Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH HADITS

KITAB INDUK HADITS

KELOMPOK 7
SARTIKA SARI EFRIYANTI 0301222076
AHYUN WIDIYA NINGSIH 0301222090
RIZKI RINALDI 0301222079

A. PENDAHULUAN
Hadits yang diyakini sebagai ucapan, perbuatan, ketetapan, (taqrir)
dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW merupakan sumber ajaran kedua
setelah Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber agama islam.
Keduanya merupakan mukjizat yang secara detail menarasikan umat
terdahulu dan kejadian masa lalu, dan memberikan prediksi tentang masalah
futuristic. Diantara mukjizat terbesar yang tersembunyi dalam kitab Allah
dan hadits Rasulullah adalah isyarat-isyarat tentang alam dan sejumlah
komponennya, berbagai fenomena, dan hukum-hukumnya yang dilansir
secara lugas di dalam seribu ayat lebih Al-Qur’an dan sejumlah hadits-
hadits Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang Kitab
Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim, menjelaskan biografi, karya-
karya, metode dan sistematika penyusunan, serta pendapat ulama tentang
kitab shahih Bukhari dan Muslim.
Rumusan masalah ini yaitu jelaskan tentang biografi, karya-karya,
metode dan sistematika penyusunan, serta pendapat ulama tentang shahih
Bukhari dan Muslim?.

B. PEMBAHASAN
1. Kitab Shahih Bukhari
a. Biografi
Imam Al-Bukhari, amirul mu’minin fii al hadits, lahir di kota
Bukhara pada hari ke-13 bulan Syawal 194 H (21 Juli 810), siang hari
setelah shalat jum’at ditunaikan. Seakan kelahirannya menemani awal
bulan baru pada tahun hijriyah. Jika ditelisik, Imam Al-Bukhari lahir
seratus tahun setelah wilayah Bukhara dibuka dan penduduknya
memeluk agama islam.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah bin Badzdzibah Al-Ju’fi.
Ayahnya, Syekh Ismail terkenal dengan panggilan Abu Hasan adalah
seorang ulama hadits yang masyhur dan diterima riwayatnya dikalangan
ulama hadits.
Ayahnya meninggal sewaktu Al-Bukhari belum beranjak dewasa.
Ibundanyalah yang akhirnya bertanggung jawab sebagai kepala
keluarga setelah ayahnya meninggal. Tentang ibunya, Ibnu Hajar
mengatakan bahwa ibunda Bukhari adalah seorang ahli ibadah yang
tekun sampai sebagian besar riwayat menjelaskan banyak terdapat
karamah atau kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepadanya.
Salah satunya adalah riwayat yang menceritakan sewaktu kecil Imam
Bukhari mengalami kehilangan penglihatan atau buta. Dokter yang
paling ahli pun tidak bisa menyembuhkan hingga suatu malam ibunya
bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim yang berkata padanya “wahai
ibu, disebabkan oleh banyak doa dan tangismu, Allah akan
mengembalikan penglihatan anakmu” selain itu ketika shalat malam ia
tak lupa untuk memanjatkan doa. Maka sewaktu paginya, penglihatan
Bukhari kembali seperti semula.
Pendidikan dan pertumbuhan pada masa kecilnya ia dimasukkan ke
surau (Kuttab) oleh ibunya untuk mempelajari berbagai macam ilmu
keislaman dan untuk menghafal Qur’an. Disanalah ia mulai menghafal
hadits. Umurnya pada waktu itu adalah sepuluh tahun. Beberapa tahun
kemudian ia diajak oleh ibu dan saudaranya ke Mekah untuk
melaksanakan ibadah Haji 210 H. Ini adalah perjalanan pertamanya
keluar Bukhara, saat itu umurnya adalah 16 tahun dan ia telah menghafal
kitab-kitab karangan Ibnu Mubarak dan Waki’, sekaligus menguasai
tema-tema yang sering diperselisihkan ahli mantik (logika). Selesai
musim haji ia ditinggalkan oleh ibunya dan memilih menetap di Mekah,
tempat dimana para ulama berkumpul dan merupakan salah satu pusat
keilmuan islam. Setelah Mekah, tujuan selanjutnya adalah Madinah,
tempat semua orang berkumpul untuk mempelajari hadits. Ia tiba di
Madinah pada tahun 212 H dimana saat itu umurnya menginjak 18
tahun. Para ulama yang menetap saat itu antara lain adalah Ibrahim bin
Mundzir, Mathraf bin Abdullah, Ibrahim bin Abi Hamzah, Abu Tsabit
bin Muhammad bin Ubaidillah, Abdullah Aziz bin Abdullah Al-Uwaisi.
Di Madinah pula ia mulai mengarang kitab “Tarikh Al Kabir” yang
menurut riwayat, ia mengerjakannya saat malam bulan purnama pada
malam harinya.
Negeri yang dijelajahinya selain Mekah dan Madinah ia juga
menjelajahi wilayah yang lain, terhitung ada sekitar seratus negeri.
Mulai dari wilayah-wilayah di Asia Tenggara seperti Bukhara, Nisabur,
Tashkent, dan Samarkand. Menuju kota-kota di Asia Barat seperti
Kufah, Baghdad, Bashrah, Damaskus, Hims, dan Yaman. Dan Barat
menuju Afrika Utara seperti Mesir dan Aljazair.1
Setelah sekian lama ia menjelajahi keberbagai negeri untuk
mengumpulkan dan menyeleksi hadits Nabi serta mengukir prestasi
yang luar biasa dalam menyusun kitab hadits shahih paling valid. Imam
Bukhari kemudian wafat di Khartand, sebuah desa kecil berjarak 6 mil
dari kota Samarkand, pada malam Idul Fitri tanggal 1 Syawal 256 H (31
Agustus 870 M). Usianya ketika wafat adalah 62 tahun kurang 13 hari,
dan tanpa meninggalkan seorang anak satu pun.

1
Mukhlis Rahmanto, Biografi Intelektual Imam Bukhari, (Jakarta: Pustaka
Alkausar,2011), cet ke-1, hal 12-17.
b. Karya-Karya
Perjuangan Imam Bukhari memperdalam dan mengumpulkan hadits
sangatlah luar biasa. Dengan semangat yang tinggi ia belajar kepada
para ulama yang terkemuka. Karena ketelatenannya ia mampu menulis
banyak kitab. Diantara kitab yang ia tulis antara lain:2
1) Shahih Bukhari
2) Tarikh ash-Shaghir
3) Tarikh al-Ausath
4) Al-adab al-Mufrad
5) Al-Qira’ah Khalf al-Imam
6) Al-Musnad al-Kabir
7) Al-Asyirbah
8) As-Sami’ ash-Shahabah
9) Birr al-Waliddin
10) Al-Kuna
11) Raf al-Yadain fi ash-Shahabah
12) Al-Ilal fi al-Hadits
13) Adh-Dhu’afa
14) Al-Mabsut

c. Metode dan Sitematika Penulisan


Nama kitab ini adalah al-Jami’ al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar
min Umur Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam wa Sunanih wa
Ayyamih. Menurut Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, yang dimaksud
dengan kata al-Jami’ dalam judul itu adalah dalam kitab tersebut
memuat hadits-hadits tentang hukum, keutamaaan amal, tata pergaulan,
sejarah dan kabar yang akan datang. Sedangkaan kata al-Musnad
mengandung arti bahwa Imam Bukhari hanya memasukkan hadits-
hadits yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah, dan kata al-
shahih dimaksudkan bahwa kitab tersebut tidak dimasukkan hadits-
hadits yang dhaif.3
Dari informasi yang disampaikan oleh seorang muridnya yang
bernama al-Farabi bahwa ia pernah mendengar Muhammad bin Ismail
bin Bukhari berkata, “aku menyusun kitab al-Jami’ al-Musnad al-
Shahih ini di Masjid al-Haram, aku tidak memasukkan sebuah hadits
pun sebelum aku shalat istikharah dua rakaat setelah itu aku baru betul-
betul merasa yakin bahwa hadits tersebut adalah sahih.” Adapun
sistematikanya ada empat macam, diantaranya:
Pertama, sistematika sahih dan sunan, yaitu sebuah kitab yang
disusun dengan cara membagi menjadi beberapa kitab dan tiap kitab
dibagi beberapa bab.
Kedua, sistem musnad, yaitu sebuah kitab hadits yang disusun
menurut nama periwayatan pertama yang menerima dari Rasul, seperti
semua hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar diletakkan Abu Bakar.
2
Ibnu Ahmad Alimi, Tokoh Dan Ulama Hadits, (Sidoarjo: Buana Pustaka, 2008), hal
175-176
3
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: teras, 2003), cet ke-1, hal 47.
Ketiga, kitab hadits yang disusun berdasarkan lima bagian-bagian
tertentu, yaitu hadits yang berisi perintah, larangan, khabar, ibadah, dan
yang berisi tentang af‘al secara umum.
Keempat, kitab yang disusun berdasarkan sistematika kamus.

Kitab Shahih Bukhari disusun dengan memakai sistematika model


pertama, yaitu dengan membagi beberapa judul tertentu dengan istilah
kitab berjumlah 97 kitab. Istilah kitab dibagi beberapa sub judul dengan
istilah bab berjumlah 4550 bab, dimulai dengan bab Bad‘ul Wahyi
kemudian disusul dengan kitab al-Iman, al-‘Ilm dan seterusnya dengan
jumlah hadits secara keseluruhan 7275 buah hadits termasuk yang
terulang atau 4000 hadits tanpa pengulangan.4
Penyusunan Kitab Sahih Bukhari dilakukan dengan metode ilmiah
dan ilahiyah. Secara ilmiah adalah kitabnya dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya berdasarkan kaidah-kaidah ilmu hadits.
Sedangkan secara ilahiyah adalah ia mendasari penulisan kitabnya
dengan niat yang benar dan cara-cara yang ia lakukan pun sangat
memperhatikan nilai-nilai ilahiyah. Dalam penyusunan kitab Imam
Bukhari menempuh cara tertentu sehingga derajat kesahihannya dapat
dipertanggung jawabkan. Langkahnya antara lain adalah meneliti para
perawinya, selain itu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya,
kemudian meneliti dan memilih sesuai standar kesahihan yang ia
tentukan.5
Adapun syarat-syarat kriteria hadits sahih, yaitu:
• Perawinya dhabit
• Adil
• Sanadnya muttasil
• Haditsnya tidak syadz
• Tidak ada ‘illat

d. Pendapat Ulama tentang Shahih Bukhari


Penilaian terhadap kitab ini mencakup kritik dan pujian yang
ditunjukkan kepada Imam Bukhari oleh Dar al-Quthni berkenanan
dengan 80 periwayat dan 110 buah hadits yang tidak memenuhi standar
tinggi sebagaimana hadits-hadits Imam Bukhari yang lainnya. Kritikan
ini disanggah oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, karena setelah diadakan
penelitian seksama yang dikatakan Dar al-Quthni sebagai hadits
muallaq bahkan munqathi ternyata semuanya marfu’ dan muttasil.
Mencermati penilaian baik yang mengkritik maupun yang memuji,
nampaknya yang mengkritik menyoroti isi kitab ini secara mendetail,
sedangkan yang memuji lebih menyoroti secara umum kitab tersebut
adalah karya seorang yang pantas untuk dinilai demikian.6

4
M. Abdurrahman, Kitab Studi Hadits, hal 49-50
5
Ibnu Ahmad Alimi, Tokoh Dan Ulama Hadits, hal 182-184
6
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits, hal 51-53
2. Kitab Shahih Muslim
a. Biografi
Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Husain Muslim bin Al-
Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia dilahirkan pada tahun 204 H.
7
Imam Muslim berasal dari suku Qusyairi (Bani Qusyair) yang
merupakan golongan suku Arab di Nishapur (Iran), pada wilayah kota
Khurasan.
Imam Muslim adalah seorang yang cerdas sebagaimana Imam
Bukhari. Kemampuannya diakui oleh para ulama dan masyarakat
umum. Sejak usia 12 tahun, ia sudah belajar hadits. Ia pun mengelana
ke berbagai negeri untuk mencari hadits Nabi. Ketekunannya belajar
mengantarkannya menjadi ulama hadits terkemuka. Para ulama pun
memujinya. Al-Khatib Al-Baghdadi mengatakan, “Muslim telah
mengikuti jejak Bukhari, mengembangkan ilmunya dan mengikuti
jalannya.” Pernyataan Al-Khatib Al-Baghdadi ini tidaklah berarti bahwa
Imam Muslim hanya mengikut saja Imam Bukhari, tetapi ia juga
mempunyai ciri khas dalam menyusun kitab dan mempekenalkan
metode baru yang belum ada sebelumnya.
Selain itu Ishak bin Mansur Al-Kausaj pernah berkata kepada Imam
Muslim, “kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah
menetapkan engkau bagi kaum muslimin.” Begitulah Imam Muslim,
penghargaan manusia kepadanya tidak kurang sebagaimana
penghargaan kepada Imam Bukhari. Imam Muslim pun dikenal sebagai
ulama yang wara`, tawadhu, zuhud, dan ikhlas. Imam muslim juga
bukan orang yang fanatik dengan pendapatnya sendiri. Ia senantiasa
murah senyum, dan sebagai ulama, ia selalu mencari kebenaran. Imam
Muslim tidak merasa hina atau rendah jika menerima kebenaran dari
orang lain. Sikap inilah yang di pandang sebagai sifat terpuji.
Abu Husain Muslim wafat pada hari Ahad di Naishapue (Naisabur)
pada tahun 261 H, pada usia 55 tahun, dan dimakamkan di Nashar Abad
(Naishapur).8

b. Karya-Karya
Setelah ia banyak menimba ilmu, menyeleksi hadits, dan
membahasnya, Imam Muslim tidak tinggal diam. Ia pun berusaha
mewariskan sebuah kitab yang bermanfaat untuk kaum muslimin di
zamannya dan zaman setelahnya. Ia pun berusaha sekuat tenaga dan
dengan daya lahir batin menulis banyak kitab. Melalui kegiatan
ilmiahnya tampak bahwa Imam Muslim memang seorang ulama
terkemuka, hingga banyak kitab yang ia hasilkan. Beberapa kitab hasil
karyanya antara lain:
1) Sahih Muslim
2) Al-Ilal
3) Al-Aqran

7
M. Sholahudin, Agus Supyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Daftar Pustaka, 2011), cet ke-
2, hal 234
8
Husein Bahreisj, Himpunan Hadits Shahih Muslim, (Surabaya: “al-Ikhlas”), hal 9
4) At-Tamyiz
5) Ath-Thabaqah
6) Afrad as-Samiyyin
7) Al-Mukhadramain
8) Asma` wa al-Kuna
9) Auld Ash-Shahabah
10) Auham al-Muhadditsin
11) Al-Intifa` bi Uhubi as-Siba`
12) Al-Musnad al-Kabir `ala ar-Rijal
13) Al-Su`alatihi Ahmad bin Hanbal
14) Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidin

c. Metode dan Sistematika Penulisan


Dalam menyusun kitabnya, Imam Muslim menempuh metode yang
sangat bagus sekali. Beliau menghimpun matan-matan hadits yang
senada atau satu tema lengkap dengan sanad-sanadnya pada satu tempat,
tidak memotong atau memisah-misahkannya dalam beberapa bab yang
berbeda, serta tidak mengulang-ulang penyebutan hadits kecuali dalam
jumlah sedikit karena adanya kepentingan yang mendesak yang
menghendaki adanya pengulangan, seperti untuk mensanad atau matan
hadis.
Selain itu, Imam Muslim pun selalu menggunakan kata-kata atau
lafal-lafal dalam proses periwayatan hadits secara cermat. Apabila ada
seorang periwayat berbeda denga periwayat lainnya dalam
menggunakan redaksi yang berbeda padahal makna dan tujuannya
sama, maka beliau pun menjelaskannya. Syarat yang digunakan oleh
Imam Muslim ketika menyusun dan memasukkan hadits-hadits ke
dalam kitab shaihnya.
Pertama, hanya meriwayatkan hadits dari para periwayat yang adil
dan dhabit (kuat hafalan dan daya ingatnya misalnya tidak pelupa),
dapat dipertanggung jawabkan kejujurannya, serta amanah.
Kedua, hanya meriwayatkan hadits-hadits yang musnad (lengkap
sanadnya), dan marfu’ (disandarkan kepada Nabi).

d. Pendapat Ulama tentang Shahih Muslim


Menurut para ulama hadits, kitab koleksi hadits shahih Muslim ini
memiliki banyak kelebihan, yaitu:
1) Susunan isinya sangat tertib dan sistematis
2) Pemilihan redaksi (matan) haditsnya sangat teliti dan cermat
3) Seleksi dan akumulasi sanadnya sangat teliti, tidak tertukar-
tukar, tidak lebih dan tidak kurang
4) Penempatan dan pengelompokkan hadits-hadits kedalam tema
atau tempat tertentu, sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan
penyebutan hadits.
C. PENUTUP
Imam Bukhari adalah seorang ahli hadits kenamaan yang
mendapatkan gelar tertinggi bagi ahli hadits yaitu Amir al-Mu`minun fi al-
Hadits dan disepakati sebagai pengarang kitab hadits yang paling shahih di
antara kitab-kitab hadits yang ada sekarang ini. Tidak hanya Imam Bukhari,
Imam Muslim pun adalah seorang saudagar yanng beruntung, ramah dan
memiliki reputasi tinggi. Al-Zahabi menjulukinya sebagai Muhsin
Naisabur. Beliau tidak fanatik dengan pendapatnya sendiri, murah senyum,
toleran dan tidak gengsi untuk menerima pendapat atau kebenaran dari
orang lain. Beliau pun mempunyai kitab yang berkualitas shahih setelah
Sahih Bukhari. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya
kritikan terhadap kitab Sahih Bukhari dan Muslim.

D. DAFTAR PUSTAKA
Rahmanto, Mukhlis. 2011. Biografi Intelektual Imam Bukhari. Jakarta:
Pustaka Alkausar cet ke-1.

Ahmad, Ibnu Alimi. 2008. Tokoh Dan Ulama Hadits. Sidoarjo: Buana
Pustaka.

Abdurrahman, M. 2003. Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: Teras cet ke-1.

Sholahudin, M., Agus Supyadi. 2011. Ulumul Hadits Bandung: Daftar


Pustaka cet ke-2.

Bahreisj, Husein. Himpunan Hadits Shahih Muslim, (Surabaya: “al-


Ikhlas”).

Anda mungkin juga menyukai