Anda di halaman 1dari 22

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

CRITICAL BOOK REPORT


“AKHLAK”

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Ramli, MA

OLEH :

MAYA AULIYA RAHMA

4163121008

FISIKA DIK B 2016

PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN, 2018

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi
nikmat kesehatan serta kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Critical Book Report dari dua buku dengan materi berjudul “Akhlak”
dengan baik untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
penulis mohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini serta mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
bersama.

Medan, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR ................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan CBR ............................................................................ 1
1.3 Manfaat CBR ............................................................................................ 2
1.4 Identitas Buku........................................................................................... 2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU ...................................................................... 4
BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU ................................. 16
3.1 Keunggulan Buku .................................................................................... 16
3.2 Kelemahan Buku ...................................................................................... 16
BAB IV IMPLIKASI .......................................................................................... 17
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 18
5.2 Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

Buku teks pelajaran merupakan salah satu dari unsur sarana dan prasarana
dalam proses pendidikan dimana susunan dan penulisannya harus mengacu pada
tujuan awalnya yakni tujuan pendidikan nasional. Buku teks pelajaran yang
digunakan wajib yang memuat materi pelajaran dalam rangka peningkatan
keimanan dan ketakwaan, kemampuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi, budi
pekerti juga kepribadian, serta kepekaan yang disusun berdasarkan standar
nasional pendidikan.

Banyak buku yang berisikan informasi atau materi yang berkaitan dengan
mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini. Setiap buku akan berisikan informasi
atau penyajian yang berbeda-beda seperti penggunaan bahasa yang berbeda,
bentuk tulisan, atau model yang berbeda seperti gambar-gambar, tabel, dan lain-
lain. Oleh karena itu, setiap buku pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.

Dalam kesempatan ini, saya sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban


mengerjakan salah satu tugas KKNI yaitu Critical Book Report , akan melakukan
kritikan terhadap dua buah buku dengan materi berjudul “Akhlak” .

1.2. TUJUAN PENULISAN CBR

Dari penjelasan pentingnya CBR di atas, kita dapat mengetahui tujuan dari
Critical Book Report ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara penyajian dari
sebuah buku, memahami isi buku, menemukan kelebihan dan kekurangan buku,
serta memberikan saran sebagai mahasiswa yang telah melakukan Critical Book
Report.

1
1.3. MANFAAT CBR

Berdasarkan pentingnya dan tujuan CBR di atas, maka manfaat dari


penulisan CBR ini adalah kita dapat mengetahui tata cara penyajian dari buku,
memahami isi buku serta lebih kritis dalam memilih buku untuk dijadikan buku
teks pembelajaran.

1.4. IDENTITAS BUKU


Identitas Buku Utama

1. Judul Buku : Islam Kaffah


2. Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED
3. Penerbit : Perdana Publishing
4. Kota Terbit : Medan
5. Tahun Terbit : 2017
6. ISBN : 978-602-6462-34-3

2
Identitas Buku Pembanding

1. Judul Buku : Etika Membangun Masyarakat Modern


2. Pengarang : Srijanti, Purwanto S.K., Wahyudi Pramono
3. Penerbit : Graha Ilmu
4. Kota Terbit : Yogyakarta
5. Tahun Terbit : 2006
6. ISBN : 978-979-756-283-0

3
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1. BUKU UTAMA

Akhlak adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan
mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Akhlak pada dasarnya
adalah sikap yang melekat pada diri seseorang dan telah terbentuk dalam tingkah
laku dan perbuatan.

A. Akhlak Terhadap Allah dan Rosul


1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir
kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.
f. Mengakui bahwa hakikat ilmu hanyalah pada Allah sementara manusia
adalah mahluk yang jahil dan bergantung kepada pemberian dan petunjuk
Allah.
g. Allah tempat bertaubat dari segala dosa yang pernah dilakukan
h. Allah menjadi hakim atas segala kehidupan.
i. Menanamkan optimisme didalam jiwa terhadap hidayah dan kehendak
Allah.

4
2. Akhak Kepada Rasulullah
Contoh akhlak terhadap Rasulullah antara lain :
a. Mencintai dan memuliakannya
Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai orang-orang yang di
cintai oleh beliau dan membenci orang-orang yang di bencinya.Lebih
khusus mencintai keluarga dan sahabat-sahabatnya.
b. Menghormati dan memuliakan Rasulullah
Bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap beliau adalah tidak
boleh mendahului beliau dalam mengambil keputusan atau menjawab
pertanyaan. Bentuk lain menghormati Rasulullah dapat di teruskan oleh
umatnya yaitu dengan tidak mengeraskan suara di hadapan para ulama
pewaris nabi.
c. Mengikuti dan menaati segala yang di ajarkan kepada kita.
Mengikuti Rasuullah adalah bukti kecintaan seorang hamba terhadap
Allah SWT.
d. Mengucapkan sholawat dan salam untuk Rasulullah
Perintah untuk bersholawat menunjukkan betapa mulia dan
terhormatnya kedudukan Rasulullah di sisi Allah. Di samping bukti
penghormatan kepada beliau juga untuk kebaikan kita sendiri.

B. Akhlak Kepada Diri Sendiri


Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri
pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan
sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang dapat
membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki, munafik dan
lain sebagainya. Itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan
penyakit hati yang harus kita hindari.
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri :
1. Shidiq, artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim
dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar
perkataan dan benar perbuatan. Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk

5
selalu shidiq, karena sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan
akan mengantarkannya ke surga.Shidiq (benar) meliputi benar perkataan, benar
pergaulan, benar kemauan, benar janji dan benar kenyataan.
2. Amanah, artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir
dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula
sifat amanah pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak
menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban
dengan baik dan memelihara semua nikmat yang diberikan Allah SWT.
3. Istiqamah, adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan
keislaman sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang
yang beriman haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan
selalu menjaga kesucian hatinya, kebenaran perkataan dan kesesuaian
perbuatannya dengan ajaran Islam.
4. Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan
menjatuhkannya. Untuk menjaga kehormatan diri tersebut, dia harus dapat
mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan
kadang-kadang harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang halal karena
bertentangan dengan kehormatan dirinya.
5. Tawadhu’, artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang
yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah
hati berbeda dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir
dari kesadaran akan Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya.
6. Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-u adalah sikap menahan segala
kecenderungan berbuat keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan
dan tindak kemaksiatan lainnya. Orang yang memiliki rasa malu akan
mendapatkan banyak kebaikan. Perasaan malu juga merupakan akhlak yang
paling asli dan pokok pada Rasulullah SAW.
7. Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan
mengekang diri dari mempertuhankan hawa nafsu.

6
8. Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa
harus menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepadanya, tetapi boleh
jadi karena hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta
maaf.

C. Akhlak Kepada Sesama Manusia


1. Akhlak kepada Tetangga atau masyarakat
a. Tidak Menyakiti Tetangga dan Murah Hati
Menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk
di antara dosa-dosa besar yang wajib untuk dijauhi. Sedangkan Islam
mengajarkan umatnya agar senantiasa bersikap murah hati terhadap para
tetangga dan memuliakannya.
b. Memulai Salam
Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati)
seseorang dan tanda ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman,”…Dan berendah dirilah
kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Q: Al-Hijr: 88)
c. Bermuka Berseri-seri (ceria)
Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para
shahabatnya adalah merupakan kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Senyummu
kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. at-Tirmidzi. Dishahihkan oleh al-
Albani).
d. Memberikan Penghormatan yang Istimewa
Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata
krama dalam bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat
baginya, dan tidak menanyakan urusan-urusan orang lain yang bersifat
pribadi.Maka jika anda ingin mendapat cinta dan simpati tetangga,
janganlah pernah mencampuri urusan-urusan pribadi mereka.
e. Menerima Udzur (permohonan maaf)
Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah lembut dalam
berinteraksi dengannya merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati

7
tetangga. Contohnya: Dengan menerima permohonan maaf darinya, dan
menganggap seolah-olah ia tidak pernah melakukan kesalahan tersebut.
Karena tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah.
f. Menasehati dengan Lemah Lembut
Seorang muslim yang baik ketika ia tahu tetangganya berbuat
maksiat adalah menasehatinya dengan lemah lembut, dan mengajaknya
kembali ke jalan Allah shallallahu ‘alaihi wasallam, memotivasinya agar
berbuat baik, dan memperingatkannya dari kejahatan, serta mendo’akannya
tanpa sepengetahuannya.
g. Menutup Aib
Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudara-saudaranya,
menutup aibnya, bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya
selalu mendapatkan kebaikan ,taufiq serta istiqamah.
h. Bersikap Ramah Tamah
Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah terhadap
mereka dengan ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan
memberikan hadiah istimewa kepadanya, atau dapat pula dengan
mengundang mereka untuk makan di rumah kita, dan lain sebagainya.

2. Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)


a. Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal
keturunan anak. Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua
menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan
mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari
anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang
tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah,
anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka
setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu, antara lain yang
menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua.

8
b. Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki
hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal
ini juga mengandung arti bahwa anak memiliki kewjiban mendo’akan orang
tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang
paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk
orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita sebagai anak,
meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang
wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut
sampai mereka wafat.
c. Akhlak terhadap Keluarga
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota
keluarga diantaranya:
 Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian
juga memimpin bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus
ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang termasuk
kemampuan leadership (kepemimpinan).
 Kerjasama. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak
akan berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau
langkah-langkah keluarga dan jelaslah pula bahwa keluarga
merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.
 Perhitungan dan Keseimbangan. Pengaturan dan keseimbangan
dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam. Hal tersebut
lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap
generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah
hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”.
 Disiplin. Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini
begitu penting. Untuk mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala
keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu untuk
bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk
menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan

9
waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa
kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai.
 Kasih sayang. Keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta
yang merupakan anugrah dari Allah SWT. Sejatinya, kekuatan
besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga,
karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah.
3. Akhlak Kepada Lingkungan Hidup
Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta
isinya, selain Allah. Allah melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia
untuk mengenal alam semesta beserta isinya. Manusia sebagai khalifah diberi
kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.
Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada
alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban
terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan melestarikan
alam, sebagaimana firman-Nya: “Dia menciptakan kalian dari bumi dan
menjadikan kalian sebagai pemakmurnya.” (Q: Hud : 61)

2.2. BUKU PEMBANDING

Imam Al-Gazali menyatakan mengenai akhlak adalah sebagai berikut


“Sesungguhnya akhlak itu adalah kemauan yang kuat tentang sesuatu yang
dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya yang
mengarah kepada kebaikan, dan sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal yang
melekat pada jiwa dalam wujud tindakan dan perilaku”.

Berbicara mengenai Akhlak Islami, maka berikut ini adalah 10 indikator


akhlak pribadi Islami yang dinyatakan oleh Imam Ahmad Al-Ghazali (dalam buku
Srijanti, dkk, 2006 : 89-132), yang harus dimengerti dan dijalankan oleh pribadi
muslim, sehingga perilaku dan adatnya sesuai dengan kaidah agama, yang
merupakan kunci sukses pribadi Islam.

10
1. Jujur

Jujur dapat diartikan adanya kesesuaian/keselarasan antara apa yang


disampaikan/diucapkan dengan apa yang dilakukan/kenyataan yang ada.
Kejujuran juga memiliki arrti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada.
Lawan kata dari kejujuran adalah dusta, dimana dusta adalah apa yang diucapkan
dan diperbuat tidak sesuai dengan apa yang dibatinnya, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Dusta juga dapat berarti tidak berkata sebenarnya, dan
menyembunyikan yang sebenarnya.

Di dalam Al-Quran, juga sangat dianjurkan untuk berbuat jujur sebagaimana


Firman Allah SWT yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar” (Q: At-
Taubah: 119). Berdasarkan Tafsir Ibnu Sa’di, maksud ayat ini adalah menjadikan
semua orang untuk jujur dalam ucapan mereka (tidak berbohong dengan alasan
apapun), dalam perbuatan dan segala keadaan (tidak berbohong dalam kondisi
apapun). Sehingga setiap orang menjadi ucapan/perkataannya jujur (sesuai dengan
batin dan fakta), perbuatan terbebas dari kemalasan, kebosanan sehingga selamat
dari hal-hal yang buruk, dan selalu berbuat dengan niat ikhlas dan baik.

Rasulullah juga bersabda mengenai pentingnya kejujuran sebagaimana


diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam ”Senantiasalah kalian jujur, karena
sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan kepada
surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha selalu jujur, akhirnya
ditulis Allah sebagai orang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena
kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke
neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga
akhirnya ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta”.

Ada tiga tingkatan kejujuran, yakni :

Pertama, jujur kepada diri sendiri. Dapat dimulai dengan jujur dalam niat
dan kehendak. Setiap keinginan pada diri sendiri harus didasarkan niat yang baik
dan mengharapkan ridho Allah. Jujur pada diri sendiri harus dimulai dari

11
mengenal diri sendiri, mengenal kelemahan, mengenal kelebihan, mengenal
kebutuhan, dan mengenal keinginan.

Kedua, jujur kepada sesama. Dapat dimulai untuk menyampaikan dan


berbuat sebagaimana mestinya, menyampaikan fakta dengan benar dan tidak
berbohong atau berdusta. Jujur terhadap sesama iini dapat dilakukan dengan
membuat pertaggungjawaban terhadap setiap tanggungjawab yang diberikan baik
itu wewenang atau tugas, uang, amanah/pesan, dan lain-lain.

Ketiga, jujur kepada Allah yang merupakan tingkatan jujur yang paliing
rendah. Jujur kepada Allah diwujudkan adanya rasa pengharapan, cinta dan
tawakal pada setiap niat, ucapan, dan perbuatan. Ikhlas dalam melakukan seluruh
kewajiban yang ditentukan Allah denngan haraoan mendapat ridho-Nya.

2. Percaya Diri

Pengertian percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri
tanpa harus menghinakannya atau meremebkan harga diri sehingga orang lain
berani menghinanya dan menganggap ringan. Lawan sikap percaya diri adalah
Takabur, yaitu sikap merasa dirinya lebih tinggi, lebih mampu, dan lebih
sempurna daripada orang lain, sedangkan pada kenyataannya tidak.

Terkait dengan percaya diri dan tidak berbuat sombong, Allah SWT
berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong” (Q: An-Nahl: 23) dan “Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina” (Q: Al-Mu’min: 60.

Rasulullah bersabda (dalam Kanzul Unmal, Juz II, Hal. 25) yang artinya
“Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku agar kamu semua
bertawadhu sehingga tidak ada yang sombong terhadap yang lainnya dan tidak
ada seorang menganiaya lainnya”, “Orang-orang yang sombong dan orang-
orang yang sewenang-wenang kepada orang lain, pada hari kiamat akan
dikumpulkan seperti butir-butir debu. Mereka diinjak-injak oleh para manusia,
disebabkan mereka hina di sisi Allah SWT”.

12
3. Bekerja Keras

Al-Hufiy (dalam Keteladanan Akhlak Rasul) menyatakan bahwa “Islam


membenci pengangguran, kemalasan, dan kebodohan karena hal itu merupakan
maut yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab
kerusakan dan keburukan di dunia dan akhirat.

Terkait dengan bekerja keras, Allah SWT berfirman yang artinya “Apabila
telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Q:
Al-Jumuah: 10). Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya “Sesungguhnya
sebaik-baik yang dimakan seseorang ialah hasil dari pekerjaannya sendiri”. Dua
orang lelaki datang kepada Rasul SAW untuk meminta bagian dari sedekah.
Kemudian Rasul memperhatikan keduanya. Mereka berdua dianggap oleh beliau
orang yang kuat, lalu beliau berkata “Bila kamu mau, aku akan memberimu. Akan
tetapi, dalam sedekah ini, tidak ada bagian bagi orang yang kaya atau orang
yang masih kuat bekerja”.

4. Menghargai Waktu

Terkait dengan menghargai waktu, Allah SWT berfirman yang artinya


“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam keadaan
merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran” (Q: Al-Ashr: 1-3).

Rasulullah bersabda yang artinya “Pergunakanlah lima kesempatan


sebelum datang lima kesempatan yang lain : kehidupanu sebelum datang
kematianmu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kelonggaranmu sebelum
datang kesibukanmu, masa mudamu dalam datang masa tuamu, dan masa
kayamu sebelum datang masa miskinmu”.

5. Berfikir Positif

Allah berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya,


“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,

13
sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian
yang lain. Sukalah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.

Dari ayat tersebut, Allah melarang untuk berfikir negatif, berprasangka


buruk, mencari-cari kesalahan orang lain atau menggunjingkan orang lain.
Terhadap orang islam yang telah meninggal, juga dilarang membuka aibnya. Oleh
sebab itu, umat Islam harus mulai merancang aktivitas yang produktif dan selalu
bekerja keras, sehingga tidak mempunyai waktu luang untuk menggosip.

6. Memiliki Harga Diri

Untuk meningkatkan harga diri, manusia tidak boleh sombong atau riya,
tetapi harga diri dibangun melalui berbagai usaha kepada kebaikan yang udah
ditentukan Allah, sebagaimana firman-Nya :”Barang siapa membawa amal baik
maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya dan barangsiapa membawa
perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang
dengan kejahatanya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya. (Q. Al-An’aam:
160).

Berdasarkan ayat tersebut, kita semua memulai dari menghargai diri sendiri
dapat dilakukan dengan melakukan perbuatan baik, dan menghindarkan perbuatan
yang berdosa dan nista. Apabila setiap manusia banyak berbuat baik, maka Allah
akan memberikan pahala dan kehormatan sebagai manusia.

7. Mandiri

Menjadi manusia mandiri adalah manusia yang memiliki harga diri.


Mandiri adalah sumber percaya diri. Tentang kemandirian manusia, Allah SWT
berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum hingga mereka berusaha mengubahnya sendiri” (Q: Ar-Ar’d: 11). Kita
diberi kemampuan oleh Allah untuk merubah nasib kita sendiri dan tidak

14
bergantung pada orang lain, ini berarti kita harus mandiri dalam mengarungi
hidup ini.

8. Hemat atau Hidup Sederhana

Hidup hemat adalah sikap hidup yang mengendalikan diri sendiri untuk
mencukupkan kebutuhannya, sehingga tidak boros dan tidak kikir. Terkait hidup
hemat, Allah SWT berfirman yang artinya “Dan orang-orang yang
membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan
adalah pembelanjaan itu di tengah antara yang demikian” (Q: Al- Furqan:67).
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan jangannlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (Q: Al-A’raf: 37).

9. Memelihara Amanah

Terkait dengan amanah, Allah SWT berfirman yang artinya “Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui” (Q: Al-Anfal: 27).

10. Bersyukur

Terkait dengan bersyukur, Allah SWT berfirman yang artinya


“Sesungguhnnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabku
sangat pedih” (Q: Ibrahim: 7). “Dan Kami akan membalas orang-orang yang
bersyukur” (Q: Ali Imran: 145).

15
BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

3.1. KEUNGGULAN BUKU


Setelah melakukan review terhadap buku 1 dan 2, menurut saya
pembahasan yang dimiliki oleh buku ini sudah saling berhubungan antar
materinya pada setiap bab. Buku utama memiliki 14 Bab dimana Bab 1
merupakan pendahuluan yang membahas mengenai Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Bab 2 membahas lebih lanjut yaitu mengenai Iman, Islam, dan Ihsan. Sedangkan
pada buku 2 atau pembanding, buku ini memiliki 12 Bab dimana Bab 1
membahas mengenai Mengenal Islam, serta Bab 2 membahas lebih lanjut yaitu
mengenai Sumber Ajaran Islam.
Namun pada kesempatan kali ini, saya melakukan Critical Book Report
terhadap dua buku yang berbeda namun memiliki 1 bab dengan materi
pembahasan yang sama yaitu akhlak. Berdasarkan yang telah review, menurut
saya pada buku utama menjelaskan apa pengertian akhlak serta penerapan akhlak
mulia dalam kehidupan, dimulai dari akhlak terhadap Allah dan Rasul hingga
akhlak kepada lingkungan hidup. Sedangkan buku pembanding menjelaskan apa
pengertian akhlak serta indikator akhlak pribadi islami,, dimulai dari jujur hingga
bersyukur.

3.2. KELEMAHAN BUKU


Berdasarkan hasil review terhadap kedua buku ini, baik buku utama dan
buku pembanding memiliki kekurangan masing-masing. Seperti pada buku utama
jelas disampaikan mengenai bagaimana akhlak kita terhadap Allah dan Rasul
hingga akhlak kita terhadap lingkungan hidup, namun tidak dijelaskan apa-apa
saja indikator akhlak yang dapat kita jadikan sebagai acuan akhlak pribadi islam
yang sebenarnya.
Sedangkan pada buku pembanding dijelaskan tentang indikator yang dapat
dijadikan sebagai acuan akhlak pribadi islam yang sebenarnya seperti, jujur,
percaya diri, dan lain-lain.

16
BAB IV
IMPLIKASI
Teori-teori yang dipaparkan dalam menjelaskan materi “Akhlak”
merupakan teori yang relevan, berkaitan antara subbabnya yang cocok dijadikan
sebagai kepustakaan dan bisa dijadikan literatur bagi berbagai pihak seperti
mahasiswa, dosen, guru, dan lain-lain. Karena dengan buku ini dapat menjadi
penuntun dalam memajukan pengetahuan kita mengenai bagaimana
menumbuhkan akhlakul kharimah di dunia pendidikan Indonesia. Agar
pendidikan di Indonesia ini tidak hanya maju dalam bidang IPTEK saja, tetapi
juga dalam bidang keagamannya juga.
Buku utama dan buku pembanding didesain dengan secara detail
dilengkapi dengan pendapat ahli serta ayat-ayat dan hadist yang menjadi sumber
dasar materi yanng dipaparkan dalam kedua buku tersebut sehingga memudahkan
dalam mempelajari serta memahaminya.

17
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Setelah melakukan Critical Book Report terhadap kedua buku, saya
menyimpulkan bahwa kedua buku tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan
kekurangan. Jadi menurut saya, kedua buku tersebut saling melengkapi dalam
penjelasan materi “Akhlak”, sehingga apa yang kurang pada buku utama dapat
dilengkapi oleh buku pembanding dan sebaliknya.

5.2. SARAN
Setelah melakukan Critical Book Review terhadap kedua buku di atas, saya
memberi rekomedasi terhadap kedua buku tersebut kepada pihak seperti
mahasiswa calon guru untuk dapat dijadikan referensi, karena kedua buku tersebut
sangat mendetail penjelasan mengenai akhlak, terutama pada buku pembanding
lebih mendetail karena buku ini lebih fokus kepada membangun masyarakat Islam
modern. Namun, saya mengharapkan kepada semua pihak agar lebih teliti dalam
mencari dan menjadikan suatu buku sebagai referensi dalam pembelajaran,
penelitian, dan lain-lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Husnel, Anwar Matondang. 2017. Islam Kaffah Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi. Perdana Publishing: Medan

Srijanti, dkk.. 2006. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Graha Ilmu:
Yogyakarta

19

Anda mungkin juga menyukai