Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hadits merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Hadits menempati
kedudukannya yang sangat penting setelah Al-Quran. Hadits berbeda dengan Al-
Quran yang semua ayatnya diterima secara mutawatir. Sedangkan, hadits dalam
periwayatannya sebagian dengan mutawatir dan sebagian yang lain secara ahad.
Oleh karena itu para ulama melakukan penelitian terhadap keaslian hadits agar
dapat dipertanggungjawabkan. Para ulama telah banyak mengklasifikasikan
cabang ilmu hadits berdasarkan kategori tertentu. Salah satu cabang ilmu hadits
yaitu Ilmu Rijal Al-Hadits yaitu ilmu yang membahas hal ikhwal para rawi yang
didalamnya membahas tentang sejarah para rawi (tarikh) dan para rawi
berdasarkan tingkatan zamannya (thabaqat).

B. Rumusan Masalah
A. Apa Definisi Thabaqatur Ruwah?
B. Thabaqah Sahabat ?
C. Thabaqah Tabi’in ?
D. Faidah Mempelajari Thabaqah?
E. Kitab-kitab Thabaqah

C. Tujuan

A. J
B. M
C. H
D. H
BAB II

PEMBAHASAN

A.   Definisi Thabaqat
Thabaqat menurut bahasa adalah suatu kaum yang memiliki kesamaan
dalam suatu sifat. Menurut istilah muhadditsin adalah Thabaqat yaitu suatu kaum
yang hidup dalam satu masa dan memiliki keserupaan dalam umur dan sanad,
yakni pengambilan hadits dari para guru.
Kadangkala para muhadditsin menganggap bahwa kebersamaan dalam
menimba ilmu hadits adalah cukup bisa dikatakan satu thabaqat. Sebab pada
umumnya mereka memiliki kesamaan dalam umur. Peneliti dan pengamat ilmu
hadits sangat dituntut untuk mengetahui tahun kelahiran dan kematian setiap rawi,
murid-muridya, dan guru-gurunya.
Kategorisasi bagi seorang rawi dalam suatu thabaqat bisa berbeda-beda,
bergantung pada segi penilaian dan hal-hal yang mendasari kategorisasinya. Oleh
karena itu, seringkali dua orang rawi dianggap berada dalam satu thabaqah karena
memiliki kesamaan dalam satu segi, dan dianggap berada dalam thabaqat yang
berlainan karena tidak memiliki kesamaan dalam segi lainnya.
Anas b. Malik al-Anshari beserta sahabat junior lain akan berada di bawah
sekian thabaqat Abu Bakar dan sejumlah sahabat senior, bila dilihat dari segi
waktu mereka masuk Islam. Namun, mereka dapat dianggap berada dalam
satuthabaqat bila dilihat dari kesamaan mereka sebagai sahabat Nabi SAW.
Dengan demikian, seluruh sahabat adalah thabaqat rawi yang pertama,
para tabi’inmenempati thabaqat kedua, para tabi’it tabi’in thabaqat ketiga, dan
seterusnya.
Dasar penggolongan yang demikian ini sesuai dengan sabda Rasulullah
SAW, “Sebaik-baik generasi ialah generasiku, kemudian generasi orang-orang
berikutnya dan lalu generasi orang-orang yang mengikutinya lagi”. (HR.
Bukhari).
Para ulama membuat ta’rif Ilmu Thabaqat, ialah “Suatu ilmu pengetahuan
yang dalam pokok pembahasannya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang
berserikat dalam satu alat pengikat yang sama”. Ilmu Thabaqat Ar Ruwah telah
muncul dan berkembang di tangan para ulama hadits sejak abad ke-2 H.1

B. Thabaqah Sahabat
Dalam bahasa Thabaqat diartikan ‫ = طبقات‬kaum yang serupa atau sebaya.
[5]
Menurut bahasa ]6[ ‫القوم المتشابهون‬
Menurut istilah

‫قوم تقاربوا في السن واالسناد أو في االسناد فقط‬

Artinya:

]7[.‫علم يبحث فيه عن كل جماعة تشترك فى أمر واحد‬


Suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahsannya diarahkan kepada
kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu pengikat yang sama.

Misalnya ditinajau dari alat pengikatnya, yaitu perjumpaanya dengan


nabi(shuhbab), para sahabat itu termasuk dalam thabaqat pertam,para thabaqat
tabi’i termasuk thabaqat kedua, para tabi’it-tabi’in termasuk dalam thabaqat
ketiga, dan seterusnya. Dasar penggolongan yang demikian ini adalah sabda
Rasulullah saw:

‫ رواهالبخارى ومسلم‬.‫خيرالقرون قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين ينونهم‬

Sebaik-baik generasi ialah generasiku, kemudian generasi orang-orang berikutnya


dan lalu generasi orang-orang yang mengikutinya lagi.

1
Devira, “Ilmu Tabaqah ar-ruwah” ,Ilmu Tabaqah, 14 Juli, 2014, http://devira.blogspot.com
Yang dimaksud dengan istilah thabaqat disini adalah sekelompok rawi yang
sebaya umurnya dan bersama-sama mendapat ilmu dari guru-guru mereka.2

Thabaqat-thabaqat sahabat yang dua belas itu, sebagai berikut:

1. Thabaqat pertama ialah para sahabat yang terdahulu masuk islam seperti
khalifah yang empat dan Bilal bin Abi Rabah
2. Thabaqat kedua ialah sahabat yang masuk islam sebelum adanya
permusyawarahan orang-orang Quraisy di Daru’n-Nadwah, untuk berbuat
makar kepada nabi Muhammad saw dikala Umar bin Khaththab r.a. telah
menyatakan keislamannya, nabi membaiat Said bin Zaid dan Sa’ad bin abi
Waqqas di Daru’n-Nadwah tersebut.
3. Thabaqat ketiga ialah mereka yang hijjrah ke Hasby, seperti: Khatib bin Amr
bin ‘Abdi’s-Syam, Suhail bin Baidla, dan Abu Khudzaifah bin ‘Atabah.
4. Thabaqat  keempat ialah sahabat yang menghadiri ‘Aqabah pertama seperti
Rafi’ bin Malik, ‘Ubadah bin Shamit dan Sa’ad bin Zararah.
5. Thabaqat kelima ialah mereka mereka yang menghadiri ‘Aqabah kedua
seperti, Barra bin Ma’rur, Jabir bin ‘Abdullah bin Jubair dan lain-lain.
6. Thabaqat keenam ialah para muhajirin yang pertama yakni mereka yang
menyusul Nabi di Quba’, sebelum sampai di Madinah seperti Ibnu Salmah
bin Abi Asad dan Amir bin Rabi’ah.
7. Thabaqat ketujuh ialah mereka yang mengikuti perang badar, mereka
sebanyak 313 orang, anatar lain Sa’ad bin Mu’adz dan Al-Miqqda bin Al-
Asward.
8. Thabaqat kedelapan ialah mereka yang berhijrah ke Madinah setelah perang
Badar dan sebelum Hudaibiyyah seperti Al-Mughirah bin Syu’bah.
9. Thabaqat sembilan ialah mereka yang menghadiri Bai’atu’r-Ridlwan di
Hudaibiyyah  seperti Salamah bin Akwa’ , Sinan bin Abi Sinan dan Abdullah
bin Amr

2
At-Tamyiz, “Sahabat dan thabaqah sahabat”, Wisatatamyiz, 8 Desember,2011,
http://wisatatamyiz.wordpress.com.
10. Thabaqat  kesepuluh ialah mereka yang hijrah setelah perdamaian Hudaibiyah
dan sebelum mekkah dikalahkan seperti Khalid bin Walid dan ‘Amr bin ‘Ash.
11. Thabaqat  sebelas ialah mereka yang masuk islam setelah mekkah
terkalahkan seperti Abu Sufyan dan Hakim bin Hazam.
12. Thabaqat kedua belas ialah anak-anak yang melihat Nabi setelah Mekkah
terkalahkan dan haji wada’ seperti Sa’id bin Yazid bin Abdullah
Adapun ulama yang membagi thabaqat shabat kepada lima thabaqat:

1. Ahli Badar
2. Mereka yang masuk islam lebih dahulu, berhijrah ke Habsyi dan
menyaksikan pertemuan-pertemuan sesudahnya.
3. Mereka yang ikut perang Khandaq
4. Wanita-wanita yang masuk islam, setelah Mekkah terkalahkan dan
sesudahnya.
5. Anak-anak.
3. Sahabat yang Banyak Meriwayatkan Hadis
Sahabat-sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, (lebih dari 1000 buah)ialah:

1. Abu Hurairah r.a  beliau meriwayatkan hadits sebanayk 5374. Diantara 325
buah hadits disepakati oleh al-Bukhary-Muslim, 93 buah diriwayatkan oleh
al-Bukhary sendiri dan 93 buah diriwayatkan oleh muslim sendiri.
2. Abdullah bin ‘Umar r.a hadis yang diriwayatkan beliau sebnayak 2630 buah,
diantar  jumlah tersebut yang muttafaq ‘alaih, sebanayak 170 buah, yang
infrada bihi al-Bukhari sebanyak 80 buah dan infrada bihi Muslim sebanyak
31 buah.
3. Anas bin Malik r.a hadits yang diriwayatkan sebnayak 2286 buah. diantar 
jumlah tersebut yang muttafaq ‘alaih sebanyak 168 buah, 8 infrada bihi al-
Bukhari dan 70 buah infrada bihi muslim
4. Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a beliau meriwayatkan hadits sebanyak 2210
buah dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih 174 , 64 buah infarada buah al-
Bukhari sebnayak 28 buah dan infarada bihi Muslim.3
5. Abdullah ibn Abas r.a beliau meriwayatkan hadits sebnyak 1660 buah, dari
jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 95 buah, yang infarada bihi al-
Bukhari sebanyak 28 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 49 buah.
6. Jabir bin Abdullah r.a beliau meriwayatkan hadits sebanyak 1540 buah dari
jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 60 buah yang infarada bihi al-
Bukhari sebanyak 16 buah dan yang infarada muslim sebanyak 126 buah.
7. Abu Sa’id al-Khudry  r.a  beliau meriwayatkan hadits sebanyak 1170 dari
jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 46 buah yang infarada bihi al
bukhari sebanyak 16 buah dan infarada bihi Muslim sebanyak 52 buah.
4. Keadilan  Sahabat
Jumhur ul ulama berpendapat bahwa seluruh sahabat itu adalah adil, baik
mereka yang terlibat fitnah pembunuhan, maupun yang tidak telibat. Keadilan
yang dimaksud adalah keadilan dalam periwayatan hadis, bukan keadilan
dalam soal persaksian.

Ada yang mengatakan (kaum Mu’tazilah) orang yang turut serta


dalam pembunuhan atas diri Ali dalam keadaan sadar termasuk fasik dan
tertolak periwayatan dan kesaksiannya, dengan alasan telah keluar dari Imam
yang benar.4

C. Thabaqah tabi’in

1. Ta’rif tabiin Tab’it padaْ asalnyaْ berartiْ pengikut.ْ Dalamْ ilmuْ hadits,ْ tabi’inْ
ialahْ seluruh orang Islam yang hanya bertemu dengan sahabat, berguru
kepadanya, tidak bertemu dengan Nabi saw. dan tidak pula semasa dengan
Nabi saw. Seorang dari tabi'in disebut tabi’ty atau tabi’. Ibnu Hajar berkata:
“Tabi’it itu orang yang menjumpai Shahabi dalam keadaannyaْ berimanْ
3
Ibid2
4
Ibid2
danْmatiْ dalamْ Islam.ْMufradْ dariْtabi’inْialahْtabi’. Dan tabi’it ini, bisa juga
dijamakkan dengan atba”.5

2. Manfaat Mengetahui Tabi’in Mengetahuiْ paraْ tabi’inْ bergunaْ untukْ


mengetahuiْ haditsْ muttashilْ danْ hadits mursal, karena suatu hadits yang
disebutkan di dalamnya nama para sahabat dipandang muttashal, dan jika
tidak disebut nama Shahabi, dinamai mursal. Ulama berbeda dalam
pengelompokan tabiin. Muslim mengelompokkannya ke dalam 3 thabaqat.
Ibnu Sa’ad mengelompokkan ke dalam 4 thabaqat.
3. Thabaqat Tabi’in Terakhir Thabaqat tabiin terakhir ialah yang berjumpa
dengan Anas ibn Malik di Bashrah, yang berjumpa dengan As-Sa’ib di
Madinah, yang berjumpa Abdullah ibn Abi Aufa di Kufah, yang berjumpa
dengan Abdullah ibn Harits Az-Zabidi di Mesir dan yang berjumpa dengan
Abu Thufail di Makkah.
4. Tabiin yang Paling Utama Tabi’in yang dipandang paling utama ialah Uwais
ibn Amr al Qarni. Menurut pendapat Ahmad ialah Said ibn al-Musayyab.
Sebenarnya ini bukanlah perselisihan yang hakiki, karena sebenarnya masing-
masing mereka mempunyai segi keistimewaan. Dari segi wara’ Uwais yang
paling utama. Dari segi kealiman Said yang paling utama. Demikian
dikatakan oleh Al-Bulqiny.
5. Ta’rif Mukhadhramin Di antara para tab'in ada yang menemui dan hidup pada
masa Jahilligah, hidup pada masa Nabi saw. dan memeluk agama Islam,
tetapi tidak pemnah melihat waiah Nabi saw. Mereka ini, dinamai
mukhadharamin, karena tidak diketahui ke mana mereka digolongkan. Di
antara orang yang digolongkan ke dalam golongan ini ialah Basyir ibn Amr.
Demikian pula, orang yang lahir di masa Nabi saw. masih hidup, tetapi tidak
dimasukkan ke dalam golongan orang yang meriwayatkan hadits dari Nabi
saw, seperti Abdullah ibn Abi Thalhah, Abu Usamah, As’ad ibn Sahal ibn
Hunai, Abu Idris al-Khaulani. Oleh Ibnu Shalah, orang ini dimasukkan ke

5
Muhammad Rizky Purba, “ILMU RIJAL AL-HADITS”, AL-RIJAL, vol.11,no.2,(2019), 633
6
dalam golongan thabaqat kedua. Tetapi, pendapat Ibnu Shalah ini ditentang
oleh Al-Bulqiny.
6. Tabi’in yang Mula-mula dan Terakhir Wafat Tabi'in yang pertama-pertama
wafat ialah Abu Zaid Ma’mar ibn Zaid, wafat pada tahun 30 H. di Khurashan.
Tabi'in yang terakhir wafatnya ialah Khalaf ibn Khalifah, wafatnya pada
tahun 180 H.7

C. Faidah Mempelajari Thabaqah

6
Ibid3
7
Ibid3

Anda mungkin juga menyukai