Anda di halaman 1dari 9

Bab I

Pendahuluan
A. Latar belakang
Ajaran Islam yang bersifat universal harus bisa diaktualisasikan dalam kehidupan individu,
masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal. Aktualisasi tersebut tentu terkait
dengan pelaksanaan hak dan krwajibannya seseorang kepada Tuhan, rasulNya, manusia dan
lingkungannya. Khusus aktualisasi akhlak ( hak dan kewajiban ) seorang hamba kepada
Tuhannya terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku dan gaya hidup yang dipenuhi dengan
kesadaran tauhid kepada Allah SWT, Hal itu bisa dibuktikan dengan berbagai perbuatan amal
shaleh, ketaqwaan, ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT secara ikhlas. Untuk itulah dalam
menata kehidupan, diperlukan norma dan nilai, diperlukan standard an ukuran untuk
menentukan secara obyektif apakah perbuatan dan tindakan yang dipilih itu baik atau tidak,
benar atau salah, sehingga yang dilihat bukan hanya kepentingan diri sendiri, melainkan juga
kepentingan orang lain, kepentingan bersama, kepentingan umat anusia secara keseluruhan.
Dan untuk itulah setiap individu dituntut memiliki komitmen moral, yaitu spiritual pada norma
kebajikan dan kebaikan.
B. rumusan masalah.
1. Apa itu akhlak kepada Allah dan rasulnya?
2. Mengapa manusia harus berakhlak kepada Allah SWT?
3. Apa saja bentuk akhlak kepada Allah SWT dan rasulnya?
C. Tujuan penulisan.
1. Untuk Mengetahui apa itu berakhlak kepada Allah SWT dan rasulnya
2. Mengetahui alasan manusia harus berakhlak kepa Allah SWT dan rasulnya
3. Mengetahui bentuk akhlak terhadap Allah SWT dan rasulnya
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian akhlak kepada Allah SWT


Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab (‫ )اخالق‬jamak dari kata itrareb gnay ‫قلخ‬
tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi.Dengan
demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia,sehingga manusia
dapat melakukannnya tanpa berpikir (spontan). Menurut Kahar Masyhur akhlaq kepada Allah
dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk kepada Tuhan sebagai Khaliq. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai
segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berpikir lagi (spontan) yang
memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT.
B. ALASAN MENGAPA SEORANG MUSLIM HARUS BERAKHLAK KEPADA ALLAH SWT?
Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik Kepada Allah SWT.
Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita
bersikap santun (berakhlaq) kepada sang Khaliq sebagai rasa syukur kita.
Menurut Kahar Mashyu sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah yaitu:
1. Allah SWT-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang
ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagaimana difirmankan
oleh Allah SWT dalam suratat-Thariq ayat5-7 yang artinya
:“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?Dia tercipta dari air
yang terpancardari tulang sulbi dan tulang dada.”(at-Tariq: 5-7)
2. Allah SWT-lah hati sanubari,disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada
manusia. Firman Allah SWT dalam surahan-Nahl ayat 78 yang artinya:
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati ,agar kamu
bersyukur.”(QSan-Nahl: 78)
3. Allah SWT-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan,
air, udara,binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT dalam surah al- Jatsiyah ayat 12-13
yang artinya
“Allah SWT-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar
padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur.Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada dilangit
dan apa yang ada dibumi semuanya, (sebagai rahmat) dari padaNya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)bagi kamu yang berpikir.”(QS al-
Jatsiyah:12-13)
4. Allah SWT-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah SWT dalam surah Al-Israa‟ayat 70 yang artinya:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari
daratan dan lautan,Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”(QS
al-Israa‟:70)
C. Akhlak kepada Allah SWT
Kita sebagai umat Islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah-lah
yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna .Untuk itu akhlak kepada
Allah itu harus yang baik-baik, jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi
nikmat,kita harus bersyukur kepada Allah SWT.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah SWT adalah pengakuan
dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkanAllah SWT. Dia memiliki sifat-sifat terpuji,demikian
agung sifat itu, jangankan manusia,malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.Seorang
yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah Ta’ala dan
sesamanya.
Akhlak yang baik kepada Allah ,yaitu meyakini bahwa segala amalan yang kita kerjakan pasti
(mengandung kekurangan/ketidak sempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan
segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, kitasenantiasa
bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari
memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan kita.
Setiap Muslim meyakini,bahwa Allah SWT adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya.
Allah SWT adalah pencipta dirinya,pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah SWT adalah
pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah SWT adalah pemberi hidayah dan
pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga mana kala hal
seperti ini mengakar dalam diri setiap Muslim,maka akan terimplementasikan dalam realita
bahwa Allah SWT-lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak. Jika kita
perhatikan, akhlak terhadap Allah SWT ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak
terhadap siapapun dimuka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap
Allah,maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula
sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah SWT,maka ini merupakan pintu
gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap oranglain. Diantara akhlak terhadap
Allah SWT adalah:
1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang Muslim dalam beretika kepada Allah SWT adalah
dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak
mentaati-Nya,padahal AllahSWT-lah yang telah memberikan segalanya pada dirinya. Allah
SWT berfirman:
َ َ‫ك اَل يُْؤ ِمنُوْ نَ َح ٰتّى ي َُح ِّك ُموْ كَ فِ ْي َما ش ََج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِج ُدوْ ا فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق‬
‫ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ َ ِّ‫فَاَل َو َرب‬
“Mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan,kemudian merek atidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan,dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.”(QS. An-Nisa: 65).1
Karena taat kepada Allah SWT merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim kepada
AllahvSWT. Tanpa adanya ketaatan,maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam sebuah hadits,Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan
bersabda:
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian,hingga hawa nafsunya (keinginannya )
mengikuti apa yang telah datang dariku( Al-Qur’an dan sunnah).” (HR. Abi Ashim al-
syaibani).2
2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan
Hal kedua yang harus dilakukan seorang Muslim kepada Allah SWTadalah memiliki rasa
tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya.Karena pada hakikatnya kehidupan ini
pun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya,seorang mukmin senantiasa
meyakini apapun yang Allah berikan padanya,maka itu merupakan amanah yang kelak akan
dimintai pertanggung jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah
bersabda: Dari Ibnu Umarra, Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atau manusia, merupakan pemimpin,
dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin
bagi keluarganya, dan ia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita
juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas
harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap
kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)
3

3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT


Yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah ridha terhadap segala
ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh
keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah SWT
berikan padanya,atau hal-hal lainnya. Karena pada hakikatnya,sikap seorang muslim
senantiasa yakin terhadap apapun yang Allah SWT berikan pada dirinya. Baik yang berupa
kebaikan atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
”Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang
baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan ,ia bersyukur ,karena ia tahu bahwa hal
tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah,ia bersabar,
karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.”(HR. Bukhari)

1
QS. An-Nisa: 65

2
HR. Abi Ashim al-syaibani

3
HR. Muslim
Apa lagi terkadang sebagai seorang manusia,pengetahuan atau pandangan kita terhadap
sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik justru buruk,
sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri kita.
4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya
Sebagai seorang manusia biasa,kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa.
Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah,etika kita kepada
Allah SWT,manakala sedang terjerumu sdalam “kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan
kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman:
‫صرُّ وْ ا ع َٰلى َما فَ َعلُوْ ا‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ْ‫ اَوْ ظَلَ ُم ْٓوا اَ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا َ فَا ْستَ ْغفَرُوْ ا لِ ُذنُوْ بِ ِه ۗ ْم َو َم ْن يَّ ْغفِ ُر ال ُّذنُو‬Fً‫َوالَّ ِذ ْينَ اِ َذا فَ َعلُوْ ا فَا ِح َشة‬
ِ ُ‫ب اِاَّل ُ ۗ َولَ ْم ي‬
َ‫َوهُ ْم يَ ْعلَ ُموْ ن‬
”Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
mereka sendiri,mereka ingatakan Allah,lalu memohon ampun terhadap dosa- dosa mereka.
Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-Imran: 135).4
5. Obsesinya adalah keridhaan Illahi
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT akan memiliki obsesi dan orientasi
dalam segala aktivitasnya hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas
untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang untuk
mencapai keridhaan Allah tersebut,terpaksa harus mendapatkan ketidaksukaan dari
paramanusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada
kita:
“Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan adanya kemurkaan manusia, maka
Allah akan memberikan keridhaan manusia juga.Dan barang siapa yang mencari keridhaan
manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya
pada manusia.”(HR.Tirmidzi, Al-Qadha dan Ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya. Karena
orang yang tidak memiliki kesungguhan iman,orientasi yang dicarinya tentulah hanya
keridhaan manusia. Ia tidak akan peduli,apakah Allah SWT menyukai tindakannya atau
tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain
6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya
Akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah
merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah
ataupun ibadah yang ghairumahdhah. Karena pada hakikatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari
adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an
Allah SWT berfirman:
َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬
‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
Yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”(QS.Adh-Dhariyat:56)
D. contoh akhlak kepada Allah SWT 5
1. Takwa kepada Allah SWT
4
QS. Ali-Imran: 135
Definisi takwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Cara bertakwa secara maksimalkepada Allah SWT
yaitu dengan melakukan islamisasi seluruh aspek dan ruang lingkup kehidupan
(islamiyahhal-hayah), karena bagaimana mungkin seseorang dapat mati sebagai Muslim
kalau dia tidak selalu menjadi Muslim sepanjang hidupnya.
Kualitas ketakwaan seseorang menentukan tingkat kemuliannya disisi Allah SWT. Semakin
maksimal takwanya semakin mulia dia.Buah dari takwa kepada Allah SWT adalah:
1. Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara hak dan batil, benar
dan salah, halal dan haram, serta terpuji dan tercela.
2. Mendapatkan limpahan berkah dari langitdan bumi
3. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
4. Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya
6. Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar
2. Cinta kepada Allah SWT
Definisi cinta yaitu kesadaran diri,perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa
kasih sayang. Sejalan dengan cintanya kepada Allah SWT, seorang mukmin akan mencintai
Rasul dan jihad pada jalan-Nya. Inilah yang disebut dengan cint autama .Sedangkan cinta
kepada orangtua,anak-anak, sanaksaudara, harta benda, kedudukan dan segala macamnya
adalah cinta menengah yang harus berada dibawah cinta utama.
Bila seseorang mencintai Allah SWT tentu dia akan selalu berusaha melakukan segala
sesuatu yang dicintai-Nya, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci-
Nya.
3. Iklas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah semata-mata mengharap ridha
Allah SWT. Jadi segala apa yang kita lakukan itu semata- mata hanya mengharap ridha Allah
SWT. 6Tiga unsur keikhlasan adalah:
1. Niat yang ikhlas
2. Beramal dengan sebaik-baiknya
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat
4. Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan
menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Menurut Sayyid
Sabiq,ada dua sebab mengapa seseorang takut kepada Allah SWT:
1. Karena dia mengenal Allah SWT (ma’rifatullah). Takut seperti ini dinamai dengan khauf
al-Arifin.
2. Karena dosa-dosa yang dilakukannya,dia takut akan azab Allah SWT.
Selanjutnya menurut Sayyid Sabiq ada dua dampak positif dari khauf:

5
Dr. Marzuki, M.Ag, op. cit. Hlm 178

6
M. Zein Yusuf ( 1993 ). Akhlak Tasawuf, Semarang : al-Husnah, hal : 7.
a. Melahirkan keberanian untuk menyatakan kebenaran dan memberantas
kemungkaran secara tegas tanpa ada rasa takut pada makhluk yang
menghambatnya.
b. Menyadarkan manusia untuk tidak meneruskan kemaksiatan yang telah
dilakukannya dan menjauhkannya dari segala macam bentuk kefasikan dan hal-hal
yang diharamkan oleh Allah SWT.
Raja’atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa
yang akan datang. Raja‟harus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh. Barang siapa
yang harapan dan penantiannya menjadikannya berbuat ketaatan dan mencegahnya
dari kemaksiatan, berarti harapannya benar.
Seorang mukmin haruslah memiliki sikap raja‟.Bila beribadah dan beramal,dia penuh
harap ibadah dan semua amalannya akan diterimadan dibalas oleh AllahSWT dengan
balasan yang berlipat ganda. Akhirnya sekali lagi kita katakan bahwa kedua sikap itu,
khau f dan raja’ harus berlangsung sejalan dan seimbang dalam diri seorang Muslim.
Yaitu sikap berprasangka baik terhadap Allah SWT. Tidak jarang Allah akan memberikan
apa yang tidak di inginkan oleh umatNya. Hal ini menandakan bahwa Allah lebih tahu
apa yang terbaik buat umatNya, oleh karena itu ketika kita diberi cobaan hendaknya kita
harus berhuznudzan kepada Allah SWT. Hal ini juga dinyatakan oleh Allah dalam
firmanNya pada surat Al-Baqarah ayat 218 yaitu :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
5. Tawakal dan Ikhtiar
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada-Nya. Tawakal adalah salah satu buah
keimanan.
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal (ikhtiar). Tidaklah dinamai
tawakal jika hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-
apa.
Sikap tawakal memberikan ketenangan dan kepercayaan diri kepada seseorang untuk
menghadapi masadepan. Dia akan menghadapi masa depan dengan segala kemungkinannya
tanpa rasa takut dan cemas. Yang penting berusaha sekuat tenaga, hasilnya Allah SWT yang
menentukan.Dan yang lebih penting lagi orang bertawakal akan dilindungi oleh Allah SWT.
6. Sabar
Sabar, merupakan sikap dari ketahanan mental atas apa yang sedang dihadapi oleh
manusia. Seseorang yang memiliki sikap ini tidak akan mudah putus asa atas setiap cobaan
yang diberikan oleh Allah SWT. Allah juga berfiman dalam QS Al-Baqarah ayat 153 :Artinya :
”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
7. Syukur
Syukur ialah memuji sang Pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukur
seorang hamba berkisar atas tiga hal,yang apabila ketiganya tidak berkumpul,maka tidaklah
dinamakan bersyukur,yaitu: mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir,
dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah SWT.
Tiga dimensi syukur yaitu hati, lisan dan jawariah (anggotabadan). Orang yang bersyukur
kepada Allah akan mendapatkan banyak keutamaan dan manfaat, diantaranya:
Mendapatkan tambahan nikmat dari Allah SWT
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS. Ibrahim:7)
Selamat dari siksaan Allah SWT Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
Artinya: Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah
adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.(QS. An-Nisaa:147)
Yang dimaksud Allah SWT mensyukuri hamba-hamba- Nya ialah Allah SWT memberi pahala
terhadap amal-amal hamba-hamba-Nya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmat-
Nya.
Mendapatkan pahala yang besar Hal ini berdasarkan firman Allah Ta‟ala:
Terjemah Arti: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.(QS. Ali-Imran:144)
Bab III
Penutup
1. Simpulan
Seorang muslim itu harus berahlak baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia
yang diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menyembah kepada Allah SWT sesuai dengan
firman Allah SWT yang artinya “dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Ku.”
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT,manusia
seharusnya selalu mengabdikan dirihanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya,sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh
keridhaan-Nya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah,terutama melaksanakan
ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji,haruslah menjaga kebersihan badan
dan pakaian,lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber
kepada Al-Qur'an yang harus dipelajarid an dipelihara kemurniannya dan pelestariannya
oleh umatIslam.
Adapun akhlak kepadaAllah itu antaralain:
1. Taqwa kepada Allah SWT
2. Cinta kepada Allah SWT
3. Ikhlas kepada Allah SWT
4. Khauf dan raja’ terhadap Allah SWT
5. Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT
6. Muraqobah
7. Taubat kepadaAllah SWT
8. Berbaik sangka kepada Allah SWT
9. Bertawakal kepadaAllahSWT
10. Senantiasa mengingat Allah SWT
11. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT
12. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT
2. Saran

Daftar pustaka
Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY). File PDF: BAB X: KONSEP AKHLAK ISLAM.
29/10/2022: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/
http://alfutuchat.wordpress.com/2022/10/29/2-pengertian-akhlak-menurut-istilah/

Anda mungkin juga menyukai