Anda di halaman 1dari 9

Al kutub Al sittah

Diposkan oleh Nahrub Difan on Kamis, 13 Januari 2011

A. Al kutub al sittah

Yang dimaksud al kutub al sittah yaitu:

1. Shohih Bukhori

2. Shohih Muslim

3. Sunan Abu Daud

4. Jami’u at-Turmudzi/ Sunan at-Turmudzi

5. Sunan an-Nasa’i

6. Sunan Ibnu Majah

B. Biografi pengarang dan metodologi penulisanal kutub al sittah


1.Bukhori (194-256 H)

Yang dikarang oleh Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al Mughiroh bin Bardizbah al
ja’fi al Bukhori. Dilahirkan hari Jum’at 13 Syawal 194 H di kota Bukhara. Pada usianya yang relatif
masih muda ia sudah mampu menghafal tulisan beberapa ulama’ hadits yang ada di negrinya. Masih
pada usia relatif muda berumur ± 16 th pula ia pergi ke Mekkah bersama ibu dan saudaranya untuk
melaksanakan ibadah haji pada tahun 210 H. Selanjutnya tinggal di Madinah dan menulis sejarah
yang terkenal Tarikh al-Kabir, disamping makam Nabi Muhammad SAW.

Al-Bukhori tergolong orang yang memiliki sifat penyabar dan memiliki kecerdasan yang jarang
dimiliki oleh orang lain. Kecerdasan dan Ketekunan dalam mempelajari hadis-hadis itulah kemudian
diberi gelar Amir al-Mu’minin fi al-Hadits, oleh ulama’-ulama’ hadits pada zamanya. Di samping sifat
penyabar dan kecerdasan itu, ia juga terkenal mempunyai sifat Wara’ dalam menghadapi kehidupan,
dan ahli ibadah. Al Bukhori menghafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits yang tidak shohih ,
suatu kemampuan menghafal yang jarang ada tandinganya. Salah satu karay besar yang
monumental dalam kitab hadis yang ditulis oleh Bukhori adalah kitab Jami’ al-shohih yang
kelengkapan nama kitab ini telah dikemukakan pada awal tulisan ini, kitab Jami’ al-shohih ini
dipersiapkan selama 16 tahun. Ketika hendak memasukkan hadis ke dalam kitab ini , ia sangat
berhati-hati. Hal ini terlihat setiap ia hendak mencantumkan hadits dalm kitabnya didahului mandi ,
berwudlu, dam shalat istikhoroh meminta petunjuk kepada Allah tentang hadits yang ditulisnya.
Bukhori menyatakan: Saya tidak memasukkan dalam kitab Jami’ku ini kecuali yang shohih saja. Dan
jumlah hadits dalam kitab Jam’ itu sebanyak 7397 buah hadits dengan ditulis secara berulang, dan
tanpa diulang sebanyak 2602 buah yaitu hadis mu’allaq,mutabi’, dan mauquf. Dalam teknis
penulisanya, al- Bukhori membuat bab-bab sesuai dengan tema dan materi hadits yang akan
ditulisnya, sewtelah selesai menulis kitab shahihnya, al-Bukhori memperlihatkanya kepada Ahmad
Ibn Hanbal, Ibn Ma’in, Ibn al-Madani,dll dari kalangan ulama’-ulama’ hadits. Mereka semuanya
menilaai bahwa hadits-hadits yang terdapat didalamnya kualitasnya tidak diragukan , kecuali 4 buah
hadits saja dari sekian banyak hadits yang memerlukan peninjauan ulamg untuk dikatakan sebagai
hadits shohih. Al Bukhori meninggal di desa Khartank kota Samarkand pada tanggal 30 Ramadhan
tahun 256 Hijriyah.
2.Muslim (204 H-261H=820 M-875M)

Nama lengkap Muslim adalah Muslim al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi. Ia termasuk salah seorang
dari ulama’-ulama’ hadits yang terkenal. Dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 Hijriyah. Sejak masih
kecil, ia sudah mulai tertarik untuk menuntut ilmu. Berbagai tempat telah dikunjunginya untuk
memenuhi kegemaranya tersebut. Muslim menerima hadits dari beberapa orang gurunya,
disamping itu pula dia menerima dari al-Bukhori sendiri, selanjutnya karir intelektualanya mengikuti
al-Bukhori terutama dalam menulis kitab shahihnya. Hubungan keduanya sangat intim sekali, dan
Muslim sangat menghormati al-Bukhori. Salah satu kitab hadits karya Imam Muslim adalah al-Jami’
al-Shohih atau dikenal dengan sebutan Shohih Muslim saja. Yang ia tulis selama 12 tahun. Jumlah
hadits yang terdapat dalam kitab ini, tanpa diulang-ulang sebanyak 3030 buah, dan jumlah
keseluruhanya adalah 10,000 buah hadis. Imam Muslim menyatakan tentang kitab shohihnya :

“ Aku tidak meletakkan sesuatu (riwayat) dalam kitabku ini kecuali yang dapat dijadikan hujjah, dan
aku tidak menggugurkan sesuatu (riwayat) yang ada dalam kitabku ini kecuali berdasarkan hujjah”
Sedangkan perjalanan karir Muslim dalam lapangan hadis telah dirintis sejak kecil yaitu sejak tahun
218 H. Upaya penelusuran hadis tidak terbatas pada wilayah melalui perjalanan panjang dan
melelahkan, melainkan juga ia banyak menemui guru para ahli hadits yang ia terima periwayatanya
dari mereka. Maka dengan bekal semangat , kesabaran , dan ketulusan yang tinggi ia lakukan hal itu
dengan tekun hingga tercapainya tujuan. Wilayah yang ia kunjungi diantaranya: Baghdad, Hijaz,
Syam, Mesir, Ray, Khurasan, Naisaburi, dan lainya. Muslim dikenal pula mempunyai daya hafal yang
tinggi, disamping kemampuan dalam mengarang. Muslim selam hidupnya telah cukup banyak
menyumbangkan buah pikiran dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
hadis. Ia wafat pada tahun 261 H di Naisabur.

Sebagai bahan perbandingan, kebanyakan para ulama’ hadis berpendapat bahwa shohih al- Bukhori
lebih tinggi derajatnya disbanding dengan derajat shohih Muslim . Salah satu yang menjadi
alasanya , Muslim terkadang meriwayatkan hadis dari al-Bukhori , sedangkan al-Bukhori tidak
meriwayatkan hadis dari Muslim.

3.Imam Abu Dawud(202 H-275 H = 817 M 889 M)

a. Nama lengkap dan tanggal kelahiranya


Ialah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sijistany. Beliau di nisbatkan kepada tempat
kelahiranya, yaitu di Sijistan (terletak antara Iran dengan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota
tersebut, pada tahun 202 H. (817 M)

b. Guru-guru dan muridnya

Ulama’-ulama’ yang telah diambil haditsnya, antara lain Sulaiman bin Harb, ‘Utsman bin Abi Syaibah,
Al-Qa’naby dan Abu Walid At-Thayalisy. Ulama’-ulama’ yang pernah mengambil hadits-haditsnya,
antara lain putra sendiri ‘Abdullah, An-Nasa’iy, At-Turmudzy,Abu ‘Awwanah, ‘Ali bin ‘Abdu’sh-
Shamad dan Ahmad bin Muhammad bin Harun.

c. Karya-karyanya

Diantara karyanya yang terbesar dan sangat berfaedah bagi para mujtahid ialah kitab Sunan yang
kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Dawud. Beliau mengaku telah mendengar hadits dari
Rasulullah saw sebanyak 500000 buah. Dari jumlah itu beliau seleksi dan ditulis dalam kitab
Sunannya sebanyak 4800 buah. Beliau berkata :” saya tidak meletakkan sebuah hadits yang telah
disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkanya. Saya jelaskan dalam kitab tersebut nilainya
dengan shahih, semi shahih, (yushibuhu), mendekati shahih (yuqoribuhu), dan jika terdapat dalam
kitab saya yang wahnun

syadidun (sangat lemah) saya jelaskan. Adapun yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka
hadits tersebut bernilai shahih dan sebagian dari hadits yang shahih ini ada yang lebih shahih
daripada yang lain. Menurut pendapat Ibnu Hajr, bahwa istilah Shahih Abu Dawud ini lebih umum
dari pada jika

dikatakan bias dipakai hujjah (al-ihtijah) dan bias dipakai I’tibar Oleh karenanya setiap hadits dha’if
yang bias naik menjadi Hasan atau setiap hadits hasan yang bias naik menjadi hadits shahih bias
masuk dalam pengertian yang pertama(lil-Ihtijaj), yang tidak srperti kedua itu, biasa tercakup dalm
pengertian kedua (lil-I’tibar) dan yang kurang dari ketentuan itu semua termasuk yang dinilai dengan
wahnun syadidun.

d. Pujian para ulama’ terhadapnya

Para ulama’ telah sepakat menetapkan beliau sebagai hafidz yang sempurna, pemilik ilmu yang
melimpah, muhaddits yang terpercaya, Wira’iy dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dalam
ilmi hadits maupun lainnya.
Al-Khaththany berpendapat, bahwa tidak ada susunan kitab ilmu agama setara dengan kitab Sunan
Abu Dawud. Seluuh manusia dari aliran-aliran yang berbeda-beda dapat menerimanya. Cukuplah
kiranya bahwa umat tidak perlu mengadakan persepakatan untuk meninggalkan sebuah hadits pun
dari kiatab ini. IbnuAl-‘Araby mengatakan , barang siapa yang dirumahnya adalah Al-Qur’an dan
kitab Sunan Abu Dawud ini, tidak usah memerlukan kitab-kitab yng lain. Imam Ghazaly memandang
cukup, bahwa kitab sunan Abu Dawud itu dibuat pegangan bagi para mujtahid.

e. Tanggal wafatnya

Beliau wafat pada tahun 275 H. (889 M) di Bashrah

4.Imam AT-Turmudzi(200 H-279 H= 824 M-892 M)

a. Nama dan tanggal kelahiranya

Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz,
sebuah kota kecil di pinggir Utara Sungai Amuderiya, sebelah Utara Iran. Beliau dilahirkan di kota
tersebut pada bulan Dzulhijjah tahun 200 H. (824 M). Imam Bukhary dan Imam Turmudzi, keduanya
sedaerah, sebab Bukhara dan Turmudzi adalah satu daerah dari daerah Warauhan-nahar.

b. Guru-guru dan muridnya

Beliau mengambil hadits dari ulama’ hadits yang ternama seperti: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin
Musa, al-Bukhary dan lain-lainya. Oranag banyak belajar hadits pada beliau dan diantara sekian
banyak muridnya yang dapat dikemukakan antara lain Muhammad bin Ahmad bin MAhbub

c. Karya-karyanya

Beliau menyusun kitab sunan dan kitab I’Ilalul Hadits. Kitab ini bagus sekali, banyak faedahnya dan
hokum-hukumnya lebih tertib. Setelah selesai kitab ini ditulis, menurut pengakuan beliau sendiri,
dikemukakan kepada ulam’-ulam’ Hijaz, Irak dan Khurasan, dan ulama’ tersebut meridhaoinya serta
menerimanya dengan baik. “ Baranga siapa yang menyimpan kitab saya ini di rumahnya”, kata
beliau, “seolah-olah di rumahnya ada seorang nabi yang selalu bicara.” Pada akhir kitabnya beliau
menerangkan, bahwa semua hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah ma’mul (dapat
diamalkan)dan kitab-kitab yang beliau karang adalah:, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama'il an-
Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, dan Kitab Al-Asma' wal-Kuna.

d. Tanggal wafatnya

Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 279 H. (892 M)

5.Imam An-Nasa’iy (215 H-303 H)=(839 M-915 M)

a. Nama dan tanggal kelahiranya

Nama lengkapnya adalah adalah Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin Sya’aib bin Bahr. Nama beliau
dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H. di kota Nasa
yang masih termasuk wilayah Khurasan. Seorang muhaddits putra Nasa yang pintar, wira’iy, hafidz
lagi takwa ini, memilih Negara Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalm menyiarkan hadits-
hadits kepada masayarakat.

Menurut sebagian pendapat dari Muhaddits, beliau lebih hafidz daipada Imam Muslim

b. Guru-guru dan murid-muridnya

Guru-guru beliau antara lain: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim dan imam-imam hadits dari
Khurasan, Hijaz, Irak, dan Mesir. Murid-murid beliau antara lain: Abu Nasher ad-Dalaby dan Abdul
Qasim At-Thabary

c. Karya-karyanya

Karya beliau yang utama adalah Sunanulkubro yang akhirnya terkenal dengan nama sunan An-
Nasaiy. Kitab sunan ini adalah kitab Sunan yang muncul setelah shahihain yang paling sedikit hadits
dha’ifnya, tetapi paling banyak perulanganya . Misalnay hadits tentang niat, diulangnya sampai 16x.
Setelah Imam An-nasa’iy selesai menyusun kitab kubrohnya , beliau langsung menyerahkanya
kepada Amir Ar-Ramlah. Kata Amir: “ Hai, Abu ‘Abdurrahman , apakah hadits0hadits yang saudara
tuliskan itu shahih semuanya? “ Ada yang shahih ada yang tidak” , sahutnya, “Kalau demikian” kata
Amir,” Pisahkanlah yang shahih0shahih saja.” Atas perintah Amir ini maka beliau berusaha
menyeleksinya, kemudian dihimpunya hadits-hadits pilihan ini dengan nama: Al-Mujtaba (pilihan)

d. Tanggal wafatnya

Beliau wafat pada hari Senin, tanggal 13 bulan Shafar, tahun 303 H(915 M), di Ar-Ramlah. Menurut
suatu pendapat, meninggal di Mekkah, yakni disaat beliau mendapat percobaan di Damsyik,
meminta supaya dibawah ke Mekkah, sampai beliau meninggal dan kemudian dikebumikan di suatu
tempat antara Shafa dan Marwah.

6.Imam Ibnu Majah (207 H-273 H= 824 M-887M)

a. Nama dan tanggal kelahiranya

Ibnu Majah, adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwin, salah satu kota di Iran.
Nama lengkap Imam hadits yang terkenal dengan sebutan neneknya ini, ialah: Abu ‘Abdillah bin
Yazid Ibnu Majah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H=824 M Sebagaimana halnya para
Muhadditsin dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiah, maka beliaupun
berkeliling di beberapa negri, untuk menemui dan berguru hadits kepada para ulam’ hadits.

b. Guru-guru dan murid-muridnya

Dari tempat perantauanya itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik dan Al-Laits dan dari
beliau-beliau inilah beliau banyak memperoleh hadits0hadits. Hadits-hadits beliau banyak
diriwayatkan oleh orang-orang banyak

c. Karya-karyanya

Beliau menyusun kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah. Sunan ini
merupakan salah satu Sunan yang empat. Dalam hadits ini terdapat hadits dha;if, banyak tidak
sedikit hadits yang mungkar Al-Hafidz Al-Muzy berpendapat, bahwa hadits-hadits gharib yang ada
dalm kitab ini , kebanyakan adalah hadits dha’if. Karena itulah para ulama’ mutaqoddimin
memandang, bahwa kitab Muwatho’ Imam Malik menduduki pokok kelima, bukan Sunan Ibnu Majh
ini.

d. Tanggal wafatnya

Beliau wafat hari Selasa, bulan Ramadhan, tahun 273 H =887 M. Jami’, Musnad, sunan, dan
Mustadrak Jami’ atau Kitab Al-Jami’ yang dimaksud disini adalah kitab yang terkenal dengan sebutan
Jami’ Tirmdzi yaitu salah satu kitab yang menjadi rujukan penting berkaitan masalah hadits dan
ilmunya dan juga termasuk dalam Kutubus Sittah (enam kitab pokok dibidang hadits) dan
ensiklopedia hadits terkenal, kitab ini banyak menjelaskan tentang fiqih, kitab ini juga terkenal
dengan nama Sunan At-Tirmidzi. Kitab Sunan Tirmidzi ini sangat penting, karena kitab ini betul-betul
memperhatikan ta’lil (penentuan nilai) Hadits dengan menyebutkan secara explicit hadits yang
shohih, itulah penyebab mengapa kitab ini berada di tingkatan 4 dalam urutan kutubus sittah,
berbeda dengan pendapat H. Khalfah (w 1657) mengaggap bahwa kitab ini adalah urutan ke-3 dalam
kutubus Sittah. Tidak seperti kitab Hadits Imam Bukhari, atau yang ditulis Imam Muslim dan lainnya,
kitab Sunan Tirmizi dapat dipahami oleh siapa saja, yang memahami bahasa Arab tentunya. Dalam
menyeleksi Hadits untuk kitabnya itu, Imam Tirmizi bertolak pada dasar apakah Hadits itu dipakai
oleh fuqaha (ahli fikih) sebagai hujjah (dalil) atau tidak. Sebaliknya, Tirmizi tidak menyaring Hadits
dari aspek Hadits itu dhaif atau tidak. Itu sebabnya, ia selalu memberikan uraian tentang nilai Hadits,
bahkan uraian perbandingan dan kesimpulanya

Musnad artinya yang disandarkan.Jadi kalau dikatakan sanad berarti rangkaian para perawi dari
mukhorrij atau mudawwin paling akhir sampai rowi yang pertama langsung menerima dari
Rosulullah SAW.Misalkan Musnad Imam Syafi’ie,maka itu artinya hadits-hadits yang dikumpulkan
Imam Syafi’ie,sedang cara pengumpulannya ialah tiap-hadits yang diriwayatkan oleh sahabat secara
berurutan,misalnya sahabat Ibnu Abbas,lalu Umar,Aisyah,Abu Hurairah dan demikian
seterusnya.Oleh karena itu kitab hadits yang bernama Musnad,fasal-fasalnya tidak berurutan seperti
kitab fiqih,misalnya fasal thoharoh dulu,baru fasal sholat,zakat,fasal haji.Kemudian dilanjutkan fasal
Mu’amalat seperti jual beli dan lain-lain. Diteruskan dengan fasal Munakahat atau yang
berhubungan dengan pernikahan,perceraian,fasakh nikah,ruju’ dan sebagainya.Kemudian masuk
bab Jinayat atau pelanggaran undang-undang dan masing-masing hukuman yang wajib diberikan
terkait dengan pelangaran-pelanggaran tersebut,lalu disambung dengan bab-bab fiqih yang lainnya
hingga selesai. jadi jelas kitab musnad itu isinya tidak beraturan dan berurutan masalah demi
masalah yang diketengahkannya. Bab-bab dalam musnad itu,fasal-fasalnya adalah perihal rowi-
rowinya yang diutamakan,maka didalamnya terdapat fasal Aisyah,fasal Abdullah bin Umar, Abu
Hurairah,Abdullah bin Abbas dan seterusnya dari mulai rowi yang terbanyak meriwayatkan hadits
sampai yang paling sedikit. Sunan ialah kitab hadits yang bab-babnya diurutkan menurut urutan
fasal-fasal yang berhubungan dengan fiqh,seperti bab thoharoh dulu,lalu
mu’amalat,munakahat,jinayat dan sampai akhirnya menurut rangkaian urutan persoalan-persoalan
fiqh. Seputar Kitab al-Mustadrak karya al-Hâkim, Shahîh Ibn Khuzaimah dan Shahîh Ibn Hibbân al-
Mustadrak karya al-Hâkim Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih
berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau
persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits
tersebut. Demikian juga, al-Hâkim memuat hadits-hadits yang dianggapnya shahih sekalipun tidak
berdasarkan persyaratan salah seorang dari kedua Imam hadits tersebut dengan menyatakannya
sebagai hadits yang sanadnya Shahîh. Terkadang dia juga memuat hadits yang tidak shahih namun
hal itu diingatkan olehnya. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil (yang
menggampang-gampangkan) di dalam penilaian keshahihan hadits. Oleh karena itu, perlu diadakan
pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan
kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian
terhadap kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih
perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh. (Salah seorang yang juga mengadakan
pemantauan dan studi terhadap hadits-hadits yang belum diberikan penilaian apapun oleh Imam
adz-Dzhabi dan memberikan penilaian yang sesuai dengan kondisinya adalah Syaikh. Dr. Mahmud
Mirah.

Anda mungkin juga menyukai