangan yang lama dan
dipikir-pikir terlebih dahulu. Secara garis besar akhlak dibagi menjadi dua
Akhlak terhadap Allah dan Akhlak terhadap makhluk Allah. Akhlak kepada
Allah dibagi lagi menjadi dua yaitu Akhlak baik dan buruk kepada Allah.
Sedangkan Akhlak kepada Makhluk Allah yaitu Akhlak terhadap Rasulullah
(Nabi Muhammad SAW.), akklak terhadap Kedua Orang Tua, Akhlak terhadap
diri sendiri, Akhlak terhadap Keluarga, akhlak terhadap Tetangga, Akhlak
terhadap Kawan, Akhlak terhadap Masyarakat dan Akhlak terhadap Non-
Muslim.
B. Saran
Dalam Islam salah satu komponen utama dalam agama adalah Akhlak.
Maka kita sebagai umat muslim harus memiliki Akhlak mulia, karena dengan
Akhlak kita bisa menjalin hubungan baik dengan Allah dan Makhluk Allah.
DAFTAR PUSTAKA