Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MENTORING :

1. Baca dan pahami materi-materi di bawah ini sebagai bahan untuk mengerjakan tugas
Mentoring berkaitan dengan Materi : Akhlak Kepada Allah SWT dalam Perspektif
Pekerjaan Sosial. Boleh mencari materi tambahan dari sumber lain yang relevan.
2. Setelah Anda memahami materi-materi tersebut, buatlah tulisan yang menggambarkan
bagaimana Anda mengimplementasikan Kode Etik Pekerja Sosial yang
diilhami/dilandasi oleh Akhlak kepada Allah SWT ketika kelak Anda menyandang
Predikat Pekerja Sosial Profesional.
3. Sistimatika penulisan bebas, tidak ditentukan jumlah halamannya, yang penting memuat
poin-poin yang diminta dan mengacu kepada tata cara penulisan yang benar sesuai
kaidah penulisan ilmiah.
4. Tulisan diketik di atas kertas ukuran A4, jenis huruf Times New Roman, Font 12.
5. Waktu pengerjaan Tugas selama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tugas diterima. Tugas
yang sudah selesai dikerjakan, langsung diemailkan ke Mentor : Drs. Ramli, M.Pd
dengan alamat email : ramliarahman@yahoo.com atau dikirim melalui WhatsApp ke
Nomor : 081322652165
Cantuman identitas Anda (Nama, NRM, Kelas/Prodi) pada Lembar Hasil Tugas.
Tugas yang sudah terkirim dilaporkan juga kepada Ketua kelas masing-masing dan
Pendamping untuk dicatat dan ketahui.
Selamat bekerja semoga memberikan hasil yang terbaik dan selalu dalam bimbingan Allah
SWT. Amin.
AKHLAK KEPADA ALLAH SWT DALAM PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL

Pengertian Akhlak kepada Allah SWT


Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab (‫ )اخالق‬jamak dari kata ‫ خلق‬yang
berarti tingkah laku, perangai atau tabiat.
Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada
hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri manusia, sehingga manusia dapat
melakukannya tanpa berfikir atau melakukan secara spontan.
Akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores
yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima
umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya.
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai: Segala sikap atau perbuatan
manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada
pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT (sebagai Kholiq).

Mengapa Seorang Muslim Harus Berakhlak kepada Allah SWT


Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT.
Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya
kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah.
Yaitu:
1. Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air
yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung/belakang dan tulang dada sebagaimana
firman Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7 yang artinya: “Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan?(5) Dia tercipta dari air yang terpancar(6)
Yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada(7)”.
2. Allah telah memberikan perlengkapan yang sempurna, berupa: pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati nurani, disamping anggota badan yang kokoh dan
sempurna kepada manusia. Allah berfirman dalam surat, an-Nahl ayat 78, yang artinya:
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur”. (Q.S an-Nahal : 78)
3. Allah telah menyediakan berbagai sarana dan fasilitas yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah
ayat 12-13, yang artinya: “Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-
kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian
dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur(12). Dan Dia menundukkan untuk
kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari
pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kamu yang berpikir”(13).
4. Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, kelebihan
atas kebanyakan makhluk yang diciptakan-Nya. Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat
70, yang Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami
angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).

Bagaimana berakhlak kepada Allah SWT


Akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT, yaitu :
1. Taat terhadap Perintah-Nya
Hal yang harus dilakukan seorang muslim dalam berakhlak kepada Allah SWT, adalah
dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Allah SWT lah yang telah memberikan
segala-galanya pada diri kita. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 65
yang artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan
engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
(sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. Kendati demikian, taat
kepada Allah SWT merupakan konsekwensi keimanan seorang muslim kepada Allah
SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam Sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas
dengan bersabda : “Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya
(keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan Sunnah)”. (HR. Abi
Ashim Al-Syaibani)
2. Tawakal
Bertawakal yaitu berserah diri kepada Allah. Berserah diri bukan berarti pasrah, namun
diawali dengan usaha maksimal kemudian diiringi dengan berdo’a memohon kepada
Allah dan hasil akhirnya diserahkan kepada keputusan terbaik yang Allah berikan kepada
kita. Itu yang dimaksud dengan tawakal.

3. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya


Akhlak yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa
tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya,
kehidupan ini merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin
senantiasa meyakini apapun yang Allah SWT berikan padanya, maka itu merupakan
amanah yang kelak akan diminta pertanggung jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah
hadits Rasulullah SAW bersabda. Dari ‘Umar R.A, Rasulullah SAW bersabda :
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang Amir (presiden/imam/ketua) atas manusia, merupakan pemimpin,
dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan
pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap
apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggujng jawab atas
apa yang dipimpinnya”. (HR. Muslim).
4. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT
Akhlak yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridho terhadap
segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan
baik oleh keluarga yang berada maupun keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang
Allah SWT berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap
seorang muslim senantiasa yakin terhadap apapun yang Allah SWT berikan padanya.
Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Rasulullah SAW bersabda :
“Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah
dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR.
Bukhari). Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita
terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik,
justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki nilai
kebaikan bagi diri kita.
5. Senantiasa bertaubat kepada Allah SWT
Sebagai seorang makhluk, kita juga tidak luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini
merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh karena itulah, akhlak kita kepada Allah SWT
manakala kita sedang terjerumus kedalam “kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan
adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran
ayat 135, Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat
mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
sedang mereka mengetahui”.
6. Obsesinya Adalah Keridhoan Allah SWT
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan
orientasi dalam segala aktifitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan
beraktivitas untuk mencari keridhoan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan
terkadang, untuk mencapai keridhoan Allah SWT tersebut, “terpaksa” harus mendapatkan
“ketidaksukaan” dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah
menggambarkan kepada kita : “Barang siapa yang mencari keridhoan Allah dengan
adanya kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhoan manusia juga. Dan
barang siapa mencari keridhoan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan
mewakilkan kebencian-Nya pada manusia”. (HR. Tirmidzi Al-Qodlo’i dan Ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya.
Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya tentulah
hanya keridhoan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau
tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.
7. Muraqobah
Muraqabah diartikan bahwa kita selalu berada dalam pengawasan Allah SWT. Kapanpun
dan dimanapun kita berada selalu dalam pantauan Allah. Sehingga apapun yang kita
lakukan tidak akan pernah luput dari pandangan Allah SWT.
8. Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Beryukurnya seorang hamba yaitu mencakup tiga hal yaitu : mengakui nikmat dalam
batin/hati, mengungkapkan secara lisan pernyataan terima kasih/syukur, dan
menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
9. Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya
Akhlak yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan
ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdloh, ataupun ibadah yang
ghairu mahdloh. Karena, pada hakekatnya seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah
kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Surat Adz Dzariyat ayat 56, Allah SWT berfirman
yang artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku”. Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial
dan lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah
SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki cakupan mahdloh saja, seperti puasa,
shalat, haji dan lain sebagainya. Realisasi ibadah yang paling penting untuk dilakukan
pada saat ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerapkan hukum
Allah SWT di muka bumi ini. Sehingga islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan
oleh masyarakat islam pada khhususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada
umumnya.
10. Banyak Membaca Al-Qur’an
Akhlak yang harus dilakukan oleh seorang muslim terhadap Allah SWT adalah dengan
memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-
Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering
menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan
selalu menyebut-nyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-
Nya. Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang demikian
besarnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan kepada kita :
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafa’at di
hari kiamat kepada para pembacanya”.(HR. Muslim). Adapun bagi mereka yang belum
bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa
mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus
terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah SWT akan memberikan
pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda : “Orang
(mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan
bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang membaca Al-Qur’an
sedang ia terbata-bata membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia
akan mendapatkan pahala dua kali lipat”. (HR. Bukhori Muslim).

KODE ETIK PEKERJA SOSIAL


IKATAN PEKERJA PROFESIONAL INDONESIA

Kode etik ini adalah pedoman perilaku bagi anggota Ikatan Pekerja Sosial Profesional
Indonesia (IPSPI) dan merupakan landasan untuk memutuskan persoalan-persoalan etika bila
perilaku pekerja sosial profesioanal dinilai menyimpang dari standar perilaku etis dalam
melaksanakan hubungan-hubungan profesionalnya dengan kelayakan, kolega, profesi lain dan
dengan masyarakat.

Kode etik ini didasarkan pada nilai-nilai fundamental pekerja social yakni penghargaan
terhadap martabat dan harga diri setiap orang, serta hak-hak dan tanggung jawab social.

Kode etik ini bukan merupakan perangkat yang menentukan semua perilaku pekerja social
professional dalam semua kompleksitas kehidupan. Kode etik lebih merupakan prinsip-
prinsip umum untuk membimbing perilaku dan menilai perilaku secara bijaksana dalam
berbagai situasi yang mengandung implikasi etis.
Kode etik ini tidak dimaksudkan sebagai alat untuk menghilangkan/mencabut kesempatan
atau kebebasan pekerja social professional yang melakukan praktek dengan integritas
profesional yang tinggi. Perilaku pekerja social professional bukan berasal dari dekrit/
maklumat, tetapi komitmen pekerja social professional secara individual. Kode etik ini dibuat
untuk menegaskan kemauan dan semangat pekerja social professional agar bertindak etis
dalam seluruh perbuatan mereka sebagai pekerja social professional.

BAB I
PERILAKU DAN INTEGRITAS PRIBADI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL

Pasal 1
Perilaku Pribadi

Pekerja social professional harus memelihara standar perilaku pribadi dalam kapasitas atau
identitas sebagai pekerja social.

1. Pekerja social professional tidak melibatkan diri dalam tindakan ketidakjujuran,


kesombongan, kecurangan dan kekeliruan.
2. Pekerja social professional harus membedakan secara tegas antara pernyataan-
pernyataan dan tindakan-tindakan pribadinya dengan pernyataan-pernyataan dan
tindakan-tindakan sebagai seorang professional.

Pasal 2
Kemampuan Profesional

Pekerja social professional harus berusaha meningkatkan kemampuan praktek professional


dan pelaksanaan fungsi-fungsi professional.

1. Pekerja social professional menerima tanggung jawab atas pekerjaan hanya atas dasat
adanyan kemampuan dan tujuan untuk meningkatkan kemampuan.
2. Pekerjaan social professional tidak menyalahgunakan prinsip-prinsip pendidikan,
pengalaman atau organisasi professional.

Pasal 3
Pelayanan

Pekerja social professional mengutamakan tanggung jawab pelayanan professional pekerja


social.

1. Pekerja social profesional bertanggung jawab atas mutu dan keluasan pelayanan yang
dilakukan.
2. Pekerja social professional bertindak untuk mencegah dan mengatasi praktek-praktek
yang tidak manusiawi dan diskriminatif.

Pasal 4
Integritas

Pekerja  social professional bertindak sesuai dengan standar integritas professional.

1. Pekerja social professional harus mewaspadai dan menolak pengaruh-pengaruh dan


tekanan-tekanan yang membatasi kebebasan professional.
2. Pekerja social professional tidak menggunakan hubungan profesional demi
kepentingan pribadi.

Pasal 5
Keilmuan dan Penelitian

Pekerja social professional yang terlibat dalam bidang keilmuan dan penelitian harus
dibimbiung oleh tradisi-tradisi keilmuan.

1. Pekerja social  professional yang melakukan penelitian harus mempertimbangkan


kemungkinan-kemungkinan akibatnya bagi kesejahteraan social.
2. Pekerja social professional yang terlibat dalam penelitian harus menegaskan bahwa
potensi lain dalam penelitian itu harus cakap dan sukarela, tampa menghukum atau
penolakan mereka untuk berpartisipasi dan harus mempertimbangkan hak pribadi dan
martabat mereka.
3. Pekerja social profesiopnal yang terlibat dalam penelitian harus melindungi partisipasi
dari gangguan fisik atau tekanan mental, bahaya atau kerugian.
4. Pekerja social professional yang terlibat dalam mengevaluasi pelayanan-pelayanan
atau kasus-kasus membicarakannya dengan orang lain sejauh untuk tujuan-tujuan
professional, dan hanya dengan orang-orang yang langsung dan secara professional
terkait dengan masalah tadi.
5. Informasi tentang kelayan dalam penelitian itu harus dirahasiakan.
6. Pekerja social professional memperoleh penghargaan hanya atas dasar pekerjaan yang
benar-benar dilakukannya dalam hubungan dengan keilmuan dan usaha-usaha
penelitian serta penghargaan yang diberikannya oleh orang lain.

BAB II
TANGGUNG JAWAB ETIS PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP
KELAYAN

Pasal 6
Kepentingan Kelayan

Tanggung  jawab utama pekerja social professional terhadap kelayan.

1. Pekerja social professional melayani kelayan menurut kompetensi professional.


2. Pekerja social professional tidak menggunakan hubungannya dengan kelayan sebagai
alas an demi keuntungan pribadinya, atau mengambil kelayan lembaga lain ke dalam
praktek pribadinya.
3. Pekerja social professional tidak melakukan, menyetujui, membantu, atau bekerja
sama dengan bentuk diskriminasi atas dasar ras, golongan, warna kulit, kelamin,
orientasi seksual,usia, agama, kebangsaan, status perkawinan, keyakinan politik,
hambatan mental atau fisik, atau keinginan, karakteristik, pribadi , kondisi atau status.
4. Pekerja social professional harus menghindari hubungan atau komitmen yang
bertentangan dengan kepentingan kelayan.
5. Pekerja social professional tidak boleh melakukan kegiatan seksualitas dengan
kelayan.
6. Pekerja social professional harus memberi informasi yang akurat dan lengkap kepada
kelayan tentang luas dan sifat pelayanan yang diberikan kepadanya.
7. Pekerja social professional harus memberikan resiko, hak-hak, kesempatan-
kesempatan dan kewajiban dalam hubungan dengan pelayanan social yang diberikan
kepada kelayan.
8. Pekerja social professional hendaknya meminta nasehat dan bimbingan dari kolega
dan supervisor sejauh konsultasi itu sangat dibutuhkan demi kepentingan kelayan.
9. Pekerja social professional harus segera menarik diri dari pelayanan bila kondisi yang
ada tidak memungkinkan memberi pertimbangan yang seksama tentang semua factor
yang ada dalam situasi itu dan berusaha memperkecil akibat-akibat negatif yang
mungkin terjadi.
10. Pekerja social professional yang akan mengakhiri atau memutuskan pelayanann
dengan kelayan harus memberitahukannya kepada kelayan dan mengalihkannya atau
merujuknya (kepada orang atau lembaga lain) sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan kelayan.

Pasal 7
Hak-hak Kelayan

Pekerja social harus memperhatikan hak-hak kelayan dalam menentukan nasibnya sendiri.

1. Dalam menjalankan pekerja social professional harus selalu melindungi kepentingan-


kepentingan dan hak-hak pribadi kelayan.
2. Bila pekerja social professional melimpahkan/ memberikan wewenang kepada orang
lain untuk bertindak demi kepentingan kelayan, maka dia harus menjaga agar
pelayanan itu tetap sesuai dengan kepentingan kelayan.
3. Pekerja social professional tidak ikut campur dalam tindakan yang melanggar atau
mengurangi hak-hak sipil atau hak resmi kelayan.

Pasal 8
Kerahasiaan dan Hak Pribadi

Pekerja social professional harus menghormati hak-hak pribadi kelayan dan menjaga
kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam rangka pelayanan professional.

1. Pekerja social professional boleh mengemukakan rahasia kelayan ke[pada orang lain
atas sepengetahuan kelayan, bila mempertimbangkan professional mengharuskannya
demikian.
2. Pekerja social professional harus memberitahukan batas-batas kerahasiaan itu kepada
kelayan, untuk apa informasi itu dirahasiakan dan bagaimana menggunakannya.
3. Pekerja social professional harus memperlihatkan cacatan informasi kelayan sejauh itu
menyangkut kelayan yang bersangkutan.
4. Dalam memperlihatkan cacatan kepada kelayan, pekerja social professional harus
berhati-hati agar rahasia orang atau kelayan lain tidak terbaca oleh kelayan itu.
5. Sebelum mencatat dan merekam informasi kelayan, pekerja social professional harus
memberitahukan hal itu kapadanya. Pemberitahuan itu juga termasuk bila melibatkan
orang ketiga ke dalam aktivitas mereka.

Pasal 9
Pembiayaan

Biaya untuk pelayanan professional harus jelas dan disesuaikan dengan pelayanan yang
diberikan kepada kelayan, serta disesuaikan dengan kemampuan kelayan.
BAB III
TANGGUNG JAWABp ETIS PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP
KOLEGA DAN PROFESI LAIN

Pasal 10
Penghargaan, Keterbukaan dan Penghormatan

Pekerja social professional harus memperlakukan kolega dengan hormat, jujur, terbuka dan
baik.

1. Pekerja social professional bekerja sama dengan koleganya untuk meningkatkan


kepentingan-kepentingan professional.
2. Pekerja social professional harus menciptakan dan memelihara kondis-kondisi praktek
sehingga mempermudahkan kolega dalam melaksanakan etika dan kompetensi
profesionalnya.
3. Pekerja social professional harus menjaga kerhasiaan yang dikemukakan oleh
koleganya dalam kaitan, hubungan dan transaksi professional mereka.
4. Pekerja social professional harus menghormati pandangn-pandangan kolega dan
menggunakan saluran yang tepat dalam memberi komentar terhadap pandangan-
pandangan koleganya.
5. Pekerja social professional yang bekerja atau dipekerjakan oleh kolega dalam praktek
professional, harus bertindak sesuai dengan kepentingan karakter dan repuitasi kolega
itu.
6. Pekerja social professional harus menjadi penengah bila ada konflik di kalangan
koleganya yang memerlukan pemecahan menurut pertimbangan professional.
7. Pekerja social professional yang bertindaka sebagai pimpinan, su[pervisor atau mentor
seorang kolega, harus memelihara dan menghormati kondisi kesinambungan
hubungan professional mereka.
8. Pekerja social professional yang bertanggung jawab memberi tugas dan mengevaluasi
penampilan satf lain, harus melaksanakan tanggung jawab itu secara jelas dan jujur,
sesuai dengan kinerja yang ada.
9. Pekerja social professional yang bertanggung jawab atas mengevaluasi kinerja
pegawai, supervisor atau mahasiswa harus menjelaskan evaluasi itu secara terbuka
kepada mereka.

Pasal 11
Kelayan Kolega

1. Pekerja social professional tidak boleh mengambil kelayan kolega tanpa persetujuan
kolega itu.
2. Pekerja social professional tidak boleh mengambil tanggung jawab professional
terhadap kelayan dari kolega atau lembaga lain tanpa mengkomunikasikannya terlebih
dahulu dengan kolega atau lembaga itu.
3. Pekerja social professional yang melayani kelayan seorang kolega yang sifatnya
sementara atau darurat, harus memperlakukan kelayan itu sama seperti kelakuan
terhadap kelayan lain.

BAB IV
TANGGUNG JAWAB ETIS PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP
LEMBAGA YANG MEMPEKERJAKANNYA
Pasal 12
Komitmen terhadap Lembaga yang Mempekerjakannya

1. Pekerja social professional selalu berupaya meningkatkan kualitas kebijakan dan


prosedur pelayanan lembaga dimana dia bekerja serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan.
2. Pekerja social professional tidak boleh menerima pegawai atau mahasiswa praktikan
dan orghanisasi yang tidak mendapat pengakuan masyarakat.
3. Pekerja social professional harus bertindak untuk mencegah dan menghilangkan
diskriminasi dalam kebijakan dan praktek-parktek organisasi mempekerjakannya.
4. Pekerja social professional harus mempergunakan sumber-sumber organisasi secara
tepat menurut tujuannya.

BAB V
TANGGUNG JAWAB ETIS PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP
PROFESI PEKERJA SOSIAL

Pasal 13
Memelihara Integritas Profesi

Pekerja social professional harus memelihar dan mengembangkan nilai-nilai, etika,


pengetahuan dan misi profesi.

1. Pekerja social professional harus melindungi dan meningkatkan martabat dan


integritas profesi serta harus bertanggung jawab serta menggalakkan diskusi-diskusi
tentang profesi.
2. Pekerja social professional harus menggunakan saluran yang tepat dalam bertindak
menghadapi perilaku tidak etis yang dilakukan oleh anggota lain.
3. Pekerja social professional harus bertindak untuk mencegah praktek pekerja social
yang tidak bertanggung jawab dan tidak memenuhi ketentuan.

Pasal 14
Pelayanan Masyarakat

Pekerja social professional harus mendorong profesinya dalam memberi pelayanan social
yang bermakna bagi masyarakat.

1. Pekerja social professional harus mempunyai komitmen dan mengembangkan


keahlian professional sehingga dapat meningkatkan penghargaan terhadap integritas
dan kompetensi professional pekerja social.
2. Pekerja social professional harus mendukung pembentukan dan pengemabngan
peubdang-undangan kebijakan social dan implementasinya yang berkaitan dengan
profesi.
3. Pekerja social professional berorientasi pada tuntutan kebutuhan-kebutuhan dan
partisipasi masyarakat.

Pasal 15
Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan

Pekerja social professional bertanggung jawab mengidentifikasi, mengembangkan dan


memanfaatkan pengetahuan serta keterampilan demi praktek profesional.
1. Pekerja social professional mendasarkan prakteknya dan prinsip-prinsip pekerja
social.
2. Pekerja social professional terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pekerjaan
social atau kesejahteraan social dan mengkaji secara kritis, menjaga, mengemabngkan
pengetahuan dan keteerampilan yang sudah ada.
3. Pekerja social professional ia harus menguji secra kritis, menjaga dan mngembangkan
pengetahuan  yang ada sekarang sesuai dengan visi/misi pekerjaan social.
4. Pekerja social professional mendorong dan mengembangkan pengetahuanpekerjaan
social/kesejahteraan social melalui penelitian ilmiah.

BAB VI
TANGGUNG JAWAB ETIS PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP
MASYARAKAT

Pasal 16
Kewajiban Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

1. Pekerja social professional harus bertindak untuk menjamin agar semua orang
memiliki akses terhadap sumber-sumber, pelayanan-pelayanan dan kesempatan-
kesempatan yang mereka butuhkan.
2. Pekerja social professional bertindak untuk mengembangkan pilihan kesempatan bagi
semua orang terutama bagi orang-orang dan kelompok-kelompok yang kurang
beruntung ata yang tertindas.
3. Pekerja social professional harus ikut menciptakan kondisi yang mendorong
munculnya rasa aman terhadap keanekaragaman budaya bangsa.
4. Pekerja social professional memberikan pelayanan-pelayanan professional yang tepat
dalam keadaan darurat.
5. Pekerja social professional harus mendorong dan mengusahakan adanya pertubahan-
perubahan kebijakan dan perundang-undangan untuk meningkatkan kondisi-kondisi
social dan unutuk meningkatkan keadilan social.
6. Pekerja social professional harus mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat
melalui kebijakan-kebijakan dan lembaga-lembaga social.

BAB VII
KEKUATAN KODE ETIK PROFESI PEKERJA SOSIAL

Pasal 17

Pekerja social professional mematuhi bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik,
penetapan penghargaan dan penetapan saksi atas pelanggaran kode etik ini adalah hak
sepenuhnya IPSPI yang dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Kode Etik Profesi IPSPI.

Anda mungkin juga menyukai