Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nora Sikin

NIM : 12010017
Makul : UAS DKK

Biografi Imam Bukhari

a. Asal- Usul
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-
Bukhari atau yang terkenal dengan sebutan Imam Bukhari lahir di bulan Syawal. Lahir tepatnya
pada 13 Syawal 194 H di Bukhara, sebuah daerah di tepi Sungai Jihun,  Uzbekistan. Ayahnya,
Ismail, adalah seorang ulama yang saleh. Imam Bukhari lahir dengan lingkungan yang memiliki
semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Sejak kecil, Imam Bukhari sudah menunjukkan bakat-
bakat kecerdasan. Ketajaman ingatan dan hafalannya melebihi anak-anak seusianya. Saat berusia
10 tahun, Imam Bukhari berguru kepada ad-Dakhili, seorang ulama ahli hadis. Sang Imam tidak
pernah absen belajar hadis dari gurunya itu. Setahun kemudian ia mulai menghafal hadis Nabi
SAW. Saat itu ia sudah ditunjuk untuk mengoreksi beberapa kesalahan penghafalan matan
maupun rawi dalam sebuah hadis yang diucapkan gurunya. Pada usia 16 tahun ia sudah
mengkhatamkan hafalan hadis-hadis di dalam kitab karangan Waki al-Jarrah dan Ibnu Mubarak.
Di masa kecil dan mudanya, al-Bukhari berguru riwayat hadis dan lain-lain kepada Syekh
al-Dakhili di Bukhara dan beberapa ulama seperti Muhammad bin Salam al-Baikandi, Abdullah
bin Muhammad al-Musnadi al-Ja’fi, dan lain-lain. Pada masa ini, ia juga sudah hafal buku-buku
Ibn al-Mubarak dan Waki bin al-Jarrah. Lalu, al-Bukhari pun memulai rihlah ilmunya dengan
pergi haji dan seterusnya mengunjungi negeri-negeri Islam seperti Balkh, Kufah, Basrah,
Mekkah, Baghdad, Damaskus, Hims, Palestina, Mesir, dan lain-lain berguru dan mendengar
hadis dari para ulamanya. Dalam masa ini, al-Bukhari sudah terkenal akan kekuatan hafalannya
hingga tidak pernah terlihat menulis hadis di majlis. Bahkan, ia hafal 15.000 hadis di luar kepala
dan membetulkan tulisan-tulisan orang. Al-Bukhari juga sudah mulai menulis kitab-kitabnya
sejak umur 18 tahun hingga dalam masa rihlah ilmunya ini. Sedangkan mengenai sebab
penulisan al-Jâmi’ al-Sahîh, adalah karena anjuran dari gurunya, Imam Ishaq bin Rahawaih al-
Hanzhali, untuk meringkas hadis-hadis Nabi SAW yang sahih dalam suatu kitab. Juga, mimpi al-
Bukhari bertemu dengan Rasulullah SAW di mana ia melindungi Rasulullah SAW dengan
sebuah kipas. Mimpi ini ditafsirkan bahwa ia kelak akan membela Rasulullah SAW dari para
pendusta atas hadis-hadisnya. Murid-murid al-Bukhari antara lain, Imam al-Tirmidzi, Imam al-
Marwazi, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Abu Ali Salih al-Asadi, Imam Abu Ja’far al-Hadhrami,
dan lain-lain.
Menjelang wafatnya, al-Bukhari mendapat cobaan dan fitnah sehingga diusir dari
Naisabur dan Bukhara. Akhirnya, ia singgah di Khartank, salah satu desa pinggiran Samarkand
dan tinggal di rumah kerabatnya, Ghalib bin Jibril. Di desa tersebut, ia berdoa: “Ya Allah! bumi
ini sekarang menjadi sempit bagiku, maka cabutlah nyawaku.” Setelah beberapa hari, ia pun
sakit dan meninggal di Khartank pada hari Jum’at malam Idul Fitri tahun 256 H./ 870 M.

b. Karyanya
Selama hidup, selain Jami'as as-Sahih, Imam Bukhari juga menulis kitab-kitab lain
seperti Tarikh as-Sagir, Asami as-Sahabah, al-Kuna, dan al-'Illal yang kesemuanya membahas
tentang hadis. Berbagai karya telah berhasil beliau ciptakan, salah satunya karya monumental
berjudul Al-Jami’ As-Shahih Al Mukhtashar min Umur Ar-Rasululillah SAW wa Sunanih wa
Ayyamih.
Dalam buku Al-Bukhari dan Metode Kritik Hadis karya Mohammad Nabiel dijelaskan,
kitab tersebut merupakan kitab penulisan hadits terbaik yang mampu memenuhi kebutuhan pada
masanya. Ulama sebelumnya dalam mengodifikasikan hadis masih mencampuradukkan
antara hadits shahih dan dhafi, atau antara hadits mu’alal dan syadz.
Bahkan terkadang mencantumkan pembahasan tentang jarh wa ta’dil dan beberapa teori
hadis. Hal inilah yang membuat kalangan umum (selain pakar hadits) sulit memahami kitab-
kitab hadits karya ulama sebelum Al-Bukhari.

c. Bidang Keilmuan
Perjalanan panjang itu akhirnya membuat sang Imam dapat mengumpulkan sedikitnya
600 ribu hadis. Dari angka tersebut, 300 ribu di antaranya dihafal. Hadis-hadis yang dihafal itu
terdiri dari 200 ribu hadis tidak sahih dan 100 ribu hadis sahih.Jumlah yang banyak itu tidak
lantas dimasukkan semua dalam Sahih Bukhari. Dari 100 ribu hadis yang  sahih, ia hanya
mencantumkan 7.275 hadis dalam kitab tersebut. Jumlah ini diseleksi dengan metode yang
sangat ketat. Karena itu, tak mengherankan jika para ulama menempatkan Sahih Bukhari sebagai
kitab pertama dalam urutan kitab-kitab hadis yang muktabar.

d. Perjuangan Berda’wah
Ujian yang dialami Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari dimulai ketika ia singgah ke
Naisabur dan mendapatkan kedengkian dari penduduknya. Salah seorang ulama Naisabur, Imam
Muhammad bin Yahya al-Dzuhli, memiliki perbedaan pendapat dalam permasalahan akidah
dengan Imam al-Bukhari. Ditambah, ia tidak terlalu menyukai kedatangannya ke Naisabur
sehingga terjadilah fitnah atasnya. Kisah cobaan dan bala yang menimpa Imam al-Bukhari ini
disarikan dari Siyar A’lâm al-Nubalâ‘8 yang merupakan buah karya dari sejarawan besar, Imam
al-Dzahabi.
Mengenai sebab lain kedengkian Syekh al-Dzuhli kepada Imam al-Bukhari adalah seperti
yang diriwayatkan Abu Hamid alA’masyi. Ketika itu orang-orang sedang melayat jenazah Abu
Utsman bin Said bin Marwan, al-Dzuhli bertanya kepada alBukhari mengenai seluk beluk ilmu
hadis dari nama-nama periwayat, gelar-gelar mereka, dan aib atau cela dari setiap hadis. Al-
Bukhari menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan. Satu bulan kemudian
terdengar al-Dzuhli melarang murid-muridnya untuk duduk di majlis al-Bukhari karena ia
berkata tentang lafal al-Qur’an. Tidak lama setelahnya al-Bukhari pun meninggalkan Naisabur
dan pergi ke Bukhara. Lebih jelas mengenai pendapat Syekh al-Dzuhli tentang lafal al-Qur’an
dan Imam al-Bukhari adalah seperti yang diriwayatkan Abu Hamid bin al-Syarqi. Al-Dzuhli
berkata bahwa al-Qur’an adalah kalâmullâh dan bukan makhluk dari seluruh sisi-sisinya, maka
barang siapa yang mendakwa bahwa al-Qur’an adalah makhluk maka ia telah kafir; dan
barangsiapa yang berdiam tidak membenarkan dan menyalahkan maka ia telah menyamai kafir;
dan barangsiapa yang mengatakan lafal al-Qur’an makhluk, maka ia adalah pembuat bid’ah tidak
kita ajak bicara dan duduk; dan barangsiapa yang pergi ke majlis Muhamamad bin Ismail
alBukhari, maka orang tersebut akan kita ragukan agamanya karena mazhabnya sama dengan al-
Bukhari. Selain itu, sebagaimana diriwayatkan al-Hakim bahwa al-Dzuhli mengatakan pendapat
alBukhari mengenai lafal al-Qur’an adalah lebih keji dari Kaum Jahmiyyah.
Lalu bagaimana dengan jawaban Imam al-Bukhari terhadap tuduhan-tuduhan Syekh al-
Dzuhli? Dari al-Hakim, Muhammad bin Syadzil bertanya ke al-Bukhari tentang yang sebenarnya
terjadi antara ia dengan al-Dzuhli. Al-Bukhari menjawab bahwa al-Dzuhli terkena iri hati dan
dengki akan ilmu, padahal ilmu adalah rizki yang diberikan Allah kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Ibn Syadzil bertanya lagi mengenai lafal al-Qur’an adalah makhluk. Al-
Bukhari menjawab, bahwa masalah ini adalah masalah yang sangat buruk, sehingga Imam
Ahmad bin Hanbal mendapatkan ujian dan cobaan karena permasalahan ini. Oleh karena itu,
alBukhari mencoba untuk tidak pernah membuka masalah ini. Meski al-Bukhari mencoba untuk
tidak menjawab permasalahan lafal al-Qur’an ini, tetapi kemudian ia mengutarakan sebuah dalil
yang berbunyi bahwa seluruh perbuatan manusia adalah makhluk. Dalil inilah yang dipahami
oleh al-Dzuhli bahwa al-Bukhari berpendapat secara terang-terangan mengenai lafal alQur’an,
padahal al-Bukhari tidak pernah mengatakannya secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai