Anda di halaman 1dari 22

Manhaj Imam al-Bukhari dalam kitab al-Jami' al-Sahih

Jurnal Hermenetik STAIN Kudus


Umaiyatus Syarifah, MA

Pendahuluan
Sejarah telah mencatat sekian banyak ulama yang berupaya dalam
menghimpun hadis sesuai keadaan zaman masing-masing dan melakukan kajian
terhadap masalah yang berhubungan dengan hadis, diantaranya adalah Imam
al-Bukhari sebagaimana dikenal umat Islam sebagai tokoh hadis yang tidak
hanya terkenal karena kehebatan dan kecerdasannya, tetapi juga masyhur
karena karya besarnya yang lebih dikenal dengan Sahih al-Bukhari.
Shahih al-Bukhari merupakan karya hadis monumental yang diakui
kesahihannya. Dipopulerkan Ibn shalah dan diikuti Imam Nawawi bahwasanya
Shahih al-Bukhari merupakan kitab yang paling otentik sesudah al-Quran. dan
sepertinya pendapat itu masih relevan sampai sekarang.
Penulis mencoba memotret sosok imam al-Bukhari meliputi: profil Imam
al-Bukhari, kandungan dan metode penulisan al-Jami’ al-Shahih, dan kritetia
apa yang digunakan Imam al-Bukhari dalam menyeleksi hadis-hadisnya.

A. Biografi Bukhari
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn
Ibrahim Ibn Mughirah ibn Bardizbah al-ju'fi Bukhari1. Lahir pada hari jum'at
13 syawal 194 H di Bukhara, dan meninggal pada tanggal 30 Ramadhan 256
H.

1
Nama Bukhari dinisbatkan pada salah satu desa yaitu al-Bukhara yang terletak di
belakang sungai kota Paris yang sekarang termasuk salah satu daerah pemerintahan Rusia.
Dikatakan Bukhara merupakan kota besar yang terletak di lembah Oxus dan termasuk wilayah
Uzbekistan. Lihat M. Kyeir al-Sya’al, Lamhat fi A’lami al-Muhaddisin wa Manahijihim, Jeddah;
Saudi Arabia, 1982, h. 329-331
Ayahnya bernama Ismail bin Ibrahim al-Ju'fi2, ayahnya adalah seorang
peminat hadis, ketika ismail berhaji ke Makkah pada tahun 179 H beliau
menyempatkan diri menemui tokoh-tokoh hadis seperti Imam Malik bin Anas,
Abdullah bin al-Mubarak, Abu Muawiyah bin Shalih. Diantara yang
meriwayatkan hadis darinya: Ahmad ibn ja’far, nashr ibn al-Husein, Ahmad
ibn Hafs. Menjelang wafat, beliau mengatakan “tak sepersepun dari hartaku
bercampur dengan barang subhat”3
Di saat usianya belum genap sepuluh tahun, imam al-Bukhari telah
mulai belajar hadis, diceritakan seseorang bernama sufyan membacakan
sebuah hadis yang diriwayatkan Abi al-Zubeir dari Ibrahim, imam al-Bukhari
menyelanya dan mengatakan”ini adalah salah” Abi al-Zubeir tidak pernah
meriwayatkan hadis dari Ibrahim, tapi Zubeir ibn Adi yang meriwayatkannya
dari Ibrahim, kemudian Sufyan cek ulang dalam buku aslinya, ternyata imam
al-Bukhari benar adanya.4
Ketika usia imam al-Bukhari menginjak enam belas tahun beliau telah
menghapal matan sekaligus rawi dari beberapa kitab karangan Ibn Mubarak
dan Waqi. Kemudian beliau menunaikan ibadah haji bersama ibu dan
kakaknya, dan menetap disana. Imam al-Bukhari menjumpai guru-guru
hadis di berbagai negeri, beliau pergi ke Makkah al-Mukarromah untuk
berguru pada Imam al-Humaydy selama tujuh tahun, kemudian dilanjutkan
ke Madinah beliau berguru pada Makki ibn Ibrahim (w.214 H) dan disini pula
beliau menulis dua karya: Qadhaya al-Shahabah wa al-Tabi'in dan Tarikh
Kabir yang ditulis disamping makam Rasulullah saw. Di Nishapur beliau

2
kakek moyang beliaU, al-Bardizbah adalah seorang Persia dan beragama Majusi
sebagaimana umumnya. Nama Bardizbah dalam bahasa arab bermakna al-Zarra’ (petani) atau al-
Bustany (tukang kebun), baru kemudian anaknya bernama al-Mughirah memeluk agama Islam
melalui seorang wali Bukhara yang bernama al-Yaman al-Ja’fy, karena itulah nama al-Bukhari
dinisbahkan pada al-Ja’fy. Lihat Abu tayyeb al-Sayed Shiddiq Hasan al-Qanujy, al-Hithtah fi Dzikr
al-Shihhah al-Sittah, Beirut: Dar al-Kutub, 1985. h. 237
3
Semangat itu diwariskan kepada Bukhari, ketika Ismail meninggal, imam al-Bukhari
masih kanak-kanak, dan ayahnya meninggalkan sebuah perpustakaan pribadi.Al-zirikly, al-A'lam, (
Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin, 1980), VI:34, lihat juga Haji Khalifah, Kasyf al-Zunun an Asami al-
Kutub wa al-Mutun, (Beirut: Dar al-Ulum al-Haditsah, tth), I:54, lihat juga al-Qanujy.
4
Ibn Hajar al-Asqalany, al-Hady al-Sary, Muqaddimah Fath al-Bary Syarah Shahih al-
Bukhari, (beirut: Dar al-Fikr. juz.I, h. 478
belajar dari yahya ibn Yahya al-Naisabury (w. 226H), Basyar ibn al-Hakam
dan Ishaq, di Baghdad beliau berguru pada Syuraih ibn al-Nu’man dan
Affan,di Merv beliau belajar dari Ali ibn al-Hasan ibn Syaqiq dan Abdan abu
M. al-Marwazi (w. 220 H), di Ray beliau belajar dari Ibrahim bin Musa al-
Hafiz, di Basrah beliau berguru pada Abi 'Ashim al-Nabil, di Kufah beliau
berguru pada Ubaidillah bin Musa, di Syam beliau berguru pada Abu al-
Mughirah al-Firyabi, di Asqalan beliau berguru pada Adam. Di daerah-daerah
itulah Imam al-Bukhari banyak berguru kepada ahli hadis, beliau
mengatakan "aku menulis hadis dari 1080 guru yang semuanya adalah ahli
hadis diantaranya adalah Ali ibn al-Madini, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn
Ma'in, Muhammad ibn yusuf al-Firyabi dan Ibn Ruhawaih.5
Ibn Hajar dalam al-Hady al-sary mengatakan bahwa guru-guru imam al-
Bukhari berjumlah sekitar 1080 dan semuanya adalah ahli hadis. Sedangkan
murid-muridnya berjumlah sekitar 90.000 orang. Diantaranya: imam Muslim,
al-Turmudzi, al-Nasai, al-Darimy, Ibn Khuzaimah, Abu Zur’ah, Abu Hatim,
dan Mansur ibn Muhammad al-Bazdawy adalah murid terakhir yang
meriwayatkan dari beliau. 6
Perjalanan imam al-Bukhari dalam mencari hadis di mulai sejak 210 H,
dari puluhan kota yang beliau kunjungi, sekitar 600.000 hadis telah beliau
dapatkan.7
Imam al-Bukhari berhasil menghapal seratus ribu hadis sahih dan dua
ratus ribu hadis yang tidak shahih, beliau adalah ulama yang memiliki ilmu
yang sangat luas dalam bidang hadis, imam al-Bukhari tidak hanya seorang

5
Al-Imam al-Bukhary, Shahih al-Bukhary: Maushuah al-Sunnah wa Syuruhuha, (dar al-
Dakwah: Istanbul, 1992, Jld.I h.24, lihat juga Dr. Akram Dhiya' al-Umri, Buhuts Tarikh al-Sunnah
al-Musyrifah, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1975 M), Dr. Muhammad Mubarak, Manahij al-
Muhadditsin, (al-Azhar:Dar al-Thaba'ah al-Muhammadiyyah, 1984 M), h. 108, ibn Hajar
mengatakan dalam Tahdzib al-tahdzib bahwasanya imam al-Bukhari meriwayatkan hadis dari
Humaydy 75 hadis dengan periwayatan langsung. Lihat juga Jalaluddin al-Suyuthi, Tahabaqah al-
Huffadz, (Beirut: Dar al-Kutub, 1985), h. 555
6
imam al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, juz.I
7
Dr. Tsauqi Abu Khalil, Athlas al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar al-Fikt al-Ma'ashir,2003),
h. 11
pelajar yang cerdas, namun juga produktif, disamping belajar beliau juga
menghasilkan banyak karya.
Para ulama telah memberikan kesaksian atas keilmuan dan kuatnya
hapalan imam al-Bukhari, diriwayatkan oleh Ahmad ibn Adi al-Hafidz, Abu
Abdillah al-Humaydi dalam kitab Jadzwah fi al Muqtabis, dan Khatib al-
Baghdady dalam Tarikh Baghdad.8
Pada usianya yang ke 62, imam al-Bukhari kembali menetap di Bukhara,
pergi ke desa Khartank di kawasan Samarqand untuk menjenguk saudaranya
yang bernama Ghalib bin Jibril, disinilah beliau wafat tepat pada hari sabtu,
malam Idul Fitri 1 syawal 256 H 9870 M)9. sedangkan menurut riwayat lain
menngatakan beliau wafat pada malam selasa 256 H.10
Diantara karya-karya beliau: al-Tarikh al-Kabir, al-tarikh al-Ausath, al-
tarikh al-saghir, al-Dhuafa' al-Shaghir, al-Musnad al-Kabir, al-Tafsir al-Kabir,
kitab al-Hibah, kitab al-Ilal, al-Adab al-Mufrad, kitab al-Aqidah wa al-Tauhid,
al-Kuna, Raf'a yadain fi al-Shalah, kahir al-Kalam fi al-Qiraah khalf imam, al-
Asyribah, bir al-walidain, al-Wuhdan, khalq af'al al-Ibad dan al-mabsut.11

B. Latarbelakang penulisan al-Jami' al-Sahih Imam al-Bukhari


Ada tiga faktor yang melatarbelakangi imam al-Bukhari dalam
mengumpulkan hadis-hadis al-Nabawi dalam kitab al-Jami' al-Sahih:
Pertama: belum adanya kitab hadis yang khusus memuat hadis-hadis
sahih yang mencakup berbagai bidang dan masalah.
8
peristiwa di Baghdad menujukkan keahliannya dalam bidang hadis, dimana para ulama
Baghdad telah mempersiapkan seratus hadis yang dibolak-balikkan matan dan sanadnya, dengan
cara menjadikan suatu hadis pada sanad yang bukan sanadnya begitu juga dengan matannya,
setiap ulama memberikan sepuluh hadis. dari seratus pertanyaan imam al-Bukhari hanya
menjawab "aku tidak mengenalnya", dan para ulama Baghdad menyadari bahwa imam al-Bukhari
faham atas apa yang terjadi, kemudian imam al-Bukhari mengembalikan matan kepada sanad
yang semestinya hingga pertanyaan ulama yang kesepuluh. dan beliau juga menyebutkan kembali
secara urut hadis yang diujikan kepadanya.
9
Al-Qanujy, h. 245
10
M. ibn Alawy al-malaky al-Hasany, al-Manhal al-latif fi Ushul al-Hadis al-Syarif,
(Jeddah: Mathba’ah al-sahr, 1982). h. 274
11
Haji Khalifah, h. 85-89, karya Bukhari mencapai dua puluh buku, lihat Muhammad Khair
al-Syual, lamhat fi A'lam al-Muhadditsin wa manahijihim fi al- kutub al-Sittah, (tth), h. 3. lihat
juga al-A'lam, Loc. Cit
Pada akhir masa tabiin di saat ulama sudah menyebar ke berbagai
penjuru negeri, hadis-hadis Nabi sudah mulai di bukukan, orang pertama
yang melakukan ini adalah al-Rabi' bin Shabih (w. 160 H), Said bin Abu
Arubah (w. 156 H), yang mana metode penulisan mereka terbatas pada hal-
hal tertentu saja, sampai pada akhirnya ulama berikutnya menulis hadis
lebih lengkap, mereka menulis hadis-hadis hukum yang cukup luas
meskipun tulisan-tulisan mereka masih bercampur dengan fatwa-fatwa
sahabat, tabiin, dan tabi'ut al-tabiin, seperti: Imam Malik, Ibn Juraij dan al-
Auzai.
Kemudian pada abad ke dua ulama mulai menulis hadis secara tersendiri
tanpa dicampuri fatwa-fatwa sahabat maupun tabiin, metode penulisannya
berbentuk musnad dimana disebutkan terlebih dahulu nama sahabat
kemudian hadis-hadis yang diriwayatkan. Ada pula yang menggabungkan
antara metode bab-bab dan metode musnad seperti yang dilakukan Abu
Bakar Syaibah. Namun demikian, kitab-kitab tersebut masih bercampur
antara yang sahih, hasan dan daif.
Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan Bukhari atas inisiatifnya
dalam mengumpulkan hadis-hadis yang sahih saja yang tercover dalam al-
Jami al-Shahih.
Kedua, dorongan sang guru
Terdorong atas saran salah seorang guru beliau yakni Ishaq bin
Rahawaih, Imam al-Bukhari mengatakan" ketika aku berada di kediaman
Ishaq, beliau menyarankan agar aku menulis kitab yang singkat yang hanya
memuat hadis-hadis sahih Rasulullah saw. Imam al-bukhari menjelaskan
hubungan anatar permintaan gurunya dan penyusunan kitab Sahihnya:
12
‫فوقع في قلبي في جمع الجامع الصحيح‬
”maka terbesit dalam hatiku, maka mulai saya mengumpulkan al-Jami’ al-Shahih “

ketiga, dorongan hati

12
Ibn Hajr al-Asqalani, Hadi al-Sary, (al-Qahirah: dar al-Manar, 1999), h.6-7, Dr. al-
Zahrani, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyyah Nasy'atuhu wa Tathawuruhu min al-Qarni al-Awal ila
Nihayah al-Qarni al-Tasi' al-Hijri,( al-Madinah al-Munawwarah: Dar al-Khudayry, 1998), h.
Diriwayatkan Muhammad bin Sulaiman bin Faris, Bukhari berkata" aku
bermimpi bertemu Rasulullah saw. aku berdiri di hadapannya sambil
mengipasinya kemudian aku datang pada ahli ta'bir mimpi untuk
menanyakan maksud dari mimpi itu", ahli ta'bir itu mengatakan bahwa "anda
akan membersihkan kebohongan-kebohongan yang dilontarkan pada
Rasulullah saw.13
Dan untuk ini, imam al-Bukhari mencari karya-karya pada masanya dan
sebelumnya guna memilah dan memilih hadis yanng sahih penyandarannya
kepada Rasulullah saw.

C. Pengenalan al-jami’ al-Sahih


Imam al-Bukhari meninggalkan sekitar dua puluh karya dalam bidang
hadis dan ilmu keislaman lainnya, dan yang paling populer adalah al-jami' al-
sahih.
Kitab ini dinamakan al-Jami' al-shahih al-Musnad al-Mukhtashar min
umuri Rasulillahi shallallahu alaihi wa sallam wa sunanihi wa ayyamihi, yang
lebih dikenal dengan Sahih al-Bukhari.
Dilihat dari penamaan yang cukup panjang, maka bisa dipahami,
pertama., al-Jami’ yang bemakna kumpulan atau himpunan, dimana kitab
tersebut mencakup segala aspek permasalahan yang berkaitan dengan agama
baik al-Aqaid, al-Aiman, al-Riqaq, al-fitan, al-Syamail, al-Manaqib, al-
Shahabah dan al-Tafsir.14kedua, al-Sahih yang bermakna bahwa seluruh
hadis yang terdapat dalam sahih al-Bukhary adalah sahih. Ketiga, al-Musnad
yang berarti bahwa seluruh hadis sahih tersebut memiliki ketersambungan
sanad (ittishal al-Sanad) dari imam al-Bukhari hingga Rasulullah saw.
Keempat, Mukhtashar (ringkas) yang berarti bahwa tidak semua hadis sahih
diikut sertakan dalam kitab ini. Sesuai denngaann perkataan beliau “tak ada
yang kutulis dalam kitab ini melainkan semua adalah hadis sahih, namun

13
Ibn Hajar, Ibid, lihat juga haji Khalifah, I:427
14
Muhammad Khair al-Syual, h. 4
hadis-hadis sahih yang tidak kutulis jauh lebih banyak”. 15 Adapun min hadisi
Rasulillah sw wa sunanihi wa ayyamihi, bermakna hadis-hadis ini mencakup
segala perkataan, perbuatan atau tingkah laku, dan hari-hari yang dijalani
Rasulullah saw.
Adapun materi-materi pembahasan yang terkandung dalam kitab ini
dapat diklasifikasikan dalam tiga hal; pertama, hadis: merupakan tema
sentral. Kedua, Fikih: terlihat jelas dari judul dan sub judul dalam masing-
masing topik baik secara eksplisit maupun implisit menjelaskan persoalan
hukum. Ketiga, tafsir: imam al-Bukhari sering mengkorelasikan antara ayat-
ayat ahkam dengan hadis-hadis ahkam.
Selain tiga hal tersebut, Sahih al-Bukhari juga memuat hadis-hadis yang
berkenaan dengan tauhid, peperangan dan sirah Nabi, moral dan etika,
zuhud dan lain-lain.16
Sahih al-Bukhari dianggap karya pertama yang memuat hadis-hadis sahih
saja. Di dalam kitabnya terdapat 97 kitab, 3450 bab, 17 Ada perbedaan
pendapat mengenai jumlah hadis yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari,
Menurut Ibn Shalah dan Imam Nawawi :Imam al-Bukhari menghimpun 7275
hadis termasuk dengan pengulangan, dan 4000 jika tanpa pengulangan. Ibn
Hajar mengatakan "hadis musnad muttasil berjumlah 2602 tanpa
pengulangan, sedangkan jumlah hadis yang diulang selain yang muallaqat
dan mutabaat 7397, jumlah hadis muallaqat 341, jadi seluruhnya jika
dijumlahkan 9082 dengan pengulangan.18
Beliau menyeleksinya dari 600.000 hadis yang didapatkannya, beliau
menghabiskan waktu 16 tahun untuk menyelesaikannya. Lamanya penulisan
ini dikarenakan imam al-Bukhari sangat teliti dalam menyeleksi hadis. Ibn
15
al-Hazimy, Syuruth al-Aimmat al-Khamsah, (Kairo: Maktabah Athif, tth), h. 64, lihat
juga ibn Hajar, h. 5, dan al-Sya’al, h. 4
16
Ibn Hajar, h.4-5
17
Maqsdisy, al-Kutub al-Shahhah al-Sitta, (Kairo: Maktabah Athif, (tth), h. 66. ada
perbedaan pendapat mengenai jumlah kitab dan bab, seperti yang ditulis oleh Abd. Al-Muhsin
mengutip ucapan ibn shalah bahwasanya jumlah kitab sebanyak 97, sedangkan sub bab berjumlah
4550
18
Dr. Hasan muhammad Maqbul, Mushthalah al-Hadis wa rijaluhu, (Shan'a: Maktabah al-
Jayyid al-Jadid, 1988), h.74
Hajar mengatakan, bahkan sebelum menulis satu hadis beliau harus mandi
dan shalat istikharah dua rakaat dan yakin benar bahwa hadis yang
ditulisnya adalah sahih.19
Kitab syarah Shahih Bukhari terlampau banyak, mencapai 82 buah,20
diantara Syarah Bukhari yang paling popular adalah :
 A’lam as-Sunan, Imam al-Khattabi ( w. 386 H)
 At-Tanqih, Imam Badr al-Deen al-Zarkasyi (w. 794 H)
 Fath al-Bari, Al-Hafiz Ibn Hajar al-asqolani (w. 852 H)
 Umdah al-Qari, Badr ad-din al-‘aini (w. 855H)
 At-Tawsyikh, Al-Hafiz Jalaluddin As-Suyuti (w. 911H)
 Irsyad al-Sari, Ahmad Bin Muhd al-Qastalani (w.923 H)
 Al-Kaukab al-Dirary fi Syarhi al-Bukhari, al-Kirmany (w. 786 H)
 Faidh al-Bari, Muhammad Anwar al-Kisymayri al-Hanafi (w. 1352 H)
 Lami' al-Dirari karya Rasyid Ahmad

Kitab khusus yang meneliti perawi-perawi di dalam Shahih Bukhari:      


 Asma’ Rijal Shahih Bukhari, Ahmad Bin Muhd Al-Kalabazi (398 H)
 At-Ta’dil wa at-Tajrih liman kharaja ‘anhu Bukhari, Al-Hafiz Sulaiman
al-Baji (474 H)
 -al-Jam'u bayna rijal al-Shahihain, Abu al-fadhl M. bin Thahir al-
Maqdisy
 Fawaid al-Ihtifal fi ahwal al-Rijal al-madzkurin fi al-Bukhari, Ibn Hajar
(w. 852 H)
 Rijal sahih al-Bukhari, Al-Kalabadzi (398 H)
 Tarajim Al-Bukhari, Al-Humawi (733 H)
 Man ruwia anhum al-Bukhari, Al-Jurjany (w. 365 H)
 Al-Ta’rif Bi Suyukh al-Bukhari, Abu ali al-Jayany (w. 498 H)
 Al-bayan wa al- taudhih liman ukhrija lahu fi shahih, Abu Zur’ah Al-
Iraqi (w. 826 H)
 Qurratul Ain fi dhabt asma rijal al-sahihain, Abdul Ghany Bin Ahmad
al-Bahrany’
 Asma Rijal al-Bukhary, Abdul Mu’thi al-Hadrami (w. 989 H)
 al-A’lam bi Akhar al-Bukhary, Gharnathy (w. 634 H)
 Turjuman al-Tarajum ‘ala Abwab al-Bukhari Ibn ‘Umar al-Fahary al-
Sabty (w. 721 H)
E. Sistematika penulisan Sahih al-Bukhari
Bukhari menyusun kitab sahihnya berdasarkan sistematika kitab fikih,

aqidah, tafsir dan adab. Imam al-Bukhari memulai dengan kitab ‫بكيف بدء الوحي‬

Ibn Hajar, h. 9-12


19

Haji Khalifah, 430-431


20
-sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Bulkainy karena ia merupakan sumber
kebaikan, syariat dan risalah didasarkan dan dimunculkan, serta iman dan
ilmu diketahui.21
Sedangkan argumen Abd. Majid Mahmud-bisa jadi pandangan imam al-
bukhari dalam memulai dengan “wahyu” kemudian “iman”, sesuatu yang
pertama kali dituntut dari seseorang adalah iman, dan unsur ikhlas haruslah
terpenuhi dalam iman; justru itulah imam al-Bukhari memulai kitabnya

dengan hadis ‫إنما األعمال بالنيات‬ , dan sesuatu yang pertama kali yang harus

diimani adalah wahyu, karena semua tuntunan iman yang disebutkan dalam
al-jami’ al-sahihnya tergantung pada keadaan muhammad saw, sebagaimana
nabi yang menerima wahyu. kalau persoalan ini sudah diyakini maka
seseorang harus mempelajari syariat sampai ia merealisasikannya untuk
Tuhannya dan bersifat dengan sifat iman, yang kemudian kitab Tahaharah
menempati kitab berikutnya.

Berikut ini penulis tampilkan urutan kitab, jumlah bab dan jumlah hadis pada
setiap bab:
No Nama kitab Bab Hadis
1 ‫كتاب بدء الوحي‬ 6 7
2 ‫اإليمان‬ 42 51
3 ‫العلم‬ 52 76
4 ‫الوضوء‬ 75 114
5 ‫الغسل‬ 29 46
6 ‫الحيض‬ 31 39
7 ‫التيمم‬ 9 15
8 ‫الصالة‬ 109 171
9 ‫مواقيت الصالة‬ 41 80
10 ‫األذان‬ 166 272
11 ‫الجمعة‬ 41 66
12 ‫الخوف صالة‬ 6 6
13 ‫العيدين‬ 26 42
14 ‫الوتر‬ 7 15
15 ‫اإلستسقاء‬ 29 35
16 ‫الكسوف‬ 19 27
17 ‫أبواب سجود القرأن وسنتها‬ 12 13
18 ‫تقصيرالصالة‬ 20 40
19 ‫التهجد‬ 37 68

21
Ibn Hajar, h. 7
‫‪20‬‬ ‫فضل الصالة في مسجد مكة و المدينة‬ ‫‪6‬‬ ‫‪10‬‬
‫‪21‬‬ ‫العمل في الصالة‬ ‫‪18‬‬ ‫‪26‬‬
‫‪22‬‬ ‫السهو‬ ‫‪9‬‬ ‫‪14‬‬
‫‪23‬‬ ‫الجنائز‬ ‫‪98‬‬ ‫‪157‬‬
‫‪24‬‬ ‫الزكاة‬ ‫‪78‬‬ ‫‪120‬‬
‫‪25‬‬ ‫الحج‬ ‫‪151‬‬ ‫‪262‬‬
‫‪26‬‬ ‫العمرة‬ ‫‪20‬‬ ‫‪33‬‬
‫‪27‬‬ ‫المحصر‬ ‫‪10‬‬ ‫‪15‬‬
‫‪28‬‬ ‫جزاء الصيد‬ ‫‪27‬‬ ‫‪66‬‬
‫‪29‬‬ ‫فضائل المد ينة‬ ‫‪12‬‬ ‫‪24‬‬
‫‪30‬‬ ‫الصوم‬ ‫‪69‬‬ ‫‪108‬‬
‫‪31‬‬ ‫صالة الترويح‬ ‫‪1‬‬ ‫‪6‬‬
‫‪32‬‬ ‫فضل ليلة القدر‬ ‫‪5‬‬ ‫‪11‬‬
‫‪33‬‬ ‫االعتكاف‬ ‫‪19‬‬ ‫‪24‬‬
‫‪34‬‬ ‫البيوع‬ ‫‪113‬‬ ‫‪204‬‬
‫‪35‬‬ ‫السلم‬ ‫‪8‬‬ ‫‪18‬‬
‫‪36‬‬ ‫الشفعة‬ ‫‪3‬‬ ‫‪3‬‬
‫‪37‬‬ ‫اإلجارة‬ ‫‪22‬‬ ‫‪27‬‬
‫‪38‬‬ ‫الحواالة‬ ‫‪3‬‬ ‫‪3‬‬
‫‪39‬‬ ‫الكفالة‬ ‫‪5‬‬ ‫‪9‬‬
‫‪40‬‬ ‫الوكالة‬ ‫‪16‬‬ ‫‪18‬‬
‫‪41‬‬ ‫الحرث و المزارعة‬ ‫‪21‬‬ ‫‪31‬‬
‫‪42‬‬ ‫المساقاة‬ ‫‪17‬‬ ‫‪31‬‬
‫‪43‬‬ ‫اإلستقراض واداء الديون والحجر و التقليس‬ ‫‪20‬‬ ‫‪25‬‬
‫‪44‬‬ ‫الخصومات‬ ‫‪10‬‬ ‫‪15‬‬
‫‪45‬‬ ‫اللقطة‬ ‫‪12‬‬ ‫‪15‬‬
‫‪46‬‬ ‫‪ 6‬و الغصب‬ ‫المظالم‬ ‫‪35‬‬ ‫‪43‬‬
‫‪47‬‬ ‫الشركة‬ ‫‪16‬‬ ‫‪22‬‬
‫‪48‬‬ ‫الرهن‬ ‫‪6‬‬ ‫‪8‬‬
‫‪49‬‬ ‫العتق‬ ‫‪20‬‬ ‫‪42‬‬
‫‪50‬‬ ‫المكاتب‬ ‫‪5‬‬ ‫‪6‬‬
‫‪51‬‬ ‫‪6‬‬
‫الهبة وفضلها‬ ‫‪37‬‬ ‫‪70‬‬
‫‪52‬‬ ‫الشهادات‬ ‫‪30‬‬ ‫‪51‬‬
‫‪53‬‬ ‫الصلح‬ ‫‪14‬‬ ‫‪20‬‬
‫‪54‬‬ ‫الشروط‬ ‫‪19‬‬ ‫‪24‬‬
‫‪55‬‬ ‫‪6‬‬
‫الوصايا‬ ‫‪36‬‬ ‫‪44‬‬
‫‪56‬‬ ‫الجهاد و السير‬ ‫‪199‬‬ ‫‪251‬‬
‫‪57‬‬ ‫فرض الخمس‬ ‫‪20‬‬ ‫‪65‬‬
‫‪58‬‬ ‫الجزية و الموادعة‬ ‫‪22‬‬ ‫‪32‬‬
‫‪59‬‬ ‫بدء الخلق‬ ‫‪17‬‬ ‫‪135‬‬
‫‪60‬‬ ‫احاديث االنبياء‬ ‫‪54‬‬ ‫‪164‬‬
‫‪61‬‬ ‫المناقب‬ ‫‪28‬‬ ‫‪130‬‬
‫‪62‬‬ ‫فضائل اصحاب النبى‬ ‫‪30‬‬ ‫‪123‬‬
‫‪63‬‬ ‫مناقب االنصار‬ ‫‪53‬‬ ‫‪173‬‬
‫‪64‬‬ ‫المغازي‬ ‫‪89‬‬ ‫‪510‬‬
‫‪65‬‬ ‫تفسير القران‬ ‫‪-‬‬ ‫‪491‬‬
‫‪66‬‬ ‫فضائل القران‬ ‫‪37‬‬ ‫‪84‬‬
‫‪67‬‬ ‫النكاح‬ ‫‪125‬‬ ‫‪184‬‬
‫‪68‬‬ ‫الطالق‬ ‫‪53‬‬ ‫‪98‬‬
‫‪69‬‬ ‫‪6‬‬‫النفقات‬ ‫‪16‬‬ ‫‪22‬‬
‫‪70‬‬ ‫االطعمة‬ ‫‪59‬‬ ‫‪95‬‬
‫‪71‬‬ ‫العقيقة‬ ‫‪4‬‬ ‫‪8‬‬
‫‪72‬‬ ‫الذبائح و الصيد‬ ‫‪38‬‬ ‫‪69‬‬
‫‪73‬‬ ‫االضاحى‬ ‫‪16‬‬ ‫‪30‬‬
‫‪74‬‬ ‫االشربة‬ ‫‪31‬‬ ‫‪64‬‬
‫‪75‬‬ ‫المرضى و الطب‬ ‫‪22‬‬ ‫‪38‬‬
‫‪76‬‬ ‫الطب‬ ‫‪58‬‬ ‫‪103‬‬
‫‪77‬‬ ‫اللباس‬ ‫‪102‬‬ ‫‪186‬‬
‫‪78‬‬ ‫األداب‬ ‫‪18‬‬ ‫‪258‬‬
‫‪79‬‬ ‫اإلستئذان‬ ‫‪53‬‬ ‫‪76‬‬
‫‪80‬‬ ‫الدعوات‬ ‫‪69‬‬ ‫‪108‬‬
‫‪81‬‬ ‫‪6‬‬
‫الرقاق‬ ‫‪53‬‬ ‫‪181‬‬
‫‪82‬‬ ‫القدر‬ ‫‪16‬‬ ‫‪26‬‬
‫‪83‬‬ ‫األيمان و النذور‬ ‫‪33‬‬ ‫‪86‬‬
‫‪84‬‬ ‫كفارات األيمان‬ ‫‪10‬‬ ‫‪15‬‬
‫‪85‬‬ ‫الفرائض‬ ‫‪31‬‬ ‫‪49‬‬
‫‪86‬‬ ‫الحدود‬ ‫‪42‬‬ ‫‪30‬‬
‫‪87‬‬ ‫الديات‬ ‫‪32‬‬ ‫‪58‬‬
‫‪88‬‬ ‫‪6‬‬
‫استتابة المرتدين والمعاندين وقتالهم‬ ‫‪9‬‬ ‫‪22‬‬
‫‪89‬‬ ‫اإلكراه‬ ‫‪7‬‬ ‫‪13‬‬
‫‪90‬‬ ‫الحيل‬ ‫‪15‬‬ ‫‪29‬‬
‫‪91‬‬ ‫التعبير‬ ‫‪48‬‬ ‫‪66‬‬
‫‪92‬‬ ‫الفتن‬ ‫‪28‬‬ ‫‪82‬‬
‫‪93‬‬ ‫األحكام‬ ‫‪53‬‬ ‫‪88‬‬
‫‪94‬‬ ‫التمنى‬ ‫‪9‬‬ ‫‪20‬‬
‫‪95‬‬ ‫أخبار األحاد‬ ‫‪6‬‬ ‫‪22‬‬
‫‪96‬‬ ‫‪ 6‬و السنة‬‫اإلعتصام بالكتاب‬ ‫‪28‬‬ ‫‪113‬‬
‫‪97‬‬ ‫التوحيد‬ ‫‪58‬‬ ‫‪193‬‬
‫‪Imam al-Bukhari dalam menyusun kitab sahihnya tidak hanya‬‬
‫‪mengklasifikasikan beberapa Judul (kitab) tetapi beliau juga membagi judul-‬‬
‫‪Judul (kitab-Kitab) tersebut dalam beberapa bagian bab yang mana‬‬
‫‪mempunyai korelasi dan kesesuaian. pada setiap bab dicantumkan satu‬‬
‫‪hadis atau lebih, Contoh: al-Bukhari memberikan tema (judul besar) yang‬‬

‫‪disebutnya kitab,‬‬ ‫كتاب الفرائد‬ ‫‪yang dibagi dalam 15 pasal yang disebutnya bab,‬‬

‫‪seperti:‬‬

‫باب قول تعالى (يوصيكم اهلل في أوالدكم للذكر مثل حظ األنثيين)‪ ,‬باب تعليم الفرائض‪ ,‬باب قول النبي‬

‫صدقة) ‪.dan seterusnya‬‬ ‫صلى اهلل عليه وسلم ‪(:‬ال نورث ماتركنا‬
‫‪Sementara itu dalam sahih al-Bukhari, penulis sering kali mendapati‬‬
‫‪pencantuman satu hadis yang sama dalam beberapa tempat‬‬

‫‪Contoh: al-Bukhari menempatkan‬‬ ‫‪, beliau menyebutkan 7 kali‬إِنَّ َما اأْل َ ْع َم ُ‬


‫ال‬
‫‪dalam kitabnya:‬‬

‫‪Tempat pertama: dalam‬‬ ‫كبف كان بدء الوحي‬ ‫‪(bagaimana wahyu mulai‬‬

‫‪diturunkan pada Rasulullah saw, dia berkata: 22‬‬

‫ال أَ ْخَب َرنِي‬ ‫صا ِر ُّ‬ ‫ٍِ‬ ‫ي َع ْب ُد اللَّ ِه بْ ُن ُّ‬


‫الز َب ْي ِر قَ َ‬ ‫ْح َم ْي ِد ُّ‬
‫ي قَ َ‬ ‫ال َح َّد َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن َسعيد اأْل َنْ َ‬ ‫ال َح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن قَ َ‬ ‫َح َّد َثنَا ال ُ‬
‫اب ر ِ‬ ‫ول َس ِم ْع ُ‬ ‫اص اللَّْيثِ َّي َي ُق ُ‬
‫يم الت َّْي ِم ُّي أَنَّهُ َس ِم َع َع ْل َق َمةَ بْ َن َوقَّ ٍ‬ ‫ِ ِ‬
‫ض َي اللَّهُ َع ْنهُ‬ ‫ت عُ َم َر بْ َن الْ َخطَّ ِ َ‬ ‫ُم َح َّم ُد بْ ُن إ ْب َراه َ‬
‫ات َوإِنَّ َما لِ ُك ِّل ْام ِر ٍئ َما‬ ‫النيَّ ِ‬
‫ال بِ ِّ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ُق ُ‬
‫ول إِنَّ َما اأْل َ ْع َم ُ‬ ‫ت رس َ ِ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫ال َسم ْع ُ َ ُ‬
‫َعلَى ال ِْم ْنب ِر قَ َ ِ‬
‫َ‬
‫صيبها أَو إِلَى امرأ ٍَة ي ْن ِكحها فَ ِهجرتُهُ إِلَى ما َهاجر إِلَيهِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ََ ْ‬ ‫َْ‬ ‫َْ َ ُ َ‬ ‫ت ه ْج َرتُهُ إِلَى ُد ْنيَا يُ ُ َ ْ‬ ‫َن َوى فَ َم ْن َكانَ ْ‬

‫“ ‪Tempat kedua:dalam‬‬ ‫كتاب اإليمان ‪ :‬باب ماجاء أن األعمال بالنية "‬ ‫‪23‬‬

‫َح َّد َثنَا عبد اهلل بن مسلمة قال‪ :‬أخبرنا مالك عن يحيى بن سعيد عن محمد بن إبرهيم َع ْن َع ْل َق َمةَ بْ ِن َوقَّ ٍ‬
‫اص‬
‫النيَّ ِة َولكل ْإم‪ِ E‬ر ٍئ‬ ‫‪E‬ال بِ ِّ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي‪Eِ E‬ه َو َس‪E‬لَّ َم قَ‪َ E‬‬
‫‪E‬ال األْ ْع َم ُ‬ ‫اللَّْيثِ ِّي عن عُمر بْن الْ َخطَّ ِ ِ‬
‫اب َرض َي اللَّهُ َع ْنهُ أن النَّبِ ِّي َ‬ ‫ََ َ‬
‫ت ِه ْجرتُ‪E‬هُ لِ‪ُ E‬د ْنيا ي ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ َّ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ َّ ِ‬ ‫ما َنوى فَمن َك‪E‬انَ ْ ِ‬
‫ص‪ُ E‬يب َها أ َْو‬ ‫َ ُ‬ ‫ت ه ْج َرتُ‪E‬هُ إلَى الله َو َر ُس‪E‬وله فَ ِه ْج َرتُ‪E‬هُ إلَى الله َو َر ُس‪E‬وله َو َم ْن َك‪E‬انَ ْ َ‬ ‫َ َ َْ‬
‫امرأ ٍَة يَتز َّوجها فَ ِهجرتُهُ إِلَى ما َهاجر إِلَيهِ‬
‫َ ََ ْ‬ ‫َْ‬ ‫َْ َ َ ُ َ‬

‫‪Tempat ketiga: dalam‬‬ ‫‪24‬‬


‫كتاب العتق‪ :‬باب الخطاء والنسيان في العتاقة ال عتاقة إال لوجه اهلل‬
‫يم الت َّْي ِم ِّي َع ْن َع ْل َق َمةَ‪ E‬بْ ِن َوقَّ ٍ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ‬
‫اص‬ ‫َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َكثي ٍر َع ْن ُس ْفيَا َن َح َّد َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن َسعيد َع ْن ُم َح َّمد بْ ِن إ ْب َراه َ‬
‫النيَّ ِة‬
‫‪E‬ال بِ ِّ‬ ‫ص ‪E‬لَّى اللَّهُ َعلَْي‪Eِ E‬ه َو َس ‪E‬لَّ َم قَ‪َ E‬‬
‫‪E‬ال االَ ْع َم‪ُ E‬‬ ‫ت عُم‪EE‬ر بْن الْ َخطَّ ِ ِ‬
‫اب َرض ‪َ E‬ي اللَّهُ َع ْن‪EE‬هُ َع ْن النَّبِ ِّي َ‬ ‫اللَّْيثِ ِّي قَ‪ِ َ E‬‬
‫‪E‬ال َس ‪E‬م ْع ُ َ َ َ‬
‫ت ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى اللَّ ِه َو َر ُس ‪E‬ولِ ِه فَ ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى اللَّ ِه َو َر ُس ‪E‬ولِ ِه َو َم ْن َك‪EE‬انَ ْ‬
‫ت ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ لِ ‪ُ E‬د ْنيَا‬ ‫والم‪ِ E‬ر ٍئ َما َن‪Eَ E‬وى فَ َم ْن َك‪EE‬انَ ْ‬
‫ْ‬
‫صيبها أَو امرأ ٍَة يَتز َّوجها فَ ِهجرتُهُ إِلَى ما َهاجر إِلَيهِ‬
‫َ ََ ْ‬ ‫َْ‬ ‫يُ ِ ُ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ‬

‫‪25‬باب مناقب األنصار‪:‬باب هجرة‪ E‬النبي صلىاهلل عليه وسلم وأصحابه إلى المدينة ‪Tempat keempat: dalam‬‬

‫‪E‬ال َس‪ِ E‬م ْع ُ‬ ‫يم َع ْن َع ْل َق َ‪E‬م ةَ بْ ِن َوقَّ ٍ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ٍ‬


‫ت‬ ‫اص قَ َ‬ ‫َح َّد َثنَا ُم َس‪َّ E‬د ٌد َح َّ‪E‬د َثنَا َح َّما ٌد ُه َ‪E‬و ابْ ُن َزيْ‪E‬د َع ْن يَ ْحيَى َع ْن ُم َح َّمد بْ ِن إ ْب َ‪E‬راه َ‬
‫ت ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى‬‫النيَّ ِة فَ َم ْن َك‪EE‬انَ ْ‬
‫‪E‬ال بِ ِّ‬ ‫ص‪E‬لَّى اللَّهُ َعلَْي‪Eِ E‬ه َو َس‪E‬لَّ َم َي ُق‪ُ E‬‬
‫‪E‬ول اأْل َ ْع َم‪ُ E‬‬ ‫‪E‬ال َس‪ِ E‬م ْع ُ‬
‫ت النَّبِ َّي َ‬
‫عُم‪EE‬ر ر ِ‬
‫ض‪َ E‬ي اللَّهُ َع ْن‪EE‬هُ قَ‪َ E‬‬ ‫ََ َ‬
‫‪22‬‬
‫‪al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, juz. I, h. 2‬‬
‫‪23‬‬
‫‪al-Bukhari, juz. I, h. 31‬‬
‫‪24‬‬
‫‪al-Bukhari, juz. V, h. 72‬‬
‫‪25‬‬
‫‪al-Bukhari, juz. III, h. 190-191‬‬
‫ت ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى اللَّ ِه َو َر ُس‪E‬ولِ ِه فَ ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى‬
‫‪E‬اج َر إِل َْي‪Eِ E‬ه َو َم ْن َك‪EE‬انَ ْ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ُد ْنيَا يُص‪ُ E‬يب َها أ َْو ْام‪Eَ E‬رأَة َيَت َز َّو ُج َها فَ ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى َما َ‪E‬ه َ‬
‫اللَّ ِه َو َر ُسولِ ِه‬

‫مانوى‪Tempat kelima: dalam‬‬ ‫‪26‬كتاب النكاح‪ :‬باب من هاجر او عمل خيرا لتزويج امراة فله‬
‫ث َع ْن َع ْل َق َم‪ E‬ةَ بْ ِن‬ ‫يد َعن مح َّم ِد بْ ِن إِ ْب‪EE‬ر ِاهيم بْ ِن الْح‪EE‬ا ِر ِ‬‫‪E‬ك َعن يحيى ب ِن س ‪ِ E‬ع ٍ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ َُ‬ ‫َ‪E‬ح َّ‪E‬د َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن َق َز َع‪E‬ةَ َ‪E‬ح َّ‪E‬د َثنَا َمال‪َ ْ َ ْ َ ْ ٌ E‬‬
‫النيَّ ِة َوإِنَّ َما اِل ْم‪ِ E‬ر ٍئ‬
‫‪E‬ل بِ ِّ‬ ‫ِ َّ‬ ‫ال النَّبِ ُّي َ َّ َّ‬
‫صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم ال َْع َم‪ُ E‬‬ ‫ال‪ :‬قَ َ‬ ‫ض َي اللَّهُ َع ْنهُ قَ َ‬‫اب ر ِ‬
‫اص َع ْن عُ َم َر بْ ِن الْ َخطَّ ِ َ‬
‫َوقَّ ٍ‬
‫ص ‪E‬لَّى اللَّهُ َعلَْي‪Eِ E‬ه َو َس ‪E‬لَّ َم َو َم ْن َ‪E‬ك‪E‬انَ ْ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ما َن‪EE‬وى فَمن َ‪E‬ك‪E‬انَ ْ ِ‬
‫ت‬ ‫ت ه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى اللَّه َو َر ُس ‪E‬وله فَ ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى اللَّه َو َر ُس ‪E‬وله َ‬ ‫َ َ َْ‬
‫صيبها أَو امرأ ٍَة ي ْن ِكحها فَ ِهجرتُهُ إِلَى ما َهاجر إِلَيهِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ََ ْ‬ ‫َْ‬ ‫ه ْج َرتُهُ إِلَى ُد ْنيَا يُ ُ َ ْ ْ َ َ ُ َ‬
‫‪Tempat keenam: dalam‬‬ ‫‪27‬كتاب اإليمان والنذور‪:‬باب النية في اإليمان‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ت يحيى بن س‪ِ E‬ع ٍ‬ ‫َّاب قَ َ ِ‬ ‫يد َح َّد َثنَا َع ْب ُد ال َْوه ِ‬ ‫ح َّد َثنَا ُقَتيبةُ بن س ِع ٍ‬
‫يم أَنَّهُ‬
‫‪E‬ول أَ ْخَب َ‪E‬رني ُم َح َّم ُد بْ ُن إ ْب َ‪E‬راه َ‬ ‫يد َي ُق ُ‬ ‫‪E‬ال َس‪E‬م ْع ُ َ ْ َ ْ َ َ‬ ‫َْ ْ ُ َ‬ ‫َ‬
‫ول اللَّهِ‬ ‫ت َر ُس ‪َ E‬‬ ‫ِ‬
‫‪E‬ول َس ‪E‬م ْع ُ‬ ‫ِ‬
‫اب َرض‪َ EE‬ي اللَّهُ َع ْن‪EE‬هُ َي ُق‪ُ E‬‬‫ت عُ َم‪EE‬ر بْ َن الْ َخطَّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اص اللَّْيث َّي َي ُق‪ُ E‬‬ ‫ِ‬
‫َس‪EE‬م َع َع ْل َق َ‪E‬م‪ E‬ةَ بْ َن َوقَّ ٍ‬
‫‪E‬ول َس‪EE‬م ْع ُ َ‬
‫ت ِه ْج َرتُ‪EE‬هُ إِلَى اللَّ ِه َو َر ُس‪E‬ولِ ِه‬ ‫النيَّ ِة َوإِنَّ َما اِل ْم‪ِ E‬ر ٍئ َما َن‪Eَ E‬وى فَ َم ْن َك‪EE‬انَ ْ‬
‫‪E‬ال بِ ِّ‬ ‫ص‪E‬لَّى اللَّهُ َعلَْي‪Eِ E‬ه َو َس‪E‬لَّ َم َي ُق‪ُ E‬‬
‫‪E‬ول إِنَّ َما اأْل َ ْع َم‪ُ E‬‬ ‫َ‬
‫صيبها أَو امرأ ٍَة يَتز َّوجها فَ ِهجرتُهُ إِلَى ما َهاجر إِلَيهِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫فَ ِه ْج َرتُهُ إلَى الله َو َر ُسوله َو َم ْن َكانَ ْ‬
‫َ ََ ْ‬ ‫َْ‬ ‫ت ه ْج َرتُهُ إلَى ُد ْنيَا يُ ُ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ‬

‫‪Tempat ketujuh: dalam‬‬ ‫‪28‬باب ترك الحيل‪ ,‬وأن لكل امرئ مانوى في األيمان وغيرها‬
‫اص‬‫َ‪E‬ح‪Eَّ E‬د َثنَا أبو النعم‪EEE‬ان َ‪E‬ح‪Eَّ E‬د َثنَا حم‪EEE‬اد بن زيد عن يح‪EEE‬يى بن س‪EEE‬عيد عن محمد بن إب ‪EE‬رهيم عن علقمة بْ َن َوقَّ ٍ‬
‫ص‪E E‬لَّى اللَّهُ َعلَْي ‪Eِ E‬ه‬ ‫ت رس‪ِ َ E E‬‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫ض‪E E‬ي اللَّهُ َع ْن ُهم‪ ,‬يخطب‪ ,‬قُ ‪ِ ُ E‬‬
‫‪E‬ال َس‪E E‬م ْع ُ َ ُ‬
‫َّ ِ ِ‬
‫ت عُ َم‪Eَ E‬ر بْ َن الْ َخطاب َر َ‬ ‫اللَّْيثِ َّي قُ ‪ُ E‬‬
‫‪E‬ال َس‪ِ E E‬م ْع ُ‬
‫ت ِه ْج َرتُ ‪EE‬هُ إِلَى اللَّ ِه َو َر ُس‪EE‬ولِ ِه‬‫الم‪ِ EE‬ر ٍئ َما َن‪Eَ E‬وى فَ َم ْن َك‪EE‬انَ ْ‬ ‫‪E‬ال بِ ِّ ِ‬
‫النيَّة َوإِنَّ َما ْ‬ ‫َو َس‪EE‬لَّ َم َي ُق‪EE‬ول‪ ُ:‬ياأيها الن ‪EE‬اس!إِنَّ َما األ ْع َم‪ُ E‬‬
‫اج َر إِل َْي ِه‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫فَ ِه ْج َرتُهُ إِلَى اللَّه َو َر ُسوله َو َم ْن هاجر إِلَى ُد ْنيَا يُص ُيب َها أ َْو ْام َرأَة َيَت َز َّو ُج َها فَ ِه ْج َرتُهُ إِلَى َما َه َ‬
‫‪Imam al-Bukhari sering mengulang hadis dalam al-Jami' al-shahih lebih‬‬
‫‪dari sepuluh tempat, demikian itu ada beberapa alasan:‬‬
‫‪Pertama: Imam al-Bukhari tidak akan mengulang hadis kecuali jika hadis‬‬
‫‪tersebut mengandung faedah dalam sanad, semisal: imam al-Bukhari‬‬
‫‪meriwayatkan hadis dari sahabat, kemudian menyebutkan hadis yang sama‬‬
‫‪dengan sahabat yang berbeda guna menjelaskan yang gharib atau juga‬‬

‫‪26‬‬
‫‪al-Bukhari, juz. VIII, h. 4‬‬
‫‪27‬‬
‫‪al-Bukhari, juz. VIII, h. 175‬‬
‫‪28‬‬
‫‪al-Bukhari, juz. VIII, h. 39‬‬
menguatkan hadis dengan shighat ‫ العنعنة‬dipaparkan kembali di tempat lain
dengan sanad berbeda dan menggunakan sighat ‫ السماع‬.29
Kedua: Imam al-Bukhari terkadang mengulang hadis pada bab yang
sama, dan terkadang dalam bab yang lain, dan kadang imam al-Bukhari
mengulang hadis dalam kitab yang lain pada Jami' al-Sahih.
Imam al-Bukhari juga dalam beberapa hadis membuang sanad hadis
tersebut, misalkan ‫قال مالك عن نافع عن أبي عمر كذا‬... , ada sanad yang terputus (tidak
disebut) antara imam al-Bukhari dan imam Malik. Menurut ibn Hajar adanya
hadis muallaq dalam Sahih al-Bukhari bukanlah dalam hadis pokok, dan
imam al-Bukhari hanya berusaha memaparkan adanya tabi’ dan syahid,
karena menurut ibn hajar dengan melihat judul kitab yang imam al-bukhari
berikan, kitab ini hanya meriwayatkan hadis sahih di dalamnya. 30
sedikit catatan, ada sejumlah kitab yang tidak memuat bab, ada pula
sejumlah bab yang berisi banyak hadis tetapi ada pula hanya berisi beberapa
hadis saja, bahkan ada pula bab yang hanya berisi ayat-ayat al-quran tanpa
disertai hadis, bahkan ada yang kosong tanpa isi.31
29
al-Zarkasyi menambahkan bahwasanya pengulangan dalam Sahih al-Bukhari tidak sia-sia
dan bukan tanpa tujuan, al-Bukhari bertujuan kepada makna fikih dan hadis, disini matan dan
sanad berbeda, dan satu sama lain tidak sama, sehingga bisaaaa dikatakan”secara hakiki ini
bukanlah bentuk pengulangan, karena perbedaan sanad dan matan menjadikannya hadis berbeda.
Pengulangan tersebut mempunyai makna tersendiri baik dalam sanad maupun matannya, dan
hanya muhaddis yang hidup bersama dengan hadis nabi, makna, menyimpulkan, menempatkan
pada tempatnya mampu melakukannya. Lihat al-Zarkasy, al-Ijabat li Irad ma Istadrakathhu
Aisyah ala Shahabah, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1980 M), h. 121
30
ibn hajar menambahkan bahwa karya ini secara esensial adalah hadis-hadis sahih lagi
musnad, dan yang disebutkan sebagai pemaparan adalah asar mauquf dan hadis muallaq. Al-
bukhari menyebutkan ta’liq sebagai tambahan, sehingga kitabnya tidak terlepas dari kaedah
fikih. Dalam rangka merealisasikan tujuan dari kitabnnya ini, Ibn hajar memberikan komentar
berikut ini:pertama, imam al-Bukhari menyebutkan hadis sahih dengan syarat musnad, dengan
demikian, ia menjadi sempurna. Jadi hadis tanpa sanadnya menjadi terputus tidak berhak untuk
dikategorikan gelar hadis sahih yang menjadi tema kitab ini. Kedua, terdapat hadis sahih yang
ditempatkan dalam banyak kitab, menyebutkan sepotog-sepotong karena antusias untuk
meringkas, maka beliau meringkas dalam sanad karena khawatir memperpanjang hadis dan hal
itu dilakukan ketika tidak terdapat faedah yang ditunjukkan. Ketiga, di dalamnya terdapat hadis
yang tidak masuk syaratnya, akan tetapi mayoritas ahli fikih berhujah atasnya dan sebagian
sahabat dan tabiin mengamalkannya-beliau menyebutkan secara muallaq-sebagai isyarat bahwa
ia tidak termasuk kitab pokok dan menyimpulkan hukum fikih dimungkinkan darinya.lihat ibn
Hajar, h. 6-13
31
Abu Syahbah, h. 66, hal tersebut mungkin terjadi karena penyusunan draf kitab hadis
ini dimulai lebih dahulu, baru kemudian dari draf yang telah dibuatnya tersebut diisi dengan hadis
D. Kriteria kesahihan hadis menurut Imam al-Bukhari
Para ulama hadis sepakat mensyaratkan hadis dinilai sahih ketika
diriwayatkan dengan sanad yang bersambung pada Nabi Muhammad saw
oleh rawi-rawi yang adil (jujur dan Taqwa) dan Dhabit (kuat ingatannya),
tidak ada illat (cacat) dan Syadz (kejanggalan)32. dalam menentukan "sanad
bersambung kepada Nabi Muhammad saw" ulama mensyaratkan adanya
kemungkinan bertemu antara perawi pertama dan perawi kedua karena
hidup satu masa- begitu seterusnya. Apabila antara murid dan guru ada
kemungkinan bertemu, ahli hadis menilai sanad itu bersambung meskipun
keduanya tidak pernah bertemu sama sekali.33
Imam al-Bukhari memang tidak menentukan secara eksplisit kriteria atau
persyaratan standar bagi sahihnya suatu hadis, namun ulama hadis telah
berupaya meneliti beberapa yang diduga kuat merupakan pedoman imam al-
Bukhari.
Disamping persyaratan di atas, ternyata imam al-Bukhari tidak cukup
dengan kesejamanan (Mu'asharah) perawi dengan gurunya, tetapi
mengharuskan adanya pertemuan antara keduanya, meski hanya sekali,
karena alasan inilah para ulama mengatakan, Imam al-Bukhari memiliki dua
syarat yaitu Muasharah dan liqa' (bertemu perawi dengan gurunya).34 Hal
inilah yang membedakannya dengan kriteria imam Muslim dimana beliau
hanya mensyaratkan muasharah tanpa harus liqa''

-hadis yang didapatkannya selama pengembaraan disesuaikan dengan judul atau sub judul
tertentu.
32
, Ibn Hajar al-asqalany, Syarh al-Nukhbah ; Nuzhah al-Nazhri fi Taudhih Nukhbah al-
Fikr bi tahqiq Nuruddin Itr, ( Damsik: Mathba'ah al-Shabah, 2000), h. 58
33
H. Ali Musthafa yakub, Imam al-Bukhari dan metodologi kritik dalam Hadis, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1996), h. 23
34
Ajjaj al-Khatib, Penj. Ushul al-Hadits: pokok Ilmu Hadis , (Jakarta: Gema Media
Pratama, tth),h. 276, Lihat M. Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sittah, (Majma' al-
Buhuts al-Islamiyyah, 1969), h. 62, lihat juga Indal Abrar, Studi Kitab Hadis entri Sahih al-
Bukhari, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 45, al-Sya’al menambahkan khususnya berkenaan dengan
hadis mu’an’an (hadis dari fulan dari fulan dan seterusnya tanpa menyebutkan perawi yang jelas,
imam al-Bukhari mensyaratkan adanya pertemuan ketika meriwayatkan hadis, dan tidak cukup
hanya sezaman.
Syarat imam al-Bukhari lainnya mengenai para perawi (rijal), dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh ulama abad ke enam hijriyyah yakni imam
Hazami dan Maqdisi tentang kriteria hadis sahih menurut imam al-Bukhari
bahwasanya imam al-Bukhari hanya menuliskan hadis-hadis dari periwayat
thabaqah pertama dan sedikit dari tingkat kedua itupun dengan penyeleksian
terlebih dahulu, sedangkan tingkat berikutnya Bukhari tidak
menggunakannya, hal tersebut bisa disimpulkan dari penelitian terhadap
murid-murid al-Zuhri, bahwa murid al-Zuhri dapat dibagi menjadi lima
tingkatan, tingkat pertama adalah yang diakui ketsiqahannya dan lama
bersama gurunya, tingkat kedua mereka yang mempunyai sifat yang sama
tapi tidak lama berguru dengan al-Zuhri, tingkat ketiga adalah mereka yang
dikenal ke-dhabt- annya dan lama bersama gurunya, tingkat keempat sama
dengan tingkat ketiga namun tidak lama bersama gurunya dan kelima
mereka yang majruh dan lemah.35

F. Metodologi penyusunan kitab dan bab sahih al-Bukhari


Adapun metodologi yang digunakan dalam penulisan kitab, khususnya
dalam penempatan dan penggunaan tarjamah kitab (judul-judul bab), imam
al-Bukhari mengklasifikasikannya menjadi tiga bentuk:
Pertama, al-Tarjamah al-Dzahirah (jelas), judul bab tersebut
menggambarkan hadis tersebut dengan dilalah (semantik) yang jelas dari
hadis-hadis itu sendiri, baik penyusunannya menggunakan shighat

khabariyyah seperti : ‫باب فرض صدقة الفطر‬ , atau juga dengan sighat istifham

seperti: ‫هل على من لم يشهد الجمعة غسل من النساء و الصبيان وغيرهم‬

Dalam al-Jami’ al-sahihnya al-Bukhari menggunakan sighat khabariyyah


dalam permasalahan yang sudah mendapat legitimasi hukum dan
kesepakatan ulama dari para ulama, namun terhadap permasalahan-
35
al-Maqdisi, Syurut al-Aimmah al-Sittah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1984), h.18,
lihat juga Ahmad Umar Hasyim, Mabahits fi al-Hadis al-Syarifah-Qahirah: Maktabah al-Syuruq,
2000), h. 6-7
permasalahan yang mengandung kontraversi, beliau menggunakan sighat
istifhamiyyah.
kedua, tarjamah al-Istinbathiyyah, penggunaan judul bab yang tidak
dapat dipahami pembaca sejauhmana kaitannya dengan hadis yanng
dimaksud, disini dibutuhkan kemampuan untuk mengkorelasikan antara
susunan bab dengan hadis, dibutuhkan proses berfikir dan penelitian yang
intensif. Misalnya:
“bab mengenai barang siapa melihat qadhi menetapkan sesuatu perkara
manusia berdasarkan pengetahuannya…) kemudian imam al-Bukhari
menyebutkan hadis Aisyah mengenai istri Abu Sufyan yang mengatakan
bahwa” sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang lelaki yang bakhil, apakah
berdosa bagiku jika aku memberi makan anak-anak yang menjadi tanggung
jawab kami dengan hartanya? Kemudian Rasulullah bersabda: tidak ada dosa
bagimu karena memberi mereka makan dari harta yang baik. Dari sini imam
al-Bukhari menarik beberapa kesimpulan diantaranya bahwa jawaban
rasulullah menunjukkan bahwa ini merupakan persoalan yang berlaku di
masyarakat, dan ditetapkan rasulullah berdasarkan pengetahuannya, bukan
atas dalil atau ketetapan hukum tertentu. Ini boleh dalam persoalan-
persoalan sosial, bukan dalam masalah hudud dan qisas.36
Ketiga, tarjamah al-Mursalah, penggunaan judul bab yang bersifat
mutlak (tidak terikat), dengan kalimat atau kata tertentu, misalkan
pencantuman dalam “(bab)” saja tidak ada tambahan sesuatupun. 37 Tarjamah
seperti ini digunakan al-Bukhari apabila bab tersebut masih merupakan
bagian dari bab sebelumnya, atau bisa dikatakan pasal dari bab tersebut,
atau bisa juga bab tersebut memiliki cakupan yang luas yang berkaitan
dengan judul atau bagian bab pembahasan yang telah terklasifikasi dalam
beberapa bab.

G. Posisi dan pendapat ulama mengenai Sahih al-Bukhari


36
al-Sya’al, lamhat fi a'lam …, h. 7-8
37
Muhammad Khair al-Sya'al, Lamhah fi a'lam, h. 9, lihat juga Dr. Muhammad al-Zahrani,
h. 132,
Ghalib diketahui, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim merupakan kitab
paling sahih setelah al-Quran, meskipun Sahih al-Bukhari berada diatas kitab
sahih muslim ditinjau dari kesahihannya.
Berbicara mengenai al-jami’ al-sahih, banyak komentar-komentar ulama
yang berbicara mengenai kesahihan dan kelebihan kitab ini. Al-Marwazy
mengatakan “ketika ia tertidur dekat makam Rasulullah saw, dan ia melihat
Rasulullah dalam mimipi dan mengatakan: “wahai Abu zaid! Sampai kapan
kamu mempelajari al-Syafi’I, dan apa yang kamu pelajari dari kitabku?” abu
Zaid lalu bertanya: apa kitabmu wahai Rasulullah? “Rasulullah menjawab:
Jami’ Muhammad ibn Ismail al-Bukhari.38
Al-Nasai mengatakan bahwa: sebaik-baik kitab adalah kitab imam al-
Bukhari. Al-Dahlawy juga mengatakan: kedua kitab sahih ini, ahli hadis telah
berpendapat bahwa hadis-hadis muttasil marfu’ pasti berkualitas sahih, dan
kedua kitab ini, secara mutawatir kita terima dari penyusunnya. Siapa yang
meremehkan kedua kitab tersebut berarti telah berbuat bidah. 39

Penutup
Melihat sosok Imam al-Bukhari dan menilik karya-karya yang beliau
hasilkan, membuat kita semakin kecil dihadapannya. Betapa besar niat dan
usaha beliau untuk memperkenalkan dan menjaga hadis-hadis nabi saw
sehingga bisa sampai dan diamalkan oleh seluruh umat muslim di dunia.
Terlepas dari pujian maupun kritikan yang dilontaran atas beliau, tetap
tidak akan pernah mempengaruhi atau bahkan memperkecil sosok dan peran
imam al-Bukhari dalam perkembangan hadis.

Peta
Rihlah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari (194-256 H/810-870 M)

38
Al-Qanujy, h. 177
39
Ajjaj Al-Khatib, h. 284
Referensi:
M. Kyeir al-Sya’al, Lamhat fi A’lami al-Muhaddisin wa Manahijihim,
Jeddah; Saudi Arabia, 1982

Abu tayyeb al-Sayed shiddiq Hasan al-Qanujy, al-Hithtah fi dzikr al-


Shihhah al-sittah, Beirut: Dar al-Kutub, 1985.
Haji Khalifah, Kasyf al-Zunun an Asami al-Kutub wa al-Mutun, (Beirut: Dar
al-Ulum al-Haditsah, tth)

Ibn Hajar al-Asqalany, al-Hady al-Sary, Muqaddimah fath al-Bary Syarah


shahih al-Bukhari,(beirut: Dar al-Fikr.

Al-Imam al-Bukhary, Shahih al-Bukhary: Maushuah al-sunnah wa


Syuruhuha, (dar al-Dakwah: Istanbul, 1992

Dr Akram dhiya' al-Umri, Buhuts Tarikh al-Sunnah al-Musyrifah,


(Beirut:Muassasah al-risalah, 1975 M)

Dr. Muhammad Mubarak, Manahij al-Muhadditsin, (al-Azhar:Dar al-


thaba'ah al-Muhammadiyyah, 1984 M),

Jalaluddin al-suyuthi, Tahabaqah al-Huffadz, (Beirut: dar al-Kutub, 1985)

Dr. Tsauqi Abu Khalil, Athlas al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar al-Fikt al-
Ma'ashir,2003)
M. ibn Alawy al-malaky al-Hasany, al-Manhal al-latif fi Ushul al-Hadis al-
Syarif, (Jeddah: Mathba’ah al-sahr, 1982). Muhammad Khair al-Syual, lamhat fi
A'lam al-Muhadditsin wa manahijihim fi al- kutub al-Sittah, (tth)

Ibn Hajr al-Asqalani, Hadi al-Sary, (al-Qahirah: dar al-Manar, 1999), h.6-
7, Dr. al-Zahrani, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyyah Nasy'atuhu wa Tathawuruhu
min al-Qarni al-Awal ila Nihayah al-Qarni al-Tasi' al-Hijri,( al-Madinah al-
Munawwarah: Dar al-Khudayry, 1998)

al-Hazimy, Syuruth al-Aimmat al-Khamsah, (Kairo: Maktabah Athif, tth)

Maqsdisy, al-Kutub al-Shahhah al-Sitta, (Kairo: Maktabah Athif, (tth)

Dr. Hasan muhammad Maqbul, Mushthalah al-Hadis wa rijaluhu, (Shan'a:


Maktabah al-Jayyid al-Jadid, 1988)

al-Zarkasy, al-Ijabat li Irad ma Istadrakathhu Aisyah alaa Shahabah,


(Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1980 M)

Ibn Hajar al-asqalany, Syarh al-Nukhbah ; Nuzhah al-Nazhri fi Taudhih


Nukhbah al-Fikr bi tahqiq Nuruddin Itr, ( Damsik: Mathba'ah al-Shabah, 2000),
h. 58
H. Ali Musthafa yakub, Imam al-Bukhari dan metodologi kritik dalam
Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996)

Ajjaj al-Khatib, Penj. Ushul al-Hadits: pokok Ilmu Hadis , (Jakarta: Gema
Media Pratama, tth)
M. Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sittah, (Majma' al-
Buhuts al-Islamiyyah, 1969)

Ahmad Umar Hasyim, Mabahits fi al-Hadis al-Syarifah-Qahirah: Maktabah


al-Syuruq, 2000)

Anda mungkin juga menyukai