Anda di halaman 1dari 5

AT-TIRMIDZI

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi adalah seorang ahli hadits. Ia pernah
belajar hadits dari Imam Bukhari. Ia menyusun kitab Sunan at-Tirmidzi dan Al-Ilal.
Wikipedia
Lahir: 824 M, Termez
Meninggal: 892 M, Termez
Kebangsaan: Iran
Buku: Jami at-Tirmidzi, Shamoilu-n-Nabi: (tarjimai forsī), Tarjamah hadits mengenai pribadi
dan budi pekerti Rasulullah saw
Bernama lengkap Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dhahhak al-Sulami
al-Dharir al-Bughi al-Tirmidzi[1], sang ulama besar yang lebih populer dengan sebutan Abu
Isa ini dilahirkan pada 209 H[2] di desa Tirmidz, sebuah kota kuno yang terletak di pinggiran
sungai Jihon (Amoderia), di belahan utara Iran.

Sebagian ulama sangat membenci sebutan Abu Isa. Mereka menyandarkan argumennya dari
hadis Abu Syaibah yang menerangkan bahwa seorang pria tidak diperkenankan memakai
nama Abu Isa, karena Isa tidak mempunyai ayah. Sabda Nabi Muhammad: “Sesungguhnya
Isa tidak mempunyai ayah”. Al-Qari menjelaskan lebih detail, bahwa yang dilarang adalah
jika nama Abu Isa digunakan sebagai nama asli, bukan kunyah atau julukan.

Dalam hal ini, penyebutan Abu Isa adalah hanya untuk membedakan al-Tirmizi dengan
ulama yang lain. Sebab, ada beberapa ulama besar yang populer dengan nama al-Tirmidzi,
yaitu: (1) Abu Isa al-Tirmidzi, pengarang kitab al-Jami’ al-Shahih (tokoh yang kitabnya
dibahas dalam tulisan ini), (2) Abu al-Hasan Ahmad bin al-Hasan, yang populer dengan
sebutan al-Tirmidzi al-Kabir. (3) Al-Hakim al-Tirmidzi Abu Abdullah Muhammad `Ali bin
al-Hasan bin Basyar. Ia seorang zuhud, hafiz, mu’azin, pengarang kitab dan populer dengan
sebutan al-Hakim al-Tirmidzi.

Imam al-Tirmidzi merupakan figur yang cerdas, tangkas, cepat hafal, zuhud, juga wara′.
Sebagai bukti kerendahan pribadi, beliau senantiasa mencucurkan air mata, sehingga kedua
bola matanya memutih, dan kemudian menimbulkan dampak kebutaan pada masa tuanya.
Dengan adanya musibah kebutaan inilah beliau juga disebut al-Dharir (yang buta).
Tentang sejak kapan terjadinya musibah kebutaan kedua mata Imam al-Tirmidzi, banyak
terjadi silang pendapat di dalamnya. Ada sebagian yang menyatakan beliau buta sejak lahir,
sementara ulama yang lain menyatakan ketika usianya mulai senja, setelah perjalanan
panjang perlawatannya menimba ilmu, juga menulis hadis. Tapi mayoritas ulama sepakat,
beliau tidak buta sejak lahir, melainkan musibah itu datang belakangan. Yusuf bin Ahmad al-
Baghdadi menuturkan, "Abu Isa mengalami kebutaan pada masa menjelang akhir usianya."

Sejarah Perlawatan Menuntut Ilmu Imam At-Tirmidzi

Sebenarnya, tidak ada riwayat yang pasti menunjukkan kapan Imam al-Tirmidzi memulai
pengembaraan mencari ilmunya. Akan tetapi, memang beberapa catatan biografi
mengenainya memberi informasi bahwa ia memulai perjalanannya sejak kira-kira usia
duapuluh tahun.[3]

Sejak usia dini, al-Tirmidzi sudah gemar mempelajari dan mengkaji berbagai disiplin ilmu
keislaman, baik fiqh maupun hadis. Masa kecilnya ia habisnya belajar (sima’) di desanya.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa pada 234 H ia bertolak ke Mekkah,[4] dalam rangka
mempelajari dan mengkaji ilmu-ilmu secara lebih mendalam dan luas.

Beliau juga mengembara ke berbagai wilayah Islam. Al-Tirmidzi tercatat pernah


mengembara ke Khurasan, Bashrah, Kuffah, Iraq, dan Madinah. Akan tetapi, ia dikabarkan
tidak pernah menginjakkan kakinya guna menuntut ilmu ke Syam dan Mesir.
Ia juga dikabarkan tidak menuntut ilmu ke Baghdad, karena, jika memang benar ia pernah
mengunungi Baghdad, niscaya ia juga akan berguru pada Imam Ahmad bin Hanbal. Tetapi,
pada kenyataannya ia tidak pernah menerima riwayat apapun dari Imam Ahmad.

Pendapat ini disanggah oleh Al-Hafizh Ibn Nuqtah, bahwa sebenarnya Abu Isa memang
pernah singgah ke Baghdad, akan tetapi kunjungannya itu ia lakukan setelah wafatnya Imam
Ahmad bin Hanbal, oleh karenanya mereka berdua tidak bertemu.

Diakui, beliau adalah seorang ulama’ yang multitalented. Hal ini terbukti, dikarenakan
kepiawaiannya dalam berbagai bidang, yakni:

1. Ilmu Hadis; Ia dianugerahi daya ingat yang menakjubkan dalam menghapal ratusan ribu
hadis lengkap dengan sanadnya. Tak hanya itu, ia pun mampu membedakan yang shahih dari
yang “sakit”, ia ahli dalam menetapkan kualitas hadis-hadis tersebut. Kitabnya (Sunan Al-
Tirmidzi), merupakan bukti terbesar dari itu semua.

2. Ilmu ‘Ilal al-Hadis; Ia termasuk seorang yang pelopor dalam mengetahui keadaan hadis
serta illatnya. Ia mampu membedakan hadis-hadis yang “sakit” dari yang shahih, yang
pastinya tak terlepas dari luasnya pengetahuan yang ia miliki hal ihwal perawi hadis:
wafatnya, nama kunyah serta nasabnya, maupun ketsiqahan dan kedha’ifannya.

3. Ilmu Jarh wa Ta’dil;

4. Ilmu Fiqh; pengetahuannya mengenai mazhab-mazhab ahli fiqh beserta perbandingannya.


Ia memahami fiqhnya Abu Hanifah, begitu pula fiqh Malik, Al-Tsauri serta Al-Syafi’i. Ia
juga menguasai fiqh para ahli hadis, seperti Ahmad ibn Hanbal, Ishak ibn Rahawaih, dan
lain-lain.[5] Kajian-kajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama
yang sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya.

Nama Guru dan Murid Imam At-Tirmidzi

Guru-gurunya amat banyak jumlahnya, diantaranya ialah: Muhammad ibn Basyar Bundar
(167-252 H), Muhammad ibn Al-Mutsanna Abu Musa (167-252 H), Ziyad ibn Yahya Al-
Hassani (w. 254 H), Abbas ibn Abdul ‘Azhim Al-‘Anbari (w. 246 H), Abu Sa’id Al-Asyaj
Abdullah ibn Sa’id Al-Kindi (w. 257 H.), Abu Hafsh ‘Amr ibn ‘Ali Al-Fallas (160-249 H),
Ya’qub ibn Ibrahim Al-Dauraqi (166-252), Muhammad ibn Ma’mar Al-Qaisi Al-Bahrani (w.
256 H), dan Nashr ibn ‘Ali Al-Jahdhami (w. 250 H).[6]

Mereka yang disebut di atas juga merupakan guru dari para penulis kutub al-sittah. Sedang
gurunya yang lain ialah: Abdullah ibn Muawiyah Al-Jumahi (w. 243 H), Ali ibn Hujr Al-
Marwazi (w. 244 H), Suwaid ibn Nasr ibn Suwaid Al-Marwazi (w. 240 H), Qutaibah ibn
Sa’id Al-Tsaqafi Abu Raja’ (150-240 H), Abu Mush’ab Ahmad ibn Abi Bakr Al-Zuhri Al-
Madini (150-242 H), Muhammad bn Abdul Malik ibn Abi Syawarib (w. 244 H), Ibrahim ibn
Abdullah ibn Hatim Al-Harawi (178-244 H), Ismail ibn Musa al-Fazari Al-Suddi (w. 245
H),[7] Ishaq ibn Rahawaih, Muhammad ibn Amr al-Sawwaq, al-Balki, Muhammad ibn
Gailan, Yusuf ibn Isa, dan lain-lain. Selain guru-guru di atas, Abu Isa juga belajar kepada
Tirmidzi juga belajar kepada Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Dawud.[8]

Karena kehebatan dalam disiplin ilmu hadis, tak pelak lagi, banyak orang yang ingin
menyerap dan mengkaji kedalaman pengetahuannya dengan menjadi muridnya. Mereka yang
tercatat mengambil hadits dari Imam al-Tirmidzi di antaranya: Makhul bin al Afdhal,
Muhammad bin Mahmud Anbar, Hammad bin Syakir, Abd bin muhammad al-Nafsiyyun, al-
Haisam bin Kulaib al-Syasyi, dan Ahmad bin Yusuf al-Nasafi, Abi al-Abbas al-Mahbubi
Muhammad bin Ahmad bin Mahbub al-Marwazi, dan lain-lain.

Daftar Karya Imam At-Tirmidzi

1. Kitab al-Jami’ al-Shahih, yang dikenal juga dengan al-Jami' al-Tirmidzi, atau lebih populer
lagi dengan Sunan al-Tirmidzi.
2. Kitab ‘Ilal, kitab ini terdapat pada akhir kitab al-Jami’ al-Tirmidzi.
3. Kitab Tarikh.
4. Kitab al-Sama`il al-Nabawiyyah.
5. Kitab al-Zuhud.
6. Kitab al-Asma’ wa al-Kuna.
7. Kitab al-‘Ilal al-Kabir.
8. Kitab al-Asma’ al-Sahabah.
9. Kitab al-Asma’ al-Mauqufat.

Di antara karya al-Tirmidzi yang paling monumental serta tersebar luas adalah kitab al-Jami`
al-Sahih atau Sunan al-Tirmidzi, sementara kitab-kitab yang lain, seperti: al-Zuhud, dan al-
Asma’ wa al-Kuna kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat umum.

Begitu populernya kitab al-Jami’ al-Shahih, maka tak sedikit kitab syarah yang bermunculan
untuk mensyarah kitab tersebut. Di antaranya:

1. Aridat al-Ahwadzi, ditulis oleh Abu Bakar ibn al-`Arabi al-Maliki.

2. Al-Munqihu al-Syazi fi Syarh al-Tirmidzi oleh Muhammad ibn Muhammad ibn


Muhammad yang terkenal dengan Ibn Sayyid al-Nas al-Syafi’.

3. Syarh Ibn Sayyid al-Nas disempurnakan oleh al-Hafiz Zainuddin al-‘Iraqi.

4. Syarh al-Tirmidzi oleh al-Hafiz Abu al-Faraj Zainuddin `Abd al-Rahman ibn Syihabuddin
Ahmad ibn Hasan ibn Rajab al-Bagdadi al-Hanbali.

5. Al-Lubab oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani.

Anda mungkin juga menyukai