Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih
kepada ibu Nur Azizah, S. Pd. I, Mm selalu dosen pengampuh yang senantiasa membimbing
kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah yang berjudul “ Akhlak kepada Allah SWT dalam beribadah” ini disusun
untuk memenuhi tugas kelompok pad mta kuliah Akhlak Tasawuf. Akhlak kepada Allah
menuntut kita untuk melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi semua laranganNya
seperti yang terdapat di dalam Al Quran dan sunnah. Dan jika kita tidak melaksanakan
perintah tersebut karena kemalasan, mka kita dihukumi sebagai orang yang tidak berakhlak
dan mendapatkan dosa karena menolak perintah Allah.
Apabila ad beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan kami
menghaturkan permohonan maaf. Sebab makalah ini tidak sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Kami jug berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan dan menjadi acuan untuk penulisan makalah selanjutnya.

Tebing Tinggi, 21 Februari 2024


Penulis : kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


Kata akhlak sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai
muslim kita mengetahui bahwa akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan.
Akhlak merujuk kepada amalan dan tingkah laku tulus yang dibuat-buat yang menjadi
kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlak ialah sikap kepribadian manusia
terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhlik lain, sesuai dengan suruhan dan
larangan serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini berate akhlak
merujuk kepada seluruh perlakuan manusia sama ada berbentuk lahiriah maupun
batiniah yang merangkumi aspek amal ibadah, percakapan, perbuatan, pergaulan,
komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.

Sebagai seorang muslim senantiasa dianjurkan menjalankan segala


perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Jadi seorang muslim itu hendaknya taat
terhadap apa yang diperintahkan oleh Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim
kepada Allah SWT yaitu beriman dan takwa kepada-Nya.

Dalam makalah ini yang dibahas adalah akhlak seorang muslim kepada Allah
SWT dalam beribadah, yaitu tentang bagaimana seharusnya perilaku seorang muslim
terhadap Allah SWT. Sehingga nantinya seorang muslim akan menjadi seorang yang
berakhlak mulia khususnya akhlak kepada Allah SWT dalam beribadah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akhlak terhadap Allah SWT dalam beribadah ?
2. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT ?
3. Bagaimana seharusnya akhlak seorang muslim kepada Allah SWT ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Kepada Allah SWT


Di dalam bahasa arab kata “akhlak” adalah bentuk jamak dari kata “khuluq”, yang
berakar dari kata kerja “khalaqa”, yang berarti “menciptakan”. Kata “khuluq”
diartikan dengan sikap, tindakan, dan kelakuan. Sehingga, akhlak adalah daya
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap
yang melekat pada diri manusia, shingga manusia dapat melakukannya tanpa
berpikir (spontan). Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
kepada Tuhan sebagai khaliq. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan
sebagai segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan
berpikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai
hamba) kepada Allah SWT.

Akhlak kepada Allah menuntut kita umtuk melaksanakan semua perintahnya dan
menjauhi larangannya seperti yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah. Dan jika
kita tidak melaksanakan perintah itu karena kemalasan, maka kita di hukumi
sebagai orang yang tidak berakhlak dan mendapatkan dosa karena menolak
perintah Allah.

B. Alasan Mengapa Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah SWT


Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada
Allah SWT. Karena kita sebagai mansia itu diciptakan atas kehendak-Nya,
sehingga alangkah baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Khaliq
sebagai rasa syukur kita.

Menurut Kahar Masyur sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia


perlu berakhlak kepada Allah yaitu :
1. Allah SWT-lah yang menciptakan manusia.
Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang
rusuk. Hal ni sebagai mana di firmankan oleh Allah SWT dalam surat at-
Thariq ayat 5-7 yang artinya “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari
apakah dia diciptakan? Dia tercipta dari air yang terpancar dari tulang sulbidan
tulang dada.” (at-Thariq : 5-7)
2. Allah SWT-lah hati sanubari
Disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman
Allah SWT dalam surah an-Nahl ayat 78 yang artinya “ Dan Allah telah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar
kamu bersyukur.” (QS an-Nahl : 78)
3. Allah SWT-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman
Allah SWT dalam surah al-Jatsiyah ayat 12-13 yang artinya “Allah SWT-lah
yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar
padanya dengan seizinnya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari
karunianya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan dia menundukkan
untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya.
(sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.” (QS al-
Jatsiyah : 12-13)
4. Allah SWT yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat
70 yang artinya “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak cucu
Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari
rezki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS al-Isra :
70)

C. AKHLAK SEORANG MUSLIM KEPADA ALLAH SWT


Manusia diberikan kesempurnaan dan kelebihan dibandingkan dengan makhluk
lain. Manusia juga diberikan akal untuk berpikir, perasaan dan nafsu. Sehingga
sudah seharusnya kita memiliki akhlak yang baik terhadap Allah SWT sesuai
dengan firman Allah :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menetukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Nahl : 20)

Adapun kewajiban manusia terhadap Allah pada garis besarnya ada dua yaitu
mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Dua hal ini juga menjadi
kewajiban manusia kepada Allah itu harus yang baik-baik, jangan akhlak yang
buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah
SWT.

Adapun contoh akhlak kepada Allah dalam beribadah yaitu :


a. Taqwa kepada Allah SWT
Taqwa ialah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Cara bertaqwa secara
maksimal kepada Allah SWT yaitu dengan melakukan islamisasi seluruh
aspek dan ruang lingkup kehidupan (islamiyyahhal-hayah), karena bagaimana
mungkin seseorang dapat mati sebagai muslim kalau dia tidak selalu menjadi
muslim sepanjang hidupnya.
Kualitas ketakwaan seseorang menentukan tingkat kemuliannya di sisi Allah
SWT. Semakin maksimal taqwanya semakin mulia dia. Buah dari taqwa
kepada Allah SWT adalah :
1) Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara hak dan
batil, benar dan salah, halal dan haram, serta terpuji dan tercela.
2) Mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi
3) Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
4) Mendapatkan reqeki tanpa diduga-duga
5) Mendapatkan kemudahan dalam urusannya
6) Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala
yang besar
b. Cinta kepada Allah SWT
Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan
penuh semangat dan rasa kasih sayang. Sejalan dengan cintanya kepada Allah
SWT, seorang mukmin akan mencintai Rasul dan jihad pada jalan-Nya. Inilah
yang disebut cinta utama. Sedangkan cinta kepada orangtua, anak-anak, sanak
saudara, harta benda, kedudukan dan segala macamnya adalah cinta menengah
yang harus berada dibawah cinta utama.
Bila seseorang mencintai Allah SWT tentu dia akan selalu berusaha
melakukan segala sesuatu yang dicintainya,dan meninggalkan segala sesuatu
yang tidak disukai dan dibencinya.

c. Ikhlas
Ada tiga unsur keikhlasan yaitu :
1) Niat yang ikhlas
2) Beramal dengan sebaik-baiknya
3) Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat

d. Khauf dan Raja


Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang
akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.
Menurut Sayyid Sabiq, ada dua sebab mengapa seseorang takut kepada Allah
SWT :
1) Karena dia mengenal Allah SWT (ma’rifatullah). Takut seperti ini dinamai
dengan khauf al-Arifin
2) Karena dosa-dosa yang dilakukannya, dia takut akan azab Allah SWT
Selanjutnya menurut Sayyid Sabiq ada dua dampak positif dari khauf :
1) Melahirkan keberanian untuk menyatakan kebenaran dan memberantas
kemungkaran secara tegas tanpa ada rasa takut pada makhluk yang
menghambatnya.
2) Menyadarkan manusia untuk tidak meneruskan kemaksiatan yang telah
dilakukannya dan menjauhkannya dari segala macam bentuk kefasikan dan
hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

Raja” atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa
yang akan datang. Raja” harus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh.
Barang siapa yang harapan dan penantiannya menjadikannya berbuat ketaatan dan
mencegahnya dari kemaksiatan, berarti harapannya benar.
Seorang mukmin haruslah memiliki sikap raja”. Bila beribadah dan beramal, dia
penuh harap ibadah dan semua amalannya akan diterima dan dibalas oleh Allah
SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

e. Tawakal dan Ikhtiar


Tawakal adalah membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain
Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada-Nya. Tawakal
adalah salah satu buah keimanan.
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal (ikhtiar).
Tidaklah dinamai tawakal jika hanya pasrah menunggu nasib sambil
berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa.
Sikap tawakal memberikan ketenangan dan kepercayaan diri kepada seseorang
untuk menghadapi masa depan. Dia akan menghadapi masa depan dengan
segala kemungkinannya tanpa rasa takut dan cemas. Yang penting berusaha
sekuat tenaga, hasilnya Allah SWT yang menentukan. Dan yang lebih penting
lagi orang bertawakal akan dilindungi oleh Allah SWT.

f. Syukur
Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah
dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar atas tiga hal, yang apabila
ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu
mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan
menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah SWT.

Tiga dimensi syukur yaitu hati, lisan dan jawariah (anggota badan). Orang
yang bersyukur kepada Allah akan mendapatkan banyak keutamaan dan
manfaat, diantaranya :
1) Mendapatkan tambahan nikmat dari Allah SWT
2) Selamat dari siksaan Allah SWT
3) Mendapatkan pahala yang besar
g. Muraqabah
Muraqabah adalah keadaan merasakan kehadiran Allah di dalam segala
kondisi. Muraqabah adalah sifat atau sikap merasa selalu dilihat dan diawasi
oleh Allah SWT sehingga tidak berani melakukan keburukan atau selalu taat
pada perintah-Nya.

h. Berbaik sangka kepada Allah


Sebagai seorang muslim sangatlah penting meyakini bahwa apa yang telah
Allah SWT berikan kepada kita tentu ada hikmahnya. Ajaran agama islam
memerintahkan menusia untuk berbuat baik kepada sesama, termasuk
memiliki sifat berbaik sangka. Berbaik sangka adalah sikap berperilaku dan
berpikiran positif kepada Allah orang lain dan diri sendiri

Setiap Muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sumber segala sumber
dalam kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagat raya
dengan segala isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang
demikian luasnya. Allah SWT adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup
dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti
ini mangakar dalam diri setiap Muslim, maka akan terimplementasikan dalam
realita bahwa Allah SWT-lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas
dalam berakhlak.

Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah SWT ini merupakan pondasi atau
dasar dalam berakhlak terhadap siapapun di muka bumi ini. Jika seseorang
tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin
memiiki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia
memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah SWT, maka ini merupakan
pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seorang muslim itu harus berakhlak baik kepada Allah SWT. Karena kita
sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menyembah
kepada Allah SWT dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak
terhadap Allah SWT, manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya
kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya,
sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaan-
Nya.

Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah teutama


melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji,
haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan
penuh keikhlasan.

Adapun akhlak kepada Allah itu antara lain :


1. Taqwa kepada Allah SWT
2. Cinta kepada Allah SWT
3. Ikhlas kepada Allah SWT
4. Khauf dan raja” terhadap Allah SWT
5. Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT
6. Muraqobah
7. Berbaik sangka kepada Allah SWT
8. Bertawakal kepada Allah SWT

B. KATA PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
pembahasan dalam makalah ini. Tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan atau referensi yang kami
peroleh semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar. 2005. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian


dan Pengalaman Islam (LPPI)

H. Ambo Asse, M.Ag. 2003. Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa al-


Ulum. Makassar : Berkah Utami

Anwar Rasihun, 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia

Nata, Abuddin Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Anda mungkin juga menyukai