Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Profesi Keguruan
DOSEN PEMBIMBING : H. Hasanuddin M.Pd.I

DISUSUN OLEH

HAMDAN MUSTHOFA ICHSAN


MUCHAMMAD ZIDAN GHOZWA AL AMIN
MUHARRIDH IQOMATUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN


FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan tugas Profesi
Keguruan

Kesuksesan ini dapat kami peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh
karena itu, kami menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Bapak H. Hasanuddin M.P.dI sebagai dosen pembimbing yang


mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas makalah.
2. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan
dukungan dan semangat.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.

Akhirnya, semoga semua amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada
kami mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................2

BAB II ISI PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA................................................................3

2.2 PENGERTIAN ETIKET..............................................................4

2.3 PENGERTIAN ETIKA PROFESI KEGURUAN........................4

2.4 PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI .....................................7

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN............................................................................9

3.2 SARAN.........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah dan
sekaligus memegang tugas sebagai pendidik / pengajar .Sebagai seorang guru
hendaknya mampu menuangkan sejumlah bahan / materi pelajaran kedalam otak anak
didik. Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat membimbing dan membina serta
memberi keterampilan agar dapat menjadi manusia yang cakap, aktif, kreatif,
beriman, bertaqwa, dan mandiri. Maka dari itu kompetensi guru dalam menguasai
standar kompetensi harus tepat dan efektif.
Seorang guru juga merupakan orang tua bagi anak didik saat berada di
sekolah. Selain memberikan ilmu pengetahuan, seorang guru juga memberikan
contoh secara langsung bagaimana berperilaku yang baik. Interaksi seorang guru
dengan murid saat berada di sekolah, juga sebuah bentuk pendidikan moral. Siswa
akan senantiasa melihat gurunya dalam bersikap dan berinteraksi dengan siswanya
atau orang lain.
Itulah sebebnya, mucul istilah dalam Bahasa Jawa “GURU” digugu lan ditiru.
Digugu artinya dapat dipercaya untuk mendidik anak didiknya. Ditiru artinya bisa
dan pantas untuk ditiru dalam hal kebaikan, baik ucapan atau perilaku.
Sayangnya, belum semua guru memahami betul apa maksud dan tujuan sebenarnya
ketika dia menjadi seorang guru. Ada yang menganggap menjadi seorang guru karena
tuntutan pekerjaan untuk mencari nafkan semata atau untuk meraih pangkat/jabatan.
Sehingga dia tidak terlalu memperhatikan bagaimana seharusnya menjadi guru yang
memang pantas untuk ditiru anak didiknya dan dipercaya serta bertanggung jawab.
Berprofesi menjadi seorang guru, maka dituntut untuk memiliki etika yang baik,
dan memahami apa saja kode etik seorang guru. Atas dasar inilah, kami akan
mengupas dalam makalah ini apa saja hal-hal yang perlu dipahami oleh para guru
yang berkaitan dengan etika, etiket, etika profesi, dan kode etik profesi.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa yang Dimaksud Etika?


2.Apa yang Dimaksud Etiket?
3.Apa yang Dimaksud Etika Profesi Keguruan?
4.Apa yang Dimaksud Kode Etik Profesi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika

Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani ”Ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata lain “Mos” yang
dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup (Zubair,
1987:13). Sedangkan Etika menurut para ahli sebagai berikut (Abuddin, 2000: 88-
89).
a. Ahmad Amin
Beliau berpendapat, bahwa Etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
b. Soegarda Poerbakawatja
Beliau mengartikan Etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik buruk,
serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga pengetahuan tentang
nilai-nilai itu sendiri.
c. Ki Hajar Dewantara
Beliau mengartikan Etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan
keburukan) di dalam hidup manusia semaunya, teristimewa yang mengenai gerak-
gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai
mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.

Adapun Perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘Etika’ yang
terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia
yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953-
mengutip dari Bertens, 2000), Etika mempunyai arti sebagai: “ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘Etika’ dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 –
mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

3
2.2. Pengertian Etiket

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”,
yaitu:

1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang


(dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.

2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

Secara jelasnya, etiket memiliki pengertian yaitu perilaku yang dianggap pas, cocok,
sopan, serta terhormat dari seseorang yang bersifat pribadi seperti gaya makan, gaya
berpakaian, gaya bicara, gaya berjalan, gaya duduk, ataupun gaya tidur

Adapun beberapa ahli yang mendifinisikan tentang pengertian etiket, diantaranya:


a. Soerganda Poerbakawatja

Menurut dia, etikat yaitu sebuah filsafat yang berkaitan dengan sebuah tindakan
baik dan buruknya. Etikat juga memiliki keterkaitan dengan tindakan kesusilaan
yang harus dimiliki seorang manusia dalam kehidupannya.

b. H. Burhanudin Salam

Etikat merupakan sebuah ilmu filsafat tentang nilai-nilai serta norma yang harus
dimiliki untuk dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya.

c. o.p Simorangkir

Etikat merupakan ilmu yang harus dimilki seseorang, karena etiket adalah sebuah
pandangan manusia dalam menilai terhadap baik dan buruknya sebuah tindakan
manusia dalam kehidupan masing-masing.

2.2. Pengertian Etika Profesi Keguruan


Untuk memahami lebih dalam apa yang dimaksud dengan etika profesi keguruan,
maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu etika, profesi, dan guru.

Etika berasal dari kata ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan, atau adat.
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu maupun kelompok untuk menilai tindakan tindakan yang telah di
kerjakannya salah atau benar, buruk atau baik.

4
Profesi yaitu suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat di pengaruhi
oleh pendidikan dan keahlihan seseorang sesuai bidang dan keahliannya. Tetapi
dengan keahlihan saja yang diperoleh melalui pendidikan kejuruan, belum cukup
disebut profesi. Harus perlu menguasai sistematis dasar pratik pelaksanaan dan
hubungan antara teori dan penerapan. Menurut de George, “profesi adalah pekerjaan
yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah untuk
keberlangsungan kehidupannya.

Profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktikan suatu keahlihan


tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan dengan keahliannya. Sedangkan
orang lain melakukan suatu hal yang sama sebagai hobi ,untuk senang senang ,dan
untuk mengisi waktu luang.

Guru adalah orang dewasa yang berprofesi sebagai pendidik atau tenaga pengajar
pada suatu lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu kepada anak didiknya agar
menjadi sosok yang memiliki karakter baik, cerdas, berpengetahuan luas serta
terampil dalam mengamalkan ilmu yang dimilikinya.

Berdasarkan penjelasan di atas, bias disimpulkan bahwa etika profesi keguruan


merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang perbuatan dan perilaku baik yang
harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga
pengajar professional. Perilaku baik tersebut diterapkan oleh seorang guru ketika
berinteraksi dengan murid, sesama guru, terhadap wali murid, dan juga terhadap
masyarakat.
Jenis-Jenis guru

1) Guru Profesional (Professional Teacher)


Guru profesional ini merupakan orang yang telah menempuh program
pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan
telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar. Beberapa tugasnya
antara lain:
a) Bertindak sebagai model bagi para anggota lainnya.
b) Merangsang pemikiran dan tindakan.
c) Memimpin perencanaan dalam mata pelajaran atau daerah pelajaran tertentu.
d) Memberikan nasihat kepada executive teacher sesuai dengan kebutuhan tim.
e) Membina/memelihara literatur profesional dalam daerah pelajarannya.
                                                                                
2) Guru Provosional (Provosional Teacher)

5
Merupakan anggota staf yang telah menempuh program pendidikan guru
selama empat tahun dan telah memperoleh ijazah negara tetapi belum memiliki atau

5
masih kurang pengalaman mengajar. Tingkatan guru ini sering disebut sebagai
regular teacher, guru baru (beginning teacher), atau guru provosional. Beberapa
tugasnya antara lain:
a) Ikut serta dalam kegiatan membuat rencana pelajaran dan merencanakan sendiri
pelajaran untuk beberapa kelompok siswa.
b) Melakukan studi terhadap kumpulan catatan semua siswa yang ditugaskan ke
dalam tim untuk menentukan kebutuhan-kebutuhankhusus mereka.
c) Memelihara hubungan dengan orang tua murid melalui pertemuanpertemuan,
mengomentari laporan, dan sebagainya.
d) Bekerja sama dengan angota tim lainnya untuk memperbaiki pelaksanaan
intruksional dan menyediakan kebutuhan siswa yang ditugaskan kepada tim. [7]

3) Guru Kadet (Cadet Teacher)


Dalam kategori ini termasuk guru asisten, guru intern, dan guru kadet (calon
guru). Mereka merupakan guru yang belum menyelesaikan pendidikan guru yang
berijazah normal, tetapi baru memenuhi kualifikasi minimum. Guru kadet bertugas di
bawah supervisi dari guru-guru yang telah berpengalaman, yakni guru-guru
profesional. Guru kadet bekerja dengan para siswa dalam kelompok besar, medium,
kelompok kecil, dan secara perorangan dengan cara:
a) Mendesain dan mempersiapkan bahan-bahan intruksional.
b) Aktif berpartisipasi dalam semua pertemuan.
c) Membina literatur profesional.
d) Membantu anggota staf lainnya dalam melaksanakan tugas-tugas profesional
mereka.

4) Guru Khusus (Special Teacher)


Guru spesial ini ditempatkan dalam kedudukan staf dengan
tugas  memberikan pengajaran khusus dalam daerah tertentu dalam kurikuler seperti
seni, musik, bimbingan dan layanan.  Selain tenaga profesional, dijelaskan oleh
Oemar Hamalik terdapat pula tenaga nonprofesional. Pada dasarnya tenaga
nonprofesional adalah tenaga-tenaga yang terlatih untuk bertindak sebagai tenaga
pembantu tenaga profesional. Tenaga nonprofesional ini bukan saja memberikan
peluang yang lebih besar bagi tenaga-tenaga profesional untuk mengerjakan kegiatan-
kegiatan profesional, akan tetapi juga memperkaya pengalaman siswa dan
membeaskan tenaga profesional dari tugas-tugas yang bukan profesional. Di lembaga
pendidikan seperti sekolah dasar dikenal ada beberapa pengelompokan guru. Suyanto
dan MS. Abbas, menyebutkan ada tiga pengelompokan guru di sekolah yaitu guru
tetap dan guru tidak tetap.

 1. Guru PNS


Dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 57686/
MPK/ 1989 yang dikutip dari Suparlan (2005: 15) dinyatakan lebih spesifik bahwa

6
“Guru ialah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggung
jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah
(termasuk hak yang melekat dalam jabatan)”. Dalam SE tersebut dijelaskan bahwa
seorang guru memiliki tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak yang melekat di
dalamnya untuk melaksanakan pendidikan di sekolah. Secara umum guru tetap atau
pegawai negeri sipil adalah guru yang sudah secara sah mendapat pengakuan dari
pemerintah berupa Surat Keputusan untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang
pendidik. Guru sebagai pegawai negeri sipil dibiayai dan mendapat anggaran resmi
dari APBN dan APBD mencakup semua tunjangan yang didapatkannya berdasarkan
golongan dan masa jabatan tertentu karena jenjang jabatannya memiliki suatu
keteraturan. [8]
 
2. Guru Wiyata Bakti
Guru wiyata bakti atau dengan kata lain biasa disebut sebagai guru tidak tetap
merupakan salah satu tenaga pendidik di suatu sekolah. Menurut Suyanto dan MS.
Abbas menyatakan bahwa guru tidak tetap adalah guru yang diangkat untuk
mencukupi kebutuhan guru baik di sekolah negeri maupun swasta. Jadi guru tidak
tetap diangkat atas kewenangan pihak sekolah karena kurangnya kebutuhan tenaga
pendidik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tugas guru tidak tetap atau wiyata bakti tidak
jauh berbeda dengan guru berstatus lain yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan menyusun administrasi. Guru wiyata bakti atau GTT (Guru Tidak Tetap)
merupakan tenaga pendidik yang diangkat oleh pihak sekolah untuk guru yang: 
1) Diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan (sekolah) dengan
disetujui kepala sekolah.
2) Kewenangan bertumpu kepada kepala sekolah, baik pengangkatan juga
pemberhentian.
3) Menandatangani kontak kerja selama jangka waktu tertentu, setahun atau lebih
sesuai dengan kebutuhan sekolah.
4) Tunjangan fungsional adalah “jasa baik” Pemda, walaupun legal, akan tetapi tidak
masuk dalam kategori dari “pembiayaan APBD”, dengan demikian, GTT adalah guru
yang tidak masuk anggaran APBN dan APBD.

2.4. Pengertian Kode Etik Profesi

Bertens (1995) menyatakan, kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan
dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk
kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu
moral profesi itu di mata masyarakat. Apabila satu anggota kelompok profesi itu
berbuat menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan tercemar di
mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus menyelesaikannya
berdasarkan kekuasaannya sendiri.

7
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan
diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan zaman. Kode etik profesi
merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai
moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode etik profesi hanya berlaku
efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan
profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan rumusan norma moral manusia yang
mengemban profesi itu. Kode etik profesi menjadi tolok ukur perbuatan anggota
kelompok profesi. Kode etik profesi merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak
etis bagi anggotanya.
Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara teratur, rapi,
lengkap, tanpa cacat, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian dan
menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-baik.
Tetapi dibalik semua itu terdapat kelemahan sebagai berikut.

a. Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta
yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari
kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada
kenyataan dan mengabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi
tidak lebih dari pajangan tulisan berbingkai;

b. Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi
dengan sanksi keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan
kesadaran profesional. Rupanya kekurangan ini memberi peluang kepada
profesional yang lemah iman untuk berbuat menyimpang dari kode etik
profesinya.

Fungsi Kode Etik Profesi


Sumaryono (1995) mengemukakan tiga alasan mengapa kode etik dibuat secara
tertulis, yaitu:
a) sebagai sarana kontrol sosial;
b) sebagai pencegah campur tangan pihak lain;
c) sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan,
sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru,
ataupun calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah
kemungkinan terjadi konflik kepentingan antar sesama anggota kelompok profesi,
atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat. Anggota kelompok profesi
atau anggota masyarakat dapat melakukan kontrol melalui rumusan kode etik profesi,
apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai
dengan kode etik profesi.

8
Kode etik profesi telah menentukan standardisasi kewajiban profesional anggota
kelompok profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu lagi
campur tangan untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok profesi
melaksanakan kewajiban profesionalnya. Hubungan antara pengemban profesi dan
masyarakat, misalnya antara pengacara dan klien, antara dosen dan mahasiswa, antara
dokter dan pasien, tidak perlu diatur secara detail dengan undang-undang oleh
pemerintah, atau oleh masyarakat karena kelompok profesi telah menetapkan secara
tertulis norma atau patokan tertentu berupa kode etik profesi.
Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar
atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norma perilaku
tersebut dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang
berkepentingan. Kode etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap
benar menurut pendapat umum karena berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi
yang bersangkutan. Dengan demikian, kode etik dapat mencegah kesalahpahaman
dan konflik, dan sebaliknya berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi. Kode
etik profesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai moral anggota kelompok
profesi sendiri dan pihak yang membutuhkan pelayanan profesi yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1) Guru merupakan seorang pendidik profesional dengan tugas utama untuk
mendidik, mengarahkan, dan melatih serta menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada jalur pendidikan formal. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 istilah guru
dimasukkan dalam jenis pendidik.

2) Secara etimologi, profesi berasal dari kata profession  yang memiliki arti pekerjaan.
Dalam KBBI, mengartiakn bahwa profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian seperti ketrampilan, kejuruan dan lain sebagainya.
Sedangkan secara istilah, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang
didasari akan keahlian tertentu. Akan tetapi tidak semua orang yang memiliki
kapasitas dan kahlian tertentu saja akan tetapi ada syarat yang mengharuskan bahwa
orang yang memiliki keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatannya
itu.

3) Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena hasil dari cetakan sosial,
melainkankan karena seorang guru mengandung seperangkat teori yang sistematis.
Selain itu seorang guru memiliki otoritas terhadap anak didiknya dan orang tua dari
peserta didiknya. Terakhir adalah seorang guru memiliki klaim atas uang negara
berupa gaji yang diterimanya. Profesi guru merupakan sebuah jabatan yang sangat
mulia dan mengemban tugas dalam suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut

9
mencakup secara keseluruhan dalam proses belajar-mengajar, dan tugas pokok
tersebut harus dilaksanakan secara profesional.

3.2. Saran

Saran kami dalam membuat sebuah makalah, alangkah baiknya apabali dibekali ilmu
teori terlebih dahulu dari pembimbing, dalam hal ini adalah guru atau dosen.
Kemudian memperbanyak referensi dalam membuat makalah juga sangat menunjang
proses kelancaran dalam membuat makalah dan materi yang disampaikan lebih
terjamin akurasinya.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. AM, E. Nurzaman, A. Alinurdin, and Palogo Balianto. "Profesi Keguruan." (2019).

AM, E. N., Alinurdin, A., & Balianto, P. (2019). Profesi Keguruan.

AM, E. Nurzaman; ALINURDIN, A.; BALIANTO, Palogo. Profesi Keguruan. 2019.


http://eprints.unpam.ac.id/8575/2/PKN0052_PROFESI%20KEGURUAN.pdf

2.Ondi Saondi,M.PD.;Etika Profesi Keguruan

Drs.Aris Suherman,M.PD; Etikan Profesi Keguruan

3. https://www.kompasiana.com/indriyasw/577825e8f67a6130048b456d/guru-digugu-lan-

ditiru

4. arid Wajdi dan Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum (Edisi Revisi), Jakarta:
Sinar Grafika, 2019
5. H. Sutrisno dan Wiwin Yulianingsih, Etika Profesi Hukum, Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2016
6. Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2011
7. Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2014

8. https://narasikita1409.blogspot.com/2020/04/pengertian-dan-fungsi-kode-etik-
profesi.html

9. https://reycal78.wordpress.com/2017/05/23/etika-profesi-keguruan

11

Anda mungkin juga menyukai