Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Hadist
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. H. Ahmad Bazari, M.Pd.I
sebagai dosen pengampu mata kuliah Tafsir dan Hadist Tarbawi yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Serang, 13 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

1.1 Latar belakang.........................................................................................................

1.2 Rumusan masalah....................................................................................................

1.3 Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

2.1 Pengertian Adab Menuntut Ilmu.............................................................................

2.2 Dalil-Dalil Tentang Menuntut Ilmu.........................................................................

2.3 Adab-Adab Dalam Menuntut Ilmu..........................................................................

2.4 Keutamaan Dalam Menuntut Ilmu..........................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................

3.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat islam.Sebagaimana sabda
Rasullullah Saw:

‘’Menuntut ilmu wajib bagi setiap umat islam laki-laki maupun perempuan’’. (HR
Al-Baihaqi, Ath-Thabrani, Abu Ya’la, Al-Qudhai, dan Abu Nu’aim Al-Ashbahani).

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa menuntut ilmu atau belajar merupakan
suatu keharusan bagi setiap manusia. Karena dengan belajar, seseorang bisa berubah
dari tidak tahu menjadi tahu. Selain itu dengan belajar, akhlak atau tingkah laku
seseorang bisa berubah dari buruk menjadi baik (perubahan tingkah laku). Hal ini sesuai
dengan tujuan pembelajarannya. Seorang telah belajar kalau sudah terdapat perubahan
tingkah laku dalam dirinya.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan.
Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar
dan anak didik yang belajar. Perpaduan antara guru dan anak didik inilah yang
melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar yang ada. Seorang guru
seharusnya menyadari apa yang seharusnya dilakukan untuk menciptakan kondisi
belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik mencapai. Disini tentu saja tugas
guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan
bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi anak didik
biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis.
Anak didik gelisah dan mudah jenuh adalah hasil dan suasana belajar yang kurang
harmonis. Hal ini bisa disebabkan guru kurang menguasai bahan ajar, penggunaan
metode yang menoton, jarang menggunakan media dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan penting yang terkait dengan sub-bab
yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan. Rumusan masalah dituliskan dengan poin-
poin sebagai berikut:
a. Apakah adab menuntut Ilmu?

b. Apakah dalil-dalil dalam menuntut ilmu?

c. Bagaimana adab-adab dalam menuntut ilmu?

d. Bagaimana keutamaan menuntut ilmu?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban dari
rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poinpoin sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tentang adab menuntut ilmu

b. Untuk memahami tentang dalill-dalil dalam menuntut ilmu

c. Untuk mengetahui Adab menuntut ilmu

d. Untuk mengetahui keutamaan menuntut ilmu


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adab atau Etika Menuntut Ilmu


Perkataan adab secara bahasa berasal dari bahasa arab, adaba ya`dibu adaban. Secara
leksikal adab berarti aturan kesopanan atau tata krama. Istilah adab sering diidentikkan
dengan istilah etika dan akhlak, walaupun ketiganya tidak persis sama. Menurut
Ensiklopedi islam, adab mempunyai arti kesopanan, tingkah laku yang pantas dan baik,
kehalusan budi bahasa, tata susila, dan kesusastraan. Bentuk jamaknya adalah al-adab.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adab berarti kehalusan dan
kebaikan budi pekerti, kesopanan, akhlak. Adab secara istilah (Terminologi) adalah
norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama
agama islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antar manusia, antar
tetangga dan antar kaum.

Kata "ilmu" berasal dari bahasa Arab yaitu (alama, yu’limu, ‘ilman) yang berarti
mengerti, memahami benar-benar. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yg dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu. Ilmu ialah deskripsi data pengalaman secara lengkap dan tertanggung
jawabkan dalam rumusanrumusannya yang sesederhana mungkin.Ilmu merupakan
perkataan yang memiliki makna lebih dari satu arti. Oleh karenanya diperlukan
pemahaman dalam memaknai apa yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama
ilmu adalah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah dalam satu
kesatuan. Dalam arti kedua ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan
ilmiah yang mempelajari pokok tertentu. Maksud dari pengertian ini adalah bahwa ilmu
berarti suatu cabang ilmu khusus. Bukan saja dalam ilmu-ilmu agama, para ulama telah
mewariskan berbagai karya yang hingga kini masih selalu kita rasakan manfaatnya.

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah
dirinya dan tingkah lakunya ke arah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu
menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu
tidak hanya terbatas pada hal-hal ke akhiratan saja, tetapi juga tentang keduniaan.
Jelaslah kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat
adalah ilmu.
Dari pemahaman di atas tentang menuntut ilmu adalah bagian dari sebuah proses ke
arah positif. Maka pendidikan Islam-pun dapat dipahami sebagai proses transformasi
ilmu, dengan berupaya mewujudkan tujuan akhir yaitu mewujudkan manusia yang
beriman dan bertaqwa. Nilai-nilai yang akan ditransformasikan adalah pelajaran yang
lebih identik dengan kurikulum. Dalam dunia Islam proses belajar mengajar sering
disebut juga dengan atTa‟lim, yakni proses transfer ilmu pengetahuan agama yang
menghasilkan
pemahaman keagamaan yang baik pada anak didik sehingga mampu melahirkan sifat-
sifat dan sikap-sikap yang positif. Sifat dan sikap positif yang dimaksud adalah ikhlas,
percaya diri, kepatuhan, pengorbanan, dan keteguhan.

Hukum menuntut ilmu adalah wajib, dengan rincian, pertama hukumnya menjadi
fardhu `ain untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu agama seperti aqidah, fiqh,
akhlak, Al-Qur`an. Ilmu ini bersifat praktis artinya setiap muslim wajib memahami dan
mempraktekkan dalam pengabdiannya kepada Allah. Yang kedua hukumnya menjadi
fardhu kifayah untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum seperti ilmu social,
kedokteran, ekonomi serta teknologi. Adapun seorang penuntut ilmu yang dimaksud di
sini adalah seorang yang berproses atau belajar dalam dunia Pendidikan atau yang
sering disebut peserta didik atau seorang santri.

2.2 Dalil-dalil tentang adab menuntut ilmu


Hukum menuntut ilmu adalah wajib bagi siapa saja, baik laki-laki mau pun
perempuan. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dalil
menuntut ilmu. Dalil wajibnya menerapkan adab dalam menuntut ilmu.

Dalil-dalil dalam bab ini mencakup:

1. Dalil-dalil tentang perintah untuk berakhlak mulia Diantaranya:


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Al Baihaqi,
dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 45).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mu’min
adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan
kotor” (HR. At Tirmidzi no. 2002, ia berkata: “hasan shahih”).

2. Dalil-dalil tentang perintah untuk memuliakan ilmu dan ulama

Diantaranya:

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu
adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya” (QS. Al Hajj: 30).

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu


timbul dari ketakwaan hati” (QS. Al Hajj: 32).

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al Ahzab:
58).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah berfirman: barangsiapa yang menentang wali-Ku, ia telah


menyatakan perang terhadap-Ku” (HR. Bukhari no. 6502).

Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:


“Jika para fuqaha (ulama) yang mengamalkan ilmu mereka tidak disebut wali
Allah, maka Allah tidak punya wali” (diriwayatkan Al Baihaqi dalam Manaqib Asy
Syafi’i, dinukil dari Al Mu’lim hal. 21).

3. Hadits-hadits yang menjelaskan Pentingnya Ilmu


Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak mungkin
disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits pada umumnya
menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya ilmu. Mereka bahkan menulis
sebuah kitab yang khusus menjelaskan betapa pentingnya ilmu bagi seluruh sendi
kehidupan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Sabda Rasulullah SAW:

)‫َاْلُع َلَم اُء َو َر َثُة اَأْلْنِبَياِء (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان‬

Artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak ada
kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.

Rasulullah SAW bersabda:

)‫َيْسَتْغ ِفُر ِلْلَع اِلِم َم ا ِفي الَّسَم َو اِت َو اَأْلْر ِض (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان‬

Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk orang
yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Kedudukan apa yang melebihi kedudukan seseorang yang selalu dimintakan ampun
oleh para malaikat langit dan bumi?.

Rasulullah SAW bersabda:

)‫َأْفَض ُل الَّناِس اْلُم ْؤ ِم ُن اْلَع اِلُم اَّلِذ ْي ِإِن اْح ِتْيَج ِإَلْيِه َنَفَع َو ِإِن اْس ُتْغ ِنَي َع ْنُه َأْغ َنى َنْفَس ُه (رواه البيهقي‬

Artinya: “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia


dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat
memberi manfaat pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Baihaqi)[6]

Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, dimana ia akan
memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan jika
seorang yang berilmu terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia miliki
akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur dalam
kesendiriannya.

Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda:

)‫َم ْن ُيِرِد ُهللا ِبِه َخْيًرا ُيَفِّقْهُه ِفي الِّديِن (رواه البخاري ومسلم‬
Artinya: “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi kepahaman
untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini adalah hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah menggantungkan
kebaikan seseorang terhadap kepahamannya terhadap agama, dalam arti kwalitas dan
kwantitas ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu adalah
penting, karena ia menjadi penentu baik dan buruk seseorang. Dengan ilmu ia akan
membedakan salah dan benar, baik dan buruk dan halal dan haram.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:

‫ َفَأْنَبَتْت‬, ‫ َو اْلِع ْلِم َك َم َثِل َغْيٍث َأَص اَب َأْر ًضا َفَكاَنْت ِم ْنَها َطاِئَفٌة َطِّيَبٌة َقِبَلْت اْلَم اَء‬, ‫إَّن َم َثَل َم ا َبَع َثِني ُهللا ِبِه ِم ْن اْلُهَدى‬
, ‫ َو َز َر ُعوا‬, ‫ َو َس َقْو ا‬, ‫ َفَنَفَع ُهللا ِبَها الَّناَس َفَش ِرُبوا ِم ْنَها‬, ‫ َو َك اَن ِم ْنَها َأَج اِد ُب َأْمَس َك ْت اْلَم اَء‬, ‫ َو اْلُع ْش َب اْلَك ِثيَر‬, ‫اْلَكَاَل‬
‫ َو َنَفَع ُه ِبَم ا‬, ‫ َفَذ ِلَك َم َثُل َم ْن َفُقَه ِفي ِد يِن ِهللا‬, ‫ َو اَل ُتْنِبُت َك ًأَل‬, ‫َو َأَص اَب َطاِئَفًة ِم ْنَها ُأْخ َر ى إَّنَم ا ِهَي ِقيَع اٌن اَل ُتْمِس ُك اْلَم اَء‬
‫ َو َلْم َيْقَبْل ُهَدى ِهللا اَّلِذ ي ُأْر ِس ْلُت ِبِه (رواه البخاري‬, ‫ َو َم َثُل َم ْن َلْم َيْر َفْع ِبَذ ِلَك َر ْأًسا‬, ‫ َو َع َّلَم‬, ‫ َفَعِلَم‬, ‫َبَع َثِني ُهللا ِبِه‬
)‫ومسلم‬

Artinya: “Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan
ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang
gemburyang dapat menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari
panya ada yang keras dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput.
Demikian itu perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan
perumpamaan orang yang pandai agama Allah dan apa yang dituliskan kepadaku
bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar, dan perumpamaan orang yang tidak
menolak kepadanya, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah, yang mana saya di
utus dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi
Thalib:

)‫ َو اِح ًدا َخْيٌر َلَك ِم ْن ُح ْم ِر الَّنَع ِم (رواه البخاري ومسلم‬, ‫َفَوِهللَا َأَلْن َيْهِدَي ُهللا ِبَك َر ُج اًل‬

Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu, maka
itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو َم ْن َدَعا إَلى َض اَل َلٍة َك اَن‬, ‫ اَل َيْنُقُص َذ ِلَك ِم ْن ُأُجوِرِهْم َشْيًئا‬, ‫َم ْن َدَعا إَلى ُهًدى َك اَن َلُه ِم ْن اَأْلْج ِر ِم ْثُل ُأُجوِر َم ْن َتِبَع ُه‬
)‫َع َلْيِه ِم ْن اِإْل ْثِم ِم ْثُل آَثاِم َم ْن َتِبَع ُه اَل َيْنُقُص َذ ِلَك ِم ْن آَثاِم ِهْم (رواه مسلم‬.

Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti
pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari phala-pahala
itu. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa-dosa
orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa itu” (HR.
Muslim)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

)‫ َأْو َو َلٌد َص اِلٌح َيْد ُعو َلُه (رواه مسلم‬, ‫ َأْو ِع ْلٌم ُيْنَتَفُع ِبِه‬, ‫ َص َد َقٌة َج اِر َيٌة‬: ‫إَذ ا َم اَت اْبُن آَد َم اْنَقَطَع َع َم ُلُه إاَّل ِم ْن َثاَل ٍث‬
Artinya: “Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali dari
tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang
mendoakannya” (HR. Muslim)

Hadits-hadits tersebut menjelaskan keutamaan-keutamaan dan pentingnya ilmu bagi


manusia. Dan masih banyak hadits-hadits lain[7].

2.3 Adab- adab dalam menuntut ilmu


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk
di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab
dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang
mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Berikut diantara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut


ilmu syar’i,

1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu

Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala dan seseorang
tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)

Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk
orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang
semestinya ia lakukan untuk mencari wajah
Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari
keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari
kiamat.” (HR. Ahmad)

2. Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat


Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat
kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu
serta selalu merasa butuh kepadaNya.

Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu


memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya
dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum Muslimin yang justru
mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu
kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya.

3. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu

Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para


penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu
yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam
menuntutnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus


yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak
pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak
pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-
Baihaqi)

4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak


melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi
ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan
mendatangkan siksa Allah Ta’ala.

5. Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu


selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya. Imam Mujahid mengatakan,

‫ل يت عل َّم الِّع ل م م ست ح ى و ل م ست كِّب ر‬


“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR.
Bukhari secara muallaq)

6. Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu


kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS.
Az-Zumar: 17-18)

7. Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak
bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i
yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila
dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-A’raaf: 204)

8. Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang


tepat di hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang
berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah
pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab
kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian selesai
dan bersungguhsungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. 9. Menghafalkan ilmu
syar’i yang disampaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar


perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan
menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih
faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada


Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orangorang yang mendengar,
memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang
bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin


penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat
serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh
syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus
tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu
‘Abdil Barr)

11. Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari

Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada
tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya,
taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian,
barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia
diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim


yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak
mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia,
namun membakar dirinya sendiri.” (HR
Ath-Thabrani)

12. Berusaha mendakwahkan ilmu

Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah
Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak
manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang
hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu,
seorang dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi
sempurnannya dakwah, ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal.
Syarat dakwah:

1) Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran ‘aqidah
Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah,
Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan
iman.

2) Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai dengan


pemahaman Salafush Shalih.

3) Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’ (mengikuti)
contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mengadakan bid’ah, baik
dalam i’tiqad (keyakinan), perbuatan, atau perkataan.

2.4 Keutamaan Dalam Menuntut Ilmu


Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Bahkan ayat pertama yang
turun kepada Rasulullah SAW saat menjadi nabi adalah salam surat Al-‘Alaq yang
memiliki arti ‘Bacalah.’ (QS Al’alaq: 1).

Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam. Rasulullah
SAW bersabda,

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224). Dalam islam
keutamaan menuntut ilmu juga disampaikan seperti berikut,

1. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya

Ini adalah keutamaan menuntut ilmu yang pertama, dalam Alquran Allah SWT
berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).
Jika ditelaah lebih lanjut, ada tafsiran atau arti dari ayat ini. Seperti salah satunya
menurut Imam Syaukani berkata : “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah mengangkat
beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, dan
mengangkat beberapa derajat orang-orang yang berilmu (dan beriman) dari orang-orang
yang hanya beriman. Maka barang siapa yang memadukan antara iman dan ilmu maka
Allah mengangkatnya beberapa derajat karena imannya lalu Allah mengangkat
derajatnya karena ilmunya”.

2. Ilmu adalah Warisan Para Nabi

Rasulullah SAW bersabda: “Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah mewariskan
uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi mereka telah mewariskan ilmu (ilmu
syar’i) barang siapa yang mengambil warisan tersebut maka sungguh ia telah mengambil
bagian yang banyak.” (HR Ahmad).

3. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat

Kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia. Ia yang berilmu pasti diberi kebaikan dan
kemudahan dalam menjalankan kehidupannya di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang menginginkan urusan dunia,


maka wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang ingin urusan akhirat (selamat di
akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang menginginkan
keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga.” (HR Bukhari dan
Muslim)

4. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga

Surga adalah idaman setiap muslim. Bahkan, ia menjadi janji dari Allah SWT bagi
banyak amalan shalih yang dilakukan oleh umat Islam. Oleh karena itu, menuntut ilmu
bisa menjadi salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk menuju surga. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah SAW beliau bersabda :

‫ َس َّهَل ُهللا َلُه ِبِه َطِريًقا ِإَلى اْلَج َّنِة‬،‫َو َم ْن َس َلَك َطِر يًقا َيْلَتِم ُس ِفيِه ِع ْلًم ا‬

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
5. Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal

Siapa yang tidak ingin terus mendapatkan pahala meski telah meninggal. Ilmu akan
kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Hal ini akan
didapati bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, ilmu
tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.

Disebutkan dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata kepada
Rasulullah SAW :

‫ِإَذ ا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإاَّل ِم ْن َثاَل َثٍة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِرَيٍة َوِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه َوَو َلٍد َص اِلٍح َيْد ُعو َلُه‬

Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim no. 1631).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah subhȃnahu wa ta’ȃlȃ dengan maksud untuk


dipelajari dan di amalkan. Sejak manusia lahir, manusia tidah terlepas dari aturan atau
hukum, Allah subhȃnahu wa ta’ȃlȃ pun telah menjelaskan aturanaturan atau hukum
tersebut bagi para hambanya di dalam al-Qur’an. Dari sekian aturan tersebut salah
satunya adalah aturan tentang akhlaq yang pada penelitian ini dibahas dengan konsep
etika. Ilmu pengetahuan mendukung terwujudnya etika yang baik. Oleh karena itu,
seorang yang berilmu dapat tercermin dari etika atau prilakunya sehari-hari.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk


di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab
dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang
mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Andre Kurniawan (2022) Dalil Menuntut Ilmu bagi Umat Islam, Menjadi Jalan untuk
Menuju Surga

https://www.merdeka.com/jabar/dalil-menuntut-ilmu-bagi-umat-islam-menjadi jalan-untuk-
menuju-surga-kln.html

Bukhari umar (2012) Pendidikan Dalam Perspektif Islam file:///E:/Mustopa_TarPGMI.pdf

Hidayatullahahmad Adab dan Etika dalam Menuntut Ilmu

https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2015/05/07/adab-dan-etika-dalammenuntut-

ilmu/ Adab Menuntut Ilmu

https://idr.uin-
antasari.ac.id/17603/6/BAB%20III%20MURNI%20MARFU%60AH.pdf

Yulian Purnama, S.Kom.(2021). 60 Adab Dalam Menuntut Ilmu.

https://muslim.or.id/35690-60-adab-dalam-menuntut-ilmu.html Zulfa Sinta

Filavati (2015) Adab Menuntut Ilmu https://muslimah.or.id/7216-adab-

menuntut-ilmu.html

Alhafiz Kurniawan (2021) Keutamaan Ilmu dan Ulama dalam Hadits Nabi

https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/keutamaan-ilmu-dan-ulama-dalam-hadits-nabi-
JMzPd

Anda mungkin juga menyukai