Anda di halaman 1dari 14

ISTILAH-ISTILAH YANG TERDAPAT DI DALAM ULUMUL HADIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadist

Dosen Pengampu :

Ahmad Askhabul Kahfi, M.Ag.

Disusun Oleh :

206211069 Irtiyah Anis Badriyah MPI.C

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2021/2022
A. Latar Belakang

Hadist adalah salah satu aspek ajaran islam yang menepati posisi paling pentig

dalam pandangan islam . Al-Qur’an dan hadist merupakan dua hal pokok dalam ajaran

islam .Keduanya merupakan hal sentral yang menjadi jantung umat islam .Karena seluruh

bangunan doktrin dan sumber keilmuannya islam terinspirasi dari dua hal pokok

tersebut.Oleh karena itu wajar dan logis jika bila perhatian dan aspirasi terhadap

keduanya melebihi perhatian terhadap bidang yang lain. Hadist adalah sumberajaran

islam yang kedua, setelah al-qur’an . Adapun yang dimaksud dengan hadist ialah ucapan

,perbuatan dan taqrir Nabi Muhammad Saw. Taqrir (pengakuan) ialah diamnya Nabi

Muhammad Saw.terhadap tindakkan para sahabat yang dapat diartikan sebagai tanda

Persetujuan1.

Dalam mempelajari hadis Nabi Saw.,kita tidak akan pernah terpisah dengan

istilah-istilah yang berhubungan dengan uluml hadist . Adapun ilmu untuk mengetahui

istilah-istilah yang dipakai dalam ilmu hadist disebut dengan Musthalah Hadist . Ilmu

Musthalah Hasist ini berguna untuk nilai ,apakah sebuah hadist itu mutawatir

,masyhur,sahih dan lain sebagainya. Dengan adanya ilmu ini ,maka akan membantu

serta mempermudah kita mengetahui istilah-istilah dalm ilmu hadist.

B. Pengertian Hadits

Hadits menurut bahasa artinya baru. Hadits juga secara bahasa bearti sesuatu
1

yang dibicarakan dan dinukil, juga sesuatu yang sedikt dan banyak2.

Adapun menurut istilah ahli hadits, hadits adalah apa yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad Saw.,baik berupa ucapan, perbuatan ,penetapan, sifat beliau, baik sebelum

kenabian maupun sesudahnya. Sedangkan menurut ahli usul fikih , hadits adalah

perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah Saw.,setelah

kenabian.Adapun sebelum kenabian tidak diangkap sebagai hadits, karena yang

dimaksud dengan hadits adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya . Dan ini

tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian3.

Maka secara singkat, ilmu hadits aadalah ilmu yang berkaitan dengn hadits yang

secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu

hadits dirayah4. Adapun pengertian ilmu hadits riwayah menurut Ibn al-Akfani, adalah

ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi Saw,.dan perbuatnnya

,serta periwayatannya, pencatatannya dan penguraian lafaz-lafaznya5. Sedangkan

pengertian ilmu hadits dirayah menurut Ibn al-Akfani, adalah ilmu yang bertujuan untuk

mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya,

keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan dan seagal sesuatu

yang berhubungan dengannya6.

1Muksin Matheer, 1001 Tanya Jawab dalam Islam, (Jakarta:Lembar Langit Indonsia,2016), hlm. 125
23
Syaikh Manna Al-Qaththan, Loc.Cit.
4
Abuddin Nata, Studi Islam Komperehensif, (Jakarta:Kencana,2011), hlm.189
C. Istilah-Istilah dalam Ilmu Hadits

1. Istilah yang Berhubungan dengan Generasi Periwayatan

Didalam ulumul hadits terdapat istlah-istilah tertentu yang berhubungan

dengan generasi periwayatan hadits. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah :

a. Sahabat

Kata sahabat , dari segi kebahasaan adalah musytaq (turunan) dari kata

shuhbah yang bearti orang yang menemani yang lain, tanpa ada batasan waktu

dan jumlah. Bearti dari pengertian inilah para ahli hadits mengemukakan

rumusan definisi sahabat adalah orang yang bertemu dengan Nabi Saw. Dalam

keadaan islam dan meninggal dalam keadan islam, meskipun diantarai oleh

keadaan murtad menurut pendapat yang shohih .

b. Mukhadhramun

Mukhadhramun adalah bentuk jarak dari mukhadhram, yaitu orang

yang hidup pada masa jhiliah dan masa Nabi Saw. Serta memeluk agama islam,

namun dia tidak sempat bertemu dengan Nabi Saw. Jumlah mukhadramun

menurut Imam Muslim adalah 20 orang, diantaranya adalah Abu ‘Amr al-

Syaibani, Suwaid ibn Ghaflah al-Kindi, ‘Amr ibn Maimun al-Rahman ibn

Mullin, abu al-Halal al-‘Atki Rabi’ah ibn Zurarah, dan lain-lain. Akan tetapi,

5
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis,(Jakarta Sumber Widya, 1998), hlm.04
6
Ibid, hlm.09
menurut Al-‘Iraqi jumlah mereka ada sekitar 42 orang, dan Ibn Hajar bahkan

mengatakan bahwa jumlah mereka lebih dari itu7.

c. Tabi’in
Tabi’in adalah jamak dari tabi’i atau tabi’ , yang secara bahasa bearti

pengikut. Dalam istilah ilmu hadits , tabi’in bearti orang yang bertemu dengan

sahabat, satu orang atau lebih. Kebanyakkan para ulama hadits berpendapat

bahwa tabi’in adalah setiap orang yang bertemu dengan sahabat meskipun tidak

sampai bergaul denganya. Jumlah tabi’in tidak terhingga, sedangkan akhir dari

masa atba’ al-Tabi’in adalah tahun 220 H.

Diantara tokoh tabi’in terdapat para ulama yang dikenal dengan sebutan al-

Fuqaha” al-Sa’ah (Fuqaha yang Tujuh), yaitu :

• Sa’id ibn al-Musayyad (15-94 H)

• Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar al-Shiddiq (37-107 H)

• ‘Urwah ibn al-Zubair (w.94 H)

• Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit (29-99 H)

• Sulaiman ibn Yasar (34-107 H)

• ‘Ubaid Allah ibn ‘Abd Allah ibn ‘Utbah ibn Mas’ud (w.94 H)

• Abu Salamah ibn ‘Abd al-Rahman ibn ‘Auf (w.94 H)

d. Al-Mutaqaddimun
3

Al-Mutaqaddim adalah salah satu gelar yang diberikan kepada ulama

hadits berdasarkan usaha dan perananya dalam pengembangan daln pengkajian

hadits serta teknik yang dipergunakannya dalam membina hadits.Yang

dimaksud dengan Al-Mutaqaddimun adalah ulama hadits yang hidup pada abad

kedua dan ketiga Hijriah, yang telah menghimpun hadits-hadits Nabi Saw.

Didalm kitab-kitab mereka yang mereka dapatkan melalui perlawatan dan

kunjungan langsung ke guru-guru mereka, serta mengadakan pemeriksaan dan

penelitian sendiri terhadap matan dan para perawi hadits yang mereka terima.

e. Al-Muta’akhitrun

Ulama muta’akhirun adalah ulama hadits yang hidup pada abad

keempat Hijriah dan seterusnya .Al-Dzahabi mengatakan bahwa tahun 300 H

adalah tahun pemisah antara Ulama mutaqaddimun dan ulam muta’akhirun.

Pada umumnya ulama muta’akhirun menyusun kitab-kitab mereka dengan

mengutip hadits-hadits yang telah dihimpun oleh ulama mutaqaddim, dan

selajutnya mereka meneliti sanad-sanadnya dan menghafalnya. Ulama

muta’akhirun yang secara langsung melakukan perlawatan sendiri, diantaranya :

Imam al-Hakim (359-405 H);Imam al-Dar al-Quthni (w.385 H); Imam ibn

Hibban (w.354 H); dan Imam al-thabrani (w.360 H)8.

7
Ibid, hlm.184
4

2. Istilah yang Berhubungan dengan Kegiatan Periwayatan

Dalam hal periwayatan hadits Nabi Saw., para sahabat Nabi tidaklah sama

kedudukannya,terutama dalam kaitannya dengan banyknya atau jumlah hadits yang

mereka riwayatkan.Di antara mereka ada yang banyak meriwayatkan hadits,ada

yang sedang jumlahnya da nada pula yang sedikit. Adapun dalam hal ini,terdapat

istilah yang disebut al-Muktsirun fi al-Hadits yaitu para sahabat yang banyak

meriwayatkan hadits. Yang mana jumlahnya lebih dari seribu hadits9.Mereka

berjumlah 7 orang , yaitu :

• ‘Abd al-Rahman ibn Shakhr al-Dausi al-Yamani r.a. yang lebih dikenal

dengan Abu Hurairah (19 SH-59 H). Jumlah hadits yang diriwayatkan

sebanyak 5.374 hadits.

• ‘Abd Allah ibn ‘Umar ibn al-Khathab r.a. (10 SH-73 H).Jumlah hadits yang

diriwayatkannya sebanyak 2.630 hadits.

• Anas ibn Malik r.a. (10 SH-93 H). Jumlah hadits yang diriwayatkannya

berjumlah 2.286 hadits.

• ‘Aisyah binti Abu Bakar r.a. (9 SH-58 H). Hadits yang diriwayatkannya

berjumlah 2,210 hadits.

8
Nawir Yuslem,Op.Cit.,hlm.182
• ‘Abd Allah bin ‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthalib r.a. (3 SH-68 H). Hadits yang

diriwayatkannya berjumlah 1.660 hadits.

• Jabir ibn ‘Abd Allah al-Anshari r.a (6 SH-78 H). Hadits yang

diriwayatkannya berjumlah 1.540 hadits.

• Sa’ad ibn Malik ibn Sannan al-Anshari atau yang dikenal dengan Abu Sa’id

al-Khudri (12 SH-74 H). hadits yang diriwayatkannya berjumlah 1.170

hadits.

3. Istilah yang Berhubungan dengan Kepakaran

Istilah-istilah yang berhubungan dengan kepakaran seseorang dalam

bidang hadits ini adalah sebagai berikut :

a. Thalib al-Hadits

Istilah ini dipergunakan kepada seseorang yang sedang mencari atau

mempelajari hadits . Thalib al-Hadits adalah tingkat kepakaran yang

terendah dalam bidang hadits, yaitu seorang yang baru meemulai karirnya

dalam bidang hadits.yaitu seseorang yang baru memulai karirnya dalam

bidang hadits.

b. Al-Musnid

Yang dimaksud Al-Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits

dengan menyebutkan sanad-nya, baik dia mengetahui dengan baik tentang

9
Ibid, hlm.188
keadan sanad tersebut maupun tidak .

c. Al-Muhaddits

Al-Muhaddits adalah gelar yang diberikan kepada orang yang telah

mahir dibidang hadits, baik dalam bidang riwayah, demikian juga dalam

bidang dirayah .Seorang muhaddits telah mampu membedakan atara hadits

yang dha’if dan hadits yang shahih .

d. Al-Hafiz h

Al-Hafizh adalah gelar ulama hadits yang kepakarannya berada di atas

al-Muhaddits. Seorang hafizh telah mampu menghafal 100.000 hadits

lengkap dengan matan dan sanad-nya, serta sifat-sifat perawinya, baik dari

segi jarah maupun tadil.

e. Al-Hujjah

Al-Hujjah adalah gelar kepakaran dalam bidang hadits yang

lebih tinggi dari al-Hafizh . Seorang hujjah dengan keluasan dan keteguhan

hafalnya telah menjadi rujukan dalam br-hujjah bagi para hafizh .Pada

level ini , seorang telah mampu menghafal sejumlah 300.000 hadits

lengkap dengan matan dan sanadnya , serta mengetahui keadaan para

perawinya dari segi jarh dab ta’dilnya. Salah satu ulma yang telah

mencapai gelar kepakaran ini adalah Hisyam ibn ‘Urmah ibn Zubair
ibn ‘Awwam (w.164H)10.

f. Al-Hakim

Al-Hakim adalah gelar ulama hadits yang memiliki tingkat

kepakaran lebih tinggi dari hujjah .Pada tingkatan ini , seorang ulama

hadits benar-benar telah menguasai hadits-hadits yang diriwayatkan ,

baik dari segi matan dan sanadnya, sifat-sifat para perawinya dari jarh

dan ta’dilnya , bahkan ia mengenal secara baik mengenai sejarah hidup

setiap perawi, termasuk sifat-sifat dan guru-gurunya . Selain itu

seseorang yang telah sampai ditingkat ini ,telah mampu menghafal

dengan baik 300.000 hadits Nabi Saw.Beserta urutan sanadnya dan

seluk-seluk mengenai perawinya dan sebagainya yang berkaitan dengan

hadits-hadits tersebut . Salah satu ulama yang bergelar al-Hakim adalah

Sufyan al-Tsauri (w.161H).

g. Amir al-Mu’minin fi al-Hadits

Gelar ini adalah gelaran yang tertinggi dalam kepakaran

seorang ulama hadits.Pada tingkat ini , seorang benar-benar telah diakui

, bahkan namanya telah termasyhur dikalangan para ulama mengenai

kepakarannya dalam bidang hadits,


6

10
Ibid, hlm. 192.
4. Istilah yang Berhubungan dengan Sumber Pengutipan

Di dalam ilmu hadits dikenal beberapa istilah yang berhubungan dengan

sumber pengutipan hadits. Diantaranya sebagai berikut :

• Akhrajahu al-Sab’ah

Istilah ini umumnya mengiringi matan dari suatu hadits . Hal

tersebut bearti bahwa hadits yang disebut terdahulu diriwayatkan oleh

tujuan ulama atau perawi hadits, yaitu Imam Ahmad, Bukhari , Muslim ,

Abu Dawud , At-Tirmidzi , al-Nasa’i dan Ibn Majah .

• Akhrajahu al-Sittah

Maksud istilah ini adalah bahwa matan hadits yang disebutkan

dengan nya adalah diriwayatkan oleh enam orang perawi hadits, yaitu

Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Nasa’i dan ibn Majah11.

• Akhrajahu al-Khamsah atau Akhrjahu al-Arba’ah wa Ahmad

Maksudnya adalah bahwa matan hadits yang disebutkan

bersamanya diriwayatkan oleh lima orang Imam hadits yaitu Ahmad,

Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibnu Majah .

• Akhrajahu al-Arba’ah atau Akhrajahu Ashab al-Sunan

Bahwa matan hadits yang disebutkan dengannya diriwayatkan

oleh epat orang Imam hadits, yaitu penyusun kitab-kitab Sunan, yang

11
Ibid, hlm.194
terdiri dari Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.

• Akhrajahu al-Tsalatsah

Maksudnya adalah bahwa matan hadits yang disebutkan

besertanya diriwayatkan oleh tiga orang Imam hadits yaitu Abu

Dawud, at-Tirmidzi dan al-Nasa’i.

• Muttafaq ‘Alaihi

Maksudnya bahwa matan hadits tersebut ddiriwayatkan oleh

Bukhari dan Muslim dengan ketentuann bahwa sanad terakhirnya, yaitu

di tingkat sahabat, bertemu .

• Akhrajahu al-Jama’ah

Maksudnya, bahwa matan hadits tersebut diriwayatkan oleh

jamaah ahli hadits12.


8

12
Ibid, hlm.195
D. Kesimpulan

Hadits adalah salah satu aspek ajaran islam yang menepati posisi penting

dalam pandangan islam . Menurut istilah ahli hadits, hadits adalah apa yang

disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik berupa ucapan , perbuatan,

penepatan ,sifat beliau , baik sebelum kenabian maupun sesudahnya. Dalam

mempelajari hadits Nabi Saw., kita tidak akan pernah terpisah dangan istilah-istilah

yang berhubungan dengan ulumul hadits . Adapun istilah-istilah tersebut diantaranya :

 Istilah yang mirip dengan hadits, yaitu sunnah, khabar dan atsar.

 Istilah dasar dalam ilmu hadits, yaitu sanad, matan dan rawi.

 Istilah yang berhubungan dengan generasi periwayatan, yaitu sahabat, mukhadhramun,

 tabi’in, al-mutaqaddimun, dan al-muta’akhirun .

 Istilah yang berhubungan dengan kegiatan periwayatan, yaitu al-muktsirun fi al-hadits.

 Istilah yang berhubungan dengan kepakaran, yaitu thalib al-hadits, al-musnid, al-

 muhaddits, al-hafizh, al-hujjah, al-hakim, dan amir al-mu’minin fi al-hadits.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2005.Pengantar Studi Hadits.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Matheer,Muksin. 2016. 1001 Tanya Jawab dalam Islam. Jakarta: Lembar Langit Indonesia

Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Komprensif. Jakarta: Kencana

Yuslem, Nawir. 1998. Ulumul Hadits. Jakarta: Mutiara Sumber Widya

Anda mungkin juga menyukai