1
https://googleweblight.com
2
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal 85.
a. Madinah al-Munawarah
Diantara tokoh –tokoh hadits di kota Madinah dalam kalangan sahabat
ialah Abu Bakar, Umar, Ali (sebelum pindah ke Kuffah), Abu Hurairah,
Aisyah, IbnuUmar, Abu Said al-Khudry dan Zaid bin Tsabit. Diantara
sarjana-sarjana Tabi’in yang belajar kepada sahabat-sahabat itu ialah Said,
Urwah, Az-Zuhry, Ubaidilah ibn Abdillah ibn Utbah, Ibnu Ma’id, Salim
ibn Abdillah ibn Umar.
b. Makkah al-Mukarramah
Diantara tokoh hadits makkah ialah Mu’adz, kemudian Ibnu Abbas.
Diantara Tabi’in yang belajar padanya ialah Mujahid, Ikrimah, Atha’ ibn
Abi Rabah, Abu az-Zubair Muhammad ibn Muslim.
c. Kufah
Ulama Sahabat yang mengembangkan hadits di Kuffah ialah Ali Abdullah
ibn Mas’ud, Saad ibn Abi Waqqash, Said ibn Zaid, Khabab ibn al-Arat,
Salman al-Farisy, dll. Abdullah ibn Mas’ud adalah pemimpin besar hadits
di Kuffah. Ulama hadits yang belajar kepadanya ialah Masruq, Ubaidah,
Al aswad, Syuraih, Ibrahim, Said ibn Jubair, Amir ibn Syurahil, dan Asy-
Sya’by.
d. Bashrah
Pimpinan hadits di Basrah dari golongansahabat ialah Anas ibn Malik,
Utbah, Imran ibn Husain, Abu Bazrah, Ma’qil ibn Yasar, dll.
Sarjana-sarjana Tabi’in yang belahjar kepada mereka ialah Abul Aliyah,
Rafi’ ibn Mihram ar-Riyahy, Al-Hasan al-Bishry, Muhammad ibn Sirin,
Qatadah, dll.
e. Syam
Tokoh hadits dari kalangan sahabat di Syam ialah Mu’adz bin Jabal.
Ubadaibn Shamit dan Abu Darda’, pada beliau-beliau itulah banyak
Tabi’ibelajar diantaranya ialah Abu Idris al-Khaulany, Qabishah ibn
Dzuaib, Makhul, Raja’ ibn Haiwah.
f. Mesir
Diantara sahabat yang mengembangakan hadits di Mesir ialah Abdullah
ibn Amr, Uqbah ibn Amr, dan ada kira-kira 140 orang sahabat yang
mengembangkan dakwah di Mesir. Diantara Tabi’in ang belajar disana
ialah Abu al-Khair Martsad al-Yaziny dan Yazid ibn Abi Habib.3
g. Maghrib (Afrika Selatan) dan Andalusia(Spanyol)
Tokoh-tokoh sahabat yang mengajarkan hadits di Amr ibn al-‘Ash,
Abdullah ibn Sa’ad bin Abi Sarah, Abdullah bin Abbas, dll. Dari para
sahabat tersebut menghasilkan sarjana-sarjana dari bangsa Afrika sendiri
seperti Abdurrahman ibn Ziyad, Yazid ibn Abi Mansur, al Mughirah ibn
Abi Burdah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
h. Yaman
Rasulullah pernah mengirim Mu’az ibn Jabal dan Abu Musa Al Ansyari
ke Yaman. Dari sana muncul Tabi’in terkemuka seperti Hammam ibn
Munabbih, Thawus dan putranya Ma’mar ibn Rasyid, dll.
i. Jurjan
Di Jurjan singgah beberapa sahabat, antara lain Abu Abdillah Al Husain
ibn Ali, Abdullah ibn Umar, Hudzaifah ibn Al Yaman, dll. Ada yang
mengatakan juga termasuk Al Hasan ibn Ali
j. Quzwain
Tokoh sahabat yang berada di Quzwain yaitu Salman Al Farisiy, dan Abu
Hurairah ad-Dausy. Sedang yang Tabi’in antara lain Said ibn Jubair,
Syamr ibn ‘Athiyyah, dan Thulaihah bin Khuwalid.
k. Khurasan
Dari kalangan sahabat yang pernah singgah di Khurasan adalah Buraidah
ibn Hasyib al Aslamy, Abu Barzah al Aslamy, dll. Di kawasan inilah
3
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang:
PT Pustaka Rizky Putra, 2009, hal 49-50.
muncul para pakar hadits terkemuka seperti di Bukhara tokohnya Abu
Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, di Samarqand tokohnya Abu
Abdillah ibn Abdillah ibn Abdurrahman ad-Darimiy, dan di Faryab
tokohnya Muhammad ibn Yusuf al-Farabiy kawan sejawat al-Tsaury.4
3. Munculnya Pemalsuan Hadist
Pada Masa ini terjadi pergolakan politik yang disebabkan perebutan
kekuasaan antara Khalifah Ali dan Muawwiyah. Dan pada masa tersebut umat
Islam terbagi menjadi beberapa golongan. Golongan pertama yaitu golongan
Syiah yang medukung Khalifah Ali, golongan kedua yaitu pendukung pihak
Muawwiyah, dan golongan terakhir yaitu kelompok Khawarrij yang tidak
mendukung Ali maupun Muawwiyah.
Ketiga golongan tersebut, sudah barang tentu ingin saling berebut
pengaruh dimata masyarakat. Bukan hanya itu, mereka juga saling berusaha
untuk menjatuhkan lawan masing-masing dengan tidak segan-segan membuat
hadits palsu. Usaha ini pertama kali dilakukan oleh golongan Syi’ah, dan
diikuti oleh golongan yang lainnya. Kota yang terkenal sebagai pusat
pembuatan hadits palsu pada waktu itu adalah Irak.
Kalaulah pada masa Ali itu telah timbul pemalsuan Hadits, maka
bentuknya barulah tingkat permulaan, yang secara keseluruhan belum banyak
berpengaruh terhadap keaslian Hadits Rasul. Adapun pada periode ketiga,
yakni mulai masa Muawwiyah sampai akhir abad 1 Hijry, pemalsuan Hadits
telah berkembang pesat , yang sebabnya bukan hanya factor pertentangan
golongan,5 akan tetapi juga dilakukan oleh para kaum zindiq yang yang
motifnya ingin memecah belah kaum islam.6
Faktor munculnya keliruan pada masa tabi’in adalah:
4
Muhammad A’jad Al Khatib, Ushul Al-Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013, hal. 114-
117.
5
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits: Cara-cara sahabat menerima dan Menyampaikan
Hadits, Bandung: Angkasa, 2009, hal. 98-99
6
Ibid., hal 107
a. Periwayatan hadist adalah manusia, jadi tidak lepas dari kekeliruan
b. Terbatasnya penulisan dan kodifikasi hadist
c. Terjadinya periwayatan secara makna yang dilakukan oleh sahabat.
Pemalsuan hadist dimulai sejak masa Ali Ibnu Abi Thalib bukan karena
masalah politik tetapi masalah lain. Menghadapi pemalsuan terjadinya hadist
dan keliruan periwayatan maka para ulama mengambil langkah sebagai
berikut: