Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HADIST TARBAWI

“HADIS TENTANG ETIKA GURU TERHADAP SISWA”

PEMATERI : A Basit Misbahudin


NIRM : 1211025646
SEMESTER : IV ( Empat )
PRODI : PAI
MATA KULIAH : Hadist Tarbawi
DOSEN : Dr.Zuhdi Rifa’i

STAI SYAMSUL ULUM GUNUNG PUYUH

SUKABUMI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya selaku penyusun telah menyelesaikan tugas

makalah “Hadis Tentang Etika Guru Terhadap Siswa”.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Dan saya susun bertujuan memberikan pembahasan tentang
Hadis Etika Guru Terhadap Muridnya mulai dari pengertian,hadis,dan etikanya.

Mungkin dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan yang tidak saya sadari. Oleh karena itu, saya mohon maaf atas
segala kekurangan yang ada dalam makalah ini, dan mengharap kritik dan
saran yang membangun sebagai pembelajaran selanjutnya.

Akhir kata, penulis mengucapkan Terima Kasih semoga makalah ini


dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan bagi yang membacanya.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb…

Surade, 24 Juni 2023

Penyusun
Daftar isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………….

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………..

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang ………………………………………………………………………………………

Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………….

BAB II
PEMBAHASAN

Hadis Terkait etika guru terhadap murid …………………………………………………….

etika guru terhadap murid perspektif Hadist ……………………………………………….

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………..


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang guru harus memiliki akhlak dan etika yang baik dengan
muridnya, agar dalam kegiatan pembelajaran ilmu yang ditransfer oleh guru
kepada muridnya akan lebih cepat diterima dan dipahami, karena etika seorang
guru sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi psikologi. dan mental
siswa yang dididiknya, maka seorang guru harus menempatkan dirinya dengan
etika yang baik, agar mampu berkomunikasi dengan baik dan memberikan
pemahaman.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang guru harus memiliki
etika terhadap siswanya, karena seorang guru memiliki tanggung jawab yang
besar,
Tanggung jawab pendidik terjadi karena sifat bergantung pada anak, akan
membutuhkan pertolongan atau pendampingan dari pendidik. Maka etika
terhadap peserta didik sangat diperlukan agar tidak terjadi keseimbangan
antara pendidik dan peserta didik.
Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan moral pada anak sangat
dipengaruhi oleh pendidikan formal, informal dan nonformal, dalam hal ini guru
dituntut untuk menciptakan dan memelihara akhlak anak didiknya agar
mereka memiliki akhlak yang mulia dengan memberikan contoh-contoh etika
yang baik sebagaimana Rasulullah saw.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana hadits-hadits yang berkaitan dengan etika guru terhadap
murid?
B. Bagaimana etika guru terhadap siswa?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethichos” berarti adat kebiasaan,
disebut juga dengan moral, dari kata tunggal mos, dan bentuk jamaknya mores
yang berarti kebiasaan, susila. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia etika
berarti “ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban (moral)”. Etika sepadan dengan istilah adab, moral ataupun akhlak.
Namun secara substantive, sebenarnya apa yang disebut dengan etika, moral,
akhlak dan adab mempunyai arti dan makna yang sama, yaitu sebagai jiwa
(ruh) suatu tindakan, dengan tindakan itu perbuatan akan dinilai.

Adapun hal yang membedakan antara etika, moral, akhlak dan adab,
yaitu terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik
buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan akal pikiran, moral
berdasarkan kebiasaan umum yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada
akhlak dan adab ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk
adalah Al-Qu’an dan Hadis.

B. Etika Guru Terhadap Murid Perspektif Hadist

Dalam pandangan Islam, untuk menjadikan guru yang profesional, dapat


mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW karena beliau satu-satunya guru
yang berhasil dalam rentang waktu yang cukup singkat, sehingga diharapkan
dapat mendekatkan kepada guru/pendidik yang dengan ideal (Rasulullah
SAW). Keberhasilan Nabi SAW sebagai pendidik di dahului oleh bekal
kepribadian (personality) yang berkualitas unggul.

Berbicara mengenai etika guru, Rasulullah Saw telah memberikan


tuntunan dalam haditsnya tentang etika guru terhadap murid sebagai berikut :

1. Adil

Seorang guru harus mempunyai sikap yang adil, agar tidak terjadi
kecemburuan sosial terhadap sesama murid. Rasulullah bersabda :

‫َفا َتُقوا هَّللا َو اْع ِد ُلْو َبْيَن َأْو آل ِد ُك ْم‬


“Bertakwalah kepada Allah dan bersikap adillah terhadap anak-anakmu.” (HR
Bukhari).

Hadis di atas memberikan petunjuk kepada setiap pendidik untuk


berlaku adil. Bersikap adil merupakan kewajiban seorang guru demi kelancaran
proses pembelajaran dan merupakan hak murid untuk memperoleh keadilan.
Diriwayatkan dari Mujahid, ia berkata bahwa jika pengajar tidak bersikap adil
terhadap peserta didiknya maka ia dicatat sebagai orang zhalim. Selain itu,
diriwayatkan pula dari Al-Hasan Al-Bashri, ia berkata, jika pengajar diberikan
gaji lalu tidak bersikap adil di antara mereka yakni para siswa maka ia dicatat
sebagai orang yang zhalim. Karena Nabi Muhammad saw bersabda, “berbuatlah
adil di antara anak-anakmu dalam hal pemberian.”

2. Lemah Lembut

Adapun hadis utama yang digunakan sebagai dalil lemah lembut termasuk
dalam guru terhadap murid adalah:

‫َعْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُم َغَّفَأٍلَّن َرُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَّن َهَّللا َرِفيٌق ُيِح ُّب الِّر ْفَق َو ُيْعِط ي َع َلْيِه َم ا اَل ُيْعِط ي‬
‫َع َلى اْلُعْنِف‬

Dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai
kelembutan. Dia memberi pada kelembutan yang tidak diberikan pada
kekerasan." (HR. Abu Daud No. 4173).

Guru harus menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindakan kekerasan fisik diluar batas
kaidah pendidikan.

Dengan sifat lemah lembut akan terpancar aura keikhlasan pendidik dalam
menyampaikan materi. Dan dengan sifat lemah lembut seorang guru akan
melahirkan simpati dari murid-muridnya. Pentingnya metode lemah lembut
yang diterapkan dalam dunia pendidikan karena apa yang disampaikan guru
dapat membentuk kepribadian murid.

Mendidik tidak cukup hanya bersabar, ketegasan sikap dan tindakan dalam
mendidik sangat berpengaruh terhadap murid. Sikap tegas perlu dimiliki oleh
seorang guru, hal ini mendorong agar murid disiplin. Ketegasan tidak sama
dengan kekerasan. Tegas artinya sikap dan tindakan yang menerapkan disiplin,
dalam hal ini ketegasan haruslah diterapkan secara proposional. Idealnya
mendidik harus sesuai dengan cara yang Rasulullah SAW contohkan yaitu
menerapkan pola asuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, sekaligus
bersikap dan bertindak tegas.

3. Memudahkan dan tidak mempersulit

Berikut adalah hadits mengenai memudahkan dan tidak mempersulit yang


diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya haditsnya :

‫َعْن َأِبي الَّتَّياِح َقاَل َسِمْع ُت َأَنَس ْبَن َم اِلٍك َيُقواُل َقاَل َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيِّسُر وا َو اَل ُتَعِّسُر وا َو َس ِّكُنوا‬
‫َو اَل ُتَنِّفُر وا‬
Dari Abu At Tayah dia berkata; aku mendengar Anas bin Malik berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Permudahlah oleh kalian
dan jangan mempersulit, buatlah hati mereka tenang dan jangan menakut-
nakuti." (HR. Muslim No.3264)

Adapun memudahkan yang dimaksud dalam penjelasan ini juga dapat diartikan
sebagai memudahkan peserta didik dalam memahami ilmu yang disampaikan
oleh pendidik, salah satu cara yang memungkinkan untuk dilakukan adalah
menjadikan suasana belajar menyenangkan. Oleh karena itu, pendidik harus
memiliki kemampuan dalam menyampaikan, menggunakan media, menguasai
kelas, dan lain-lain.

Satu prinsip metode pendidikan Islam adalah prinsip memudahkan. Artinya


metode apapun yang digunakan oleh guru untuk mentransformasikan bahan
ajar hendaklah metode tersebut memberikan kemudahan bagi peserta didik
untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan
sekaligus mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai dalam ilmu
pengetahuan dan keterampilan tersebut. Rasulullah SAW juga dengan tegas
melarang melakukan suatu tindakan yang membuat orang lain (peserta didik)
merasa susah atau mengalami kesulitan. Bahkan diisyaratkan pula pentingnya
menggembirakan peserta didik dalam belajar dan menuntut ilmu.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam etika seorang guru kepada muridnya supaya bisa mendorong murid
menjadi lebih baik dan memiliki akhlak yang bagus menurut pandangan islam yaitu
berawal dari guru sendiri pertama guru harus memiliki sikap adil,lemah lembut,dan
tegas terhadap murid agar murid disiplin dalam pembelajaran.
Dan guru juga harus memiliki metode tersendiri agar murid tersebut dapat
dengan mudah mencerna ilmu yang telah di sampaikan oleh guru dan dapat
menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Aisah. 2016. “Etika Pendidik dan Peserta Didik Menurut Al-Khatib Al-Bagdadi
dalam Kitabnya Al-Jami’ Li Akhlak al-Rawi wa Adab al-Sami’. Tesis tidak
diterbitkan. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 97

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama, 008),Cet. 4, h. 383

Jamaluddin (pen.)., 2013. Begini Seharusnya Menjadi Guru: Panduan Lengkap


Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah saw. Jakarta: Darul Haq.

Mujahid, Pengembangan Profesi Guru (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm.
42.

Anda mungkin juga menyukai