Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Biografi dan Kitab Sunan Abu Daud”

Dosen Pengampu :

Hardivizon, M.Ag

Alven Putra, Lc., M.A

Disusun Oleh :

Fiter Sukma Mahendra

Siti Nur Halimah

Annisa Maghfira

Prima Saputra

Wulan Karuniawati

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Institut Agama Islam Negeri Curup

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk memahami Islam secara mendalam dan benar, maka seseorang harus senantiasa
mempelajari sumber ajarannya yakni Al- Qur'an dan Hadis. Al-Qur'an dan Hadis meskipun
sama-sama sebagai sumber hukum Islam, dilihat dari segi periwayatannya, Hadis Nabi berbeda
dengan Al-Qur'an. Dengan demikian bisa kita pahami bahwa al-Qur'an merupakan sumber
hukum yang mutlak kebenarannya, sedangkan Hadis masih diperlukan penelitian untuk
mengetahui orisinalitasnya baik tentang matan, sanad, perawi dan berbagai aspek yang
berkenaan dengan pembahasan Hadis Nabi.

Untuk menjaga orisinalitas Hadis dan memelihara Hadis agar tidak hilang, maka para
ulama terdahulu membuat metode pembahasan Hadis dan menyusun kitab-kitab Hadis agar
bisa dijadikan bahan rujukan dalam menetapkan persoalan hukum atau lainnya. Kitab-kitab
Hadis yang beredar di tengah kita sekarang merupakan hasil karya para ulama terdahulu.

Kegiatan pengumpulan Hadis tersebut tidaklah dilakukan oleh suatu tim tertentu, tetapi
dilakukan oleh ulama secara individual dan dalam masa yang tidak selalu bersamaan. Proses
penghimpunan Hadis Nabi telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan melibatkan
para periwayat Hadis yang jumlahnya banyak. Kitab-kitab Hadis yang beredar di tengah kita
antara lain adalah Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi yang termasuk di dalam kategori
al-Kut ub al-Khamsat. Dengan demikian kita bisa menilai bahwa kitab Sunan Abi Daud
merupakan kitab Hadis yang standar yang bisa diperpegangi dan menjadi bahan referensi
dalam memecahkan persoalan-persoalan agama. Adanya berbagai komentar terhadap Abi
Daud beserta kitab-kitabnya menunjukkan penghargaan yang besar terhadap karya Abi Daud
dalam mengoleksi Hadis Nabi.

Untuk memahami lebih jauh tentang penyusun dan kitab-kitab Hadisnya, maka dibahas
dalam makalah ini topik yang meliputi keempat rumusan masalah yang akan dijelaskan lebih
lanjut pada bab-bab ke depannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana biografi Imam Abu Daud?
2. Bagaimana pengenalan singkat kitab Sunan Abu Daud?
3. Bagaimana metode dan sistematika penulisan kitab Sunan Abu Daud?

2
4. Bagaimana penilaia dan kritik terhadap kitab Sunan Abu Daud?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Biografi Imam Abu Daud (202-275 H)

Imam Abu Daud adalah tokoh kenamaan ahli hadis pada zamannya. Kealiman,
kesalihan, dan kemuliaannya semerbak mewangi hingga kini.

Abu Daud nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin
Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli hadis yang sangat teliti, tokoh
terkemuka para ahli hadis setelah dua imam hadis Bukhari dan Muslim serta Pengarang kitab
Sunan. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.1

Abu Daud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai
derajat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara’ dan kesalehannya. Ia adalah seorang sosok
manusia utama yang patut diteladani perilaku, ketenangan jiwa keperibadiannya. Sifat-sifat
Abu Daud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama yang menyatakan:2

"Abu Daud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam prilakunya, ketenangan jiwa dan
kebagusan pandangannya serta kepribadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Wak
Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim
an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai 'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn
Mas'ud sendiri menyerupai Nabi saw dalam sifat-sifat tersebut."

Sifat dan kepribadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas kesempurnaan
keberagamaan, tingkah laku, dan akhlak. Abu Daud mempunyai pandangan dan falsafah
sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil
dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang kenyentrikan ini, ia menjawab:
"Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-kitab, sedang yang satunya lagi
tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.

a. Perantauannya

1 Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 107.
2 Ibid, hlm. 108.

3
Sejak kecilnya Abu Daud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan mereka
untuk dapat mereguk dan menimba ilmunya. Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah
mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri. Sejak
kecil beliau gemar menuntut ilmu dan kegemaran inilah yang memberikan motivasi untuk
memperdalam pengetahuan yang dimilikinya. Setelah dewasa, beliau mengadakan perjalanan
ke berbagai negeri untuk menimba ilmu. Beliau belajar dan meriwayatkan hadis dari 300 orang
guru hadis dari Iraq, Khurasan, Syam, Mesir, Sagar, Jazirah dan Hijaz. Namun guru beliau
yang tercatat hanya berjumlah 49 orang. 3 Hadis yang diperolehnya itu disaring dan hasil
penyaringannya dituangkan dalam kitab as-Sunan.

Abu Daud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadis dan fiqh
kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan
karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadis, Ahmad bin Hanbal. Dengan bangga
Imam Ahmad memujinya sebagai kitab yang sangat indah dan baik. Kemudian Abu Daud
menetap di Bashrah atas permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya Bashrah
menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat hadis.

Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Daud banyak jumlahnya. Selama
mengembara ke berbagai negeri, Abu Dawud berguru kepada banyak ulama, mereka adalah: 4

• Imam Al Hasan bin Muhammad As Shabah


• Azza'FaraniImam BukhariAhmad bin Yahya bin Wazir bin Sulaiman
• At TujibiImam Abu Ali Husein bin Ali Alkarabisi
• Harmalah bin Yahya bin Abdullah At Tujibi
• Imam Ahmad bin Hanbal
• Muhammad bin Syafi'I
• Ishaq bin Rohaweh
• Abu Ya'qub bin Yusuf bin Yahya Albuwaiti
• Abdullah bin Zubair bin Isa Abu Bakar Al Humaidi
• Rabi' bin SulaimanAbu HatimAl Hafidh Ad Darimi
• Al-Qa’nabi

3 Barsihannor. MZ, “Pemikiran Abu Daud Tentang Penulisan Hadis”. Jurnal Al Hikmah. Vol. 4. No. 2. Tahun
2003. hlm. 2.
4
Lukisan Hadi Subroto, “Biografi Imam Abu Daud, Salah Satu Penyusun Kitab Hadis Utama”
(https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/31/140000579/biografi-imam-abu-dawud-salah-satu-penyusun-
kitab-hadis-utama?page=all , diakses pada tanggal 20 Maret 2022)

4
• Abu Amr Adh-Dhariri
• Abu Tsur Alkalbi Al Baghdadi
• Abu Walid Ath-ThayalisiSulaiman bin Harb
• Abu Zakariya Yahya bin Ma’in
• Ibnu Abi Hatim
• Abu KhaitsamahZuhair bin Harb
• Ad-Darimi
• Abu Ustman Sa’id bin Manshur
• Ibnu Abi Syaibah
Dilihat dari guru-gurunya dalam bidang hadits dan riwayat, maka kepakarannya dalam
bidang hadits tidak perlu diragukan lagi. Di samping itu, beliau juga memiliki murid-murid
yang sangat banyak dan tersohor juga di antaranya adalah, Aby 'Isa al-Tirmizdy, Abu 'abd al-
Rahman al-Nasa'iy, Abu Bakr al-Najjad, Abu 'Awanah, Abu Basyar al-Dawlaby, Muhammad
bin Yahya al-Shawly, Muhammad bin Yahya bin Ya'qub al-Manqary, 'Aly bin al-Husain bin
'Abad, Abu Usamah Muhammad bin 'Abd al-Malik, Abu Salim Muhammad al- Jaludy, Abu
'Amr Ahmad bin 'Aly, Abu 'Bakr bin Dasah, Abu 'Aly al-Lu'lu'iy, Abu Sa'id dan al-A'raby.
Selain murid-muridnya tersebut anaknya sendiri Abu Bakr 'Abullah bin Abu Dawud termasuk
juga diantara pembesar para Hafizh di Baghdad. 5

b. Madzhab Fiqh Abu Daud

Syaikh Abu Ishaq asy-Syairazi dalam al-Syairazi dalam Tabaqatul-Fuqaha-nya


menggolongkan Abu Daud ke dalam kelompok murid-murid Imam Ahmad. Demikian juga
Qadi Abu'l Husain Muhammad bin al-Qadi Abu Ya'la (wafat 526 H) dalam Tabaqatul-
Hanabilah-nya. Penilaian ini nampaknya disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya
yang istimewa. Menurut satu pendapat, Abu Daud adalah bermadzhab Syafi'i.

Menurut pendapat yang lain, ia adalah seorang mujtahid sebagaimana dapat dilihat pada
gaya susunan dan sistematika Sunan-nya. Terlebih lagi bahwa kemampuan berijtihad
merupakan salah satu sifat khas para imam hadis pada masa-masa awal.6

c. Wafatnya

5
Rasyad, “Tinjauan Kitab Syarah Sunan Abi Daud”. Al-Mu‘ashirah Vol. 15, No. 2. Tahun 2018. hlm. 2.
6 Zeid B. Smeer, Op.Cit. Ulumul Hadis, hlm. 109.

5
Setelah mengalami kehidupan penuh berkat yang diisi dengan aktivitas ilmiah,
menghimpun dan menyebarluaskan hadis, Abu Daud meninggal dunia di Bashrah yang
dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia
wafat pada tanggal 16 Syawal 275 H/889M. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat
dan ridha-Nya kepadanya.

2.2. Pengenalan Kitab

Sebagaimana Imam Bukhari dan Imam Muslim, Imam Abu Daud pun melahirkan
sejumlah karya, antara lain: 7

a. Al-Marasil

b. Masa'il al-Imam Ahmad

c. An-Nasikh wa al-Mansukh

d. Risalah fi Washf Kitab al-Sunan

e. Al-Zuhd

f. Ijabat 'an Sawalat al-'Ajuri

g. Al’ilah ‘an Ahmad ibn Hanbal

h. Tasmaniyat al-Ikhwat

i. Qaul Qadr

j. Al-Ba’ats wa al-Nusyur

k. Al-Masa’il allati Halafa al-Anshar

l. Dala’il al-Nubuwat

m. Fadha’il al-Anshar

n. Musnad Malik

o. Al-Du’a

p. Ibtida al-Wahyi

7
Ahmad Izzan dan Saifudin Nur, Ulumul Hadis (Bandung: Tafakur, 2011), hlm. 86.

6
q. Al-Tafarrud fi al-Sunan

r. Akhbar al-Khawarij

s. A’lam al-Nubuwwat

t. Sunan Abu Daud

Sunan Abu Daud ini merupakan karyanya yang terbesar. Beliau mengaku telah
mendengar hadis Rasulullah Saw sebanyak 500.000 buah. Dari sejumlah itu beliau seleksi dan
ditulis dalam kitab sunahnya sebanyak 4.800 buah. Ia cukup puas dengan satu atau dua hadis
dalam setiap bab. Beliau menulis surat kepada ulama Mekah, "Saya tidak menulis atau
membukukan lebih dari satu atau dua hadis dalam setiap bab walaupun masih ditemukan
sejumlah hadis shahih lainnya yang juga berkaitan dengan masalah yang sama. Kalau semua
hadis diambil sana-sini maka jumlahnya akan banyak, dan saya lihat hal itu akan menyulitkan.
Satu atau dua akan terasa lebih memudahkan." Beliau juga pernah mengatakan, "Saya tidak
meletakkan sebuah hadis yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkannya. Saya
jelaskan dalam kitab tersebut dengan shahih, semi shahih (yusbihuhu), mendekati shahih
(yuqarribuhu), dan jika dalam kitab saya tersebut terdapat hadis yang wahnun syadidun (sangat
lemah) saya jelaskan."8

Adapun yang tidak kami beri penjelasan sedikitpun, maka hadis tersebut bernilai shahih
dan sebagian dari hadis yang shalih ini ada yang lebih shahih daripada yang lain.

Kitab Sunan Abi Daud ini banyak sudah beredar pada masa hidup pengarangnya.
Bahkan Ali ibn Hasan berkomentar bahwa beliah telah mempelajari kitab tersebut sebanyak
enam kali dari Abu Daud. Kitab Sunan ud tersebut adalah salah satu dari kitab terbaik dan
terlengkap dalam bidang hadis-hadis hukum. Menurut pendapat Ibnu Hajar, bahwa istilah
Shalih Abu Daud ini lebih umum daripada jika dikatakan bisa dipakai hujjah (al ihtijaj) dan
bisa dipakai I'tibar.

Oleh karenanya, setiap hadis dha'if yang bisa baik menjadi hasan atau setiap hadis hasan
yang bisa naik menjadi shahih bisa masuk dalam pengertian yang pertama (lil ihtijaj), yang
tidak seperti kedua itu, bisa tercakup dalam pengertian kedua (lil I'tibar) dan yang kurang dari
ketentuan itu semua termasuk yang dinilai dengan wahnun syadidun.

8
Ibid, hlm. 87.

7
Para ulama telah sepakat menetapkan beliau sebagai hafidz yang sempurna, pemilik
ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, wira'iy dan mempunyai pemahaman yang
tajam, baik dalam bidang ilmu hadis maupun lainnya. Al-Khaththany berpendapat bahwa tidak
ada susunan kitab ilmu agama setara dengan kitab Sunan Abu Daud. Seluruh manusia dari
aliran-aliran yang berbeda-beda dapat menerimanya. Cukuplah kiranya bahwa umat tidak perlu
mengadakan kesepakatan untuk menunggalkan sebuah hadispun dari kitab ini. Ibnu al-Araby
mengatakan, "Barang siapa yang di rumahnya ada Al Quran dan kitab Sunan Abu Daud ini
tidak usah memerlukan kitab lain."

Imam Ghazali memandang cukup, bahwa kitab Sunan Abu Daud itu dibuat pegangan
bagi para mujtahid.

2.3. Metode dan Sistematika Penulisan Kitab

a. Metode
Penyusunan kitab hadis baik berupa Jami' ataupun Musnad dan sebagainya, di samping
memuat hadis hukum juga mencantumkan hadis mengenai amalan yang terpuji (fadha'ilul
amal), kisah-kisah, nasihat, adab dan tafsir. Cara seperti ini terus berlangsung sampai periode
Abu Dawud. Maka Abu Dawud menyusun kitab yang khusus memuat sunnah dan hadis
hukum.

Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi
kumpulan hadis-nya berfokus murni pada hadis tentang syariat. Setiap hadis dalam
kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah
memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan. 9 Ketika
selesai menyusunnya, Abu Dawud memperlihatkan kitab itu kepada imam Ahmad bin Hanbal.
Imam Ahmad mengatakan bahwa kitab itu bagus dan baik.

Dalam kitab itu, Abu Dawud tidak hanya memuat hadis sahih saja sebagaimana al-
Bukhari dan Muslim tetapi dia juga memasukkan hadis hasan dan dhaif yang tidak ditinggalkan
(dibuang) oleh ulama hadis. Apabila dia mencantumkan hadis dhaif maka dia juga akan
menjelaskan kelemahan hadis tersebut.

9 Wikipedia, “Abu Dawud” (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Dawud , diakses pada tanggal 20 Maret 2022)

8
Metode seperti ini dapat diketahui dari suratnya yang dikirimkan ke penduduk Makkah,
sebagai jawaban dari pertanyaan mereka mengenai kitab sunannya. Abu Dawud menulis
sebagai berikut:

"Aku telah menulis hadis Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam sebanyak 500.000
hadis. Dari sekian itu, Aku memilih 4.800 hadis yang kemudian kutulis dalam kitab sunan itu.
Dalam kitab itu, kuhimpun hadis shahih, semi shahih, dan yang mendekati shahih. Dan aku
tidak akan mencantumkan hadis yang ditinggalkan oleh para ulama. Hadis yang sangat lemah
aku beri penjelasan. Sebagian hadis lemah ini sanadnya tidak shahih. Adapun hadis yang tidak
kami beri penjelasan sedikitpun, maka hadis tersebut adalah shahih, dan sebagian lebih shahih
dari yang lain. Setelah al-Qur'an, saya belum mengetahui kitab yang harus dipelajari selain
kitab ini. Empat hadis saja dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan beragama bagi setiap
orang.”

Hadis tersebut adalah:10

"Sesungguhnya segala perbuatan itu hanya menurut niatnya. Dan setiap orang akan
mendapatkan sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya pula. Dan barangsiapa yang hijrah karena
untuk mendapatkan dunia atau karena perempuan yang ingin dikawininya, maka hijrahnya
hanyalah kepada apa yang ia hijrah kepadanya."

"Termasuk dari kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan tidak berguna


baginya.”

“Yang Seorang mukmin belum menjadi mukmin yang sebenarnya sebelum merelakan
untuk saudaranya apa yang ia rela untuk dirinya".

"Yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun juga sudah jelas. Diantara keduanya
terdapat yang syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barangsiapa yang
menghindari syubhat maka dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatan dirinya. Dan
barangsiapa yang terjerumus ke dalam syubhat, maka dia telah terjerumus ke dalam yang
haram. Seperti penggembala menggiring ternaknya ke tempat terlarang. Ketahuilah larangan
Allah adalah segala yang diharamkan oleh-Nya. Ingatlah di dalam tubuh ini terdapat

10
Busra Febriyarni, Ulumul Hadis (Bengkulu: LP2 STAIN CURUP, 2010), hlm. 182-183.

9
segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuh. Dan jika rusak, maka rusak pula
seluruh tubuh. Ketahuilah ia adalah hati"

Pernyataan Abu Dawud itu dapat diberi penjelasan sebagai berikut: hadis pertama,
adalah ajaran dasar tentang niat dan keikhlasan yang menjadi dasar utama dalam setiap amal
yang bersifat agama maupun dunia. Hadis kedua, adalah ajaran Islam yang mendorong
umatnya untuk melakukan setiap yang bermanfaat bagi agama dan dunianya. Hadis ketiga,
mengatur tentang hak-hak keluarga dan tetangga, berbuat baik kepada orang lain,
meninggalkan sifat egois menjauhi sifat ini, dengki dan benci. Hadis keempat, adalah dasar
untuk mengetahui yang halal dan yang haram, serta mencapai sifat wara'. Yakni dengan cara
menjauhi yang muskil dan yang syubhat yang diperselisihkan oleh para ulama. Karena
mempermudah melakukan yang syubhat akan membuat seseorang melemah meremehkan yang
haram. Dan penjelasan ini, dapat diketahui bahwa keempat hadis di atas sudah cukup dipakai
pegangan untuk mendapatkan kebahagiaan.

b. Sistematika
Mengenai sistematika penyusunan kitab ini, dapat diketahui bahwa kitab ini terdiri dari
dua buah kitab atau jilid, yaitu Jilid I yang terdiri atas dua juz, yaitu juz I (340 halaman), juz II
(345 halaman) dan Jilid II terdiri atas dua juz yaitu juz III (372 halaman) dan juz IV (370
halaman) tanpa tahun terbitan. Sedangkan tema pokok yang dipergunakan dalam Kitab Sunan
ini mirip dengan kitab fiqih. 11

Dalam kitab ini, Abu Dawud hanya memasukkan hadis-hadis yang materinya
berkenaan dengan hukum (fiqih), dengan sistematika sebagai berikut : 12

1. Kitab Ath-Thaharah, tersusun dari 142 bab, memuat 386 hadis.

2. Kitab Ash-Shalat, tersusun dari 361 bab, memuat 1.154 hadis.

3. Kitab Az-Zakat, tersusun dari 46 bab, memuat 145 hadis.

4. Kitab Al-Luqathah, tanpa tercantum bab dan memuat 20 hadis.

5. Kitab Al-Manasik, tersusun dari 98 bab, memuat 325 hadis.

6. Kitab An-Nikah, tersusun dari 50 bab, memuat 129 hadis.

11 A. Faqihuddin, “Berkenalan dengan Imam Abu Daud dan Sunannya”. Jurnal Al-Risalah. Vol. 4. No. 2. 2014.
hlm. 7.
12
Badri Khaeruman, Ulum Al-Hadis (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 261-263.

10
7. Kitab Ath-Thalaq, tersusun dari 50 bab, memuat 138 hadis.

8. Kitab Ash-Shiyam, tersusun dari 81 bab, memuat 164 hadis.

9. Kitab Al-Jihad, tersusun dari 182 bab, memuat 311 hadis.

10. Kitab Adh-Dhahaya, tersusun dari 17 bab, memuat 56 hadis.

11. Kitab Ash-Shaid, tersusun dari 4 bab, memuat 18 hadis.

12. Kitab Al-Washaya, tersusun dari 17 bab, memuat 23 hadis.

13. Kitab Al-Faraidh, tersusun dari 17 bab, memuat 23 hadis.

14. Kitab Al-Kharaj, Al-Imarah dan Al-Fay, tersusun dari 40 bab, memuat 161 hadis.

15. Kitab Al-Janaiz, tersusun dari 84 bab, memuat 53 hadis.

16. Kitab Al-Aiman dan An-Nudzur, tersusun dari 32 bab, memuat 84 hadis.

17. Kitab Al-Buyu' dan Al-Ijarah, tersusun dari 92 bab, memuat 245 hadis.

18. Kitab Al-Aqdhiyah, tersusun dari 30 bab, memuat 70 hadis.

19. Kitab Al-Ilmi, tersusun dari 13 bab, memuat 28 hadis.

20. Kitab Al-Asyribah, tersusun dari 22 bab, memuat 67 hadis.

21. Kitab Al-Ath'imah, tersusun dari 55 bab, memuat 119 hadis.

22. Kitab Ath-Thibbi, tersusun dari 24 bab, memuat 71 hadis.

23. Kitab Al-Ithqi, tersusun dari 15 bab, memuat 43 hadis.

24. Kitab Al-Hur dan Al-Qira'ah, tanpa menyebut babnya dan memuat 40 hadis.

25. Kitab Al-Hammam, tersusun dari 3 bab, memuat 11 hadis.

26. Kitab Al-Libas, tersusun dari 47 bab, memuat 39 hadis.

27. Kitab At-Tarajjul, tersusun dari 21 bab, memuat 55 hadis.

28. Kitab Al-Khatam, tersusun dari 8 bab, memuat 26 hadis.

29. Kitab Al-Fitan, tersusun dari 7 bab, memuat 39 hadis.

30. Kitab Al-Mahdi, tanpa berbab, dan memuat 12 hadis.

11
31. Kitab Al-Malahim, tersusun dari 18 bab, memuat 60 hadis.

32. Kitab Al-Hudud, tersusun dari 40 bab, memuat 43 hadis.

33. Kitab Ad-Diyat, tersusun dari 2 bab, memuat 102 hadis.

34. Kitab As-Sunnah, tersusun dari 32 bab, memuat 177 hadis.

35. Kitab Al-Adab, tersusun dari 180 bab, memuat 502 hadis.

Demikian sistematika penulisan Sunan Abu Dawud, sebagaimana penulisan kitab hadis
jenis kitab Sunan lainnya. Kitab Sunan ini keseluruhannya memuat 45 kitab, yang tersusun dari
1.872 bab dan berisikan 5.274 hadis.

Jika kita melihat jumlah hadis yang tercantum di atas, tampaknya tidak sesuai dengan
pernyataan Abu Dawud yang menyatakan bahwa hadis yang ia tulis dalam kitab Sunan-nya
sebanyak 4.800 buah hadis. Perbedaan ini karena banyak hadis yang ditulis secara berulang-
ulang.

Pengulangan tersebut kadang terjadi pada dua tempat atau lebih dalam bab-babnya. Hal
ini bisa dimaklumi karena dalam kenyataannya, sebuah matan hadis bisa saja mempunyai
beberapa materi hukum yang berbeda-beda. Kenyataan inilah yang menyebabkan sebuah hadis
yang telah ditulis dan dicantumkan dalam suatu kitab dan bab itu ditulis dan dicantumkan
kembali dalam bab lainnya. Pengulangan ini sebenarnya telah dinyatakan oleh Abu Dawud
dalam mukadimah kitab Sunan tersebut.

Mengenai hadis-hadis yang shahih maupun tidak shahih, Abu Dawud mempunyai
kejelasan dalam menyikapi hadis ini dengan jelas, sebagaimana Abu Dawud menyebutkan
dalam kitabnya ada hadis-hadis shahih, ada yang menyerupai dan mendekati shahih, serta ada
hadis-hadis yang memiliki banyak kelemahan. Baik yang shahih maupun yang lemah akan
dijelaskan keshahihan dan kelemahannya. Hal ini dijelaskan Abu Dawud sendiri; “bahwa tidak
ada dalam kitab Sunan yang aku susun ini yang diambil dari orang yang hadisnya Matruk.
Apabila di dalamnya ada hadis yang munkar dan tidak ada hadis munkar dalam bab-bab kitab
Sunan yang tidak dijelaskan." 13

Salah seorang ulama ulum al-Hadis, Ibnu al-Shalah mengatakan, bahwa dalam Kitab
Sunan Abu Dawud kami tidak menemukan hadis Hasan yang disebutkan secara mutlak,

13 A. Faqihuddin, Op.Cit.

12
sebagaimana tidak ditemukan dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Hadis yang demikian
ini kata Ibnu Al-Shalah adalah hadis Hasan menurut Abu Dawud. Hal ini dapat dilihat dari
komposisi bab yang digunakan Abu Dawud, misalnya judul tema Kitab al-Thabarah,

2.4. Penilaian dan Kritik Terhadap Kitab

a. Penilaian
Judul kitab susunan Abu Daud adalah Al-Sunan atau yang lebih dikenal sebagai Sunan
Abu Daud. Jumhur ulama mengatakan bahwa kitab sebagai kitab hadis berstatus standar dan
berada pada peringkat ketiga dari standar al-Kutub al-Khamsah, yaitu : Shahih Al-Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, dan Sunan an-Nasa’i. 14

Hadis-hadis Abu Dawud selalu dijadikan landasan hukum bagi para fuqoha dan mereka
menyatakan bahwa Abu Dawud telah menerjemahkan dengan sangat baik terhadap hadis-hadis
yang menunjukkan pada pandangan mazhab ulama, serta pengetahuannya terhadap seluk beluk
pengambilan dalil. Oleh karena itu kitab ini sangat terkenal di kalangan fuqoha sebagai
kumpulan-kumpulan hadis-hadis hukum.15

Penempatan Sunan Abu Daud pada peringkat ketiga ini menunjukkan bahwa kualitas
hadis dan uraiannya memiliki kelebihan tersendiri, maka dari itu wajar jika para ulama
memberikan pujian terhadapnya.

Ahmad ibn Hanbal, salah seorang guru Abu Dawud, sangat menghargai kitab Sunan
ini. Bahkan, ulama yang lain lebih detail menyatakan sebagai berikut: "Ketahuilah oleh kamu
bahwa kitab As-Sunan Abu Dawud ini merupakan kitab berharga yang tak satu pun kitab ilmu
keagamaan yang menyerupainya, yang pernah ditulis oleh orang lain. Kitab tersebut diterima
baik oleh semua orang, sehingga menjadi hakim di antara para ulama dan generasi para fuqaha.
Walaupun mereka berbeda mazhab, masing-masing 'menimba' dan 'meminum' darinya. Dan
kepada kitab itu pula, penduduk Irak, Mesir, negeri-negeri Maghrib (timur), dan sebagian besar
penduduk penjuru dunia bergantung kepadanya.”16

Ibn Qayyim Al-Jauziyah menilai bahwa kitab Sunan karya Abu Dawud As-Sijistani ini
merupakan karunia bagi Islam, dengan mendapat kedudukan khusus yang diberikan oleh Allah

14
Barsihannor MZ, Op.Cit. Pemikiran Abu Daud Tentang Penulisan Hadis, hlm. 4.
15
A. Faqihuddin, Op.Cit.
16 Badri Khaeruman, Op.Cit. Ulum Al-Hadis, hlm. 263

13
SWT. kepadanya. Ia menjadi hakim bagi kaum muslimin dan pelerai bagi segala pertentangan.
Kepadanyalah, orang-orang mencari keadilan untuk ber-tahkim, dan terhadap ketetapannya
yang tegas itulah, orang orang menjadi senang dan rela. Abu Dawud telah menghimpun hadis
hadis hukum yang bertebaran di masyarakat sedemikian lama, yang kemudian ia kumpulkan
dan ia susun dengan sebaik-baiknya, dan membuang hadis-hadis yang cacat dan lemah.

An-Nawawi menyatakan, sekiranya orang-orang yang mengajarkan fiqh maupun yang


lainnya, berdasarkan ajaran yang terkandung dalam Sunan Abu Dawud yang telah dikuasainya
secara sempurna, hal itu tentu saja sangat menolong perkembangan pemikiran umat. Hal ini
karena dalam kitab ini, sebagian besar hadisnya dapat dijadikan hujjah, mudah diambil dan
diringkas penjelasannya. Penulisnya termasuk orang pintar dan cermat, sehingga tergambar
dalam karya ini suatu penulisan kitab hadis yang sistematis, sesuai dengan kebutuhan umat. 17

Abu Hamid Al-Ghazali memandang Sunan Abu Dawud memenuhi syarat sebagai bagi
para mujtahid ketika melakukan ijtihadnya.

Al-Hafizh Abu Sulaiman al-Khattabi Dalam muqaddimah kitab Ma'alimus Sunan, Abu
Sulaiman mengatakan, "Ketahuilah, kitab Sunan Abu Dawud merupakan kitab mulia yang
kualitasnya belum ada yang menyamainya. Semua orang menerimanya dengan baik. Oleh
karena itu, ia menjadi Hakim antara ulama dan fuqaha (ahli fiqih) yang berlainan mahdzab.
Semuanya datang dan minum darinya. Kitab itu menjadi pegangan ulama Irak, Mesir, Maroko
dan negeri-negeri lain".

Ibn al-Arabi yang adalah seorang perawi as-Sunan, pernah berkata, "Apabila seseorang
sudah memiliki Kitabullah dan kitab as-Sunan Abu Dawud, maka dia tidak lagi memerlukan
kitab lainnya".

Ibnu al-Qayyim berkata: “mengingat bahwa kitab sunan karya Abu Daud Sulaiman bin
Asy’as al-Sijistaniy memiliki kedudukan tinggi sebagaimana ditakdirkan demikian oleh Allah,
sehingga hakim di kalangan umat Islam dan pemutus bagi pertentangan dan perbedaan
pendapat, maka kepada kitab itulah orang-orang mengharapkan keputusan dan dengan
keputusannya, mereka yang mengerti kebenaran akan merasa puas. Demikian ini karena Abu
Daud dalam kitabnya menghimpun segala macam hadis hukum dan menyusunnya dengan

17 Ibid, hlm. 264.

14
sistematika yang baik dan indah, serta melalui proses seleksi ketat di samping tidak
mencantumkan hadis yang diriwayatkan seorang yang tercela (majruh) dan lemah (dhaif). 18

Ibrahim bin Ishaq al-Harabi, berkata: “Hadis telah dilunakkan Abu Daud sebagaimana
besi dilunakkan untuk Nabi Daud a.s.”19

Demikianlah penilaian sebagian para ulama terhadap kitab Sunan Abu Dawud.
Semuanya menyatakan kekagumannya terhadap kitab hadis ini. Di sisi lain, pribadi Abu
Dawud pun merupakan seorang figur fuqaha yang sangat pantas diteladani sikapnya, untuk
menyikapi berbagai perbedaan yang terjadi di bidang fiqh dewasa ini. Abu Dawud tidak
memihak kepada salah satu mazhab fiqh yang ada ketika ia hidup.

b. Kritik
Perlu diingat bahwa tidak semua hadis yang dikumpulkan oleh Abu Daud adalah
shahih. Beliau sendiri telah memberikan catatan mengenai sejumlah hadis yang berkualitas
dhaif dan ada beberapa yang tidak sempat diberi catatan.

Abu Daud memasukkan hadis lemah seperti ini bukan tanpa alasan namun karena hal
itu lebih baik daripada pendapat ulama sendiri, oleh karena itu beliau membukukan hadis dhaif
tersebut sebagai ganti opini hukum dari para ulama dahulu. 20

Imam Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadis Abu Dawud dan memandang sebagai
hadis maudlu (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak sembilan buah. Di samping Ibnul Jauzi,
sudah dikenal sebagai orang yang terlalu menggampangkan mengatakan "Maudlu", kritikan
tersebut telah dibantah oleh sebagian ahli hadis, seperti Jalaluddin as-Suyuthi. Seandainya kita
menerima kritikan tersebut maka sebenarnya hadis yang dikritik itu sedikit sekali jumlahnya,
dan tidak mempengaruhi ribuan hadis yang terdapat di dalam kitab Sunan itu. 21

Karena itu kami berpendapat hadis yang dikritik itu tidak mengurangi nilai kitab sunan
sebagai referensi utama yang dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi kami berpesan: Jangan
mengambil begitu saja hadis hadis yang tidak dijelaskan kedudukannya oleh Abu Dawud
sebelum menelitinya untuk diketahui kedudukannya shahih, hasan dan dhaif.

18 Mushlihin, “Pendapat Para Ulama tentang Kitab Sunan Abu Daud”


(https://www.referensimakalah.com/2011/09/pendapat-ulama-tentang-kitab-sunan-abu_7509.html?m=1 ,
diakses pada tanggal 20 Maret 2022)
19 Barsihannor MZ, Op.Cit. Pemikiran Abu Daud Tentang Penulisan Hadis, hlm. 5
20 Ibid
21
Busra Febriyarni, Op.Cit. Ulumul Hadis, hlm. 185.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Imam Abu Daud adalah tokoh kenamaan ahli hadis pada zamannya. Kealiman,
kesalihan, dan kemuliaannya semerbak mewangi hingga kini. Abu Daud nama lengkapnya
ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani,
seorang imam ahli hadis yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis setelah dua imam
hadis Bukhari dan Muslim serta Pengarang kitab Sunan. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817
M di Sijistan dan wafat di Bashrah yang dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan
Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia wafat pada tanggal 16 Syawal 275 H/889M.

16
Sebagaimana Imam Bukhari dan Imam Muslim, Imam Abu Daud pun melahirkan
sejumlah karya, dan yang paling terkenal dan terbesar adalah Sunan Abu Daud.

Penyusunan kitab hadis baik berupa Jami' ataupun Musnad dan sebagainya, di samping
memuat hadis hukum juga mencantumkan hadis mengenai amalan yang terpuji (fadha'ilul
amal), kisah-kisah, nasihat, adab dan tafsir. Mengenai sistematika penyusunan kitab ini, dapat
diketahui bahwa kitab ini terdiri dari dua buah kitab atau jilid, yaitu Jilid I yang terdiri atas dua
juz, yaitu juz I (340 halaman), juz II (345 halaman) dan Jilid II terdiri atas dua juz yaitu juz III
(372 halaman) dan juz IV (370 halaman) tanpa tahun terbitan.

Jumhur ulama mengatakan bahwa kitab sebagai kitab hadis berstatus standar dan berada
pada peringkat ketiga dari standar al-Kutub al-Khamsah dan hadis-hadis Abu Daud selalu
dijadikan landasan hukum bagi para fuqoha.

Perlu diingat bahwa tidak semua hadis yang dikumpulkan oleh Abu Daud adalah
shahih. Beliau sendiri telah memberikan catatan mengenai sejumlah hadis yang berkualitas
dhaif dan ada beberapa yang tidak sempat diberi catatan. Dan karena itu, beberapa ulama
memberi kritik terhadap kitab Sunan Abu Daud.

3.2. Saran

Kami menyadari banyaknya kekurangan dan mungkin ada kesalahan pada makalah
kelompok kami ini. Maka dari itu, kami berharap saran dari para pembaca terutama kepada
dosen pengampu kami untuk memberikan pembenaran dan perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Izzan, Saifudin Nur. 2011. Ulumul Hadis. Bandung: Tafakur.

Febriyarni, Busra. 2010. Ulumul Hadis, Bengkulu: LP2 STAIN CURUP.

Khaeruman, Badri. 2010. Ulum Al-Hadis. Bandung: CV Pustaka Setia.

Smeer, Zeid B. 2008. Ulumul Hadis. Malang: UIN-Malang Press.

Barsihannor. MZ, “Pemikiran Abu Daud Tentang Penulisan Hadis”. Jurnal Al-Hikmah. Vol.
4. No. 2. Tahun 2003.

17
Faqihuddin, A, “Berkenalan dengan Imam Abu Daud dan Sunannya”. Jurnal Al-Risalah. Vol.
4. No. 2. 2014.

Rasyad, “Tinjauan Kitab Syarah Sunan Abi Daud”. Al-Mu‘ashirah Vol. 15, No. 2. Tahun
2018.

Lukisan Hadi Subroto, “Biografi Imam Abu Daud, Salah Satu Penyusun Kitab Hadis Utama”
(https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/31/140000579/biografi-imam-abu-dawud-
salah-satu-penyusun-kitab-hadis-utama?page=all , diakses pada tanggal 20 Maret 2022)

Mushlihin, “Pendapat Para Ulama tentang Kitab Sunan Abu Daud”


(https://www.referensimakalah.com/2011/09/pendapat-ulama-tentang-kitab-sunan-
abu_7509.html?m=1 , diakses pada tanggal 20 Maret 2022)

Wikipedia, “Abu Dawud” (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Dawud , diakses pada tanggal


20 Maret 2022)

18

Anda mungkin juga menyukai