Disusun Oleh:
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Dialah yang
telah menganugerahkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan Rahmat
bagi seluruh alam. Sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kita ke jalan yang benar.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang
..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Masalah....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah
untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala
perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua
yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci
manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT
membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan
itu, dia sadar bahwa jika melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada
kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup
yang sebenarnya.
Arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M)
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara
itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua;
pertama; akhlak yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
1. Untuk mengetahui Pengertian dari adab
2. Untuk mengetahui Bagaimana adab terhadap Allah
3. Untuk mengetahui Bagaimana adab terhadap diri sendiri
4. Untuk mengetahui Apa saja macam-macam adab terhadap diri sendiri
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adab
Kata adab adalah kosa-kata bahasa arab yang berasal dari tashrhifan (Adab –
Ya’dubu) yang berarti mengundang atau mengajak.dinamakan adab karena ia mengajak
manusia kepada perbuatan yang terpuji dan mencegah dari perbuatan yang keji dan
munkar.
Adab adalah melatih diri dengan budi pekerti dan adab yang mulia.Adab adalah
perhiasan yang indah yang dianugerahkan Allah swt, kepada hambanya dan sebagai
penyanggah akal sehatnya.Adab adalah menghiasi diri dengan adab yang mulia dan
meninggalkan perbuatan yang sia-sia, karena kemuliaan itu adalah dengan adab dan akal
bukan dengan nasab, harta dan kedudukan.
Barangsiapa yang tercela adabnya tidak berguna nasab dan kedudukannya serta
sia-sia harta bendanya.Adab adalah bagian yang terpenting dari agama yang mulia ini.
dan adab syar’iyyah itu adalah adab yang membedakan seorang muslim dari selainnya
dengan kepribadian yang kokoh serta perilaku yang berpekerti luhur, tercermin pada
tindak-tanduknya kemulian, ketinggian dan keagungan islam.
Adab lebih tinggi dari pada ilmu (al adabu fauqol ilmi)
saking pentingnya adab dalam islam, Hubungan antara suami istri, buang hajat, makan,
minum dan lain sebagainya diwajibkan memakai adab.
7
2. Cinta dan Ridha
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan
rasa kasih sayang.
Bagi seorang mukmin, cinta pertama dan utama sekali diberikan kepada Allah
SWT. Allah lebih dicintainya daripada segala-galanya.
Sejalan dengan cinta, seorang Muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan
segala aturan dan keputusan Allah. Artinya dia harus dapat menerima dengan sepenuh
hati, tanpa penolakan sedikitpun, segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-
Nya, baik berupa perintah, larangan ataupun petunjuk-petunjuk lainnya. Orang yang
ridha dengan Allah ia akan rela menerima Qodho dan qodar Allah terhadap dirinya.
Dia akan bersyukur atas segala kenikmatan dan akan bersabar atas segala cobaan.
Demikian sikap cinta dan ridha kepada Allah SWT. Dengan cinta kita mengharapkan
ridho-Nya dan dengan ridho kita mengharapkan cinta-Nya.
3. Bersyukur
Syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai rasa terima kasih
kepada Allah swt, dan untunglah (meyatakan perasaan lega, senang dan sebagainya).
Bersyukur atas nikmat Allah tidak hanya diucapkan dengan lisan, akan tetapi juga
diwujudkan dengan perbuatan, yaitu dengan menggunakan nikmat yang telah
diberikan Allah dengan sebaik-baiknya.
Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara, yakni:
a) Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta meyakini
bahwa semua nikmat berasal dari Allah swt dan yang lain hanya sebagai
perantara untuk sampainya nikmat, sehingga akan selalu memuji Allah swt
dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain. Sedangkan gerak
lidah dalam memuji-Nya hanya sebagai tanda keyakinan.
b) Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi
melahirkan jiwa yang tentram. Membuatnya senantiasa senang dan
mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan
8
Men-syukur-i nikmat bukan hanya dengan menyenangi nikmat tersebut
melainkan juga dengan mencintai yang memberi nikmat yaitu Allah swt.
c) Amal perbuatan, ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan, yaitu
hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan yang
menampakkan rasa syukur dengan pujian kepada Allah swt dan anggota
badan yang menggunakan nikmat-nikmat Allah swt dengan melaksanakan
perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.
4. Tawakkal
Tawakal berasal dari bahasa Arab yang artinya ia menyerahkan perkara itu
kepadanya atau menunjukkan ketidak berdayaan serta bersandar pada orang lain.
Tawakal kepada Allah berarti menyerahkan semua urusan kita sepenuhnya
kepada-Nya, sesudah melakukan usaha semaksimal yang kita sanggupi, sehingga kita
benar-benar tidak mencampurinya lagi.
Tawakal sebagai sikap hati, berserah diri kepada Allah, mempercayakan segala
urusan kepada Allah semata, adalah kondisi batin yang hanya diperoleh seseorang
dengan perjuangan terus menerus dengan keteguhan hati menghadapi berbagai
rintangannya. Seseorang yang telah sampai pada derajat seorang yang bertawakal “al-
Mutawakkil” dan ia senantiasa menjaganya, ia akan memperoleh berbagai nikmat
sebagai buah dari tawakal, di antaranya :
a) Dicintai Allah dan para malaikat-Nya. (QS. Ali Imran: 159)
b) Ketenangan dan ketentraman hati. (QS. At-Taubah: 40)
c) Kekuatan dan ketabahan. (QS. Al- Ahzab: 22)
d) Harapan dan optimism. (QS. At-Thalaq: 2-3)
e) Ridha terhadap segala ketentuan Allah SWT. (QS. Al-Tagabun: 11)
5. Taubat
Kata tobat dalam bahasa Arab diambil dari huruf ta, wawu, dan ba‟,
menunjukkan pada arti pulang (al-ruju‟) dan kembali (al-audah). Adapun maksud
tobat kepada Allah adalah pulang kepadanya, kembali ke haribaannya, dan berdiri
didepan pintu surgannya.
9
Taubat sering didefinisikan sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah
Swt, penyesalan mendalam atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan
sebelumnya dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan tersebut dimasa yang akan
datang.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan taubat yang sebenarnya memiliki beberapa
tanda, diantarannya:
a) Bergaul dengan orang-orang yang saleh dan menjauhkan diri dari teman-
teman yang buruk.
b) Menjadi lebih baik setelah tobat dibanding sebelumnya.
c) Segera meninggalkan perbuatan dosannya dan melakukan ketaatan.
d) Orang yang bertaubat selaludisertai rasa takut kepada Allah, dan tidak
pernah merasa aman dari azab Allah sekejappun.
e) Menjauhkan dunia dari hatinya dan mengarahkan diri ke akhirat.
f) Hatinya terjaga dari kelalaian yaitu selalu mengingat Allah sambal disertai
penyesalan dan rasa takut, dan ini sesuai denagn besarnya kesalahan.
Artinya: “Sesungguhnya di jasad (manusia) ada segumpal daging, bila dia baik
maka baiklah seluruh tubuhnya, bila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya.
Ketahuilah dia adalah Qolbun”.(HR.Bukhari&Muslim)
Kebersihan jiwa bisa didapat dengan jalan memperbaiki keimanan dan beramal
sholih, sedangkan yang mengotori jiwa adalah mengerjakan perbuatan buruk berupa
10
dosa dan kemaksiatan. Agar jiwa tetap terjaga kebersihannya, hendaklah seorang
muslim memperhatikan adab-adab kepada diri sendiri dalam kesehariannya.
Diantara adab seorang muslim kepada dirinya sendiri agar tetap terjaga kesuciannya
adalah sebagai berikut
1. At-Taubah(bertaubat).
Yang dimaksud dengan at taubah adalah meninggalkan seluruh dosa-dosa dan
maksiat, menyesali semua dosa yang telah dikerjakan dan bertekad kuat tidak akan
mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ََوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِميعًا َأيُّهَ ْال ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
2. Al- Muroqobah (merasadiawasiAllah)
Al Muroqobah adalah perasaan senantiasa merasa diawasi oleh AllahSubhanahu
wa Ta’ala dalam segala gerak-geriknya. Meyakini Allah mengetahui sesuatu yang
dirahasiakan, melihat semua perbuatan yang dia lakukan.
Inilah inti dari ayat:
َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي َأ ْنفُ ِس ُك ْم فَاحْ َذرُوهُ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َحلِي ٌم
Artinya: “Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu, maka takutlah kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah : 235).
11
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya
sesungguhnya Dia melihatmu.” (Muttafaqun ‘Alaih)”. Ulama-ulama terdahulu sangat
memperhatikan hal ini, sehingga mereka merasa yakin, Allah Maha Melihat segala
perbuatan-perbuatannya.
ْ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم
َت لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya.” (QS.
Hasyr: 18)
Lafadz ٌ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسIni adalah perintah untuk mengkoreksi diri atas amalan
yang telah dilakukan.
4. Al Mujahadah (bersungguh-sungguh)
Maksudnya seorang muslim menyadari bahwa sebesar-besar musuh dari musuh-
musuh yang ada adalah nafsunya yang berada pada dirinya. Dimana nafsu tersebut
12
secara tabiat mengajak kepada kejelekan, menjauhi dari kebaikan dan memerintahkan
kepada keburukan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ َو َما ُأبَرِّ ُئ نَ ْف ِسي ِإ َّن النَّ ْف
س َأَل َّما َرةٌ بِالسُّو ِء ِإاَّل َما َر ِح َم َربِّي ِإ َّن َربِّي َغفُو ٌر َر ِحي ٌم
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat Robbku. Sesungguhnya Robbku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS.Yusuf : 53)
Dengan prinsip Al Mujahadah ini seseorang muslim bersungguh-sungguh
untuk memalingkan dirinya dari ajakan nafsu yang mengajak kepada keburukan dan
kehinaan serta memaksa dirinya secara sungguh-sungguh untuk melaksanakan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam
menempuh jalan kebaikan dan jalan keburukan, maka Allah akan menunjukkan jalan
menuju kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ََوالَّ ِذينَ َجاهَدُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَنَا وَِإ َّن هَّللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِين
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) kami maka
akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut : 60).
13
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan
kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan.
Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang
bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan
selalu bersugi.
d) Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak
pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan
seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak
mengharamkan yang baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri
memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat
diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan
begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya
asalkan tidak melampau dan takabbur.
14
Adab Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi
sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya
membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara
memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh ‘ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia
berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak beradab
terhada akalnya.
b) Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya
manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan
kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab
Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul,
sirah, sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat
serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada
segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu
berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya
belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat
yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai
seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila
berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh
mereka.
15
a) Bertaubat
b) Bermuqarabah
c) Bermuhasabah
d) Bermujahadah
e) Memperbanyak ibadah
f) Menghadiri majlis Iman
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kata adab adalah kosa-kata bahasa arab yang berasal dari tashrhifan (Adab – Ya’dubu)
yang berarti mengundang atau mengajak.dinamakan adab karena ia mengajak manusia kepada
perbuatan yang terpuji dan mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar.
Adab terhadap allah yaitu dengan bertaqwa, cinta dan ridha, bersyukur tawakal dan
taubat.
1. At-Taubah(bertaubat).
2. Al- Muroqobah (merasadiawasiAllah)
3. Al-Muhassabah (introspeksi diri)
4. Al Mujahadah (bersungguh-sungguh)
16
DAFTAR PUSTAKA
Muhrin. (2020). Akhlak Kepada Diri Sendiri. Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam, 10, 1–7.
Muhrin. (2021). Akhlak Kepada Allah Swt. Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, Vol 11,
No(2579-714X), 1–6.
Suryani, I., & Sakban, W. (2022). Aplikasi akhlak manusia terhadap dirinya, Allah SWT., dan
Rasulullah SAW. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(1), 97–104.
A.Mahmud. (2017). Akhlak Terhadap Allah Dan Rasulullah. Sulesana, Jurnal Wawasan
Keislaman, 11, 9.
Amin, Ahmad, Etika Ilmu Adab, terj. Farid Makruf, Jakarta: Bulan Bintang, 1998.
Ghazali, Imam, Taubat, Sabar dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A Suminto, Jakarta:
Tintamas Indonesia, 1983.
17