Oleh:
KELOMPOK V
RIMAWATI 60500121075
JURUSAN KIMIA
2021
KATA PENGANTAR
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini telah kami susun semaksimal
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu dengan kerendahan hati kami menerima masukan, kritik, dan
saran yang memotivasi, membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
jawab yang memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambah pengetahuan
PENULIS
KELOMPOK V
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………..
BAB II ISI
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keyakinan yang kokoh di dalam hati menjadi amal bagi manusia maka termasuk
dalam dimensi akhlak. Akhlak dalam segi bahasa berasal dari bahasa arab khuluq jamaknya
akhlak yang bisa berarti budi pekerti, etika atau moral hal tersebut dinyatakan dalam
Al-Qur’an Surah Al-Qalam ayat 4 yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
budi pekerti yang baik” ayat ini menjelaskan makna akhlak sebagai perangai atau budi
pekerti.1 Sedangkan definisi akhlak yaitu tingakh laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan kebaikan tanpa memerlukan pemikiran dan
Akhlak dalam diri sendiri mutlak harus ada pada setiap manusia khususnya umat
muslim, setiap muslim yaitu pemimpin bagi dirinya sendiri. Akhlak secara bahasa
(etimologi) adalah perilaku, kebiasaan, watak, perangai, baik yang terpuji maupun tercela.
Dalam islam akhlak disebut dengan akhlaqul islamiyah atau akhlaqul karimah yang berarti
perbuatan dan tingkah laku yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Akhlak dibagi
menjadi dua yaitu akhlak kepada Allah dan akhlak kepada makhluk Allah.3
1
Kutsiyyah, Pembelajaran Akidah Akhlak (Jawa Timur: Duta Media Publishing, 2017), h. 1-4.
2
Muh. Asroruddin Al Jumhuri, Belajar Akidah Akhlak (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2019), h.
14.
3
Ummu Fayyadh Yakhsyallah, Pesona Para Ratu Bidadari Surga (Jakarta: PT. Gramedia, 2019), h. 78.
Akhlak itu suatu sifat yang tertanam dalam diri manusia dan bisa bernilai baik atau
buruk. Dari penjelasan akhlak diatas dikemukakan bahwa meskipun memiliki suatu
pengertian yang berbeda-beda tetapi dalam artian yang sama. Oleh sebab itu akhlak
dinyatakan memiliki empat hubungan yaitu hubungan akhlak kepada Allah, hubungan
akhlak kepada diri sendiri, hubungan akhlak kepada sesama, dan makhluk Allah lainnya. 4
Berdasarkan latar belakang diatas maka akhlak sangat berpengaruh dalam kehidupan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini yaitu
4
Khoirotu Alkahfil Qurun, Muqadimah Percikan Filsafat (Jawa Barat: Guepedia, 2021), h. 212.
BAB II
ISI
Akhlak terhadap diri sendiri merupakan perkara yang penting yang perlu diperhatikan
seorang muslim dengan cara menjaganya. Berakhlak kepada diri sendiri berarti melakukan
sesuatu yang membuat dirinya selamat atau bisa menjaga dirinya, dengan menjaga dirinya
berarti dia bisa memegang dan menjaga amanat yang telah Allah berikan kepada dirinya.
Menjaga diri berarti mengupayakan keselamatan dirinya dari segala sifat buruk dan
menjaga ghiroh untuk senantiasa berbuat baik. Dengan sekuat tenaga seseorang berusaha
untuk menjauhkan diri dari kerusakan dengan meninggalkan maksiat dan mendekati diri
Akhlak terhadap diri sendiri berarti menyayangi diri sendiri dari perbuatan buruk.
Berakhlak pada diri sendiri berarti melakukan perbuatan dengan menjaga dan memelihara
hati agar memiliki hati bersih dan jernih, selalu berbicara dengan hati nuraninya sendiri.
dorongan-dorongan hati yang membawa kearah tidak baik. Hati yang bersih akan
melahirkan ucapan-ucapan dan perilaku yang baik yang merupakan gambaran akhlak yang
5
Chotibul Umam, Pendidikan Akhlak (Jawa Barat: Guepedia, 2021), h. 28-29.
mulia. Ucapan yang baik digambarkan dalam tutur kata yang sopan, jika hati bersih pikiran
ikut bersih karena tidak ada waktu untuk berpikir licik, iri, dengki kepada orang lain.6
jasmani seperti senantiasa menajaga kebersihan, menjaga makan dan minumnya, menjaga
kesehatan, dan berbusana islami. Kedua berakhlak terhadap akal seperti menuntut ilmu dan
mengajarkan kepada orang lain. Ketiga, berakhlak pada jiwa seperti bertaubat dan
menjauhkan diri dari dosa besar, muraqabah (selalu merasa diawasi oleh Allah SWT),
Ada beberapa manfaat akhlak pada diri sendiri diantaranya berakhlak terhadap
jasmani itu akan jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan, tubuh menjadi sehat,
dan selalu bugar, menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah. Kedua manfaat berakhlak
terhadap akal yaitu memperoleh banyak ilmu, dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh
untuk orang lain, membantu orang lain, mendapatkan pahala dari Allah SWT. Ketiga,
manfaat berakhlak terhadap jiwa yaitu selalu dalam lindungan Allah SWT, jauh dari
Seorang muslim tidak cukup sekadar membangun hubungan baik dengan Allah
SWT atau Hablum minallah saja, tetapi juga harus membangun hubungan baik dengan
َاِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَخَ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن
6
Dr. H Darmadi S.Ag., M.M, Arsitektur Akhlak dan Budi Pekerti dalam Interaksi Lintas Budaya
(Lampung: Swalova Publishing, 2019), h.31.
7
Miftahul Huda, Reformasi Akhlak (Jawa Barat: CV. Jejak, 2021), h, 125-132.
Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah SWT. agar kamu
Akhlak terhadap sesama manusia dikatakan juga sebagai akhlak sosial. Akhlak
kepada sesama manusia mempunyai arti sikap atau perilaku baik terhadap sesama manusia.
Dalam hal ini yaitu suatu perilaku yang baik dalam berhubungan dan berkomunikasi
Sebagai seorang muslim, wajib untuk mentaati dan menghormati kedua orang tuanya, yaitu
dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepadanya, berperilaku sopan
santun. Allah berfirman dalam QS. Al-isra’/17:23 yang artinya: “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau
mengatakan pada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
Akhlaq mulia kepada guru yaitu berperilaku dan bersikap baik terhadap guru. Sikap dan
perilaku baik terhadap guru dapat dilakukan dengan menghormatinya, berlaku sopan
karena guru merupakan seseorang yang telah berjasa memberi ilmu dan pendidikan akhlak
kepada kita.8
8
Siti Suwaibatul, Evi Zulianah, Minnatul Maula Pendidikan Akhlak dengan Literasi Islami
(Lamongan, Nawa Litera Publishing, 2021), h.3.
c) Akhlak terhadap masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan bantuan dari orang lain dalam
harus mempunyai akhlak sosial yang baik. Akhlaq terhadap masyarakat dalam menjalani
kehidupan sosial diantaranya yaitu dengan memuliakan tamu, menjaga silaturahmi, gotong
yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dan pada dasarnya setiap muslim dan sesama
manusia adalah harus saling bersaudara. َSeperti pada surah yang dijelaskan oleh Allah
Artinya:“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong
menolong dalam berbuat dosa danpermusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
Akhlak terhadap sesama makhluk hidup dan semesta selain harus mempunyai akhlak
terhadap sesama manusia, sebagai manusia juga harus mempunyai akhlak yang baik
terhadap sesama makhluk ciptaan Allah, yang dimaksud dengan sesama makhluk atau
semesta disini adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, seperti baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang
diajarkan Al-qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah di
oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-
Nya.Jadi, dalam hal ini kita sebagai manusia harus senantiasa menjaga lingkungan sekitar
9
Dr. Saifuddin Amin, Pendidikan Akhlak Berbasis Hadist Arba’in Anawawiyah (Jawa Barat: CV.
Adanu Abimata, 2021), h. 24.
a.) Akhlak terhadap Lingkungan Hidup
Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan
hubungan yang harmonis dengan alam sekitar. Memakmurkan alam adalah mengolah
sumber daya yang berada di alam sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan
manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah menyediakan bumi yang subur ini untuk
diolah oleh manusia dengan kerja keras dan dipelihara sehingga mampu melahirkan nilai
yang tinggi. Kekayaan alam yang berlimpah disediakan oleh Allah untuk digunakan oleh
manusia dengan cara mengambil dan memberi manfaat, baik dari dan kepada alam serta
melarang segala bentuk perbuatan yang merusaknya. Alam dan lingkungan yang terkelola
dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat-lipat. Sebaliknya, alam yang dibiarkan
atau hanya diambil manfaatnya akan mendatangkan malapetaka bagi manusia.
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan daratan terjadi akibat manusia tidak
menyadari sifatnya yang sombong, egois, rakus, dan angkuh yang merupakan bentuk
akhlak terhadap lingkungan yang sangat buruk dan tidak terpuji. Padahal tujuan
diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi yaitu sebagai wakil Allah yang
seharusnya bertugas memakmurkan, dan melestarikan alam. Firman Allah SWT. dalam
Surah Ar Rum Ayat 41. Artinya :Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
Karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).10
b.) Akhlak Terhadap Binatang
Hewan diciptakan oleh Allah untuk kepentingan dan kesejahteraan hidup manusia.
Dalam ajaran islam maka akhlak bukan hanya terbatas pada bangsa manusia saja,
melainkan juga kepada hewan-hewan yang berkeliaran disekeliling manusia.
Binatang/hewan ternak yang halal dikonsumsi memang tidak lain tidak bukan diciptakan
Allah SWT untuk keperluan manusia , namun sungguh tidak berarti kita bebas berlaku
sewenang–wenang terhadap mereka. Tidak sekedar menyembelih dengan membaca
Bismillah, namun tata cara menyembelihpun tidak diabaikan oleh agama yang sejatinya
merupakan rahmat untuk seisi dunia.
10
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Jakarta: Mizan, 2007), h.358.
Jauh sebelum muncul organisasi pencinta hewan yang menyerukan hak–hak untuk
binatang, jauh sebelum ada suaka margasatwa, perlindungan atau penangkaran hewan
langka. Umat Islam telah diberi panduan bagaimana memperlakukan hewan dengan
semestinya. Memberdayakan mereka sesuai fitrahnya dan tidak mengeksploitasi mereka
kelewat batas. Kita harus memiliki akhlak yang terpuji terhadap binatang. Alam hewani
sengaja diciptakan oleh Allah bagi kepentingan makhluk hidup lainnya, khususnya
manusia. Manusia juga dapat belajar mengenai bermacam hal dari hewan- hewan tersebut.
Hewan ada yang bersifat liar, jinak, atau hewan peliharaan. Ada juga hewan yang terbang
di angkasa, berenang di air, tetapi semua itu adalah jenis makhluk yang memiliki banyak
persamaannya dengan manusia yang merasakan lapar, haus, berkelamin, hidup
berkelompok, dan sebagaimana kehidupan makhluk manusia.11
c.) Akhlak Terhadap Makhluk Ghaib
Selain Allah SWT menciptakan manusia, Dia juga menciptakan jin. Jin
merupakan makhluk gaib yang harus kita imani. Perlu kita ketahui bahwa selain ada jin
yang taat dan patuh kepada Allah SWT ada pula jin yang tidak patuh dan taat kepada Allah
SWT diantaranya iblis dan setan. Iblis dan setan adalah makhluk Allah SWT yaitu sejenis
jin yang diciptakanNya dari api yang sangat panas, jauh sebelum diciptakanNya Nabi
Adam a.s.
Kita meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan semesta alam dan Maha kuasa
serta Maha berkehendak, sedangkan semua makhlukNya termasuk jin, iblis dan setan
berada di dalam kekuasaanNya. Oleh karena itu, cara menyikapi adanya jin, iblis dan setan
adalah jangan menuruti langkah-langkah setan, tidak terganggu dan terjebak dalam
kehidupan jin, iblis dan setan, selalu mengingat Allah dan memohon pertolonganNya dari
segala godaan iblis dan setan, dan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
laranganNya.12
11
Muh. Hikamuddin Suyuti S.S., M.Si Ilmu Akhlak Tasawuf (Jawa Tengah: Lakeisha, 2021), h. 84.
12
Dr. Hasbi W.A P.,Par., S.Pd., M.Pd. Pendidikan Agama Islam Era Modern (Yogyakarta:
Leutikaprio, 2019), h.99.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akhlak terhadap diri sendiri berarti menyayangi diri sendiri dari perbuatan
menjaga dan memelihara hati agar memiliki hati bersih dan jernih, selalu
2. Akhlak kepada sesama manusia mempunyai arti sikap atau perilaku baik
terhadap sesama manusia. Dalam hal ini yaitu suatu perilaku yang baik dalam
hari.