(CBR)
CBR ini dibuat untuk memenuhi tugas individu
Disusun oleh :
PMM 2 / SEM 2
Weni Sastika
(0305212068)
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI ...........................................................................................................2
BAB I .......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang ..............................................................................................3
B. Manfaat Pembuataan Tugas ..........................................................................3
BAB II .....................................................................................................................4
RINGKASAN BUKU .............................................................................................4
A. DATA / IDENTITAS BUKU .......................................................................4
B. RINGKASAN / DESKRIPSI BUKU ...........................................................5
BAB III ..................................................................................................................27
ANALISIS BUKU ................................................................................................27
BAB IV ..................................................................................................................29
PENUTUP .............................................................................................................29
A. REKOMENDASI........................................................................................29
B. KESIMPULAN ...........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun latar belakang pada critical book review ini adalah sebagai
berikut, Membaca adalah kegiatan yang mendatangkan banyak
manfaat.beruntung orang yang gemar membaca, diantaranya membaca
buku. Mereka yang suka membaca buku akan memperoleh banyak
informasi sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan yang luas.
Informasi tentang buku baru yang sering dimuat di surat kabar atau
majalah yang berupaartikel resensi. Orang yang menyukai aktivitas
membaca, hasilnya, mereka tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi
masalah-masalah yang sedang dialaminya. Serta mempunya potensi dan
kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian-kejadian sehari-hari
disekitarnya. Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi
ilmu kepada orang lain, membaca saja tidak cukup. Mereka perlu memiliki
keterampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku. Oleh karena itu
penulis menyusun CBR ini untuk mengetahui bagaimana meresensi buku
dan apa tujuan serta manfaat Mengkritik buku.
3
BAB II
RINGKASAN BUKU
BUKU I
BUKU II
4
B. RINGKASAN / DESKRIPSI BUKU
BUKU I
Dari beberapa asal kata pendidkan dalam Islam itu maka lahirlah beberapa
pendapat para ahli mengenai defenis pendidikan Islam tersebut antara lain: Prof. Dr.
Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
5
B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Lingkup materi pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh Heri
Jauhari Muchtar dalam bukunya “Fikih Pendidikan”, bahwa pendidikan Islam
melingkupi:
1. Pendidikan Keimanan (Tarbiyatul Imaniyah).
2. Pendidikan Moral/Akhlak (Tarbiyatul Khuluqiyah).
3. Pendidikan jasmani (Tarbiyatul Jasmaniyah)
4. Pendidikan Rasio (Tarbiyatul Aqliyah).
5. Pendidikan Kejiwaan/Hati nurani (Tarbiyatulnafsiyah)
6. Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul ijtimaiyah)
7. Pendidikan seksual (Tarbiyatul Syahwaniyah)
C. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya, yaitu:
1. Alquran dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi
pendidikan yaitu penghormatan kepada akal dan kewajiban menuntut
ilmu.
2. Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan
kemudharatan bagi manusia.
3. Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-
ajaran pokok Islam.
D. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah:
1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan
Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya
2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan
dan mana yang dilarang
3. Melatih anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah
4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu
baitnya dan cinta membaca Alquran.
5. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta
tidak merusak lingkungannya.
E. Visi dan Misi Pendidikan Islam
6
Dalam konteks pendidikan Nasional, Tilaar merumuskan visi pendidikan Islam,
yakni mewujudkan manusia Indonesia yang takwa dan produktif sebagai anggota
masyarakat Indonesia yang ber-Bhineka. Sementara misi pendidikan Islam menurut
Tilaar ialah perwujudan dari misi, yaitu mewujudkan nilai-nilai keislaman didalam
pembentukan manusia Indonesia.
Dari berbagai literatur yang ada maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
Islam memiliki misi yang sangat luar biasa, diantaranya rahmat bagi alam semesta,
menghargai ilmu dan orang yang berilmu, membangun peradaban di Era Informasi
dan penyelamat peradaban umat manusia.
F. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam tersebut akan membentuk karaktristik pendidikan
Islam yang meliputi
1. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan
pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah swt.
2. Penekanan pada nilai-nilai akhlak.
3. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang
dalam suatu kepribadian.
4. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada
Tuhan dan masyarakat manusia.
8
seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang
bapak sebelum ia menjadi seorang guru
seorang guru harus mengetahui bakat, tabiat, dan watak murid-
muridnya
B. Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam
1. Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz
jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah
“orang-orang yang mengingini pendidikan”. Secara terminologi peserta
didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang
tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik
dan mental maupun fikiran.
2. Tugas dan Tanggungjawab Peserta Didik
Menurut Al-Ghazali mengungkapkan tugas peserta didik antara lain:
Mensucikan diri dari akhlak dan sifat tercela.
Keikhlasan menjadi seorang murid untuk belajar kepada seorang
guru.
Memiliki tanggung jawab untuk berkonsentrasi, serius dalam belajar.
Tidak memiliki sifat sombong kepada guru dan ilmu
Tidak mempelajari suatu ilmu secara keseluruhan sekaligus,
melainkan memperhatikan sistemtis mulai dari mudah.
3. Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan fisik,
Kebutuhan sosial,
Kebutuhan untuk mendapatkan status,
Kebutuhan mandiri,
Kebutuhan untuk berprestasi,
Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai,
Kebutuhan untuk curhat,
Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup,
9
Kebutuhan intelektual.
4. Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Peserta Didik
Mentauhidkan Allah Swt, dalam arti mengakui dan meyakini bahwa
semua ilmu engetahuan bersumber dari- Nya.
Menyiapkan dan mensucikan diri, baik diri jasmani maupun ruhani,
untuk dita‟lim, ditarbiyah dan dita‟dib oleh Allah Swt.
Peserta didik harus senantiasa mengharapkan keridhaan Allah SWT
dalam aktivitasnya menuntut ilmu pengetahuan.
Peserta didik harus senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar
kedalam dirinya senantiasa ditambahkan ilmu pengetahuan.
Setelah ilmu pengetahuan diraih, maka aktualisasi atau
pengalamannya merupakan bentuk konkrit dari akhlak terpuji
peserta didik terhadap Allah SWT
C. Kurikulum Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan
Secara etimologis istilah ”curriculum” berasal dari bahasa Latin yang
semula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu curro atau currere yang berarti
”racecourse” (lapangan/pacuan kuda, jarak tempuh lari, perlombaan, pacuan
balapan, peredaran, gerak berkeliling, lapangan perlombaan, gelanggang, kereta
balap, dan lain-lain). Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang
yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.
2. Dasar, Prinsip, Dan Fungsi Kurikulim Pendidikan Islam
Dasar religi
Dasar falsafah
Dasar psikologis
Dasar psikologis
Dasar organisator
3. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Orientasi pelestarian niali,
Orientasi pada peserta didik,
Orientasi pada sosial demand,
10
Orientasi pada tenaga kerja,
Orientasi penciptaan lapangan kerja.
4. Model-model Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum sebagai model subjek akademis,
Kurikulum sebagai model humanistik (aktualisasi diri),
Kurikulum sebagai rekonstruksi sosial,
Kurikulum sebagai model teknologi,
Kurikulum sebagai model proses kognitif.
5. Isi kurikulum pendidikan Islam
Isi kurikulum yang berorientasi pada ketuhanan.
Isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusiaan.
Isi kurikulim yang berorientasi pada kealaman.
11
E. Alat/Media Pendidikan Islam
1. Pengertian alat/media Pendidikan Islam
Diantara yang termasuk dalam alat pendidikan Islam adalah sebagai
berikut :
Lembaga pendidikan.
Sarana dan prasarana
Perpustakaan,
Kecakapan atau kompetensi
Metodologi
Manajemen pendidikan
Pendidik
2. Manfaat alat/media Pendidikan Islam
Membantu memudahkan belajar siswa dan memudahkan pengajaran bagi
guru
Memberikan pengalaman lebih nyata ( abstrak menjadi kongkret
Menarik perhatian siswa lebih besar, sehingga siswa lebih antusias untuk
mengikuti pelajaran.
Semua panca indra yang dimiliki masing-masing murid dapat diaktifkan.
Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
3. Teknologi Informasi Sebagai Alat/Media Dalam Pendidikan Islam
Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, semakin berkembangnya sosial dan
budaya tidak mudah hanya diikuti oleh ilmu pendidikan yang tradisional.
Secara dinamis ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berubah mengikuti
perkembangan zamannya. Dirasa perlu adanya solusi dalam menyelesaikan
masalah pada saat itu agar lebih memudahkan manusia dalam menjalankan
aktivitasnya, maka muncullah inovasi berupa teknologi yang lebih canggih
dibanding dengan sebelumnya.
12
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
2. Kedudukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil
dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan
perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh perhatian yang
besar terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT. dalam berbagai firman- Nya
dalam kitab suci Al Qur‟an memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan
evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam
rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik.
3. Fungsi Evaluasi Pendidikan
Berfungsi selektif,
Berfungsi diagnostik,.
Berfungsi sebagai penempatan,
Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan,
4. Prinsip prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Valid,
Berorientasi kepada kompetensi,
Bermakna,
Terbuka,.
Ikhlas,
Praktis,
Dicatat dan akurat.
5. Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam
.Segi tingkah laku,
Segi pengetahuan,
Segi yang menyangkut proses belajar mengajar.
14
individu yang mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya
kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.
15
Yayasan
3. Pola-Pola Pengelolaan Finansial Pendidikan Islam
a. Tujuan Pengelolaan Keuangan Sekolah
Menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk harian
sekolah dan menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan
kembali.
Memelihara barang-barang (aset) sekolah.
Menjaga agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan,
pencatatan, dan pengeluaran uang diketahui dan dilaksanakan.
b. Prinsip Pengelolaan Keuangan Sekolah
Prinsip keadilan
Prinsip efisiensi
Prinsip transparansi
Prinsip akuntabilitas publik
c. Proses Pengelolaan Keuangan Sekolah
Perencanaa finansial (budgeting)
Pelaksanaan anggaran (implementation invalue accounting)
Evaluasi (evaluatation invalue)
4. Peluang-peluang Finansial Pendidikan Islam
Peluang yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagai bagian dari
finansial lembaga pendidikan Islam sebagai satuan pendidikan, dapat diperoleh
dari: (1) pemerintah pusat, (2) pemerintah daerah, (3) dunia usaha dan industri, (4)
lembaga asing yang kerap memberikan bantuan, seperti USAID AusAID, JICA,
dll, (5) Bantuan Siswa Miskin Kementerian Agama RI, (6) BAZIS (7) perorangan
atau kelompok yang memiliki minat yang tinggi terhadap pendidikan, dll.
Peluang pendidika Islam di era global village ini dapat diperincikan sebagai
berikut:
Pendidikan semakin dituntut untuk tampil sebagai kunci dalam
pengembangan kualitas sumberdaya manusia, yaitu manusia yang
mempunyai wawasan, kemampuan dan ketrampilan serta kepribadian
yang sesuai dengan kebutuhan nyata yang dihadapi umat.
Orientasi pada kemampuan nyata yang dapat ditampilkan oleh
lulusan pendidikan akan semakin kuat, artinya menciptakan dunia
kerja yang cenderung realistis dan pragmatis, di mana dunia kerja
lebih melihat kompetensi nyata yang dapat ditampilkan.
Mutu pendidikan suatu komunitas atau kelompok masyarakat, tidak
hanya diukur berdasarkan kriteria internal saja, melainkan
dibandingkan dengan komunitas lain yang lebih riil.
Apresiasi dan harapan masyarakat dunia pendidikan semakin
meningkat, yaitu pendidikan yang lebih bermutu, relevan dan
18
hasilnya pun dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini sebagai
konsekuensi logis dari semakin meningkatnya kemakmuran
masyarakat selalu ingin mendapatkan suatu yang lebih baik.
Sebagai komunitas atau masyarakat religius, yang mempunyai
keimanan dan tata nilai, maka pendidikan yang diinginkan adlah
pendidikan yang mampu menanamkan karakter islami disamping
kompetensi lain yang bersifat akademis dan skill.
BUKU II
19
pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia. Ta‟lim hanya
ditujukan pada proses pentransferan ilmu (proses pengajaran), tanpa adanya
pengenalan pengenalan lebih mendasar pada perubahan tingkah laku. Sedangkan
terma al-tarbiyah penunjukan makna pendidikannya masih bersifat umum.
Adapun pola dasar pendidikan Islam menitikberatkan pada hal-hal berikut:
1. Segala fenomena alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk kepada hubungan mekanisme
sebagai sunnatullah. Maka manusia harus dididik agar bisa menghayati segala
fenomena alam sehingga bisa menanamkan rasa iman dan takwa.
2. Manusia sebagai makhluk palimg mulia dibanding makhluk lain menjadi khalifah.
Maka ia dibekali ilmu agar bisa memberdayakan bumi dengan ilmunya untuk
kemaslahatan umum sesuai tuntunan Tuhan.
3. Manusia sebagai makhluk sosial yang cenderung untuk berkumpul, berinteraksi dengan
orang lain dan membentuk suatu tali persaudaraan.
4. Manusia sebagai makhluk moralitas yang cenderung untuk memeluk agama.
Pendidikan seumur hidup sebagai dasar proses pendidikan sebagai konsep pemikiran
yang berorientasi pada keimanan dan akhlak yang terpadu membentuk dan mewarnai
pendidikan Islam.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan Islam dapat dilihat dari dua
bentuk, yaitu : 1). Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial,serata ide-ide masyarakat dan nasional. 2).
Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan.
20
berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman. 4). borientasi kehidupan ideal
Islami.
Guru/Pendidik
Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari
sudut masyarakat dan negara dan ditinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai
pendidik adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi
atau rendahya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya titingkat
kebudayaan suatu masyarakat tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang
diberikan oleh guru.
Dalam perspektif pendidikan, mengajar adalah suatu kegiatan mentransfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam beberapa pendapat, mengajar (ta‟lîm)
disetarakan dengan mendidik (ta‟dîb). Namun demikian, mengajar dinilai lebih
dahulu ada dari pada mendidik. Ini dapat dilihat dari sejarah Rasulullah yang
mengajarkan membaca al-Qur‟an kepada para sahabat-Nya. Seorang pendidik
dituntut memiliki beberapa keutamaan yang menjadi kepribadiannya. Di anta ra
sifatsifat tersebut adalah:
1)Sabar dalam menanggapi pertanyaan murid; 2) senantiasa bersifat kasih, tanpa
pilih kasih; 3) duduk dengan sopan, tidak riya‟ dan pamer; 4) tidak takabbur,
kepada orang-orang yang dzalim dengan maksud mencegah tindakannya; 5)
bersikap tawadlu‟ dalam setiap pertemuan ilmiah; 6) sikap dan pembicaraan
hendaknya tertuju pada topik persoalan.
22
Ketiga, pendirian madrasah dengan bidang kajian sepenuhnya agama (madrasah
diniyah) yang dikelola secara modern, sebagaimana ditawarkan Madrasah
Sumatera Thawalib (1919). Dalam perkembangan berikutnya, pendirian lembaga
pendidikan Islam modern dilakukan secara massif oleh umat Islam di berbagai
penjuru tanah air.
BAB IV PTAI SEBAGAI BASIS PEMBANGUNAN MORAL
A. Budaya Hidup Konsumerisme
Perkembangan masyarakat Indonesia sudah memasuki masyarakat global atau
juga disebut masyarakat informasi yang satu sama lainnya dihubungkan dengan
berbagai jenis sistem komunikasi mutakhir. Perkembangan ini merupakan
kelanjutan dari masyarakat modern dengan ciri-cirinya yang bersifat rasional,
berorientasi ke masa depan, terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri dan
inovatif.
C. Peran PTAI
Menyadari nilai strategis tersebut, maka pendidikan agama perlu memberikan
pengayaan nuansa-nuansa keagamaan. Suatu upaya pengayaan yang menyentuh
aspek formal agama maupun dimensi etik, moral, dan spiritual agama. PTAI dapat
memainkan peran sebagai berikut: Pertama, media sosialisasi nilai-nilai ajaran
agama. Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bercirikan keagamaan, melalui
sifat dan bentuk pendidikan yang dimilikinya, PTAI mempunyai peluang besar
untuk berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama kepada
masyarakat secara lebih efektif. Kedua, maintenance of Islamic tradition
(pemeliharaan tradisi keagamaan). Pemeliharaan tradisi keagamaan ini dilakukan
di samping secara formal melalui pengajaran ilmu-ilmu agama34 seperti al-
Qur'an, hadits, aqidah, filsafat, fiqh, ushul fiqh, politik Islam dan lain sebagainya,
juga dilakukan secara informal melalui pembiasaan berorganisasi. Ketiga,
23
membentuk akhlak dan kepribadian. Kepribadian diidentifikasikan dengan
perwujudan lahiriah, watak atau peranan yang diperankan dalam sebuah
kehidupan; sifatsifat khusus yang dimiliki seseorang. Keempat, benteng moralitas
bangsa. PTAI diharapkan dapat menjadi basis moralitas dan benteng penting bagi
bangsa dalam menghadapi berbagai krisis yang dihadapi bangsa. Kelima,
pendidikan agama yang dapat menghasilkan perbaikan moral harus dirubah dari
pengajaran agama kepada pendidikan agama. Pengajaran agama dapat berarti
transfer of religion knowledge, mengalihkan pengetahuan agama atau mengisi
mahasiswa dengan pengetahuan tentang agama. Keenam, pendidikan moral dapat
dilakukan dengan pendekatan yang integrated, yaitu dengan melibatkan seluruh
disiplin ilmu pengetahuan.
24
c. Rekonstruksi Metodologi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam terasa kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai‟ yang telah
terkunyah dan terhayati dapat menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk
bergerak, berbuat dan berperilaku secara konkrit-agamis dalam wilayah kehidupan
praksis sehari-hari. Metodologi pendidikan Islam harus mampu menggerakkan
peserta didik untuk belajar dan mengamalkan ajaran agama universal.
Dengan demikian, rekonstruksi pendidikan Islam diharapkan agar jangan sampai
menumbuhkan semangat fanatisme buta, sikap intoleran di kalangan peserta didik
dan masyarakat Indonesia dan memperlemah kerukunan hidup beragama.
Sebaliknya, pendidikan Islam diharapkan mampu menciptakan ukhuwah
islamiyyah dalam arti luas, yakni persaudaraan yang bersifat islami.
26
BAB III
ANALISIS BUKU
BUKU I
1. Kemutakhiran Buku
Buku ini diterbitkan pada tahun 2016 oleh karen itu buku ini tidak
begitu baru. Tetapi informasi yang ada dalam buku masih bisa digunakan
atau berdasarkan penelitian- penelitian terbaru dan desain nya juga yang
cukup bagus dan menarik. Sehingga menarik minat pembaca untuk
membaca buku ini dan di dalam buku ini juga terdapat pembahasan
yang mendalam mengenai Ilmu Pendidikan Islam .
2. Kelebihan Buku
Keterkaitan dari bab ke bab sangat baik karena saling berkesinambungan
dan berkelanjutan yaitu menjelaskan semua hal yang berkaitan
Penulisan pada buku ini juga sudah baik
3. Kelemahan Buku
Buku ini sudah baik akan tetapi ada beberapa kata kata yang menurut
saya sedikit sulit untuk dipahami
BUKU II
1. Kemutakhiran Buku
Buku ini diterbitkan pada tahun 2015 oleh karen itu buku ini tidak
begitu baru. Tetapi informasi yang ada dalam buku masih bisa digunakan
atau berdasarkan penelitian- penelitian terbaru dan desain nya juga yang
cukup bagus dan menarik. Sehingga menarik minat pembaca untuk
membaca buku ini
2. Kelebihan Buku
Materi dijelaskan secara runtut sehingga nampak keterkaitan yang jelas
antara materi pada bab berikut dengan bab sebelumnya.
Aspek-aspek ilmu pendidikan islam dijelaskan secara detail.
27
Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dimengerti sehingga
bagi siapa saja yag membacanya akan mudah memahami maksudnya.
3. Kelemahan Buku
28
BAB IV
PENUTUP
A. REKOMENDASI
B. KESIMPULAN
Dari pembahasan kelebihan dan kelemahan yang telah dijelaskan atau dipaparkan
diatas, kedua buku tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing baik
itu dari segi penulisan, tata bahasa dan juga kedalaman materi. Maka dapat
disimpulkan bahwa kedua buku tersebut sudah baik dan dapat di jadikan sebagai
referensi untuk pembaca, tetapi masih perlu perbaikan. buku tersebut layak atau
sudah bagus digunakan pembaca sebagai referensi untuk penelitian-penelitian
lainnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
30