Anda di halaman 1dari 12

1.

Imam Bukhari

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi
al-Bukhari,lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah 13 Syawal 194 H (21 Juli 810) -
wafat di Khartanah, 1 Syawal 256 H (1 September 870M), atau lebih dikenal Imam
Bukhari, adalah ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli hadis sejak dulu hingga
kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah
bahkan dalam buku-buku fiqih dan hadis, hadis-hadisnya memiliki derajat yang tinggi.
Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin orang-
orang yang beriman dalam hal ilmu hadis). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di
dunia merujuk kepadanya.

Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu
Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati
terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal
yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid
dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari
masih kecil.

Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadis yang masyhur di Bukhara.
pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan
Madinah, di mana di kedua kota suci itu dia mengikuti kajian para guru besar hadits.
Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal
kitab-kitab hadis karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh
Ishaq, menghimpun hadis-hadis sahih dalam satu kitab setelah menyaring dari satu juta
hadis yang diriwayatkan 80.000 perawisumber? menjadi 7275 hadis.

Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin
Ismail. Sosok dia kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah
dermawan dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.

Karya Imam Bukhari antara lain:

 Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari

 Al-Adab al-Mufrad

 Adh-Dhu'afa ash-Shaghir

 At-Tarikh ash-Shaghir

 At-Tarikh al-Ausath
 At-Tarikh al-Kabir

 At-Tafsir al-Kabir

 Al-Musnad al-Kabir

 Kazaya Shahabah wa Tabi'in

 Kitab al-Ilal

 Raf'ul Yadain fi ash-Shalah

 Birr al-Walidain

 Kitab ad-Du'afa

 Asami ash-Shahabah

 Al-Hibah

 Khalq Af'al al-Ibad

 Al-Kuno

 Al-Qira'ah Khalf al-Imam

Khartank, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi


beberapa familinya. Namun disana dia jatuh sakit selama beberapa hari, dan Akhirnya
meninggal pada malam Idul Fitri dalam usia 60 tahun (62 tahun dalam hitungan hijriah).
Ia dimakamkan selepas Salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.
2. Imam Muslim
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi (bahasa Arab: ‫أبو‬
‫)الحسين مسلم بن الحجاج القشيري النيشابوري‬, atau sering dikenal sebagai Imam Muslim (821-875)
dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab
tahun 261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.

Muslim bin al-Hajjaj EraAbad Pertengahan Kawasan Iran Aliran Syafi'i Minat utama
hadis Dipengaruhi Ahmad Ibn Hanbal Muhammad al-Bukhari. Dia juga sudah belajar
hadis sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al Bukhari
dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima hadis dari dia ini, termasuk tokoh-
tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa tulisan yang bermutu dan
bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan Shahih
Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadis shahih
ini; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kedua
tokoh hadis ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang
tua yang maksudnya dua tokoh ulama ahli hadist.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti
mereka berdua meriwayatkannya. Ia belajar hadis sejak masih dalam usia dini, yaitu
mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia
berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan. Di Irak ia belajar hadis kepada
Imam Ahmad dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa`id bin Mansur dan
Abu Mas`Abuzar; di Mesir berguru kepada `Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya,
dan kepada ulama ahli hadis yang lain.

Dia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadis, dan
kunjungannya yang terakhir pada 259 H, di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, dia
sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan
ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada
Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim
dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadis-hadis yang
diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap
Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari,
padahal iapun sebagai gurunya. Tampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah
tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadis-hadis yang diterima dari kedua gurunya itu,
dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.

Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah
satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Mei 875 M. dalam usia
55 tahun.

Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya:

 Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim

 Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadis)

 Kitab al-Asma wal-Kuna

 Kitab al-Ilal

 Kitab al-Aqran

 Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal

 Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`

 Kitab al-Muhadramin

 Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid

 Kitab Auladish-Shahabah

 Kitab Auhamil-Muhadditsin
3. Imam Abu Dawud
Imam Abu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur
70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadis, yang mengumpulkan sekitar 50.000
hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud.
Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Untuk
mengumpulkan hadis, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah,
Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling
luas perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadis yang meriwayatkan
hadis dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats
termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan
teman perjalanan dia dalam menuntut hadis dari para ulama ahli hadis.

Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia belasan tahun. Hal ini
diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia
menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan
jenazahnya dan mensholatkannya". Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-
negeri tetangga Sijistan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Setelah dia masuk kota Baghdad, dia diminta oleh Amir Abu Ahmad Al Muwaffaq untuk
tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat
dia berhenti dalam mencari hadis.Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik
langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara
guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-
Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah,
Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan
ulama lainnya. Demikian pula murid-murid dia cukup banyak antara lain, yaitu:

 Imam Turmudzi

 Imam Nasa'i

 Abu Ubaid Al Ajury

 Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari dia).
 Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari dia).

 Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.

 Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.

 Abu Bakr bin Abi Daud (anak dia).

 Zakariya bin Yahya As Saajy.

 Abu Bakr Ibnu Abid Dunya.

 Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari dia).

 Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari dia).

 Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari dia).

 Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari dia).

 Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar
dari dia).
4. Ibnu Majah
Ibnu Majah dengan nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah
bin Majah Al Quzwaini . Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada hari
selasa, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Ramadan tahun 275. Ia menuntut ilmu
hadis dari berbagai negara hingga dia mendengar hadis dari madzhab Maliki dan Al
Laits. Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadis dari dia. Ibnu Majah menyusun
kitab Sunan Ibnu Majah dan kitab ini termasuk dalam kelompok kutubus sittah (lihat di
bagian hadis). Menurut penyusun (Ibnu Hajar) ulama yang pertama kali
mengelompokkan atau memasukkan Ibnu Majah kedalam kelompok Al Khamsah itu
adalah Abul Fadl bin Thahir dalam kitabnya Al Athraf, kemudian Abdul Ghani dal
kitabnya Asmaur Rijal. Terdapat beberapa ulama yang terkenal dalam meriwayatkan
hadis dalam menyampaikan pesan-pesan dari Rasulullah saw salah satunya ialah Imam
Ibnu Majah. Nama lengkapnya Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i Al-
Qazwini. beliau akrab dipanggil Ibnu Majah.

Ibnu Majah memiliki akhlak yang baik dan sangat terkenal dalam hal kejujurannya,
beliau dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Panggilan Ibnu Majah yang
diberikan diberikan pleh ayah beliau, nama ayah Ibuu Majah adalah Yazid, nama panjang
ayahnya adalah Majah Maula Rab’at. Beliau adalah seorang ulama hadis serta merupakan
orang alim ulama. beliau bnayak menghasilkan suatu karya yang bagus serta menarik,
salah satu karya beliau adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.

Beliau memulai untuk menimba ilmu pada usia remaja. Dan beliau mendalami ilmu hadis
saat berusia umur 15 tahun, beliau belar ilmu hadis dengan seorang guru terkenal pada
masa itu, guru beliau bernama Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Ibnu Majah
memperdalam ilmu hadis menjadi suatu bidnag ilu yang disenanginya.
Ibnu Majah membuat suatu keputusan untuk mencari beberapa wilayahserta negera untuk
mencari serta menggumpulkan dan menulis hadis. Banyak daerah dan Negara yang beliau
kunjungi, diantara nya Rayy (Teheran), Bashrah, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, dan
Mesir dan masih banyak lagi.

Dalam hal tersebut Ibnu Majah banyak mengumpulkan dan menulis banyak hadis dari
beberapa sumber, sumber sersebut dapat dipercayai dalam kebenarannya. Bukan haya
dalam hal saja dalam dalam kehidupan beliau nbanyak mengunjungi bebrapa tempat
untuk menambah pengetahuan dan wawasan, Ibnu Majah belajar dengan beberapa guru
yang terkenal. Seperti kepada Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin
Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut
perawi dan ahli hadits, Imam Malik serta Al-Lays.

Dalam kehidupannya Ibnu Majah telah banyak menulis dan menghasilkan karya, di
dalam bidang hadis, fikih, serta tafsir. Ibnu Majah telah meriwayatkan lebih kurang 4.000
buah hadits.

Dalam hadis yang ditulis Ibnu Majah berisi hadis yang shahih, hasan, dhaif bahkan
maudhu’. Dalam ketekunan beliau di bidang ilmuIslam khususnya padapengetahuan
tentang hadis, dari beberapa ulama sangat merasa kagum terhadap Ibnu Majah. Ibnu
Majah merupakan seorang yang dipercayai memiliki jiwa besar, yang mana tentang
kejujurannya, beliau memiliki ilmu yang luas dalam bidang ilmu pengetahuan serta
dalam bidnag ilmu hadis.

Beliau disebut sebagai ilmuan hadis-hadis masyhur. Karya nya itu menjadi sebagai bukti
atas amalan dan ilmu yang dimilikinya, serta memiliki keluasan pengetahuan, dala hal ini
memberikan pengenalan hadis bagi anak usia dini dapat kita berikan pengalaman bahwa
dalam mengenalkan ilmu hadis kepada anak usia dini harus terus menerus dilakukan serta
di praktikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tingkah laku yang di harapkan pada
usia dini dapat tercapai serta dapat mengenal ilmu hadis.

Setelah banyak menghasilkan tentang pemikiran islam, beliau meninggal dunia pada
tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M. Beliau dimakamkan di tanah kelahirannya, Qazwin,
Irak. Banyak karya yang telah dihasilkan beliau terutama dalam Kitab Sunan Ibnu Majah.
*Imam An Nasa'i*

menyeleksi dengan ketat semua hadis yang telah tertuang dalam kitab al-Sunan al-Kubra. Dan akhirnya
dia berhasil melakukan perampingan terhadap al-Sunan al-Kubra, sehingga menjadi al-Sunan al-Sughra.
Dari segi penamaan saja, sudah bisa dinilai bahwa kitab yang kedua merupakan bentuk perampingan
dari kitab yang pertama.

Imam al-Nasa`i sangat teliti dalam menyeleksi hadis-hadis yang termuat dalam kitab pertama. Oleh
karenanya, banyak ulama berkomentar “Kedudukan kitab al-Sunan al-Sughra dibawah derajat Shahih al-
Bukhari dan Shahih Muslim. Di dua kitab terakhir, sedikit sekali hadis dhaif yang terdapat di dalamnya”.
Nah, karena hadis-hadis yang termuat di dalam kitab kedua (al-Sunan al-Sughra) merupakan hadis-hadis
pilihan yang telah diseleksi dengan super ketat, maka kitab ini juga dinamakan al-Mujtaba. Pengertian
al-Mujtaba bersinonim dengan al-Maukhtar (yang terpilih), karena memang kitab ini berisi hadis-hadis
pilihan, hadis-hadis hasil seleksi dari kitab al-Sunan al-Kubra.

Disamping al-Mujtaba, dalam salah satu riwayat, kitab ini juga dinamakan dengan al-Mujtana. Pada
masanya, kitab ini terkenal dengan sebutan al-Mujtaba, sehingga nama al-Sunan al-Sughra seperti
tenggelam ditelan keharuman nama al-Mujtaba. Dari al-Mujtaba inilah kemudian kitab ini kondang
dengan sebutan Sunan al-Nasa`i, sebagaimana kita kenal sekarang. Dan tampaknya untuk selanjutnya,
kitab ini tidak akan mengalami perubahan nama seperti yang terjadi sebelumnya.

Kita perlu menilai jawaban Imam al-Nasa`i terhadap pertanyaan Amir Ramlah secara kritis, dimana dia
mengatakan dengan sejujurnya bahwa hadis-hadis yang tertuang dalam kitabnya tidak semuanya
shahih, tetapi adapula yang hasan, dan ada pula yang menyerupainya. Ia tidak mengatakan bahwa
didalamnya terdapat hadis dhaif (lemah) atau maudhu (palsu). Ini artinya dia tidak pernah memasukkan
sebuah hadispun yang dinilai sebagai hadis dhaif atau maudhu`, minimal menurut pandangan dia.

Apabila setelah hadis-hadis yang ada di dalam kitab pertama diseleksi dengan teliti, sesuai permintaan
Amir Ramlah supaya dia hanya menuliskan hadis yang berkualitas shahih semata. Dari sini bisa diambil
kesimpulan, apabila hadis hasan saja tidak dimasukkan kedalam kitabnya, hadis yang berkualitas dhaif
dan maudhu` tentu lebih tidak berhak untuk disandingkan dengan hadis-hadis shahih.
Namun, Ibn al-Jauzy pengarang kitab al Maudhuat (hadis-hadis palsu), mengatakan bahwa hadis-hadis
yang ada di dalam kitab al-Sunan al-Sughra tidak semuanya berkualitas shahih, namun ada yang
maudhu` (palsu). Ibn al-Jauzy menemukan sepuluh hadis maudhu` di dalamnya, sehingga memunculkan
kritik tajam terhadap kredibilitas al-Sunan al-Sughra. Seperti yang telah disinggung dimuka, hadis itu
semua shahih menurut Imam al-Nasa`i. Adapun orang belakangan menilai hadis tersebut ada yang
maudhu`, itu merupakan pandangan subyektivitas penilai. Dan masing-masing orang mempunyai
kaidah-kaidah mandiri dalam menilai kualitas sebuah hadis. Demikian pula kaidah yang ditawarkan
Imam al-Nasa`i dalam menilai keshahihan sebuah hadis, tampaknya berbeda dengan kaidah yang
diterapkan oleh Ibn al-Jauzy. Sehingga dari sini akan memunculkan pandangan yang berbeda, dan itu
sesuatu yang wajar terjadi. Sudut pandang yang berbeda akan menimbulkan kesimpulan yang berbeda
pula.

Setahun menjelang kemangkatannya, dia pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya tidak ada
konsensus ulama tentang tempat meninggal dia. Al-Daruqutni mengatakan, dia di Makkah dan
dikebumikan di antara Shafa dan Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin
Mandah dari Hamzah al-`Uqbi al-Mishri.

Sementara ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam
al-Nasa`i meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu
Ja`far al-Thahawi (murid al-Nasa`i) dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-
Nasa`i meninggal pada tahun 303 H/915M dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa
Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya dalam mengemban wasiat Rasullullah guna menyebarluaskan
hadis mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah.

*Imam at Tirmidzi*
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi (atau ringkasnya Imam Tirmidzi/At-Tirmidzi, ejaan
alternatif At-Turmudzi) adalah seorang ahli hadits. Ia pernah belajar hadits dari Imam Bukhari. Ia
menyusun kitab Sunan at-Tirmidzi dan Al-Ilal. Ia mengatakan bahwa ia sudah pernah menunjukkan kitab
Sunannya kepada ulama-ulama Hijaz, Irak, dan Khurasan, dan mereka semuanya setuju dengan isi kitab
itu. Karyanya yang mashyur yaitu Kitab Al-Jami’ yang merupakan salah satu dari Kutubus Sittah (enam
kitab pokok bidang hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal.

Al-Hakim mengatakan "Saya pernah mendengar Umar bin Alak mengomentari pribadi At-Tirmidzi
sebagai berikut; kematian Imam Bukhari tidak meninggalkan muridnya yang lebih pandai di Khurasan
selain daripada Abu 'Isa at-Tirmidzi dalam hal luas ilmunya dan hafalannya.

"Kakek Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana. Di
kota inilah cucunya bernama Abu ‘Isa dilahirkan. Semenjak kecilnya Abu ‘Isa sudah gemar mempelajari
ilmu dan mencari hadits. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke berbagai negeri: Hijaz, Irak,
Khurasan, dan lain-lain. Dalam perlawatannya itu ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-
guru hadits untuk mendengar hadits yang kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan
atau ketika tiba di suatu tempat. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya
dengan seorang guru di perjalanan menuju Makkah. Kisah ini akan diuraikan lebih lanjut.

Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya:

Jami at-Tirmidzi, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi

Kitab Al-‘Ilal

Kitab At-Tarikh

Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah

Kitab Az-Zuhd

Kitab Al-Asma’ wal-Kuna

Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.[2]

Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari,
kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh. Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan
At-Tirmidzi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka.

Guru lainnya ialah Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin ‘Abdur Rahman,
Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-
lain.Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di antaranya ialah
Makhul ibnul-Fadl, Muhammad binMahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Aid bin Muhammad an-
Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-‘Abbas Muhammad bin
Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami’ daripadanya, dan lain-lain.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar pikiran serta
mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia
hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya At-Tirmidzi meninggal dunia. Ia wafat di
Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.

Anda mungkin juga menyukai