Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR

“Tokoh-Tokoh Dan Objek Kajian Israiliyyat “

Disusun Oleh :

Siti Nurhayati (2111420014)

Dosen Pengampu :

Dr. Aibdi Rahmat, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN dan TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB dan DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO
BENGKULU 2024

1
PEMBAHASAN
Tokoh-Tokoh Israilliyyat
Dalam kitab At-Tafsir Wa Al-Mufassirun, Imam Adz-Dzahabi menyebutkan
bahwa penyebaran israiliyat setidaknya bersumber dari empat tokoh yakni:
1. Abdullah Bin Salam
Beliau bernama lengkap Abu Yusuf Abdullah Ibn Salam Ibn Harist al-
Israil al-Anshari, dan dia adalah keturunan nabi Yusuf bin Ya'kub. Sebelum
menjadi Muslim, dia bernama Hushain bin Salam. Ketika dia bertemu dengan
nabi di Madinah dan melihat tanda-tanda kenabian nabi Muhammad SAW
yang dia temui dalam kitab Taurat, dia menjadi muslim. Abu Yusuf adalah
orang yang paling memahami isi Taurat dari kaumnya, dan para sahabatnya,
termasuk Muadz bin Jabal, mengakui keahliannya. Ada beberapa orang yang
mengambil riwayat darinya, seperti anak-anaknya Yusuf dan Muhammad,
Abu Hurairah, Abu Bardah bin Abu Musa, Atha' bin Yasar, dan lainnya.
Syekh Manna' al Qaththan mengatakan bahwa dia adalah periwayat israiliyat
yang paling tinggi dan tidak didakwa.1
Dia memiliki status yang cukup tinggi di mata Rasul, dan Rasul
mengumumkan kepadanya bahwa dia akan dimasukkan ke surga. Ia terlibat
dalam perjuangan untuk menegakkan Islam; ia bergabung dengan Mujahid di
perang Badar dan bersama Umar Ibn Khattab menyaksikan penyerahan Bait
al-Maqdis kepada kaum Muslimin. Tak ada keraguan tentang "adalah" di
kalangan ahli hadis dan tafsir. Dia dianggap sebagai orang yang paling "alim"
di kalangan Yahudi baik sebelum maupun sesudah masuk Islam karena
kecerdasannya. Tafsir ath-Thabari adalah salah satu dari banyak kitab tafsir
yang mengaitkannya dengannya.2
2. Ka’b Al-Ahbar
Karena ilmunya yang luas, Abu Ishaq Ka’b bin Mati’ al Himyari lebih
dikenal dengan nama Ka’b Al Bahr. Beliau adalah orang Yahudi dari Yaman
dari keluarga Zi Ra'in yang kemudian memeluk Islam pada masa Sayyidina

1
Masriani Imas, “Israiliyat Dalam Tafsir –At-Thabari”, Humanistika: Jurnal Keislaman,
Vol. 8 No 2, 2022. Hlm. 224
2
M. Rozali & Nurul Syahrani Lubis, “Israiliyat: Histori Eksistensi Dan Tokoh”, Al-Kaffah,
Vol. 10, No.2, 2002. Hlm. 152

2
Umar. Setelah memeluk Islam, beliau menetap di Madinah sebelum pindah ke
Syam selama masa kekhalifahan Sayyidina Umar. Orang-orang yang
menerima riwayat darinya termasuk Abu Hurairah, Ibnu Abbas, dan Atha' bin
Rabah. Dia wafat pada tahun 32 H.
Dalam hal ketsiqahannya, ada tuduhan buruk terhadapnya dalam ilmu
riwayat. Namun, menurut Adz Dzahabi, tuduhan tersebut dapat dipatahkan
karena kehebatan ilmu Ibnu Abbas dan Abu Hurairah dalam pengambilan
riwayat darinya, sehingga fakta ini mematahkan tuduhan tersebut. Imam
Muslim, An-Nasai, dan Abu Daud juga mengambil beberapa riwayat darinya.
Di sisi lain, Ahmad Amin dan Rasyid Ridha menganggapnya sebagai
pendusta dan berpotensi merusak Islam, mengingat beberapa muhaddisin,
seperti Ibn Qatadah dan Imam Nawawi, juga tidak mengambil riwayat
darinya. Namun, At Thabari hanya mengutip bagian kecil dari riwayat Ka’ab
Al Ahbar.3
3. Wahab bin Munabbih
Ulama terpilih dari generasi tabiin adalah Abu Abdillah Wahab bin
Munabbih bin Sij bin Kinaz Al Yamani As-Shan'ani. Beliau menguasai cerita
tentang penciptaan alam semesta setelah membaca banyak buku kuno. Wahab
bin Munabbih lahir pada tahun 34 H dan wafat pada tahun 110 H. Dia
menuqil kisah-kisah israiliyat dari banyak sahabat, seperti Abu Hurairah, Ibnu
Abbas, Ibnu Mas'ud, Abu Said Al Khudry, Ibnu Amt bin Ash, Anas, dan
Jabir. Mereka yang menerima riayatnya termasuk Umar bin Dinar, kedua
anaknya, Abdullah dan Abdurrahman bin Wahab, dan para perawi Hadis
seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, An-Nasai, Tirmidzi, dan Abi Daud.
Tidak jauh berbeda dengan Ka’b Al Ahbar, Wahab bin Munabbih juga
mendapat tuduhan seperti kidzb, tadlis, dan merusak akidah dan akal manusia.
Ahmad Amin dan Rasyid Ridha adalah beberapa orang yang mengkritiknya.4
4. Ibnu Juraij

3
Masriani Imas, “Israiliyat Dalam Tafsir –At-Thabari”, Humanistika: Jurnal Keislaman,
Vol. 8 No 2, 2022. Hlm.225
4
Masriani Imas, “Israiliyat Dalam Tafsir –At-Thabari”, Hlm. 226

3
Biografi lengkap beliau adalah Abu Al Walid Abdul Malik bin Abdul
Aziz bin Al Juraij, dan dia lahir pada tahun 80 H. Dia meninggal pada tahun
150 H atau 159 H. Dia awalnya adalah Nasrani dari Romawi, tetapi kemudian
masuk Islam dan menjadi ahli hadis dari Mekah. Dia juga termasuk dalam
generasi tabiin dan adalah orang pertama yang mengarang kitab hijaz. Imam
At-thabari adalah salah satu dari banyak orang yang mengambil riwayat
darinya. Ibnu Juraij mengambil riwayat dari ayahnya, Atha' bin Rabah, Az-
Zuhry, Zaid bin Aslam, dan orang lain. Kedua anaknya, Abdul Aziz dan
Muhammad, Al-Auza'iy, Al-Laits, Hammad bin Zaid Yahya bin Said Al
Anshary, dan orang lain mengambil riwayat darinya. Banyak perdebatan
tentang status ketsiqahannya; sebagian orang menganggapnya siqah,
sedangkan yang lain meragukannya karena ada tadlis dalam beberapa
riwayatnya.5
Terdapat tokoh-tokoh lain pula yang meriwayatkan israiliyyat di
antaranya:
5. Tamim al-Dar
Ia berasal dari agama Nasrani dan mengetahui banyak ilmu Nasrani
dan cerita. Dia juga mengetahui banyak ilmu lain, seperti berbagai peristiwa,
pertempuran, dan cerita orang-orang terdahulu. Seperti yang diharapkan, ia
pandai bercerita. Menurut keyakinannya, riwayat hidupnya bebas dari
penipuan dan kebohongan. Ia meminta izin kepada Umar bin al-Khatab untuk
mengisahkan sebuah cerita dan ia mengizinkannya.
6. Muhammad bin Sa’ad al-Kalbi
Al-Dzahabi mengatakan bahwa dia adalah ahli biografi dan sejarah
yang terkenal, serta sangat terkenal dalam tafsir dan tafsir. Sebagai ahli
sejarah, ia banyak meriwayatkan tentang Israiliat dalam tafsir dan hadits
karena dia berasal dari kalangan Yahudi.
7. Muqatil bin Sulaiman
Al-Dzahabi menyatakan bahwa ia terkenal dalam tafsir al-Qur'an.Ia
mengambil hadits dari tabi'in seperti Aliah bin Said al-Alufi, Atha bin Rabaah,

5
Masriani Imas, “Israiliyat Dalam Tafsir –At-Thabari”, Humanistika: Jurnal Keislaman,
Vol. 8 No 2, 2022. Hlm. 227

4
Dlahak bin Muzakhim, dan Mujahid bin Jabr.Al Harbi mengatakan bahwa
Muqatil pernah mendengar dari Mujahid, tetapi di dalam kitab Tahdzib
disebutkan bahwa ia tidak mendengar dari al-Dlahak karena al-Dlahak
meninggal empat tahun sebelum Muqatil dilahirkan.Ulama berbeda pendapat
tentang pribadi Muqatil; sebagian menyatakan bahwa dia memiliki banyak
pengetahuan, tetapi sebagian besar mencelanya. Tafsirnya penuh dengan
khurafat, kesesatan, musybihah, dan mujassimah.
8. Muhammad bin Marwan al-Su’udi
Menurut al-Dzahabi, ia adalah murid Muhammad bin Said al-Kalbi,
yang merupakan murid Shabiyah yang banyak membuat hadits palsu.
Sebagian besar ulama mengatakan bahwa ia banyak berdusta dan
mengemukakan cerita palsu.6
Para ulama berbeda dalam mengakui dan mempercayai ahli kitab tersebut; ada
yang mencela, ada yang menolak, dan ada yang percaya. Ada perbedaan pendapat
yang signifikan mengenai Ka'ab al-Akhbar. Namun, yang paling pandai dan paling
dihormati adalah Abdullah Ibn Salam. Ahli hadis seperti Imam Bukhari
mempercayainya karena itu. Dia juga tidak dianggap bersalah, berbeda dengan Ka’ab
al-Akhbar dan Wahab Ibn Munabih.7

Objek Kajian Israiliyyat


Menurut Muhammad Nashiruddin al-Bam. Israiliyat adalah berita-berita yang
dinukıl dari larail, kebanyakan darı Yahudı atau dari Nasrani. Menurut asy- Syarbasi
Isradiyat adalah kisah-kisah dan berita berita yang berhasil diselundupkan oleh orang-
orang Yahudi ke dalam Islam Kisah-kisah dan kebohongan mereka kemudian diserap
oleh umat Islam, selain dari Yahudi merekapun menyerapnya dari yang lama
Sedangkan Sayyid Ahmad Khalil mendefenisikan Israiltyat adalah riwayat-riwayat
yang berasal dari Ahli Kitab, baik yang berhubungan dengan agama mereka maupun
yang tidak ada hubungannya sama sekali dengannya. Riwayat israiliyat kepada orang-
orang Yahudi karena para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk

6
Arma, “Israiliyat Dalam Tafsir Al-Qur„an”, Al-Fath,Vol. 06 No. 02 , 2012, Hlm. 216-218
7
M. Rozali & Nurul Syahrani Lubis, “Israiliyat: Histori Eksistensi Dan Tokoh”, Al-Kaffah,
Vol. 10, No.2, 2002. Hlm.153

5
Islam. Jadi israiliyat adalah sesuatu yang masuk dalam tafsir dan hadis dimana
periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasaranı baik menyangkut
tentang agama atau tidak Kisah-kisah yang ada di dalamnya berbaur dari berbagai
agama dan kepercayaan yang masuk ke Jazirah Arab yang di bawa oleh orang- orang
Yahudi dan Nasrani.8
Perkembangan Islam sangat pesat di zaman Rasul, dan Khulafa al-Rasyidin.
Pada saat Rasul wafat dan pada awal Abu Bakar as Shidiq menjadi khalifah sudah
muncul gerakan Riddah menolak ajaran Islam dan kufur dengan motif ingin
melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Motif ini semakin marak setelah perjalanan
politik Islam tidak begitu mulus seperti di zaman Rasul, terjadi banyak perselisihan,
munculnya saktarianisme dan perbedaan pandangan politik yang menyebabkan
perbedaan pandangan dalam teologi. Kontak-kontak tersebut telah mendorong pula
lahirnya Israiliyat.
Kemunculan Israiliyat ini tidak bisa dihindari karena orang-orang yahudi
sejak dahulu kala selalu berkelana. Setelah kembali ke negeri asal, mereka membawa
bermacam-macam berita keagamaan yang dijumpai di negeri-negeri yang mereka
singgahi. Dengan masuknya ahli kitab itu ke dalam Islam, maka terbawa pula
bersama mereka itu kebudayaan mereka tentang berita dan kisah-kisah agama. Ketika
mereka membaca kisah-kisah yang terdapat pada Alquran, maka mereka
mengemukakan dengan terperinci uraian-uraian yang terdapat di dalam kitab-kitab
mereka. Sahabat-sahabat Rasul tertegun mendengar kisah-kisah yang dikemukakan
oleh Ahli Kitab itu. Namun mereka tetap manurut perintah Rasul: “Apabila ada ahli
kitab yang berkata kepadamu, maka janganlah kamu benarkan dan jangan pula
kamu dustakan.
Katakanlah: “Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami
(Alquran) dan apa yang diturunkan kepada orang-orang sebelum kami dari Tuhan
kami.” Apabila yang disampaikan itu haq (benar), janganlah kamu dustakan. Jika
bathil janganlah kamu benarkan.” Tidak jarang terjadi diskusi antara sahabat dengan
ahli kitab, mengenai uraian yang terperinci. Adakalanya sahabat menerima sebagian

8
Nursyamsu, “Masuknya Israiliyyat Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Dari Tokoh Sampai
Pengaruhnya Terhadap Penafsiran)”, Jurnal Al-Irfani STAIN Darul Kamai NW Kembang Kerang ,
Vol.3, Anao. 1, 2015, Hlm. 5

6
dari apa yang dikemukakan oleh ahli kitab itu selama masalah ini tidak menyangkut
aqidah dan tidak berhubungan dengan hukum-hukum. Setelah sahabat membicarakan
masalah ini, mereka memahami sabda Rasul yang berbunyi: Sampaikanlah dariku
sekalipun satu ayat mereka berbicara tentang Nabi Israil. Dalam hal ini Rasul tidak
keberatan. Rasul bersabda:
‫عل بذك نم رالنا نم هدعقم أوب‬
َ ‫تيلف ادمعتم‬
Artinya: “Barang siapa yang berdusta atasku (yakni atas namaku) dengan
sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya)
di neraka”.
Hadis ini menjelaskan bahwa ada orang yang berbicara tentang Nabi Israil
dengan apa yang tidak mereka ketahui bohongnya. Adapun yang terdapat pada hadis
yang pertama, janganlah kamu membenarkan ahli kitab dan janganlah kamu
mendustakannya. Ini yang menjadi kesimpulan tentang berita-berita yang mereka
kemukakan sebagai tujuan dari perkataan itu. Kadang benar dan kadang bohong.
Berita-berita yang dibawa oleh orang Yahudi yang telah masuk Islam, yaitu yang
berkaitan dengan Israiliyat, hal ini sudah terbiasa bagi orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Berpindahnya Israiliyat dari orang Yahudi ke Islam ini dikarenakan oleh
pergaulan mereka kepada kaum Muslim, pada awal Islam hijrah ke Madinah. Sahabat
tidak ada yang mengambil berita terperinci dari ahli kitab, kalau ada jumlahnya itu
sedikit sekali, atau jarang terjadi.9
Di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang mengemukakan kisah-kisah para
nabi dan cerita tentang umat masa lalu. Tetapi kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak
dikemukakan secara detail karena motifnya sebagai ibarat dan tidak dijelaskan secara
rinci mengenai berbagai peristiwa sejarah, nama-nama tempat, dan nama-nama orang.
Berbeda dengan Taurat dan Injil, kisah-kisah ini dijelaskaan secara terperinci. Para
ahli kitab yang masuk Islam mendapatkan kesamaan antara isi kitab-kitab mereka
dengan al-Qur’an. Karena al Qur’an sebagian besar ayat-ayatnya bersifat global,
maka memerlukaan penjelasan dan penafsiran yang lebih jelas tentang maksud
kandungan ayat-ayat tersebut. Para ahli kitab yang telah masuk Islam ini mereka ikut
menafsirkan al-Qur’an dengan dongeng-dongeng dari kitab-kitab yang mereka kuasai

9
M. Rozali & Nurul Syahrani Lubis, “Israiliyat: Histori Eksistensi Dan Tokoh”, Al-Kaffah,
Vol. 10, No.2, 2002. Hlm. 150

7
ketika masih memeluk agamanya masing-masing, sehingga tafsir al-Qur’an banyak
menggunakan cerita-cerita yang disampaikan oleh mantan ahli kitab ini yang disebut
Israiliat.10

PENUTUP
Kesimpulan
Dari literature yang penulis tulis dapat kita pahami bahwasnya terdapat
beberapa tokoh-tokoh dalam periwayatan kisah-kisah israiliyyat mulai dari kalangan
sahabat, tabiin, hingga tabi’ tabiin yang merupakan para ahli kitab. Namun Para
ulama berbeda pendapat dalam mengakui dan mempercayai ahli kitab tersebut; ada
yang mencela, ada yang menolak, dan ada yang percaya. Ada perbedaan pendapat
yang signifikan mengenai Ka'ab al-Akhbar. Namun, yang paling pandai dan paling
dihormati adalah Abdullah Ibn Salam. Ahli hadis seperti Imam Bukhari
mempercayainya karena itu. Dia juga tidak dianggap bersalah, berbeda dengan Ka’ab
al-Akhbar dan Wahab Ibn Munabih. Dan dapat di pahami bahwasanya Tidak jarang
terjadi diskusi antara sahabat dengan ahli kitab, mengenai uraian yang terperinci.
Adakalanya sahabat menerima sebagian dari apa yang dikemukakan oleh ahli kitab
itu selama masalah ini tidak menyangkut aqidah dan tidak berhubungan dengan
hukum-hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Arma, 2012. “Israiliyat Dalam Tafsir Al-Qur„an”, Al-Fath,Vol. 06 No. 02

M. Rozali dan Nurul Syahrani Lubis, 2002. “Israiliyat: Histori Eksistensi Dan
Tokoh”, Al-Kaffah, Vol. 10, No.2
Masriani Imas, 2022. “Israiliyat Dalam Tafsir –At-Thabari”, Humanistika: Jurnal
Keislaman, Vol. 8 No 2
Nursyamsu, 2015. “Masuknya Israiliyyat Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Dari Tokoh
Sampai Pengaruhnya Terhadap Penafsiran)”, Jurnal Al-Irfani STAIN Darul
Kamai NW Kembang Kerang , Vol.3, No. 1

10
Arma, “Israiliyat Dalam Tafsir Al-Qur„an”, Al-Fath,Vol. 06 No. 02 , 2012, Hlm. 208

Anda mungkin juga menyukai