Anda di halaman 1dari 4

A.

Aliran-aliran tafsir pada masa sahabat

Setelah Rasulullah wafat pada tahun 11 H, para sahabat makin giat mempelajari Al-
Qur’an dan memahami makna-maknanya dengan jalan riwayat secara lisan, dari
mulut ke mulut, dari sahabat yang satu ke sahabat yang lain.1

Akan tetapt pada masa sahabat belum ada aliran-aliran pada tafsir, dan muncul pada
generasi selanjutnya. Para sahabat relatif berasal dari wilayah yang sama atau
berdekatan di kawasan (Mekah-Madinah dan wilayah sekitarnya) yang pernah
berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam satu situasi perjuangan Islam
awal meskipun di penghujung usianya, para sahabat berada dan menetap di wilayah
yang berbeda-beda dan berjauhan dalam teritorial kekuasaan umat Islam. Sejarah
mencatat 3 (tiga) aliran tafsir pada periode tabi`in ini, yaitu Mekkah, Madinah, dan
Kufah. Mekkah merupakan aliran dari sahabat `Abd Allah Ibn `Abbâs, Madinah
merupakan aliran dari Ubay bin Ka`b, dan Kufah merupakan aliran dari sahabat `Abd
Allah Ibn Mas`ûd. Nama-nama tokoh tabi`in murid para sahabat berikut ini hampir
semuanya mendapatkan kredit positif dan pujian dari ulama dan kritikus tokoh. Hal
ini tentunya tidak perlu diherankan mengingat faktor ketokohan mereka.

1. Mekkah
Kota suci Mekkah relatif terhindar dari kegaduhan politik Islam karena
dihormati sebagai tanah haram dan bukan ibu kota pemerintahan Muslim.
Meskipun Abd Allah bin Zubayr mencoba mengklaim Mekkah sebagai pusat
pemerintahan, upayanya tidak efektif, dan dia ditaklukkan oleh al-Hajjâj bin
Yûsuf al-Tsaqafî setelah memerintah sebagai khalifah selama 9 tahun. Dinasti
Umayyah menyerang Mekkah beberapa kali untuk melumpuhkan Abdullah
bin Zubayr, merusak Kakbah dan Masjidil Haram. Tokoh-tokoh Mekkah
seperti Sa`îd bin Jubayr, Mujâhid bin Jabr, Ikrimah, Thâwûs bin Kisan al-
Yamani, dan Atha' bin Abi Rabbah adalah mufassir tabi'in yang belajar dari
Abdullah Ibn Abbas, sebagian besar di antaranya berlatar belakang mawali.2

a. Said bin Jubair

1
Nasruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur`an di Indonesia (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003) 8.
2
Hitti, Philip K, History of the Arabs : rujukan induk dan paling otoritatif tentang sejarah peradaban
Islam terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005),
238-256
Abu Abdullah atau Abu Muhammad Sa'id bin Jubayr bin Hisyam al-
Asadi al-Walibi, seorang Habasyah yang terkenal dengan kulit hitam
dan sifat baiknya, adalah seorang senior dan pemuka tabi'in yang
berguru kepada beberapa sahabat terutama Ibn Abbas. Dia sering
membaca Al-Qur'an dengan berbagai gaya pembacaan pada malam-
malam bulan Ramadhan. Selain itu, dia dihargai dalam berbagai
bidang ilmu namun tetap rendah hati. Keunggulannya diakui oleh
berbagai tokoh, termasuk Isma'il bin Abd al-Malik, Ibn Khallikan,
Khasif, Qatadah, Abu Amr bin Maymun, Abu al-Qasim al-Thabari, dan
Ibn Hibban. Sa'id bin Jubayr meninggal terbunuh pada tahun 95 H/715
M di usia 49 tahun.3

2. Madinah
Setelah kekhalifahan Utsman bin Affan, banyak sahabat yang tinggal di
Madinah dan fokus mengembangkan studi Al-Qur'an. Kota Madinah relatif
lebih tenang dari keriuhan politik, dan tradisi-tradisi yang diperkenalkan oleh
Rasulullah dipertahankan dengan kuat di sana. Salah satu bagian penting dari
kebiasaan penduduk Madinah dikenal sebagai "amal ahli Madinah" (tindak
kebiasan penduduk Madinah). Sahabat yang terkenal dalam bidang tafsir Al-
Qur'an adalah Ubayy bin Ka'b, yang merupakan guru bagi banyak tokoh
tabi'in di Madinah seperti Abu al-'Aliyah, Muhammad bin Ka'b al-Qurdhi, dan
Zayd bin Aslam. Mereka menerima riwayat tafsir Al-Qur'an dari Ubayy bin
Ka'b.
a. Abu Al-Aliyah
Abu al-'Aliyah Rafi' bin Mahran al-Riyahi adalah seorang tokoh tabi'in
besar yang terkenal dalam bidang tafsir Al-Qur'an. Dia masuk Islam
dua tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Seandainya dia
masuk Islam lebih awal, mungkin dia akan dicatat sebagai salah satu
dari para sahabat karena lahir sebelum Islam hadir di Madinah. Selain
belajar dari Ubay bin Kaab, dia juga belajar dari Ali bin Abi Thalib,
Ibn Mas'ud, Ibn Abbas, Ibn Umar, dan beberapa sahabat lainnya. Abu
al-'Aliyah diakui sebagai sumber terpercaya oleh para ahli hadis seperti
Ibn Ma'in, Abu Zar'ah, Abu Hatim, al-'Ijli, dan al-Lalukai. Dia juga
3
Muhammad Husayn al-Dzahabî, Tafsîr wa al-Mufassirun, Juz 1…, hlm. 79
dianggap sangat ahli dalam qiraah Al-Qur'an oleh Ibn Abi Dawud. Dia
menerima banyak riwayat tafsir dari Ubay bin Kaab, yang diakses oleh
al-Rabi' bin Anas dan kemudian disampaikan kepada Abu Ja'far al-
Razi. Riwayat tafsir dari Ubay bin Kaab melalui Abu al-'Aliyah
dianggap sahih oleh para ulama seperti Ibn Jarir al-Thabari, Ibn Abi
Hatim, al-Hakim, dan Ahmad bin Hanbal. Abu al-'Aliyah meninggal
pada tahun 90 H/710 M.4

3. Kuffah
Mufassir tabi'in dari wilayah Irak memainkan peran penting dalam mendidik
para sahabat di Kufah, terutama sahabat senior Abdullah bin Mas'ud. Pada
masa pemerintahan Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud ditugaskan
sebagai guru besar di Kufah dan menjadi menteri utama di bawah Gubernur
Ammar bin Yasir. Penempatan ini sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas
Abdullah bin Mas'ud, yang bisa memenuhi kebutuhan pengajaran di Kufah,
yang merupakan wilayah yang mendasarkan pemikirannya pada logika dan
analisis (ahl al-ra'y). Ibn Mas'ud menetapkan dasar-dasar istidlal (pencarian
dalil hukum) melalui ijtihad al-ra'y, yang diwariskan kepada para ulama di
Irak. Tafsir Kufah diasosiasikan dengan Ibn Mas'ud karena ketokohannya dan
kontribusinya, serta banyaknya riwayat tafsir yang berasal darinya dan
disampaikan kepada generasi berikutnya. Di antara murid-murid Abdullah bin
Mas'ud adalah Alqamah bin Qays, Masruq bin Abd al-Rahman, al-Azwad bin
Yazid, Murrah al-Hamdani, Amir al-Sha'bi, Hasan al-Bashri, dan Qatadah bin
Di'amah. Mereka semua merupakan tokoh yang berperan dalam penyebaran
dan pengembangan tafsir di Kufah.5

a. Alqamah bin Qays


Alqamah bin Qays bin Abdullah bin Malik al-Nakhai al-Kufi, lahir
pada masa hidup Nabi dan meninggal pada usia sepuh sekitar 90 tahun
antara tahun 61-62 H / 680 M, pada saat yang sama dengan peristiwa
Karbala di luar kota Kufah. Selain belajar dari Ibn Mas'ud, dia juga
menerima riwayat dari Umar bin Khattab, Utsman, Ali, dan beberapa
4
Muhammad Husayn al-Dzahabî, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Juz I…, hlm. 87
5
Muhammad Husayn al-Dzahabî, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Juz I…, hlm. 88
sahabat lainnya. Alqamah terkenal sebagai murid paling terkemuka
dari Ibn Mas'ud dalam hal riwayat, pengetahuan, dan ilmu gurunya.
Dia dianggap sebagai replika dari Ibn Mas'ud, sehingga orang tidak
perlu khawatir jika tidak pernah bertemu langsung dengan Ibn Mas'ud
karena Alqamah akan mewakili dengan baik. Ibn Mas'ud sendiri
memuji Alqamah secara luar biasa, menyatakan bahwa (apa pun yang
tidak bisa dia baca atau pahami, Alqamah dapat membacanya dan
memahaminya). Para ulama memberikan penilaian positif terhadap
kredibilitas dan Marrah al-Hamdani menyebutnya sebagai sosok yang
sangat bijaksana.6

Perkembangan Islam yang luas mengakibatkan banyaknya orang yang masuk Islam,
terutama dari kalangan ahli kitab seperti Abdullah bin Salam, Kaab al-Ahbar, Wahhab
bin Munabbih, dan Abdul Malik bin Abd al-Aziz bin Jurayj, menyebabkan infiltrasi
unsur-unsur israiliyat dan nasraniyat dalam tafsir Al-Qur'an, khususnya terkait kisah-
kisah umat dan nabi-nabi terdahulu serta pemikiran filsafat. Banyak yang tertarik pada
detail-detail inspiratif dalam kisah-kisah tersebut, yang banyak terdapat dalam tradisi
pengetahuan ahli kitab. Menurut Ahmad Amin dalam Fajrul Islam, al-Dzahabi
berpendapat bahwa israiliyat mulai masuk ke dalam tafsir pada era tabi'in. Namun,
catatan bahwa Ibn Abbas telah mengakses informasi dari ahli kitab menunjukkan
bahwa unsur israiliyat telah ada sejak masa sahabat, meskipun tidak sebesar pada era
tabi'in.

6
Muhammad Husayn al-Dzahabî, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Juz I…, hlm. 89

Anda mungkin juga menyukai