Dosen pengampu:
Disusun oleh:
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua, yang mana dengan curahan nikmat dan karunia-Nya itu kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tak lupa shalawat beserta salam semoga tetap
tercurah limpah kepada jungjunan alam Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan makalah kami yang berjudul “ETIKA GURU DAN SISWA MENURUT
PEMIKIR ISLAM” ini bertujun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pengembangan Kepribadian Guru.
Kami memohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan banyak
penyempurnaan. Untuk itu kami sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran pembaca
agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari etika.
2. Mengetahui etika menurut pendapat Ibnu Jama`ah dan Al-Ghazali.
3. Mengetahui apa saja etika guru terhadap dirinya.
4. Mengetahui apa saja etika guru terhdap siswanya.
5. Mengetahui bagaimana etika guru ketika mengajar.
6. Mengetahui apa saja etika siswa terhadap gurunya.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Kata etika (adab, plural, ādāb) dalam kamus bahasa arab berasal dari : ُب َ أَد
– ُب ُ أَدَبًا –يَأْدartinya : beradab, bersopan santun, sedangkan kata jamaknya adalah :
ٌا َبآدyang berarti : adab, tertib, sopan1.
Pengertian etika dari secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno
ethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tingal
yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan,”adat; akhlak, watak; perasaan,
sikap, cara berfikir. Dalam bentuk jamak (taetha) artinya : adat kebiasaan. Dan arti
terakhir inilah menjadi latar belakang terbentuknya istilah ”etika” yang oleh
filusuf Yunani besar Aristoteles (384-322.M). Jadi etika berarti ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan2.
Etika juga dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu
mengenai nilai, ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang benar. Perilaku etika dapat meliputi:
1. Pertanggungjawaban (reponsibility)
2. Pengabdian (dedication)
3. Kesetiaan (loyalitas)
4. Kepekaan (sensitivity)
5. Persamaan (equality)
6. Kepantasan (equity)
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah), hal. 37.
2
K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 4.
2
tentang pentingnya etika yang baik. Ia kemudian secara khusus menekankan
pentingnya etika bagi para ilmuan, karena status mereka sebagai pewaris Nabi
yang dalam hadis-hadis disebutkan sebagai seorang berakhlak dan beradab mulia.
Bagi Ibn Jamā’ah para ilmuanlah, berkat ilmu dan statusnya, yang paling berhak
sekaligus paling dituntut untuk memelihara etika yang mulia 3.
2.1.3. Guru
3
Ibn Jamā’ah, Tazkirah al- Sāmi’ wa al- Mutakallim fī- Adab al- ‘Ālim Wa al- Muta’allim, al-Syirkah
al- Alāmiyah li al- Kitāb al-Syāmil Maktabah al -Madrasah Dar al-Kitāb Al ‘Āli, (Bairut, 1990), hal.
62.
4
Al-Ghazāli, Risalah al-Adāb fī al-Dīn dalam Majmu’ah al-Rasāil, Maktabah Kurdisan al-`Ilmiyyah,
(Mesir,tth), hal. 62.
5
Isjoni, Berkarya untuk kejayaan Bangsa; Harapan dan Impian kepada guru, Panitia Hari Guru
Nasional, Cet-I, (Pekanbaru, 2007), hal. 17.
6
Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Tela’ah system pendidikan dan pemikiran
para
Tokohnya, Kalam Mulia, (Jakarta, 2009), hal. 138.
7
Al - Ghazāli, Ihyā’ Ulūmudīn, Maktabah Shabihah, jilid 1, (Kairo, tth), hal. 22.
3
”Seseorang yang berilmu dan kemudian mengamalkan ilmunya itu, dialah
yang disebut dengan orang besar di semua kerajaan langit, dia bagaikan matahari
yang menerangi alam sedangkan ia mempunyai cahaya dalam dirinya seperti
minyak kasturi yang mengharumi orang lain karena ia harum, seorang yang
menyibukkan dirinya dalam mengajar berarti dia telah memilih pekerjaan yang
terhormat. Oleh karena itu hendaklah seorang guru memperhatikan dan
memelihara akhlaq dan sopan santun dalam tugasnya sebagai seorang guru 8.
8
Ibid, hal. 22.
9
Saputra, Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam,Cet-II, Amissco, (Jakarta, 2003),
hal. 2.
4
5. Hendaknya seorang guru tidak fanatik terhadap bidang studi yang
diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh guru yang lain.
Sebaliknya, mendorong murid agar mencintai semua bidang studi yang
diajarkan oleh setiap guru.
10
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam; mengenal tokoh Pendidikan
Islam di dunia Islam dan Indonesia, Quantum Teaching, (Ciputat, 2010), hal. 9 – 11.
11
Hasan Ibrahim Abd al’-‘Alā, Fann al-Ta’līm ‘inda ibn Jamā’ah, Maktabah al-Tarbiyah li-Duwal al-
Khalij, (Riyad, 1985), hal. 123-131.
12
Zulhimma, “Eksistensi Etika Profesi Keguruan Dalam Dunia Pendidikan,” Logaritma 1, no. 02,
(2015), hal. 105.
5
Kita wajib bersyukur karena Tuhan telah memberikan banyak
karunia-Nya kepada kita. Tidak memandang rejeki yang di dapat besar
atau kecil sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan. Kita harus tetap
bersyukur niscaya Allah akan memudahkan segalanya. Lebih bersyukur
Allah akan memberikan rezeki yang melimpah lagi pada kita.
Semua umat Allah diwajibkan bersyukur sebagai tanda orang yang
beriman. Kita semua sudah mafhum akan janji Tuhan yang terdapat dalam
satu firman-Nya yang berbunyi “barangsiapa mau bersyukur Tuhan akan
menambah rezekinya, tetapi barangsiapa kufur maka siksa Tuhan sungguh
sangat pedih”.
Guru bukanlah profesi yang terjamin, karena masih banyak profesi
yang lebih pamor. Padahal guru juga termasuk kedalam pegawai negeri.
Menjadi seorang guru mungkin alternatif terakhir ketika semua pintu
masuk profesi telah tertutup dengan rapat, atau bisa menjadi batu loncatan
untuk menemukan profesi lain yang lebih bergengsi. Meskipun kita tahu
banyak orang yang berniat menjadi guru karena panggilan hatinya
sendiri13.
4. Berusaha untuk mengolah rasa kecewa
Semua yang kita hadapi tak selamanya berjalan dengan mulus,
itulah yang sering terjadi di kehidupan. Kadang-kadang kita berada diatas,
kadang bisa saja di bawah. Kehidupan memiliki dua kutub ekstrim; senang
susah, siang malam, sukses gagal dan lainnya. Manusia yang beriman
harus dapat menerima takdir yang dia dapat, walaupun takdir itu penuh
dengan kepedihan.
Rasa senang dan kecewa itu ditentukan oleh diri sendiri, bukan
oleh orang lain. Jika orang lain selalu membuat kita kecewa kita harus
menanggapinya dengan sabar dan lapang dada, agar kita tidak terlarut
dalam kekecewaan. Oleh karena itu kita harus membuat rasa senang dan
kecewa bisa dikendalikan diri sendiri14.
5. Berusaha menyikapi perubahan secara positif
13
Soejitno Irhim, Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru (Jakarta: Seyma Media, 2006), hal. 131-
132.
14
Ibid., hal. 134-135.
6
Dengan berpikir positif kita dapat memperoleh kesempatan untuk
memenangkan perubahan. Pandanglah perubahan dengan apa adanya,
dengan pandangan obyektif dan jujur. Tampil seutuhnya di hadapan kita.
Terimalah apa adanya baik buruknya, karena setiap sesuatu pasti ada baik
buruknya15.
6. Mengatur rezeki yang diterima dengan baik
Kita pasti sering mengeluh karena rezeki yang kita terima jauh
lebih kecil dari yang kita butuhkan. Kita berharap agar bisa menyisihkan
sebagian rezeki yang kita dapat untuk ditabung, tetapi tiba-tiba ada saja
musibah yang harus mengeluarkan uang. Bukannya bisa menabung, malah
kita terpaksa berutang kepada teman. Sudah terbayang di depan mata gaji
bulan depan terpotong untuk membayar hutang.
Jalan satu-satunya adalah mengelola rezeki yang kita terima
dengan sebaik-baiknya. Dalam hidup ini kita harus memiliki target, mana
kebutuhan yang menurut kita paling penting dan mendesak dan mana yang
hanya keinginan. Kita harus terbiasa mendahulukan yang penting dan
mendesak daripada yang tidak penting 16.
7. Menghindari hutang atau kredit
Hutang seakan-akan telah menjadi kebutuhan, rasanya semakin
sulit manusia melepaskan dirinya dari hutang. Hal ini menandakan bahwa
kebutuhan manusia semakin menumpuk, apa yang dulu merupakan
keinginan sekarang berubah menjadi kebutuhan. Listrik misalnya,
sekarang telah menjadi kebutuhan pokok. Manusia merasa kesulitan hidup
tanpa listrik.
Karena itu marilah kita sama-sama belajar untuk hidup hemat,
hidup dengan hanya apa yang kita miliki. Tidak perlu terlalu mengikuti
trend atau memaksa diri sendiri memiliki sesuatu yang tidak mampu kita
beli. Sebab, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan
selanjutnya dan rasanya kita tidak pernah bisa mempersiapkan diri
15
Ibid., hal. 139.
16
Ibid., hal. 142.
7
sepenuhnya. Tapi dengan hidup apa adanya kita akan dapat menjalani
hidup ini dengan lebih enteng 17.
1) Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat
merasa puas dalam mengajar apabila banyak mengaji informasi dan terlalu
mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
2) Guru hendaknya berperan sebagi pengarah, pembimbing, pemberi
kemudahan dengan menyajikan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan
bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang
merangsang dan menantang peserta untuk bepikir dan bekerja.
3) Mangubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode
yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan
cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak
mengajarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar
kalu ada guru.
17
Ibid., 144-145.
18
Ibid., hal. 147-148.
8
4) Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar
sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri atau berkelompok,
percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang
lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
Batasan etika perilaku manusia segala bentuk tindakannya berpegang teguh
pada norma. Etika sangat penting bagi setiap orang, karena jika tanpa etika maka
seseorang akan sewenang-wenang tanpa memikirkan akibat yang akan
ditimbulkan setelah kejadian tersebut. Etika guru sangat berperan dalam
pembentukan perilaku siswa di sekolah dan lingkungan.
حدثنا هناد حدثنا عبدة عن محمد بن عمر وحدثني ابي عن جدي قال: سمعت بالل بن الحرث المزني
صاحب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول: ان احدكم
ليتكلم بالكلمت من رضوان هللا ما يظن ان تبلغ ما بلغت فيكتب هللا له بها رضوانه الى يوم يلقاه وان
ان تبلغ ما بلغت فيكتب هللا عليه بها سخطه الى يوم يلقاه احدكم ليتكلم بالكلمت من سخط هللا ما يظن
19
Muhammad bin Isa Abu Isa at-Tirmizi as-Silmiy (selanjutnya disebut at-Tirmizi), al-Jami’ as-
Sahih Sunan at-Tirmizi, Dar al-Ihya` al-Turas al-‘Arabiy, (Beirut, tth), hal. 559.
9
simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak. Beberapa etika guru ketika
mngajardiantaranya yaitu:
Selain etika ketika mengajar, terdapat pula etika guru terhdap tempat
mengajarnya. Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas.
Kinerja guru yang tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak
memberi jaminan pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
10
pendidikan, karena tanpa siswa guru tidak dapat mengajar atau memberikan
ilmunya.
Berikut adalah beberapa adab murid terhadap guru menurut ajaran Islam:
11
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika adalah ilmu yang membahas mengenai kebiasaan atau tingkah laku
seseorang. Etika diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, salah satunya yaitu dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar tentu ada orang yang
memberikan pembelajaran yakni guru dan orang yang menerima pembelajaran
yakni siswa.
Etika-etika seperti etika guru ketika mengajar, etika guru kepada siswa dan
juga etika siswa kepada guru. Antara guru dan siswa tentu penting adanya etika
ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, agar kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan kondusif dan ilmu yang didapat akan berkah dan bermanfaat.
3.2. Saran
Demikian makalah yang kami buat dengan pembahasan etika guru.
Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan seorang guru lebih baik untuk
menjaga etikanya dalam mengajar, berpenampilan, maupun berperilaku karena
seorang guru dapat menjadi panutan bagi muridnya.
Selain itu guru juga harus bisa memperoleh informasi tentang peserta
didiknya untuk memudahkan dalam membimbing dan membina agar terciptanya
suasana sekolah atau kelas yang baik dan berhasil.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://doi.org/10.47971/tjpi.v1i2.108
Ibn, Jamā’ah.1990. Tazkirah al- Sāmi’ wa al- Mutakallim fī- Adab al- ‘Ālim Wa
Ibrahim, Hasan. 1985. Abd al’-‘Alā, Fann al-Ta’līm ‘inda ibn Jamā’ah, Maktabah
Isjoni. 2007. Berkarya untuk kejayaan Bangsa; Harapan dan Impian kepada guru,
Muhammad bin Isa Abu Isa at-Tirmizi as-Silmiy (selanjutnya disebut at-Tirmizi).
al-Jami’ as-Sahih Sunan at-Tirmizi Dar al-Ihya` al-Turas al-‘Arabiy.
Beirut.
Ramayulis, Nizar, Samsul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam; Tela’ah system
Ciputat.
Saputra, Aly, Noer, Herry. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet-II.
Amissco. Jakarta.
Irhim,Soejitno. 2006. Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru. Jakarta: Seyma
Media.
Wadzurriyyah.
13
Zulhimma. 2015. “Eksistensi Etika Profesi Keguruan Dalam Dunia Pendidikan,”
14