Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REVIEW

(CBR)
CBR ini dibuat untuk memenuhi tugas individu

Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA

Disusun oleh :
PMM 2 / SEM 2

Weni Sastika
(0305212068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT,


karena telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan “Critical Journal Review (CBR)”
ini, untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam semaksimal
mungkin.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak


yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan CBR
ini, terkhususnya kepada Bapak Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA. Selaku
dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Penulis menyadari bahwa penulisan CBR ini masih belum


sempurna. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan dan penyusunan CBR ini. Penulis
mengharapkan kritik dan saran bagi Epembaca yang dapat membangun,
sebagai bahan pertimbangan penulis untuk CBR kedepannya. Semoga
CBR ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Medan, 14 Juni 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI ...........................................................................................................2
BAB I .......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang ..............................................................................................3
B. Manfaat Pembuataan Tugas ..........................................................................3
BAB II .....................................................................................................................4
RINGKASAN BUKU .............................................................................................4
A. DATA / IDENTITAS BUKU .......................................................................4
B. RINGKASAN / DESKRIPSI BUKU ...........................................................5
BAB III ..................................................................................................................27
ANALISIS BUKU ................................................................................................27
BAB IV ..................................................................................................................29
PENUTUP .............................................................................................................29
A. REKOMENDASI........................................................................................29
B. KESIMPULAN ...........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adapun latar belakang pada critical book review ini adalah sebagai
berikut, Membaca adalah kegiatan yang mendatangkan banyak
manfaat.beruntung orang yang gemar membaca, diantaranya membaca
buku. Mereka yang suka membaca buku akan memperoleh banyak
informasi sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan yang luas.
Informasi tentang buku baru yang sering dimuat di surat kabar atau
majalah yang berupaartikel resensi. Orang yang menyukai aktivitas
membaca, hasilnya, mereka tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi
masalah-masalah yang sedang dialaminya. Serta mempunya potensi dan
kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian-kejadian sehari-hari
disekitarnya. Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi
ilmu kepada orang lain, membaca saja tidak cukup. Mereka perlu memiliki
keterampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku. Oleh karena itu
penulis menyusun CBR ini untuk mengetahui bagaimana meresensi buku
dan apa tujuan serta manfaat Mengkritik buku.

B. Manfaat Pembuataan Tugas


1. Untuk menelaah buku pembelajaran Ilmu Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku.
3. Pembaca dapat mengetahui semua hal yang terkait dengan Ilmu
Pendidikan Islam
4. Dapat Mengkritik sebuah buku.
5. Menambah wawasan tentang Ilmu Pendidikan Islam

3
BAB II

RINGKASAN BUKU

A. DATA / IDENTITAS BUKU

BUKU I

1. Judul : Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam


Indones4ia”
2. Penulis : Rahmat Hidayat
3. Penerbit : Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia
(LPPPI)
4. Tahun terbit : September 2016
5. ISBN : 978-602-60046-1-1
6. Jumlah halaman : 296

BUKU II

1. Judul : Pendidikan Islam Dalam Dialektika Perubahan


2. Penulis : Dr. Siswanto, M.Pd.I
3. Penerbit : Pena Sabila
4. Tahun terbit : 2015
5. ISBN : 978-602-1262-49-8
6. Jumlah Halaman : 152

4
B. RINGKASAN / DESKRIPSI BUKU

BUKU I

KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam


Dalam Islam, kata pendidikan dapat bermakna tarbiyah, berasal dari kata kerja
rabba. Di samping kata rabba terdapat pula kata ta‟dib, berasal dari kata addaba.
Selain itu, ada juga kata talim. Berasal dari kata kerja allama. Ketiga istilah tersebut
akan dibahas secara ringkas satu persatu sebagai berikut:
Tarbiyah
Kata tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari rabba yurabbiy
tarbiyatan. Dalam Alquran Surah Al isra‟ ayat 24 dijelaskan kata tarbiyah
digunakan untuk mengungkapkan pekerjaan orangtua yang mengasuh
anaknya sewaktu kecil.
Ta‟dib
Ta„dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempattempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan
Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
Ta‟lim
Kata allama mengandung pengertian memberi tahu atau memberi
pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit
sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Adam as.

Dari beberapa asal kata pendidkan dalam Islam itu maka lahirlah beberapa
pendapat para ahli mengenai defenis pendidikan Islam tersebut antara lain: Prof. Dr.
Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

5
B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Lingkup materi pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh Heri
Jauhari Muchtar dalam bukunya “Fikih Pendidikan”, bahwa pendidikan Islam
melingkupi:
1. Pendidikan Keimanan (Tarbiyatul Imaniyah).
2. Pendidikan Moral/Akhlak (Tarbiyatul Khuluqiyah).
3. Pendidikan jasmani (Tarbiyatul Jasmaniyah)
4. Pendidikan Rasio (Tarbiyatul Aqliyah).
5. Pendidikan Kejiwaan/Hati nurani (Tarbiyatulnafsiyah)
6. Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul ijtimaiyah)
7. Pendidikan seksual (Tarbiyatul Syahwaniyah)
C. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya, yaitu:
1. Alquran dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi
pendidikan yaitu penghormatan kepada akal dan kewajiban menuntut
ilmu.
2. Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan
kemudharatan bagi manusia.
3. Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-
ajaran pokok Islam.
D. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah:
1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan
Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya
2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan
dan mana yang dilarang
3. Melatih anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah
4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu
baitnya dan cinta membaca Alquran.
5. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta
tidak merusak lingkungannya.
E. Visi dan Misi Pendidikan Islam

6
Dalam konteks pendidikan Nasional, Tilaar merumuskan visi pendidikan Islam,
yakni mewujudkan manusia Indonesia yang takwa dan produktif sebagai anggota
masyarakat Indonesia yang ber-Bhineka. Sementara misi pendidikan Islam menurut
Tilaar ialah perwujudan dari misi, yaitu mewujudkan nilai-nilai keislaman didalam
pembentukan manusia Indonesia.
Dari berbagai literatur yang ada maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
Islam memiliki misi yang sangat luar biasa, diantaranya rahmat bagi alam semesta,
menghargai ilmu dan orang yang berilmu, membangun peradaban di Era Informasi
dan penyelamat peradaban umat manusia.
F. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam tersebut akan membentuk karaktristik pendidikan
Islam yang meliputi
1. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan
pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah swt.
2. Penekanan pada nilai-nilai akhlak.
3. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang
dalam suatu kepribadian.
4. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada
Tuhan dan masyarakat manusia.

UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM


A. Dalam Perspektif Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidik
. Dalam pengertian yang lebih luas pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan
jasmani dan perkembangan rohani peserta didik agar ia mampu menunaikan
tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi al-ardh maupun „abd)
sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Oleh karena itu pendidik dalam
konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah
tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak
alam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia .
2. Istilah-istilah Pendidik dalam Konteks Pendidikan Islam
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan
murabbi, mu‟allim, mu‟addib, mudarris, dan mursyid.
7
3. Kedududukan Pendidik dalam Perspektif Islam
Dari ayat dan hadits, menjelaskan betapa pentingnya menjadi seorang
pendidik karena pendidik mempunyai tanggung jawab dalam menentukan
arah pendidikannya. Oleh karena itu, Islam sangat menghargai orang-orang
yang berilmu dan mau menyampaikan kepada orang lain.
4. Fungsi Pendidik
Tugas-tugas pendidik tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, pendekatan atau
pergaulan, angket, dan sebagainya.
Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang
baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak
berkembang.
Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, ketrampilan, agar anak
didik memilihnya dengan tepat.
Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik..
Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya.
Guru harus mengetahui karakter murid.
Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya baik dalam
bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.
Guru harus mengamalkan ilmunya, dan jangan berbuat yang
berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.
5. Karakteristik Pendidik Ideal
Muhammad Athiyah al-Abrasy menjelaskan karakteristik ideal yang harus
dimiliki seorang pendidik, yaitu:
Seorang guru harus memiliki sifat zuhud
Seorang guru harus memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak
yang buruk
Seorang guru harus ikhlas dalam melaksanakan tugasnya
Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya

8
seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang
bapak sebelum ia menjadi seorang guru
seorang guru harus mengetahui bakat, tabiat, dan watak murid-
muridnya
B. Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam
1. Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz
jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah
“orang-orang yang mengingini pendidikan”. Secara terminologi peserta
didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang
tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik
dan mental maupun fikiran.
2. Tugas dan Tanggungjawab Peserta Didik
Menurut Al-Ghazali mengungkapkan tugas peserta didik antara lain:
Mensucikan diri dari akhlak dan sifat tercela.
Keikhlasan menjadi seorang murid untuk belajar kepada seorang
guru.
Memiliki tanggung jawab untuk berkonsentrasi, serius dalam belajar.
Tidak memiliki sifat sombong kepada guru dan ilmu
Tidak mempelajari suatu ilmu secara keseluruhan sekaligus,
melainkan memperhatikan sistemtis mulai dari mudah.
3. Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan fisik,
Kebutuhan sosial,
Kebutuhan untuk mendapatkan status,
Kebutuhan mandiri,
Kebutuhan untuk berprestasi,
Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai,
Kebutuhan untuk curhat,
Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup,

9
Kebutuhan intelektual.
4. Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Peserta Didik
Mentauhidkan Allah Swt, dalam arti mengakui dan meyakini bahwa
semua ilmu engetahuan bersumber dari- Nya.
Menyiapkan dan mensucikan diri, baik diri jasmani maupun ruhani,
untuk dita‟lim, ditarbiyah dan dita‟dib oleh Allah Swt.
Peserta didik harus senantiasa mengharapkan keridhaan Allah SWT
dalam aktivitasnya menuntut ilmu pengetahuan.
Peserta didik harus senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar
kedalam dirinya senantiasa ditambahkan ilmu pengetahuan.
Setelah ilmu pengetahuan diraih, maka aktualisasi atau
pengalamannya merupakan bentuk konkrit dari akhlak terpuji
peserta didik terhadap Allah SWT

C. Kurikulum Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan
Secara etimologis istilah ”curriculum” berasal dari bahasa Latin yang
semula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu curro atau currere yang berarti
”racecourse” (lapangan/pacuan kuda, jarak tempuh lari, perlombaan, pacuan
balapan, peredaran, gerak berkeliling, lapangan perlombaan, gelanggang, kereta
balap, dan lain-lain). Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang
yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.
2. Dasar, Prinsip, Dan Fungsi Kurikulim Pendidikan Islam
Dasar religi
Dasar falsafah
Dasar psikologis
Dasar psikologis
Dasar organisator
3. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Orientasi pelestarian niali,
Orientasi pada peserta didik,
Orientasi pada sosial demand,

10
Orientasi pada tenaga kerja,
Orientasi penciptaan lapangan kerja.
4. Model-model Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum sebagai model subjek akademis,
Kurikulum sebagai model humanistik (aktualisasi diri),
Kurikulum sebagai rekonstruksi sosial,
Kurikulum sebagai model teknologi,
Kurikulum sebagai model proses kognitif.
5. Isi kurikulum pendidikan Islam
Isi kurikulum yang berorientasi pada ketuhanan.
Isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusiaan.
Isi kurikulim yang berorientasi pada kealaman.

D. Metode Pendidikan Islam


1. Pengertian Metode
Metode pembelajaran diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari
kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang khususnya proses belajar
mengajar. Metode dalam pandangan Arifin berarti suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “thariqat”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia “metode” adalah cara yang teratur dan berpikir
baik untuk mencapai maksud, sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah
suatu cara yang harus dilal
2. Jenis-jenis Metode Pendidikan Islam
Metode ceramah
Metode diskusi
Metode tanya jawab
Metode demonstrasi dan eksperimen
Metode pemecahan masalah
Metode resitasi
Metode kerja kelompok
Metode sosio-drama dan main peran
Metode karya wisata
Metode driil

11
E. Alat/Media Pendidikan Islam
1. Pengertian alat/media Pendidikan Islam
Diantara yang termasuk dalam alat pendidikan Islam adalah sebagai
berikut :

Lembaga pendidikan.
Sarana dan prasarana
Perpustakaan,
Kecakapan atau kompetensi
Metodologi
Manajemen pendidikan
Pendidik
2. Manfaat alat/media Pendidikan Islam
Membantu memudahkan belajar siswa dan memudahkan pengajaran bagi
guru
Memberikan pengalaman lebih nyata ( abstrak menjadi kongkret
Menarik perhatian siswa lebih besar, sehingga siswa lebih antusias untuk
mengikuti pelajaran.
Semua panca indra yang dimiliki masing-masing murid dapat diaktifkan.
Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
3. Teknologi Informasi Sebagai Alat/Media Dalam Pendidikan Islam
Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, semakin berkembangnya sosial dan
budaya tidak mudah hanya diikuti oleh ilmu pendidikan yang tradisional.
Secara dinamis ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berubah mengikuti
perkembangan zamannya. Dirasa perlu adanya solusi dalam menyelesaikan
masalah pada saat itu agar lebih memudahkan manusia dalam menjalankan
aktivitasnya, maka muncullah inovasi berupa teknologi yang lebih canggih
dibanding dengan sebelumnya.

F. Evaluasi Pendidikan Islam


1. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah

12
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
2. Kedudukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil
dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan
perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh perhatian yang
besar terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT. dalam berbagai firman- Nya
dalam kitab suci Al Qur‟an memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan
evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam
rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik.
3. Fungsi Evaluasi Pendidikan
Berfungsi selektif,
Berfungsi diagnostik,.
Berfungsi sebagai penempatan,
Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan,
4. Prinsip prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Valid,
Berorientasi kepada kompetensi,
Bermakna,
Terbuka,.
Ikhlas,
Praktis,
Dicatat dan akurat.
5. Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam
.Segi tingkah laku,
Segi pengetahuan,
Segi yang menyangkut proses belajar mengajar.

LINGKUNGAN PEDIDIKAN ISLAM


A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan lingkungan adalah
daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya. Sedangkan Lingkungan
13
secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda,daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

B. Jenis-Jenis Lingkungan Pendidikan Islam


Adapun jenis-jenis lingkungan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
Lingkungan Keluarga
Lingkungan Sekolah/Madrasah
Lingkungan Masyarakat

C. Fungsi Lingkungan Pendidikan Islam


Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk
berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar
lingkungan pendidikan.

D. Pembinaan Lingkungan Dalam Pendidikan Islam


Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, maka ketiga lembaga atau
lingkungan pendidikan yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan sosial perlu bekerja sama secara harmonis. Orang tua di tingkat keluarga
harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama dalam aspek keteladanan
dan pembiasaan serta penanaman nilai-nilai. Orang tua juga harus menyadari
tanggung jawabnya dalam mendidik anak-anaknya tidak sebatas taat beribadah
kepada Allah semata, seperti shalat, puasa, dan ibadah-ibadah khusus lainnya, akan
tetapi orang tua juga memperhatikan pendidikan bagi anaknya sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ada dalam Islam.

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
lembaga pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas
pola- pola tingkah laku, peranan-peranan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat

14
individu yang mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya
kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.

B. Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan Islam


Pendidikan Islam dalam keluarga
Masjid sebagai lembaga pendidikan Islam
Pondodk pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam
Pendidikan Islam terpadu sebagai lembaga pendidikan Islam
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan Islam

ISU ISU AKTUAL PENDIDIKAN ISLAM


A. Aspek Finansial Pendidikan Islam
1. Latar Belakang Munculnya Masalah Finansial Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam adalah sejarah yang terkait dengan pembiayaan dan
keuangan. Pembiayaan dan keuangan menjadi sesuatu yang krusial dalam
pendidikan Islam karena berdasarkan sejarah, dapat dilihat bahwa pendidikan
Islam atau satuan pendidikan berbasis Islam mengalami masalah dengan
pembiayaan dan keuangan tersebut. Hal ini terjadi karena dalam sejarahnya, sejak
sebelum merdeka sampai merdeka, bahkan sampai saat ini. Satuan pendidikan
Islam sebagai pelaksana atau penyelenggara pendidikan Islam, sangat sedikit yang
dikelola oleh pemerintah. Sebagai contoh, secara persentase, jumlah satuan
pendidikan Islam yang dikelola oleh pemerintah tidak mencapai 10% dari seluruh
jumlah satuan pendidikan Islam yang ada.
Jumlah ini tentu saja adalah jumlah yang sangat sedikit sehingga satuan
pendidikan Islam cenderung tumbuh dan berkembang apa adanya. Dengan situasi
yang demikian itu, maka wajarlah satuan pendidikan Islam secara dominan tidak
dapat memenuhi sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar sarana dan
prasarana pendidikan secara nasional.
2. Sumber-Sumber Pembiayaan Pendidikan Islam
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Orang tua atau peserta didik
Kelompok masyarakat

15
Yayasan
3. Pola-Pola Pengelolaan Finansial Pendidikan Islam
a. Tujuan Pengelolaan Keuangan Sekolah
Menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk harian
sekolah dan menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan
kembali.
Memelihara barang-barang (aset) sekolah.
Menjaga agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan,
pencatatan, dan pengeluaran uang diketahui dan dilaksanakan.
b. Prinsip Pengelolaan Keuangan Sekolah
Prinsip keadilan
Prinsip efisiensi
Prinsip transparansi
Prinsip akuntabilitas publik
c. Proses Pengelolaan Keuangan Sekolah
Perencanaa finansial (budgeting)
Pelaksanaan anggaran (implementation invalue accounting)
Evaluasi (evaluatation invalue)
4. Peluang-peluang Finansial Pendidikan Islam
Peluang yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagai bagian dari
finansial lembaga pendidikan Islam sebagai satuan pendidikan, dapat diperoleh
dari: (1) pemerintah pusat, (2) pemerintah daerah, (3) dunia usaha dan industri, (4)
lembaga asing yang kerap memberikan bantuan, seperti USAID AusAID, JICA,
dll, (5) Bantuan Siswa Miskin Kementerian Agama RI, (6) BAZIS (7) perorangan
atau kelompok yang memiliki minat yang tinggi terhadap pendidikan, dll.

B. Modernisasi Pendidikan Madrasah


Modernisasi Manajemen Madrasah
Modernisasi Kurikulum Madrasah
Modernisasi Metode Pembelajaran Madrasah
Modernisasi Sarana Prasarana Madrasah

C. Sumbangan Madrasah Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan UIN


Dengan diterbitkannya surat keputusan bersama tiga menteri (Menag, Mendikbud,
dan Mendagri) tahun 1975 yang menetapkan bahwa lulusan madrasah dianggap
16
setara dengan lulusan sekolah umum, lulusan madrasah dapat melanjutkan
pendidikan ke sekolah umum yang lebih tinggi, dan siswa madrasah boleh pindah ke
sekolah umum yang sama jenjangnya. Demikian pula sebaliknya. Kompensasi dari
kesetaraan itu adalah bahwa 70% dari kurikulum madrasah harus berisi mata
pelajaran umum. Bahkan, berdasarkan kurikulum madrasah 1994, kurikulum
madrasah harus memuat 100% kurikulum sekolah umum. Sehingga madrasah
dikategorikan sebagai Sekolah Umum yang Berciri Islam.
Meskipun kurikulum 1994 telah diperbarui dengan orientasi kepada target hasil
belajar, dan bukan pada proses pembelajarannya, sehingga guru diberi wewenang
untuk berimprovisasi dengan kurikulum yang sudah disusun, mengatur alokasi waktu
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, menentukan metode, penilaian, dan sarana
pembelajaran. Dengan dimasukkannya madrasah ke dalam sistem pendidikan
nasional, maka ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah
umum yang setingkat, lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum
setingkat lebih atas, dan siswa madrasah dapat pindah ke sekolah umum yang
setingkat, maka madrasah sebetulnya dapat dijadikan sebagai pendidikan alternatif
dalam menjawab persoalan dan kebutuhan masyarakat muslim di Indonesia.

D. Tantangan dan Peluang pendidikan Islam di Era Global Village


1. Definisi Global Village
Kata “global” bermakna universal. Dari kata global tersebut berkembang
istilah globalisasi yang hingga saat ini pun belum memiliki definisi yang mapan,
dan hanya sekedar definisi kerja sehingga tergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin dapat
mendekatkan seluruh penjuru dunia dalam sekali waktu, muncullah istilah global
village atau desa global. Artinya, semakin tidak adanya batasan yang memberikan
jarak kepada seluruh warga di seluruh pelosok dunia untuk mendapatkan
informasi yang sama.
2. Pendidikan Islam Di era Global Village
Pendidikan merupakan tonggak utama yang dapat dijadikan sandaran
utama dalam rangka membentuk generasi yang siap diterjunkan ke dalam dunia
global yang penuh dengan tantanga. Demikian pula pendidikan Islam yang
bercita-cita membentuk insan kamil yang sesuai dengan ajaran Alquran dan
sunnah. Secara lebih spesifik pendidikan Islam adalah pendidikan yang
17
berdasarkan Islam atau sistem Pendidikan yang Islami, yakni pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai fundamental yang
terkandung dalam sumbernya, yaitu Alquran dan Hadits. Sehingga pendidikan
Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri dan
dibangun dari Alquran dan Hadits.
3. Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era Global Village
Secara lebih terperinci beberapa tantangan yang ditimbulkan oleh globalisasi
informasi dan komunikasi adalah :
Keberadaan publikasi informasi merupakan sarana efektif penyebaran
isu, sehingga dapat menimbulkan saling kecurigaan di antara umat.
Dalam banyak aspek keperkasaan Barat dalam dominasi dan
imperalisasi informasi, yang dapat menimbulkan sukularisme,
kapitalisme, pragmatisme, dan sebagainya.
Dari sisi pelaksanaan komunikasi informasi, ekspos persoalan
seksualitas, peperangan, dan kriminal, berdampak besar pada
pembentukan moral dan perubahan tingkah laku.
Lemahnya sumber daya Muslim sehingga di banyak hal harus
mengimport produk teknologi Barat.

Peluang pendidika Islam di era global village ini dapat diperincikan sebagai
berikut:
Pendidikan semakin dituntut untuk tampil sebagai kunci dalam
pengembangan kualitas sumberdaya manusia, yaitu manusia yang
mempunyai wawasan, kemampuan dan ketrampilan serta kepribadian
yang sesuai dengan kebutuhan nyata yang dihadapi umat.
Orientasi pada kemampuan nyata yang dapat ditampilkan oleh
lulusan pendidikan akan semakin kuat, artinya menciptakan dunia
kerja yang cenderung realistis dan pragmatis, di mana dunia kerja
lebih melihat kompetensi nyata yang dapat ditampilkan.
Mutu pendidikan suatu komunitas atau kelompok masyarakat, tidak
hanya diukur berdasarkan kriteria internal saja, melainkan
dibandingkan dengan komunitas lain yang lebih riil.
Apresiasi dan harapan masyarakat dunia pendidikan semakin
meningkat, yaitu pendidikan yang lebih bermutu, relevan dan
18
hasilnya pun dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini sebagai
konsekuensi logis dari semakin meningkatnya kemakmuran
masyarakat selalu ingin mendapatkan suatu yang lebih baik.
Sebagai komunitas atau masyarakat religius, yang mempunyai
keimanan dan tata nilai, maka pendidikan yang diinginkan adlah
pendidikan yang mampu menanamkan karakter islami disamping
kompetensi lain yang bersifat akademis dan skill.

BUKU II

BAB I DISKURSUS ILMU PENDIDIKAN ISLAM


Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pendidikan yang di dasari
nilai-niai Islam yang bersumber al-Qur‟an dan Sunnah. Persyaratan ilmiah ilmu
pendidikan Islam adalah memiliki objek yang jelas, pandangan, teori, dan hipotesis
yang bersumber ajaran Islam, metode analisa yang bernafaskan Islam, dan struktur
keilmuan definitif yang satu sama lain saling berkaitan sebagai ilmu yang mandiri.

Dalam operasionalnya ilmu pendidikan Islam berorientasi pada pemahaman


kepada Allah yang maha mengetahui sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan.
Ilmu pendidikan tidak hanya melandasi tugasnya dengan teori-teori tapi juga fakta
empiris dan praktis yang di dalam masyarakat.

Konsep pendidikan Islam seringkali mengundang keragaman arti. Pendidikan


Islam seringkali dimaksudkan sebagai pendidikan dalam arti sempit, yaitu proses
belajar mengajar di mana agama Islam menjadi “core curriculum”. Pendidikan Islam
merupakan rangkaian proses yang sistematis, terencana dan komprehensif dalam
upaya mentransfer nilai-nilai kepada anak didik, mengembangkan potensi yang ada
pada diri anak didik, sehingga mampu melaksanakan tugas kekhalifahan di muka
bumi dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah yang didasarkan pada
ajaran agama pada semua dimensi kehidupannya. Al-Attas memandang pendidikan
sebagai suatu proses penanaman nilai bagi anak didik (manusia).
Berkaitan dengan definisi pendidikan, al-Attas lebih sepakat dengan
menggunakan kata “al-ta‟dib”(masdar dari kata Addaba). kata ta‟dib lebih terfokus

19
pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia. Ta‟lim hanya
ditujukan pada proses pentransferan ilmu (proses pengajaran), tanpa adanya
pengenalan pengenalan lebih mendasar pada perubahan tingkah laku. Sedangkan
terma al-tarbiyah penunjukan makna pendidikannya masih bersifat umum.
Adapun pola dasar pendidikan Islam menitikberatkan pada hal-hal berikut:
1. Segala fenomena alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk kepada hubungan mekanisme
sebagai sunnatullah. Maka manusia harus dididik agar bisa menghayati segala
fenomena alam sehingga bisa menanamkan rasa iman dan takwa.
2. Manusia sebagai makhluk palimg mulia dibanding makhluk lain menjadi khalifah.
Maka ia dibekali ilmu agar bisa memberdayakan bumi dengan ilmunya untuk
kemaslahatan umum sesuai tuntunan Tuhan.
3. Manusia sebagai makhluk sosial yang cenderung untuk berkumpul, berinteraksi dengan
orang lain dan membentuk suatu tali persaudaraan.
4. Manusia sebagai makhluk moralitas yang cenderung untuk memeluk agama.
Pendidikan seumur hidup sebagai dasar proses pendidikan sebagai konsep pemikiran
yang berorientasi pada keimanan dan akhlak yang terpadu membentuk dan mewarnai
pendidikan Islam.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan Islam dapat dilihat dari dua
bentuk, yaitu : 1). Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial,serata ide-ide masyarakat dan nasional. 2).
Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan.

BAB II KOMPONEN DASAR PENDIDIKAN ISLAM


Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup setiap manusia atau umat
Islam. Untuk mengetahui tujuan hidup muslim terlebih dahulu harus disadari bahwa
manusia ini ada yang menciptakan yakni Allah SWT. Dengan demikian dapatlah
dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan manusia
diciptakan yakni untuk berbakti kepada Allah sebenarbenarnya bakti atau dengan
kata lain untuk membentuk manusia bertaqwa yang berbudi luhur serta memahami,
meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.
Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, perumusan tujuan pendidikan harus
berorientasi setidaknya pada empat aspek yaitu: 1). berorientasi pada tujuan dan
tugas pokok manusia. 2). berorientasi pada sifat dasar (nature) manusia. 3).

20
berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman. 4). borientasi kehidupan ideal
Islami.
Guru/Pendidik
Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari
sudut masyarakat dan negara dan ditinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai
pendidik adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi
atau rendahya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya titingkat
kebudayaan suatu masyarakat tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang
diberikan oleh guru.
Dalam perspektif pendidikan, mengajar adalah suatu kegiatan mentransfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam beberapa pendapat, mengajar (ta‟lîm)
disetarakan dengan mendidik (ta‟dîb). Namun demikian, mengajar dinilai lebih
dahulu ada dari pada mendidik. Ini dapat dilihat dari sejarah Rasulullah yang
mengajarkan membaca al-Qur‟an kepada para sahabat-Nya. Seorang pendidik
dituntut memiliki beberapa keutamaan yang menjadi kepribadiannya. Di anta ra
sifatsifat tersebut adalah:
1)Sabar dalam menanggapi pertanyaan murid; 2) senantiasa bersifat kasih, tanpa
pilih kasih; 3) duduk dengan sopan, tidak riya‟ dan pamer; 4) tidak takabbur,
kepada orang-orang yang dzalim dengan maksud mencegah tindakannya; 5)
bersikap tawadlu‟ dalam setiap pertemuan ilmiah; 6) sikap dan pembicaraan
hendaknya tertuju pada topik persoalan.

Kurikulum Pendidikan Islam


Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan “peta jalan” yang akan menjadi acuan oleh setiap satuan
pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan
kepala sekolah. Dengan demikian, kurikulum mempunyai peranan sentral karena
menjadi arah atau titik pusat dari proses Pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan
Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang, yang dilalui oleh
pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang
sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai Pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan Islam, berfungsi sebagai
pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke
21
arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap.

BAB III POTRET LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


a. Pesantren: Unsur-unsur dan Karakteristiknya
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan
pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.1 Pondok
pesantren merupakan model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung
keberlangsungan sistem pendidikan nasional, 2 dan memiliki akar tradisi sangat
kuat di lingkungan masyarakat Indonesia. Model tradisional pesantren memang
menunjukkan ciri khas sebagai pusat pendidikan ilmu-ilmu keagamaan di mana
terdapat di dalamnya paling sedikit lima unsur utama,6 yaitu :
Pondok (asrama)
Masjid
Pengajaran Kitab-kitab Klasik
Santri
Kyai

Kelima unsur tersebut merupakan struktur dasar kelembagaan seluruh pesantren


tradisional yang ada di Indonesia. Pesantren tradisional di sini dipahami dalam
konteks aktivitas pendidikannya semata-mata difokuskan pada tafaqquh fi al-dīn,
yaitu pendalaman pengalaman, perluasan pengetahuan dan penguasaan khazanah
ajaran agama Islam.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah di Indonesia
Tumbuh dan berkembangnya madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan tumbuh dan berkembangnya ide-ide pembaharuan pemikiran di kalangan
umat Islam terutama pada awal abad ke-20 dan adanya respon pendidikan Islam
terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda.
Wujud konkrit dari upaya ini adalah berdirinya sejumlah madrasah dan sekolah
umum berciri khas Islam dengan beberapa corak, yaitu: Pertama, pendirian
madrasah dengan dominasi mata pelajaran agama ditambah mata pelajaran umum
(madrasah plus), sebagaimana dilakukan Madrasah Adabiyah Padang Panjang
(1909). Kedua, pendirian sekolah umum model Belanda ditambah mata pelajaran
agama (sekolah plus), seperti yang ditawarkan Sekolah Adabiyah Padang (1915).

22
Ketiga, pendirian madrasah dengan bidang kajian sepenuhnya agama (madrasah
diniyah) yang dikelola secara modern, sebagaimana ditawarkan Madrasah
Sumatera Thawalib (1919). Dalam perkembangan berikutnya, pendirian lembaga
pendidikan Islam modern dilakukan secara massif oleh umat Islam di berbagai
penjuru tanah air.
BAB IV PTAI SEBAGAI BASIS PEMBANGUNAN MORAL
A. Budaya Hidup Konsumerisme
Perkembangan masyarakat Indonesia sudah memasuki masyarakat global atau
juga disebut masyarakat informasi yang satu sama lainnya dihubungkan dengan
berbagai jenis sistem komunikasi mutakhir. Perkembangan ini merupakan
kelanjutan dari masyarakat modern dengan ciri-cirinya yang bersifat rasional,
berorientasi ke masa depan, terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri dan
inovatif.

B. Nilai Strategis Pendidikan Agama


Perubahan yang berkembang secara global telah mempengaruhi dimensi
religiusitas, nampaknya telah menjadi kesadaran bersama. agama mempunyai
kedudukan fundamental dan eksistensial dalam kehidupan manusia. Dalam
kedudukannya sebagai bagian dari sistem nilai, agama akan mengalami relatifitisasi
sebagaimana nilai-nilai lainnya yang dihasilkan melalui refleksi filosofis manusia.

C. Peran PTAI
Menyadari nilai strategis tersebut, maka pendidikan agama perlu memberikan
pengayaan nuansa-nuansa keagamaan. Suatu upaya pengayaan yang menyentuh
aspek formal agama maupun dimensi etik, moral, dan spiritual agama. PTAI dapat
memainkan peran sebagai berikut: Pertama, media sosialisasi nilai-nilai ajaran
agama. Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bercirikan keagamaan, melalui
sifat dan bentuk pendidikan yang dimilikinya, PTAI mempunyai peluang besar
untuk berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama kepada
masyarakat secara lebih efektif. Kedua, maintenance of Islamic tradition
(pemeliharaan tradisi keagamaan). Pemeliharaan tradisi keagamaan ini dilakukan
di samping secara formal melalui pengajaran ilmu-ilmu agama34 seperti al-
Qur'an, hadits, aqidah, filsafat, fiqh, ushul fiqh, politik Islam dan lain sebagainya,
juga dilakukan secara informal melalui pembiasaan berorganisasi. Ketiga,
23
membentuk akhlak dan kepribadian. Kepribadian diidentifikasikan dengan
perwujudan lahiriah, watak atau peranan yang diperankan dalam sebuah
kehidupan; sifatsifat khusus yang dimiliki seseorang. Keempat, benteng moralitas
bangsa. PTAI diharapkan dapat menjadi basis moralitas dan benteng penting bagi
bangsa dalam menghadapi berbagai krisis yang dihadapi bangsa. Kelima,
pendidikan agama yang dapat menghasilkan perbaikan moral harus dirubah dari
pengajaran agama kepada pendidikan agama. Pengajaran agama dapat berarti
transfer of religion knowledge, mengalihkan pengetahuan agama atau mengisi
mahasiswa dengan pengetahuan tentang agama. Keenam, pendidikan moral dapat
dilakukan dengan pendekatan yang integrated, yaitu dengan melibatkan seluruh
disiplin ilmu pengetahuan.

BAB V PENDIDIKAN ISLAM DALAM TANTANGAN PLURALISME AGAMA


a. Pluralisme Agama dalam Perbincangan
Pluralisme tidak dapat hanya dipahami dengan mengatakan masyarakat kita
majemuk beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh
dipahami sekedar sebagai “kebaikan negatif” (negative good), hanya ditilik dari
kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme (to keep fanaticisme at bay).
Pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-
ikatan keadaban” (genuine angagement of diversities within the bonds of civility).
Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia,
antara lain melalui mekanisme pengawasan dan penyeimbangan yang
dihasilkannya.6 Sebagai sebuah fenomena sosiologis, pluralisme agama
merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri – mungkin merupakan
sunnatullah – dalam proses pembiakan dan penyebaran umat manusia .
b. Universalitas Islam
Islam adalah agama universal13 yang menjunjung tinggi aspek -aspek
kemanusiaan dan persamaan hak dan mengakui adanya pluralisme agama.
Pluralisme menurut islam adalah sebuah aturan Tuhan (sunnnatullah) yang tidak
akan berubah, juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Ungkapan ini
menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai pluralisme karena Islam adalah
agama yang dengan tegas mengakui hak agama lain untuk hidup dan menjalankan
ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan.

24
c. Rekonstruksi Metodologi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam terasa kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai‟ yang telah
terkunyah dan terhayati dapat menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk
bergerak, berbuat dan berperilaku secara konkrit-agamis dalam wilayah kehidupan
praksis sehari-hari. Metodologi pendidikan Islam harus mampu menggerakkan
peserta didik untuk belajar dan mengamalkan ajaran agama universal.
Dengan demikian, rekonstruksi pendidikan Islam diharapkan agar jangan sampai
menumbuhkan semangat fanatisme buta, sikap intoleran di kalangan peserta didik
dan masyarakat Indonesia dan memperlemah kerukunan hidup beragama.
Sebaliknya, pendidikan Islam diharapkan mampu menciptakan ukhuwah
islamiyyah dalam arti luas, yakni persaudaraan yang bersifat islami.

BAB VI REORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBANGUN


MASYARAKAT MADANI
a. Konsep Sosiologis Masyarakat Madani

Masyarakat Madani merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “civil society".


Kata civil society, sebenarnya berasal dari bahasa Latin civitas dei, artinya kota
“Ilahi” dan society yang berarti masyarakat. Dengan demikian, kata civil society
diartikan sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah
berperadaban maju. Perbedaan yang tampak jelas adalah civil society tidak
mengaitkan prinsip tatanan pada agama tertentu, sedangkan masyarakat madani
(al-Madaniy) jelas mengacu pada Islam. Oleh karena itu, konsep masyarakat
madani menurut Islam adalah bangunan politik yang demokratis, menghormati
dan menghargai publik seperti kebebasan, hak asasi, partisipasi, keadilan sosial,
menjunjung tinggi etika dan moralitas.
b. Karakteristik Masyarakat Madani
secara umum karakteristik masyarakat madani adalah masyarakat kota yang
berperadaban, yang dapat menciptakan peradaban, dan memiliki pola kehidupan
yang benar, yaitu pola kehidupan masyarakat yang menetap dan bukan
masyarakat nomaden.
Masyarakat madani yang hendak diwujudkan antara lain mempunyai karakteristik,
sebagai berikut: pertama, masyarakat beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
25
Maha Esa. Kedua, masyarakat demokratis dan beradab yang menghargai adanya
perbedaan pendapat. Ketiga, masyarakat yang menghargai hak-hak asasi manusia.
Keempat, masyarakat tertib dan sadar hukum. Kelima, masyarakat yang kreatif,
mandiri dan percaya diri. Keenam, masyarakat yang memiliki semangat
kompetitif dalam suasana kooperatif. kelima, ditandai dengan kebaikan dari dan
untuk bersama.

26
BAB III
ANALISIS BUKU

BUKU I

1. Kemutakhiran Buku
Buku ini diterbitkan pada tahun 2016 oleh karen itu buku ini tidak
begitu baru. Tetapi informasi yang ada dalam buku masih bisa digunakan
atau berdasarkan penelitian- penelitian terbaru dan desain nya juga yang
cukup bagus dan menarik. Sehingga menarik minat pembaca untuk
membaca buku ini dan di dalam buku ini juga terdapat pembahasan
yang mendalam mengenai Ilmu Pendidikan Islam .

2. Kelebihan Buku
Keterkaitan dari bab ke bab sangat baik karena saling berkesinambungan
dan berkelanjutan yaitu menjelaskan semua hal yang berkaitan
Penulisan pada buku ini juga sudah baik
3. Kelemahan Buku
Buku ini sudah baik akan tetapi ada beberapa kata kata yang menurut
saya sedikit sulit untuk dipahami

BUKU II

1. Kemutakhiran Buku
Buku ini diterbitkan pada tahun 2015 oleh karen itu buku ini tidak
begitu baru. Tetapi informasi yang ada dalam buku masih bisa digunakan
atau berdasarkan penelitian- penelitian terbaru dan desain nya juga yang
cukup bagus dan menarik. Sehingga menarik minat pembaca untuk
membaca buku ini

2. Kelebihan Buku
Materi dijelaskan secara runtut sehingga nampak keterkaitan yang jelas
antara materi pada bab berikut dengan bab sebelumnya.
Aspek-aspek ilmu pendidikan islam dijelaskan secara detail.
27
Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dimengerti sehingga
bagi siapa saja yag membacanya akan mudah memahami maksudnya.

3. Kelemahan Buku

Ada beberapa pembahasan tentang ilmu pendidikan islam yang tidak


dijelaskan dalam buku ini
Ada beberapa kesalahan dalam penulisan

28
BAB IV
PENUTUP
A. REKOMENDASI

` Untuk kedepannya atau selanjutnya kelemahan-kelemahan atau pun


kekurangan di setiap buku tersebut perlu diperbaiki dan di tingkatkan supaya lebih
baik lagi dimanfaatkan ataupun digunakan pembaca sebagai referensi dalam
penelitian-penelitian ataupun dalam pembuatan makalah serta untuk kegunaan
lainnya.

B. KESIMPULAN

Dari pembahasan kelebihan dan kelemahan yang telah dijelaskan atau dipaparkan
diatas, kedua buku tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing baik
itu dari segi penulisan, tata bahasa dan juga kedalaman materi. Maka dapat
disimpulkan bahwa kedua buku tersebut sudah baik dan dapat di jadikan sebagai
referensi untuk pembaca, tetapi masih perlu perbaikan. buku tersebut layak atau
sudah bagus digunakan pembaca sebagai referensi untuk penelitian-penelitian
lainnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Rahmat. (2016). Ilmu Pendidikan Islam Menentukan Arah Pendidikan


Islam diIndonesia. Medan Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI).
Siswanto. (2015). Pendidikan Islam Dalam Dialekta Perubahan. Surabaya : Pena
Salsabila

30

Anda mungkin juga menyukai