Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG

AKHLAK KEPADA ALLAH SWT

DISUSUN OLEH : PARLINDUNGAN LUBIS

NIM : 0603213139

DOSEN PENGAMPU : DRA,ZUHRIAH, MA.

PROGRAM STUDI ILMU

KOMUNIKASI FAKULTAS : ILMU SOSIAL UINSU VI TEBING TINGGI


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Swt kepada Rasulullah SAW
atas berbagai nikmat,rahmat, taufiqdan hidayahnya sehingga penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam. Makalah ini di susun agar
pembaca dapat memahami bagaimana cara kerja takdir dan kelompok yang bersangkutan
didalamnya. Dengan ini kami berharap agar materi kami dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukan demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca. Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak. Semoga hal yang telah
kami sampaikan bisa bermanfaat bagi pembaca serta memberikan inspirasi baru dan memperoleh
ibrah yang banyak dari peristiwa yang terjadi pada makalah yang kami susun,amin ya rabbal
alamin.
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH


        Al-Fairuzzabadi berkata “Agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki
akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan atas empat landasan utama yaitu
kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”
Akhlak merupakan media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Tuhan
sebagai Khaliq dan manusia sebagai makhluk. Akhlak seseorang memberikan gambaran tentang
bentuk kepribadian seseorang tersebut tanpa dibuat-buat atau tanpa ada dorongan dari luar.
        Akhlak sendiri terbagi menjadi akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah ) dan akhlak tercela
( akhlak madzmumah ). Akhlak terpuji diantaranya adalah akhlak terhadap Allah swt., akhlak
terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, dan akhlak terhadap lingkungan sekitar.
        Di dalam makalah ini hanya akan dijelaskan mengenai akhlak terpuji yaitu akhlak terhadap
Allah swt. Betapa penting pembahasan akhlak kepada Allah swt., ini dikarenakan kepada siapa
lagi akhlak yang pertama harus dibentuk manusia sebagai makhluk jika bukan kepada Allah swt.,
sebagai Khalik-nya.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.         Apa pengertian dari akhlak kepada Allah SWT itu ?
2.         Kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah SWT?
3.         Apa saja bentuk akhlak kepada Allah SWT itu?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKHLAK KEPADA ALLAH SWT


Menurut Kahar Masyhur, akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah SWT sebagai
khalik. 
        Manusia seharusnya berbuat baik pertama kali kepada Allah SWT, karena Allah SWT-lah
yang menciptakan manusia, yang member rizki, yang mengaruniakan kesehatan, yang memberi
panca indera lengkap, yang memberi perlindungan, yang mengabulkan permohonan serta
karunia-karunia lain yang mustahil manusia dapat menghitungnya.

B. ALASAN MANUSIA BERAKHLAK KEPADA ALLAH SWT


1.         Allah-lah yang menciptakan manusia
Allah-lah yang menciptakan manusia seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya yaitu
QS.At-Tariq ayat 5-7 yang artinya ;
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan?, Dia tercipta dari
air yang terpancar, yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.”
2.         Karena Allah SWT telah memberikan manusia perlengkapan panca indera yang
sempurna berupa penglihatan, pendengaran, akal pikiran dan hati sanubari disamping
anggota badan yang kokoh dan sempurna. Seperti firman-Nya dalam Q.S. an-Nahl ayat; 78
yang artinya :
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur.”
3.         Karena Allah SWT telah menyediakan berbagai bahan dan saranan yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia. Seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
air, udara, binatang ternak dan lain-lain. Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Jatsiyah
ayat 12 yang artinya :
“Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar
padanya dengan izin-Nya, agar kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur.”
4.         Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan
lautan. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam surat Al-Isyraa’ ayat 70 yang artinya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, kami angkut mereka dari
daratan dan lautan. Kami beri mereka rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

C. BENTUK AKHLAK KEPADA ALLAH SWT


1. Menauhidkan Allah SWT
Tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki
sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta kesempurnaan nama dan sifat. Tauhid dibagi dalam
tiga bagian yakni:
a)        Tauhid Rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah SWT satu-satunya yang
menciptakan alam semesta ini, yang memilikinya, yang mengaturnya. Dengan kata
lain Allah SWT adalah penguasa atas alam semesta beserta isinya.
b)        Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya yang
disembah.
c)        Tauhid Asma dan Sifat,
2. Taqwa
Taqwa diartikan sebagai sikap memelihara diri dari siksaan Allah SWT dengan
mengikuti perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang bertaqwa
disebut Muttaqin.Orang yang bertaqwa melakukan segala perintah dan menjauhi
larangan-Nya atas dasar bahwa Allah SWT tidak memerintahkan kecuali yang baik
untuk manusia, dan tidak melarang kecuali yang memberi mudharat kepada manusia.
Hakikat Taqwa
Hakikat taqwa adalah memadukan secara integral aspek Iman, Islam, dan Ihsan dalam
diri seseorang. Dengan kata lain, orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu
bersamaan menjadi Mukmin, Muslim dan Muhsin.
Buah dari Taqwa
a)        Mendapat sikap furqan, sikap tegas membedakan yang hak dan yang batil.
b)        Mendaptkan limpahan berkah dari langit dan bumi
c)        Mendapat jalan keluar dari kesulitan
d)       Mendapat kelancaran rizki
e)        Mendapat kemudahan dalam urusannya
f)         Menerima penghapusan dan mengampunan dosa serta mendapat pahala yang besar.

3. Cinta dan Ridha


Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang
terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan kasih saying.
Bagi seorang muslim, cinta pertama dan utama adalah harus diberikan kepada Allah SWT.
Karena ia menyadari bahwa Allah SWT lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya,
mengelola dan memeliharanya. Menyediakan nikmat kepada orang-orang yang beriman
hingga Hari Akhir nanti.
Sejalan dengan iman, seorang muslim juga harus bersikap ridha dengan segala peraturan dan
keputusan dari Allah SWT. Artinyna dia harus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa
penolakan sedikitpun segala sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya baik
berupa perintah, larangan atau petunjuk lainnya.

4. Khauf dan Raja’


Khauf dan Raja’ adalah sepasang ikatan batin yang harus dimiliki seorang muslim dengan
seimbang.
Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan
menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Khauf didahulukan
dari Raja’ karena dari bab takhaliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek)
sedang Raja’ dari bab tahaliyyah (menghiasi dengan hal-hal yang baik).
Dampak positif dari khauf
a)        Melahirkan keberanian menyatakan kebenaran dan memberantas kemungkaran tanpa rasa
takut pada makhluk yang menghambatnya.
b)        Menyadarkan manusia untuk tidak melakukan kemaksiaan dan hal-hal yang diharamkan
Allah SWT.
Raja’ atau harap adalah memautkan hati pada sesuatu yang disukai pada masa yang akan
datang. Bila beribadah dan beramal, dia penuh harap ibadah dan semua amalannya akan
diterima dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Bila berbuat
maksiat, kemudian menyadarinya, dia segera minta ampun dengan dan penuh harap Allah
SWT akan mengampuninya.
Khauf dan Raja’ harus berjalan seiringan dan seimbang. Jika hanya membayangkan azab
Allah SWT saja maka akan timbul putus asa untuk dapat masuk surga, sebaliknya jika hanya
membayangkan rahmat Allah SWT saja semua akan bisa masuk surga.
5.       Berbaik Sangka (husnu zhann)
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT merupakan akhlak terpuji, seperti sebuah
hadits “janganlah salah seorang di antara kalian meninggal, melainkan ia berbaik sangka
terhadap Rabbnya.” (H.R. Muslim)\

6.         Zikrullah (mengingat Allah)


Mengingat Allah SWT adalah asas dari setiap ibadah, karena merupakan pertanda
hubungan antara hamba dan Pencipta pada setiap saat dan tempat.

7.         Tawakal
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT
dan menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya. Tawakal harus diawali dengan kerja
keras dan usaha yang maksimal (ikhtiar).
Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mengikuti sunnatullah tentang hokum sebab
akibat. Artinya bahwa usaha harus selalu dilakukan terlebih dahulu setelah itu hasil
diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Usaha tanpa pertolongan Allah SWT adalah
sia-sia. Oleh sebab itu seorang Muslim tidak menggantungkan diri sepenuhnya kepada
ikhtiar.

Hikmah Tawakal
Pertama, sikap tawakal sangat bermanfaat sekali untuk mendapatkan ketenangan batin. Orang
yang berusaha  dengan sungguh-sungguh dengan perencanaan yang matang ternyata
masih berhasil, dia tidak akan berputus asa dan menganggapnya sebagai musibah.
Sebaliknya, jika berhasil maka ia akan bersyukur dan tidak sombong karena
meyakini semua itu hanya dating dari Allah SWT.
Kedua, tawakal memberikan rasa kepercayaan diri kepada seseorang untuk menghadapi masa
depan. Yang penting berusaha sekuat tenaga, dan menyerahkan hasil sepenuhnya kepada
Allah SWT.

8.         Syukur
Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atau kebaikan yang telah dilakukannya. Syukur seorang
hamba terdiri atas tiga hal yaitu: mengakui nikmat di dalam batin, membicarakannya secara
lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

9. Muraqabah
Yang dimaksud muraqabah adalah kesadaran seorang Muslim bahwa ia selalu dalam
pengawasan Allah SWT. Kesadaran itu lahir dari keimanan bahwa Allah SWT dengan sifat ilmu,
bashar dan sama’ (mengerti, melihat dan mendengar) mengetahui apa saja yang dilakukan
manusia kapan dan dimana saja. Allah SWT jg mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh
manusia.

10. Muhasabah
Kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong seorang Muslim untuk
melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap amal perbuatan, tingkah laku dan sikap hatinya
sendiri. Dalam hal ini muraqabah berfungsi sebagai jalan menuju muhasabah.
Manfaat Muhasabah
a)        Untuk mengetahui kelemahan diri agar dapat memperbaikinya
b)        Untuk mengetahui hak Allah SWT
c)        Untuk mengurangi beban hisab esok hari.

11. Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Jadi taubat adalah kembalinya seseorang dari
sifat-sifat tercela menjadi sifat-sifat terpuji, kembali dari perbuatan maksiat menjadi perbuatan
yang taat, kembali dari yang di benci Allah SWt ke sesuatu yang di ridhai Allah SWT.
Dimensi Taubat
Taubat seseorang dikatakan sempurna jika memenuhi sebagai berikut:
a)        Menyadari kesalahan
b)        Menyesali kesalahan
c)        Memohon ampun kepada Allah SWT
d)       Berjanji untuk tidak mengulanginya
BAB III
KESIMPULAN

        Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT adalah akhlak
yang pertama dan utama. Hal ini dikarenakan Allah SWT merupakan pencipta alam semesta
beserta isinya termasuk juga manusia. Selain itu juga karena Allah SWT telah menjadikan
manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan kelebihan-kelebihannya serta Allah juga yang
member rizki demi kelangsungan hidup umat manusia.
        Bentuk-bentuk akhlak kepada Allah SWT adalah Menauhidkan Allah SWT, taqwa, cinta
dan ridha, khauf dan raja’, berbaik sangka (husnu zhann), zikrullah (mengingat allah), tawakal,
syukur, muraqabah, dan taubat.

Anda mungkin juga menyukai