Anda di halaman 1dari 8

AKHLAK SEORANG MURID, GURU, DAN DIANTARA KEDUANYA

Makalah ini Ditulis guna memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah :

Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu :

Abu Muslim, S.Ag., M.A

Disusun oleh :

Irtiyah Anis Badriyah ( 206210069 )

Jenny Istiana Berliani ( 206210072 )

Mohamad Farid Azmi ( 206210093 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2021
BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang

 Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang paling


penting. Jatuh bangunnya suatu masyarakat dan bangsa tergantung pada bagaimana
ahlaknya. Jika akhlak masyarakat  tersebut baik, maka baik pula lahir dan batinnya.
Sebaliknya, apabila ahlaknya rusak, maka rusak pula lahir dan batinnya. Keberhasilan
seseorang , masyarakat, dan bangsa disebabkan karena ahlaknya buruk.

        Seorang muslim yang berakhlak  baik senantiasa mau bersikap adil. Yang dimaksud
adil disini adalah memberikan setiap orang yang mempunyai  hak akan haknya.
Pengertian adil seperti itu tidak akan terwujud seperti yang diharapkan, jika tidak
mengetahui hak dan kewajiban, hak dan kewajiban itu diberikan kepada orang yang
memilikinya. Sebaliknya jika seorang yang berahlak buruk akan merampas hak orang
lain dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

     Yang namanya akhlak itu terbagi kepada berbagai macam, akhlak terhadap diri
sendiri, orang lain dan lain-lain. Termasuk di dalamnya akhlak terhadap guru kita yang
mengajari kita ada beberapa aturan yang mesti dilakukan agar kita mendapat ilmu yang
manfaat. 

        Dengan demikian, dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit tentang apa itu akhlak
dan juga apa saja hak dan kewajiban seorang muslim yang harus dipenuhi dalam
berahlak terhadap orang lain yakni disini akan dibahas tentang adab kepada Guru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan Akhlak ?
2. Bagaimana adab seorang murid terhadap guru?
3. Bagaimana adab seorang Guru terhadap murid ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Perilaku atau Akhlak merupakan tingkah laku atau tanggapan seorang terhadap
lingkungan, sifat-sifaat kejiawaan,akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas
seorang. secara etimologi akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta,
membuat, atau menjadikan. Akhlak adalah kata yang berbentuk mufrad, jamaknya
adalah khuluqun, yang berarti perangkai, tabiat, adat atau khalakun yang berarti
kejadian, buatan, ciptaan. Jadi akhlak (perilaku) adalah perangkai tabiat  atau sistim
perilaku yang dibuat manusia, bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang
dipakai sebgai landasan, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akahlak sudah
menjadi konotasi baik sehingga orang berakhlak berarti orang yang berperilaku baik.
Jadi, Akhlak atau perilaku adalah hal ikhwal yang melekat jiwa, dari pada timbul
perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti manusia.

Sedangkan menurut pendekatan terminalogi, berikut ini beberapa pakar yang


mengemukakan pengetian Akhlak atau perilaku sebagai berikut :
1.  Ibnu Miskawih
Bahwa akhlak atau perilaku adalah keadaan jiwa seorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
2. Imam Al-Ghazali
Bahwa akhlak atau perilaku adalah suatu sikap yang mengakar yang darinya lahir
sebagai perbuatan yang mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik atau terpuji, baik
dari segi akal syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika dia lahir darinya
perbuatan tercel, maka sikap tersebut disebut akhlak buruk.
3. Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak atau perilaku yaitu
kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bisa membiasakan sesuatu,
kebiasaan itu dinamakn akahlak atau perilaku. Menurut kehendak ialah ketentuan dari
beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupaka perbuatan
yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, masing-masing dari kehendak
dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan lebih besar, kekuatan inilah yang bernama
akhlak.

2
B. Adab Murid terhadap Guru
Siswa adalah orang yang belajar kepada guru, siswa pula yang menentukan
kualitas ajar seorang guru. Jika siswanya kurang pintar setelah mendapat pendidikan,
maka ada dua kemungkinan, yakni: siswanya kurang mencerna pelajaran yang
ditransfer guru (atau sang guru tidak dapat memberikan metode terbaik pada saat
pelajaran diberikan), atau sang siswa tidak mampu mengikuti pelajaran yang
diberikan guru.
Dua kemungkinan di atas, sangatlah lumrah. Yang pasti sang guru tidak mau
disalahkan alias guru beralasan bahwa siswa tersebut memang tidak mampu
mengikuti pelajaran (siswanya ber-IQ rendah). Kalau mau jujur, guru pun harus
dapat mengevaluasi metode yang digunakan dalam pendidikan, apakah sesuai
dengan tingkat kecerdasan, tingkat usia, tingkat emosi dan sebagainya. Hal ini perlu
dilakukan oleh seorang guru, agar ilmu yang ditransfer dapat diterima dengan baik.
Selain itu seorang siswa pun harus mengakomodir segala yang diberitakan oleh guru
dalam segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, dengan tujuan agar
siswanya itu menjadi orang yang berguna.
Adab terhadap guru yang dikatakan Imam Ghazali tersebut memiliki makna
tersendiri.
1. Memberi salam mengajarkan kepada murid bahwa yang muda harus menghormati
yang tua sebagaimana hubungan antara murid dan guru.
2. Tidak banyak berbicara di depan guru maksudnya adalah bahwa di depan guru
seharusnya seorang murid menjaga etika agar tidak menunjukkan kesan lebih tahu
dari pada guru
3. Berdiri ketika guru berdiri dimaksudkan agar ketika guru membutuhkan bantuan
tertentu, seorang murid sudah bersiap untuk membantu serta menunjukkan rasa
hormat kepada guru
4. Tidak mengatakan "pendapat fulan berbeda dengan anda" agar murid selalu
menempatkan dirinya tawadhu' dan menghargai pendapat gurunya
5. Tidak bertanya-tanya kepada teman saat guru menyampaikan materi dengan
maksud menghindari terjadinya forum dalam forum
6. Tidak mengumbar senyum ketika guru berbicara dimaksudkan agar tidak terjadi
kesetaraan antara murid dan guru yang menjadikan martabat guru lebih rendah
7. Tidak menunjukkan secara terang-terangan perbedaan pendapat terhadap guru
8. Tidak menarik pakaian guru ketika berdiri berarti mengajarkan etika yang harus
dilakukan oleh seorang murid terhadap gurunya
9. Tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan sebelum guru sampai di
rumah, mengajarkan murid agar memberi waktu kepada guru ketika berada di luar
majelis

3
10. Tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah,
sebab guru juga manusia biasa, maka memberi waktu untuk beristirahat juga sangat
penting sebagai seorang murid
Itulah hal-hal yang harus diperhatikan bagi seseorang yang menuntut ilmu terhadap
guru sang pemberi ilmu.
C. Akhlak Seorang Guru terhadap Murid
Adapun akhlak guru terhadap murid-muridnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mendidik dengan kasih sayang.


Seorang guru harus memiliki sifat kasih sayang kepada anak didiknya.Kasih sayang
tidak hanya untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menimba ilmu, tapi dapat juga dilakukan untuk menyelamatkan mereka dari siksa api
neraka.

Imam al-Ghazali mengatakan bahwa seorang guru haruslah dapat bertindak sebagai
ayah dari muridnya, bahkan kewajiban seorang guru terhadap muridnya lebih besar
dari kewajiban orangtua terhadap anaknya yaitu bertanggung jawab atas keselamatan
muridnya dari api akhirat.Sedangkan orangtua bertanggung jawab atas keselamatan
anaknya dari api dunia.

Konsep ini didasari dari hadist Nabi Saw:


"Sesungguhnya diriku ini bagi kalian adalah bagaikan ayah untuk anaknya sendiri
yang selalu membimbing dan mengajari berbagai ilmu pengetahuan...." (HR. Ahmad).

2. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik, guru harus memposisikan dirinya


seperti para nabi, yaitu harus mengajar dengan ikhlas dan mengharapkan ridha Allah
Swt...

3. Guru hendaknya selalu memberi nasehat demi kepentingan masa depan murid dan
mencegah mereka dari akhlak yang tercela.

4. Dalam mengajar kepada murid guru hendaknya berlaku bijaksana dan memilih
sistem dan media pengajaran yang tepat.

5. Guru harus memberi teladan yang baik kepada para muridnya,guru tidak hanya
mengajar dalam bentuk lisan, namun yang terlebih penting ialah guru harus
memberikan contoh perbuatan (teladan) yang baik yang mudah ditiru oleh murid-
muridnya.

Imam Ahmad menambahkan bahwa kasih sayang guru terhadap murid dapat dibagi
dalam dua bagian:

Pertama, Adalah kasih sayang dalam pergaulan, dimana seorang guru harus
memperlakukan murid dengan lemah lembut, tidak mempermalukan, mencela ataupun

4
lainnya, tetapi terlebih dahulu menasehati dan membimbingnya dengan penuh kasih
sayang.

Kedua, Adalah kasih sayang dalam mengajar, dimana seorang guru tidak boleh
memaksa muridnya mempelajari sesuatu yang belum dapat dijangkaunya, oleh karena
itu seorang guru dituntut untuk mengetahui perkembangan kemampuan murid-
muridnya.

5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akhlak adalah budi pekerti yang menjadikan seseorang mempunyai jati diri, akhlak
itu terbagi kepada 2 bagian : pertama, akhlak yang mulia dan kedua, akhlak yang
tercela.

Akhlak yang tercela akan menyebabkan jati diri seseorang menjadi jahat di mata
orang lain, apalagi terhadap guru yang member ilmu untuk kita. Selanjutnya, akhlak
yang mulia itu akan memberikan suatu gambaran seseorang akan menjadi baik di kala
masa tuanya nanti, sebab dengan akhlak yang mulia akan menjadikan seseorang
dihormati dan disegani oleh orang banyak.

Apalagi akhlak mulia terhadap guru, dimana posisi guru disini adalah orang yang
paling utama kita hormati, meskipun guru itu lebih muda daripada kita. Karena ilmu itu
bukan dari sebab tuanya seseorang tapi dari pengetahuannya tentang suatu masalah
yang kemudian dia berikan penjelasan kepada kita, dan akhirnya kita yang tidak tahu
akan menjadi tahu.

6
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemah,departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta : CV Toha Putra)

H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2,

http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/04/akhlak-anak-terhadap-orang-tua-dan.html

Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Reality Publisher)

Mohammad Mansur, Aqidah Ahlak II, (Jakarta : Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama
Islam, 1998)

Anda mungkin juga menyukai