Anda di halaman 1dari 16

SIFAT SIFAT TERPUJI MENUNTUT ILMU DAN

MENYEBARKANNYA

DOSEN PEMBIMBING
Wahyu Hidayat S.Ag,M.Pd.I

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3(A5)

1.Agustin Dwi Angela 23010114

2.Novita Putra Ramadhan 23010126

3.Holiq Afriansyah 23010132

4.M.Gemilang 23010152

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. penyusun mengucapkan puji dan syukur


kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Hanya
kepada-Nya lah kami memuji dan bersyukur, meminta ampunan dan memohon
pertolongan. Tak lupa shalawat juga tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW
karena telah menyampaikan ajaran-ajaran Islam dan petunjuk dari Allah SWT, yaitu
syariat agama Islam yang sempurna. Satu-satunya syariat Islam dari Rasulullah
SAW adalah karunia terbesar bagi alam semesta.

Penulisan makalah berjudul ‘Sifat-Sifat Terpuji menuntut ilmu dan


menyebarkannya’ berikut disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah
Agama. Harapannya, kami sebagai mahasiswa pada khususnya, dan para pembaca
pada umumnya dapat mendapatkan penegtahuan yang baru dari makalah ini.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari
bahwa banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan. Demi
kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Bengkulu 29 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................\

Daftar Isi...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. SIFAT-SIFAT TERPUJI MENUNTUT ILMU...........................................3


B. MENYEBARKAN ILMU...........................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................10

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menuntut ilmu adalah suatu bentuk ibadah dan kewajiban dalam
Islam.seperti yang di terangkan dalam Al-Qur,an yakni, Allah SWT berfirmah
“Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11), Sangat penting untuk memiliki
niat yang tulus dalam mengejar pengetahuan karena ini akan memberikan jalan
yang benar dan tulus menuju pencarian pengetahuan. Sikap rendah hati yang
sangat penting untuk pertumbuhan intelektual adalah menerima ilmu dengan hati
yang terbuka dan dengan lapang dada.
Agar mereka dapat fokus pada belajar dan memperoleh pengetahuan
sepenuhnya, pencari ilmu harus memiliki persiapan terbaik sebelum menemukan
informasi. Syari'at yang suci menyatakan bahwa memiliki akhlak dan adab yang
baik adalah tanda ahli islam, dan bahwa hanya orang yang menjaga adabnya dan
menghindari sifat buruknya yang dapat mencapai ilmu. Karena itu, para ulama
sangat memperhatikannya dengan menulis dan menyusun. Di majelis ilmu,
mereka memberikan adab (mentalqin) kepada muridnya. Karena mereka
sungguh-sungguh dan berbagi ilmu dari generasi ke generasi, mereka
mendapatkan berkatnya dengan duduk bersama ahlinya dan berhias diri dengan
adabnya.
Penyebaran Ilmu juga perlu di perhatikan, kenapa ilmu harus disebar, agar
sebuah ilmu tersebut dapat memberikan banyak manfaat keapada orang banyak,
menyebarkan ilmu juga merupakan sebuah pahala jariyah, selama ilmu itu di
sebar luaskan dan di kembangkan maka itu merupakan sebuah pahala yang terus
mengalir bagi umat islam.
Dengan demikian, pemahaman dan penerapan dari makaah ini mengenai
sifat-sifat terpuji ini menjadi dasar yang kokoh dalam membentuk karakter
seorang penuntut ilmu yang tidak hanya cemerlang secara akademis, tetapi juga
berakhlaq mulia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

1
B. Rumusan Masalah
Dalam Makalah ini memiliki sebuah rumusan masalah yang cukup ompleks
yakni sebagai berikut Apasaja dan Bagaimana akhlak dan sifat terpuji dalam
menuntut ilmu dan bagaimana menyebarkan ilmu tersebut

C. Tujuan
Dalam Makalah ini memiliki sebuah tujuan yakni sebagai berikut Untuk
mengentahui Apasaja dan Bagaimana akhlak dan sifat terpuji dalam menuntut
ilmu dan bagaimana menyebarkan ilmu tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIFAT-SIFAT TERPUJI MENUNTUT ILMU


Sifat terpuji ialah sifat yang segala bentuk sikap,ucapan,perbuatan,dan
ucapan yang baik yang sesuai dengan ajaran islam. Sifat terpuji juga sama halnya
dengan adab, orang yang menuntut ilmu sangat memerlukan adab, seperti pepatah
pernah mengatakan yakni “untuk apa ilmu tanpa adab” Sifat terpuji, dalam
konteks Islam, mencakup segala aspek sikap, ucapan, dan perbuatan yang sesuai
dengan ajaran agama. Adalah suatu keharusan untuk meneguhkan dan
membentuk karakter yang baik, serta mengaplikasikan adab dalam setiap
tindakan sehari-hari. Pepatah yang menyatakan "untuk apa ilmu tanpa adab"
menggarisbawahi pentingnya tidak hanya menggali pengetahuan tetapi juga
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika dalam proses pembelajaran.

Adab dalam menuntut ilmu bukanlah sekadar formalitas, melainkan fondasi


yang membentuk pribadi yang baik dan bertanggung jawab. Menjaga adab dalam
konteks pengetahuan mengingatkan kita bahwa ilmu yang dimiliki harus menjadi
sumber kebaikan, bukan alat untuk kepentingan pribadi semata.

Dalam konteks Islam, adab mencakup sikap rendah hati (tawadhu),


menghormati sesama, dan menjaga integritas. Hal ini berarti tidak hanya
mengejar ilmu untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk manfaat bersama.
Sikap rendah hati menciptakan lingkungan belajar yang positif dan menghormati
hak-hak sesama penuntut ilmu. Penting untuk diingat bahwa ilmu yang dihiasi
dengan adab bukan hanya sekadar kumpulan informasi, melainkan suatu
kebijaksanaan yang dapat membentuk karakter dan membawa kebaikan kepada
masyarakat. Oleh karena itu, sifat terpuji dan adab merupakan dua unsur yang tak
terpisahkan dalam perjalanan menuntut ilmu dalam konteks nilai-nilai Islam..
Berikut beberapa sifat-sifat terpuji menuntut ilmu:
a) Niat
Niat secara bahasa artinya tujuan atas suatu perbuatan,
maksud yang tersimpan dalam hati; kehendak yang belum dilahirkan;
janji untuk melakukan sesuatu; nadzar. Niat merupakan syarat

3
layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak
akan menghasilkankan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah
ta’ala). Sebagaimana dengan Hadist Rasulullah SAW :

Artinya: “Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab


radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah
shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan
tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)
berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya-karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya
karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena
wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai
sebagaimana) yang dia niatkan.(HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Ghazali mengatakan bahwa usaha dalam memperoleh ilmu
dan pengetahuan lainnya adalah melalui amalan jiwa, yaitu
mengutamakan kesucian jiwa dari akhlak yang tercela.8 Dapat dilihat
dari beberapa pemikiran para ulama bahwa mengutamakan niat dalam
menuntut ilmu sangat penting terhadap perbuatan manusia apalagi
dalam hal menuntut ilmu.
b) Berlapang dada
Hati seorang penuntut ilmu harus lapang dalam masalah
perbedaan pendapat yang bersumber dari proses ijtihad. Sebab
masalah perbedaan pendapat di kalangan ulama bisa jadi tergolong
masalah yang tidak ada lagi tempat untuk berijtihad dalam masalah
tersebut.Sebab titik masalahnya sudah jelas (gamblang) sehingga
tidak seorangpun memperoleh udzur (alasan) untuk menyelisihinya.
Akan selalu ada sekelompok orang yang berusaha
menjerumuskan umat Islam ke dalam pemahaman sesat mereka,
4
dengan mengatasnamakan apa yang mereka anut itu sebagai ajaran
dari para sahabat dan generasi salaf yang shalih. Mereka senang
meletakkan urusan khilafiyah umat Islam di atas urusan umat lain
dengan alasan membicarakan hal-hal yang diperintahkan dalam
agama Islam.
Dalam perbedaan pendapat tersebut diri seorang penuntut
ilmu hendaklah berlapang dada.
c) Mengamalkan ilmu
Amal menurut bahasa artinya perbuatan baik atau buruk;
perbuatan baik yang mendatangkan pahala (dalam ajaran Islam); yang
dilakukan dengan tujuan yang baik untuk kepentingan umat atau
masyarakat.1 Sesuai denan firman Allah dalam Al-Qur’an yakni ,
Q.S: Al-Ankabut :29:69.

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari


keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik”.
Semua pengetahuan yang dimiliki, dipahami, dan dianggap
benar harus diamalkan. Ilmu baru memiliki manfaat yang dirasakan
dan lebih bermanfaat setelah diamalkan. Orang yang memiliki
banyak ilmu tetapi tidak memanfaatkannya sama dengan pohon
rindang yang tidak berbuah; itu kurang atau tidak bermanfaat, dan
mereka akan menyesal di akhirat, betapa meruginya seseorang yang
menuntut ilmu, namun ia tidak mengamalkan ilmunya. Sebab dengan
mengamalkan ilmu, maka dengan sendirinya ilmu itu akan tetap
terpelihara meski pemiliknya sudah tidak ada namun ilmunya masih
terpelihara

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
Edisi ke-3, h.34.

5
d) Tawadhu
Arti kata Tawadhu’ dari segi bahasa sama dengan makna kata
al-hawaan yang artinya, malu atau merasa rendah hati. Sedangkan
secara istilah adalah menampakkan kerendahan martabat diri pada
orang yang dianggap lebih mulia.
Ibnu Qoyyim dalam kitab Madarijus Salikin berkata:
“Barangsiapa yang angkuh untuk tunduk kepada kebenaran walaupun
datang dari anak kecil atau orang yang dimarahinya atau yang
dimusuhinya, maka kesombongan orang tersebut hanyalah
kesombongan kepada Alloh karena Alloh adalah Al-Haq (benar);
kalam-nya benar, agamanya-Nya benar. Kebenaran datangnya dari
Alloh dan kepada-Nya akan kembali. Barangsiapa menyombongkan
diri untuk menerima kebenaran berarti dia menolak segala yang
datang dari Alloh dan menyombongkan diri di hadapan-Nya.”
Tawadhu merupakan sifat orang beriman yang paling
menonjol secara umum dan para penuntut ilmu secara khusus. Allah
Swt telah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk bersikap tawadhu,
rendah hati dan berperagai lembut. Seperti firman allah di dalam Q.S:
Asy-Syu’araa:26:215

Artinya: ”Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang


yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman”
Sebagaimana pesan dari Umar bin Khoththob ra, ia berkata,
“Pelajarilah ilmu serta belajarlah bersikap tenang dan lemah lembut
dalam menuntut ilmu. Bersikap tawadhulah terhadap orang-orang
yang kalian ajar. Bersikap tawadhulah terhadap orang-orang yang
mengajari kalian. Janganlah kalian menjadi musuhnya para ulama.
Sebab, ilmu kalian tidakakan tegak dengan kebodohan kalian
e) Menghormati dan memuliakan guru
Seorang penuntut ilmu atau pencari ilmu tidak di peroleh
dengan mencari atau belajar sendiri, kehadiran seorang guru
merupakan sebuah aspek pentng dalam menuntut ilmu. Di antara

6
adab seorang penuntut ilmu adalah menghormati ulama/Guru,
bersikap tawadhu kepada mereka, memelihara kehormatan mereka
dan berhati-hati jangan sampai berbuat buruk terhadap mereka atau
bahkan meremehkannya. Tidak diragukan lagi bahwa akhlak yang
telah diperintahkan oleh Allah Swt kepada para hambanya mencakup
para ulama dan majlis ilmu. Sebab, ulama adalah pewaris para Nabi.
Sedangkan majlis ilmu syar’i adalah tempat dibacakannya ayat-ayat
al-Qur’anul Kari, hadits-hadit Nabi, hukum hala haram, dan ilmu-
ilmu yang lain. Maka seorang penuntut ilmu harus menghormati
ulama atau guru dan suara harus direndahkan di hadapannya. Peranan
guru/ulama sangat penting dalam melaksanakan pendidikan, artinya
guru/ulama memiliki tanggung jawab untukmenentukan arah
pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghormati dan
memuliakan orang-orang berilmu.
f) Sabar
Menurut KBBI, kata “sabar” dimaknai sebagai berikut. Sabar:
tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa,
tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya denganMenurut
KBBI, kata “sabar” dimaknai sebagai berikut. Sabar: tahan
menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak
lekas patah hati).dalam islam Ada tiga macam sabar, yaitu pertama,
sabar dalam menta’ati Allah, kedua, sabar dalam meninggalkan hal-
hal yang diharamkan oleh Allah, ketiga, sabar dalam menjalani takdir
yang ditimpakan oleh Allah.
Sabar adalah salah satu akhlak mulia yang diperintahkan oleh
Islam. Di antara bentuknya adalah sabar dalam ketaatan kepada
Allah, sabar dari (meninggalkan) maksiat kepada Allah, dan sabar
dalam menghadapi ujian dunia. Dengannya seseorang akan dapat
menggapai pokok keimanan. Dan dengan kesabaran pula seseorang
dapat menggapai kesempurnaan iman. Allah Swt berfirman dalam
QS: Ali Imran:200

7
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.
Meskipun jarang, sabar dan tabah adalah kuncinya. Maka
sebaiknya penuntut ilmu mempunyai hati tabah dan sabar dalam
belajar, jangan sampai ditinggalkan sebelum sempurnah yang
dipelajari, dalam suatu bidang ilmu jangan sampai berpindah ke
bidang lain sebelum memahaminya benar-benar.
g) Jujur dan Amanah
Salah satu akhlak yang harus dimiliki oleh seorang penuntut
ilmu adalah menjadi jujur dan amanah saat menuntut ilmu, karena hal
ini akan menghasilkan akhlak yang mulia dalam menuntut ilmu.
Jujur adalah sikap yang menunjukkan adanya konsistensi
antara hati, perkataan, dan tindakan. Apa yang diniatkan oleh hati,
diucapkan oleh mulut atau lisan, dan ditunjukkan dalam tindakan
memang benar-benar terjadi. Kejujuran sangat erat kaitannya dengan
hati nurani karena hati nurani senantiasa mengajak manusia untuk
menjadi jujur dan baik. Namun, ada saat-saat ketika kita lebih
cenderung mengikuti keinginan nafsu daripada hati nurani.
Sedangkan Amanah artinya terpercaya (dapat dipercaya). Maksudnya
sifat yang mencerminkan kemampuan sesorang menerima,
menyampaikan dan menjaga segala sesuatu yang telah disampaikan
orang lain kepadanya. Amanah dapat berupa pesan, ucapan,
perbuatan, harta, tugas atau tanggung jawab yang harus
dilaksanakan.sedangkan manusia yang tidak amanah di sebut dengan
tidak bertanggung jawab atau khianat. Dusta dan khianat adalah sifat
yang paling kotor dan buruk. Sebagaimana dengan firman
Allahdalam Q.S: Al-Anfal:8:27

8
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui”
h) Berpegang Teguh terhadap Al-Qur’an dan Sunnah
Beriman kepada Allah merupakan dasar utama keimanan, dari
sinilah melahirkan keta’atan terhadap yang lainnya. Menjauhi
larangannya dan mengerjaan perintahnya merupakan suatu bukti
ketaatan yang berdasarkan iman kepadanya, seperti berpegang teguh
dengan Al-Qur’an dan hadist juga merupakan sebuah ketakwaan
kepadanya, Iman mengajarkan untuk membuka mata dan hati untuk
segala sesuatu yang diberikan Allah Swt, termasuk alam semesta.
Iman juga mengajarkan untuk berpikir dan mempertimbangkan ayat-
ayat yang terbuka serta nikmat terbesar.

B. MENYEBARKAN ILMU
Berbagai akhlak dan sifat serta perilaku terpuji dari sang penuntut ilmu ,
seoeran penuntut ilmu juga harus menyebarkannya diantara berbagai manusia,
tidak menyembunyikan dan pelit akan ilmu Allah Swt telah memperingatkan bagi
orang-orang yang menutupi ilmunya dan mengancamkanya dengan siksaan,
sebagaimana dalam firmannya. QS:Al-Baqarah:2:159.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami


turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami

9
menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati
(pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati”
Hendaklah penuntut ilmu bersemangat dalam menyebarkan ilmu kepada
manusia, mengigatkan dengan urusan agama, memperingatkan dari kelalaian dan
kemaksiatan serta mengajarkan hukum halal dan haram

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas , bahwa makalah ini membahas mengenai
Sifat Terpuji Menuntut Ilmu Dan Menyebarkannya, menuntut ilmu sangatlah
penting dalam perspektif Islam. Niat yang ikhlas, berlapang dada, mengamalkan
ilmu, tawadhu, menghormati guru, sabar, jujur, amanah, berpegang teguh kepada
Al-Qur'an dan Sunnah, serta bersungguh-sungguh adalah nilai-nilai yang
membentuk karakter seorang penuntut ilmu yang terpuji.

Niat yang ikhlas diakui sebagai fondasi utama dalam mengejar ilmu, sejalan
dengan prinsip bahwa setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Adab atau sifat

10
terpuji menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjalanan menuntut ilmu, dengan
berbagai sifat seperti berlapang dada, tawadhu, dan mengamalkan ilmu.

Kesabaran dan ketekunan ditonjolkan sebagai kunci sukses dalam mengejar


ilmu, sementara jujur dan amanah menjadi fondasi yang tak terpisahkan dalam
memelihara integritas sebagai penuntut ilmu. Menghormati guru dianggap
sebagai tindakan yang penting, mengingat peran penting guru dalam proses
pembelajaran.

Terakhir, berpegang teguh kepada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah serta


kewajiban untuk menyebarkan ilmu menjadi tanggung jawab yang tidak dapat
diabaikan. Kesimpulan dari makalah ini menekankan bahwa sifat-sifat terpuji
dalam menuntut ilmu tidak hanya membangun karakter akademis yang baik tetapi
juga membentuk pribadi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Syafaat, TB. Aat dkk. 2008. Perenan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah
Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali Pers.

As’ad, Aliy. 2008. Bimbingan Belajar bagi Penuntut Ilmu (Terj. Ta’lim Muta’alim).
Surabaya: Menara Kudus

Amin, Ahmad. 1957. Al-Akhlaq. Terj. Farid Ma’ruf, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta:
PT. Bulan Bintang.

Al-Qarni, Aidh. Dkk. 2008. Tips Belajar Para Ulama, Solo: Wacana Ilmiah Press.

Abu Hasan, 2019.Adab Menuntut Ilmu Kiat Sukses Meraih Mimpi di Zaman Now
Berdasarkan Petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits, CV Elsi Pro

11
Saebani,Ahmad Beni, dkk. 2012. Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia.

Muh Rustam, 2017, AKHLAK MENUNTUT ILMU DALAM PERSPEKTIF


ISLAM, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Jawas, Qadir Abdul bin Yasid. 2017. Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, Bogor:
Pustaka at-Taqwa.

12

Anda mungkin juga menyukai