Anda di halaman 1dari 12

1

A. Pendahuluan
Pada abad 3 H proses kodifikasi Hadis mencapai titik puncaknya. Pada saat itu,
Hadis-hadis nab saw. disaring dan dipisahkan dari fatwa Sahabat dan Tabiin.
Disamping itu para ulama Hadis mengadakan studi kritik terhadap sanad dan matan
Hadis sehingga Hadis-Hadis itu dapat diketahui mana yang marf,mauqf dan mana
yang ahh, hasan, aif dan lain sebagainya. Pada masa itu muncul kitab-kitab Hadis
yang dikenal dengan al-Kutub al-ahh al-Sittah (kitab Hadis Shahih yang enam)
yang masing-masing disusun oleh :
1. Imam al-Bukhr
2. Imam Muslim
3. Imam Ab Dwd
4. Imam al-Turm
5. Imam al- Nasi
6. Imam Ibn Mjah
Setelah Imam al-Bukhr dan Imam Muslim, kini giliran Imam Ab Dwd,
yang juga merupakan ahli hadis dan penghimpun hadis yang terkenal dan masuk dalam
kategori kutub as-sittah. Karyanya yang termasyhur yaitu Kitab al-Jmi (Jmi at-
Tirmz). Kalau Imam al-Bukhr dan Imam Muslim terkenal dengan kitab ahhnya,
maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai kitab sunan yaitu Sunan Ab Dwd
yang terkenal sebagai ahli hadis dan juga ahli fikih.
Sebagaimana diketahui bahwa kitab sunan adalah kitab yang disusun
berdasarkan bab-bab hukum seperti taharah, shalat, zakat yang bersumber dari Nabi
Muhammad saw. sedangkan pendapat para sahabat tidak disebutkan didalamnya.1
Maka dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang Ab Daud dan
karyanya Sunan Ab Dwd, sistematika penulisan dan kandungan sunannya, penilaian
dan komentar ulama dan pakar, serta kitab-kitab syarahnya.

1
Mustafa Azami. Memahami Ilmu Hadis; Telaah Metodologi dan literatur Islam (Jakarta:
Lentera, 2003) h. 172
2

B. Pembahasan
1. Biografi Ab Dwd
Nama lengkap Imam Ab Dwd adalah Sulaiman bin al-Asy ats ibn Ishq ibn
Basyr ibn Syidd ibn Amr ibn umran al-Azdy al-Sijistn. Beliau lahir pada tahun 202
H/817 M dekat kota Basrah.2 Beliau merupakan seorang imam ahli hadis yang sangat
teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis dan pengarang kitab sunan. Ab Dwd
meninggal dunia di Basrah pada tanggal 16 Syawal 275 H/889 M.3
Pribadi Ab Dwd sejak masih kecil merupakan pecinta ilmu pengetahuan dan
bergaul dengan para ulama guna menerima ilmu yang diinginkannya. Sebelum dewasa
beliau telah melakukan rihlah ilmiyah dan belajar hadis keberbagai negeri seperti,
Hijz, Sym, Mesir, Irak, Jazrah, Sagar, Khurasn dan negeri-negeri lainnya. Hasil
pengembaraannya dikonklusikan dengan menyaring hadis-hadis untuk kemudian ditulis
dalam sunannya.4
Beliau memperoleh pendidikan awalnya dikota kelahirannya tersebut.
Pendidikannya dimulai dengan mempelajari bahasa Arab, Alquran, dan pengetahuan
agama lainnya. Beliau bertemu dengan sejumlah guru di kota-kota yang beliau singgahi,
sehingga memungkinkan beliau untuk memperoleh ilmu yang luas, khususnya dalam
bidang hadis. Beliau menghimpun Hadis-hadis, menyeleksinya secara cermat dan
menghimpunnya didalam kitab Sunannya di Tarsus ketika beliau bermukim disana
selama dua puluh tahun. Imam Ab Dwd sering berkunjung ke Baghdad, dan
kunjungannya yang terakhir kesana adalah pada tahun 272 H. Setelah itu, atas
permintaan gubernur Basrah, saudara Khalifah al-Muwwafiq, agar kota Basrah menjadi
Kabah bagi para ilmuan dan peminat hadis, beliau menetap di Basrah sampai
meninggal dunia pada tanggal 16 Syawwal 275/889 M, dan dikuburkan disamping
kuburan Sufyn al-awr. Beliau mempunyai beberapa guru antara lain: Ahmad bin
Hambal al-Qanab, Ab Amr ad-Darr, Muslim bin Ibrhm, Abdullah bin Raja, Ab
al-Wlid at-Taylis dan lain-lain. Sebagai seorang ulama besar, Imam Ab Dwd
mempunyai sejumlah murid yang meriwayatkan hadis darinya, diantaranya adalah Ab
Isa at-Turmi, Ab Abd al-Rahmn al- Nasi, Ab Bakar ibn Ab Dwd (putranya

2
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Perkembangan Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) h. 95
3
Muhammad Abu Suhbah, Kitab Hadis Shahih yang Enam (terj). Maulana Hasanudin (Jakarta:
Pustaka Lentera antanusa, 1991) h. 81
4
Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006) h. 86
3

sendiri) Ab Awnah, Ab Said al-Arab. Ab Al al-Lului, Ab Bakr ibn Dassah,


Ab Slim Muhammad ibn Said al-jaldawi.5
Imam Ab Dwd dikenal sebagai seorang yang jujur, taqwa dan adil, dan hal
tersebut diakui oleh banyak para ulama. Selain sebagi periwayat Hadis, pengumpul dan
penyusun kitab Hadis, Ab Dwd juga dijuluki sebagai al-Hifz al-Tamm al-ilm al-
Wafir dan al-Fahm al-qib fi al-Hadis. Oleh karenanya, banyak ulama yang
memberikan pujian dan penghargaan kepadanya, diantaranya dari gurunya sendiri, yaitu
Imam ahmad ibn Hambal. Keahliannya tersebut, pada masanya, diakui diberbagai
daerah seperti di Mesir, Hijz, Sym dan khurasn.6
Imam Ab Dwd adalah imam dari imam-imam ahlu as-sunnah wal jamah
yang hidup di Basrah, kota berkembangnya kelompok Qadariyah dan pemikiran
Khawrij, Mutazillah, Murjiah Syah rafah, jahmiyah. Walaupun demikian, ia tetap
dalam keistiqamahan diatas sunnah dan membantah Qadariyah dengan kitabnya Al-
qadar. Demikian pula, bantahannya atas Khawrij dalam kitabnya Akhbr al-Khawrij
dan membantah pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam yang telah
disampaikan oleh Rasulullah. Tentang hal itu bisa dilihat pada kitabnya As-Sunan yang
di dalamnya terdapat bantahan- bantahannya terhadap Jahmiyah. Murjiah, dan
Mutazilah.

2. Sistematika Penulisan dan Kandungan Sunannya


Kitab sunan Ab Dwd dengan kitab Jmi, musnad atau yang lainnya, banyak
memuat hadis-hadis yang berkaitan denngan hukum-hukum syariah dan sedikit
memuat Hadis-hadis yang berkaitan dengan akidah, akhlak, zuhd, sejarah, mawi dan
lain sebagainya. Muhammad Mustafa Azami menjelaskan bahwa Imam Ab Dwd
menyusun kitab sunannya ketika dia berada di Tarsus selama dua puluh tahun.
Imam Ab Dwd menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah
syariat, jadi kumpulan hadisnya berfokus murni pada hadis tentang syariat. Setiap hadis
dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan alquran, begitu pula sanadnya.
Beliau pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad bin Hambal untuk
meminta perbaikan. Ab Dwd adalah salah seorang perawi yang mengumpulkan

5
Abu Syuhbah, kitab Hadis.h. 82
6
Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis...., h. 86
4

sekitar 50.000 hadis memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan
Ab Dwd. Kriteria yang digunakan Ab Dwd sebagaimana telah ditetapkan
olehnya bahwa kitabnya terdiri dari hadis ahh, hadis yang mirip dengannya
(yusybihuhu) dan hadis yang berdekatan dengannya (yuqarribuhu).7
Karya-karya di bidang kitab-kitab hadis seperti kitab Jmi, Musnad dan
sebagainya disamping berisi hadis-hadis hukum, juga memuat hadis-hadis yang
berkenaan dengan amal-amal yang terpiji (fadil amal), kisah-kisah, nasehat-nasehat
(mawi), adab dan tafsir. Cara demikian tetap belangsung sapai datang Ab Dwd.
Maka Ab Dwd menyusun kitabnya khusus memuat hadis-hadis hukum dan sunah-
sunah yang menyangkut hukum. Ketika selesai Ab Dwd memperlihatkan kitabnya
itu kepada Imam Ahmad bin Hambal, dan Ibn Hambal memujinya sebagai kitab yang
indah dan baik.8
Ab Dwd dalam Sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-hadis ahh
sebagaimana telah dilakukan oleh al-Bukhr dan Muslim, tetapi ia memasukkan pula di
dalamnya hadis ahh, hadis hasan, hadis aif yang tidak terlalu lemah dan hadis yang
tidak disepakati para ulama untuk ditinggalkan. Hadis-hadis yang sangat lemah ia
jelaskan kelemahannya.9
Cara yang ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari suratnya yang ia
kirimkan kepada penduduk Mekah sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan
mengenai kita Sunannya.
Ab Dwd menulis sebagai berikut:
Aku mendengar dan menulis hadis Rasulallah saw sebanyak 50.000 buah. Dari
jumlah tersebut aku seleksi sebanyak 4.800 hadis yang kemudian aku tuangkan
ke dalam kitab Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadis-hadis yang
ahh, semi ahh dan mendekati ahh. Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan
sebuah hadispun yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkan
Segala hadis macam ini ada hadis yang tidak ahh sanadnya. Adapun hadis
yang tidak kami beri penjelasan sedikitpun, maka hadis ini bernilai salih (dapat
dipakai), dan sebagian hadis salih ini ada yang lebih ahh dari yan lain. Kami

7
Taufik Abdullah dkk, Ensiklopedi Tematis Jilid 4: Pemikiran dan Peradaban (Jakarta Ictiar
Baru Van hoeve, 2003) h. 78
8
Abu Syuhbah, Kitab Hadis...., h. 86
9
Abdullah Taufik, dkk. Ensiklopedi Tematis Jilid 4...., h. 78
5

tidak mengetahui sebuah kitab sesudah al-quran yan harus dipelajari selain dari
pada kitab ini. Empat buah hadis saja dari kitab ini sudah cukup menjadi
pegangan bagi keberagamaan tiap orang. Hadis tersebut adalah:
Pertama:




Artinya: Segala amal itu hanyalah menurut niatnya, dan tiap-tiap orang
memperoleh apa yang ia niatkan.
Kedua:




Artinya: Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang
tidak berguna baginya.

Ketiga:


Artinya: Tidaklah seorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum ia
merelakan untuk saudaranya apa-apa yang ia rela untuk dirinya.

Keempat:





.....
Artinya: Yang halal itu jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Di antara
keduanya terdapat hal-hal syubhat atau samar yang tidak diketahui
oleh banyak orang. Barang siapa menghindari syubhat berarti ia telah
membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa
terjerumus kedalam syubhat, maka ia terjerumus kadalam perbuatan
haram, ibarat pengembala yang mengembalakan ternaknya ditempat
terlarang.10

10
Ibid, h.99
6

Adapun alasan Ab Dwd menggunakan empat hadis tersebut karena dengan


empat hadis itu cukup bagi seseorang menjadi muslim sejati. Kandungan Sunan Ab
Dwd adalah sebagai berikut:
1. Kitab at-Tahrah
2. Kitab as-alt
3. Kitab a-akt
4. Kitab al-Mansik Wa al-Haj
5. Kitab an-Nikh
6. Kitab at-Talq
7. Kitab as-Siym
8. Kitab al-Jihd
9. Kitab al-Dahaya
10. Kiab al-Sid
11. Kitab al-Wasaya
12. Kitab al-Farid
13. Kitab al-Kharj wa al-Fai Wa al-Imrah
14. Kitab al-Jani
15. Kitab al-Aimn Wa an-Nuzr
16. Kitab al-Buy
17. Kitab al-Ijrah
18. Kitab al-Aqdiyah
19. Kitab al-Ilm
20. Kitab al-Asyribah
21. Kitab al-Atimah
22. Kitab at-Tibb
23. Kitab al-Kahnah Wa at-Tatayyur
24. Kitab al-Hurf Wa al-Qirat
25. Kitab al-Hammam
26. Kitab al-Libs
27. Kitab at-Tarajjul
28. Kitab al-Khatam
29. Kitab al-Fitan Wa al-Malhim
7

30. Kitab al-Mahdi


31. Kitab al-Malhim
32. Kitab al-Hudd
33. Kitab al-Diyr
34. Kitab as-Sunnah
35. Kitab al-Adb

Kitab Sunan Ab Dwd diakui oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu
kitab hadis yang paling autentik. Namun diketahui bahwa kitab ini mengandung
beberapa hadis lemah (yang sebagian ditandai beliau dan sebagian tidak). Dengan kata
lain beliau mengakui dan menerangkan sebab-sebabnya, seperti menurut beliau karena
ada tambahan kata-kata di dalam hadis tersebut, dan hal itu disengaja karena
kekhawatiran beliau apabla ditulis panjang tidak dapat diketahui oleh orang awam
dalam hal hukum.11
Kitab Sunan Ab Dwd tidak hanya mencatat hadis yang ahh tetapi jga
memasukkan Hadis-hadis hasan, dan Hadis-hadis aif yang tidak terlalu lemah serta
Hadis-hadis yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkan, sedangkan Hadis-
hadis yang sangat lemah diberikannya penjelasan tentang kelemahannya, bahkan ada
Hadis-hadis yang tidak diberikan keterangan dan dianggap oleh para ulama sebagai
hadis aif, namun menurut Ab Dwd, Hadis-hadis tersebut lebih baik dari pada
pendapat orang semata- mata.

3. Penilaian dan Komentar Ulama dan Pakar

11
Az-Zughrafi, Tadwn as-Sunnah, h.132. jika hadis dalam kitabnya terlalu wahan, Ab Dwd
akan menjelaskannya. Kitab beliau istimewa karena menyebut masalah-masalah fur, contohnya dalam
bab al-Adb yang mempunyai 80 bab yang juga mengandung perincian terhadap sunnah perbuatan,
perkataan, taqrr, dan sifat Nabi.
8

Sebagai ulama hadis yang besar dan terkenal, keprofesionalan Ab Dwd


dalam bidang hadis mendapatkan pujian yang tidak sedikit dari para ulama, di
antaranya:
a. al-Hfiz Ab Sulaimn al-Khattabi, dalam muqaddimah kitabnya Malim as-
Sunan berkata: Ketahuilah, semoga Allah mengasihi kalian, bahwa kitab
Sunan karya Ab Dwd adalah sebuah kitab mulia yang belum pernah disusun
sebuah kitab pun tentang ilmu agama yang serta dengannya. Semua orang
menerimanya dengan baik. Karenanya ia menjadi hakim antara para ulama dan
ahli fikih yang berlainan mazhab. Masing-masing mempunyai mata air sendiri.
Namun dari Sunan itulah mereka minum. Dan kitab ini pula yang menjadi
pegangan para ulama Irak, Mesir, Maroko dan negeri-negeri lain.
b. Ibn al-Arab, salah seorang perawi as-sunnah berkata: Apabila seseorang
tidak mempunyai kitab ilmu selain kitbllah dan kitab Sunan Ab Dwd maka
ia tidak memerlukan lagi kitab yang lain.
c. Imam Ab Hamd al-Gazl berkata: Sunan Ab Dwd sudah cukup para
mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam. Demikian juga dua imam
besar, an-Nawawi dan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah telah memberikan pujian
terhadap kitab Sunan ini.
d. Ibn al-Qayyim berkata: Mengingat bahwa kitab Sunan karya Ab Daud
memiliki kedudukan tinggi dalam dunia Islam sebagaimana ditakdirkan oleh
Allah, sehinnga menjadi hakim dikalangan umat islam dalam pemutus bagi
pertentangan dan perbedaan pendapat, maka kepada kitab itulah orang-orang
mengharapkan keputusan. Berdasarkan keputusannya, mereka yang mengerti
kebenaran menjadi merasa puas. Demikian ini karena Ab Dwd dalam
kitabnya itu menghimpun segala macam hadis hukum dan menyusunnya dengan
sistematik yang baik dan indah serta melalui proses seleksi ketat di samping
tidak mencantumkan hadis-hadis yang diriwayatkan perawi yang tercela
(majruh) dan lemah (aif) .. kitab ini kujadikan bekal yang utama.12

Banyak ulama yang meriwayatkan hadis dari beliau di antaranya Imam at-
Tirm dan Imam Nasi. Al-Khatab mengomentari bahwa kitab tersebut adalah

12
Abu Syuhbah, Kitab Hadis....., h. 89
9

sebaik-baik tulisan dan isinya lebih banyak memuat fiqih daripada kitab ahh Bukhr
dan ahh Muslim.
Ibn al-Arab berkata, barang siapa yang sudah menguasai alquran dan kitab
Sunan Ab Dwd maka dia tidak membutuhkan kitab-kitab yang lain lagi. Imam al-
Gazl juga mengatakan bahwa kitab Sunan Ab Dwd sudah cukup bagi seorang
mujtahid untuk menjadi landasan hukum.13

4. Penilaian Ulama Terhadap Sunan Ab Dwd


Sunan Ab Dwd memiliki nilai yang sangat tinggi setelah ahh al-Bukhr
dan ahh Muslim. Namun, disamping adanya keutamaan- keutamannya, terdapat juga
hal-hal yang menimbulkan kritikan-kritikan dari sebagian ulama Hadis. Mengenai
Sunan Imam Ab Dwd, Ab Sulaimn al-Khattab menilainya ibarat hakim antara
para ulama dan para ahli fikih yang berlainan mazhab. Ibn al-Araby mengatakan
bahwa seseorang apabla telah memiliki Alquran dan kitab ini (yaitu Sunan Ab
Dwd), maka itu sudah cukup baginya dan dia tidak memerlukan lainnya. Demikian
pula, Imam al-Gazl mengatakan bahwa Sunan Ab Dwd sudah cukup bagi para
mujtahid untuk mengetahui Hadis-hadis ahkm. Selain itu, Imam al-Nawawi dan Imam
Ibn al-Qayyim juga memberi pujian terhadap Sunan itu. Masih banyak lagi pujian dan
penilaian terhadap karya Ab Dwd tersebut.14
Meskipun demikian, kitab Sunan Ab Dwd juga tidak luput dari kritik
sebagian ulama, seperti kritik yang dilontarkan oleh Ibn al-Jauzi. Menurut penilainnya
bahwa didalam kitab Sunan Ab Dwd terdapat Hadis-hadis mauu. Ibn Hajar al-
Asqalani, Imam al-Nawawi, dan Ibn Taimiyah mengkritik karya Ab Dwd ini dalam
beberapa hal, yaitu:
1. Tidak adanya penjelasan tentang kualitas suatu hadis dan kualitas sanadnya

2. Adanya Hadis yang aif dalam pandangan para ahli Hadis, sementara
penjelasan sikap toleransi Ab Dwd terhadap Hadis yang oleh sejumlah
ulama dinyatakan aif adalah serupa dengan sikap Imam Ahmad ibn Hambal.15

5. Syarah Sunan Ab Dwd

13
Az-zugrafi, Tadwn as-Sunnah....., h.133
14
Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis...., h. 91
15
Ibid, h. 91
10

Diantara kitab-kitab syarah dari Sunan Ab Dwd ini adalah:


1. Kitab Al-Minhal Azb al-Mawrd Syarh Ab Dwd oleh Syaikh Mahmd ibn
Muhammad ibn Khattab al-Subki. Imam al-Subki di dalam kitab ini menunjukkan
nama-nama perawi hadis, menjelaskan kata-kata yang sulit, mengungkapkan
hukum dan adab dari Hadis tertentu. Selain itu, didalam kitab ini disebutkan nama
perawi Hadis tertentu selain Ab Dwd, dan menunjukkan derajat Hadis; ahh,
hasan atau aif, imam al-subki tidak sempat menyelesaikan kitab ini, karena
beliau meninggal dunia pada bulan Rabul Awal 1352 H.
2. Kitab Malim as-Sunan oleh Imam Ab Sulaimn Ahmad dan Ibrahm khattabi.
Di dalam kitab ini dikemukakan syarh secara sederhana dari Sunan Ab Dwd
dengan menjelaskan masalah bahasa, meneliti riwayat, merumuskan hukum dan
membahas adab.
3. Kitab Aun al-Mabd Ala Sunan Ab Dwd oleh al-Allamah Ab al-Thayyib
Muhammad Syams al-Haqq al-Azhim Abadi (W. Abad ke 14 H). didalam kitab
ini dijelaskan kata-kata sulit, dikuatkan satu dalil yang ditunjukkan oleh mazhab-
mazhab secara menyeluruh kecuali hanya sebagian saja. 16

C. Penutup
Nama lengkap Imam Ab Dwd adalah Sulaimn bin al-Asy as bin Ishq bin
Basyir bin Syidd bin Amr al-Azi as-Sijistn. Beliau merupakan seorang imam ahli
hadis yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis dan pengarang kitab sunan.
Minat utamanya adalah syariat, jadi kumpulan hadisnya berfokus murni pada hadis
tentang syariat. Setiap hadis dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan
alquran, begitu pula sanadnya.
Ab Dwd adalah salah seorang perawi yang mengumpulkan sekitar 50.000
hadis memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Ab Dwd.
Kriteria yang digunakan Ab Dwd sebagaimana telah ditetapkan olehnya bahwa
kitabnya terdiri dari hadis ahh, hadis yang mirip dengannya (yusybihuhu) dan hadis
yang berdekatan dengannya (yuqarribuhu).
Ab Dwd dalam Sunannya tidak hanya mncantumkan hadis-hadis ahh
sebagaimana telah dilakukan oleh al-Bukhr dan Muslim, tetapi ia memasukkan pula di
dalamnya hadis ahh, hadis hasan, hadis aif yang tidak terlalu lemah dan hadis yang
16
Ibid, h. 92
11

tidak disepakati para ulama untuk ditinggalkan. Hadis-hadis yang sangat lemah ia
jelaskan kelemahannya.
Kitab Sunan Ab Dwd diakui oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu
kitab hadis yang paling autentik. Namun diketahui bahwa kitab ini mengandung
beberapa hadis lemah (yang sebagian ditandai beliau dan sebagian tidak). Dengan kata
lain beliau mengakui dan menerangkan sebab-sebabnya, seperti menurut beliau karena
ada tambahan kata-kata di dalam hadis tersebut, dan hal itu disengaja karena
kekhawatiran beliau apabila ditulis panjang tidak dapat diketahui oleh orang awam
dalam hal hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Syuhbab, Muhammad. Kitab Hadis Shahih Yang Enam. terj. Maulana
Hasanuddin. Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1991.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah Perkembangan Hadis, Jakarta : Bulan Bintang, 1973.
12

Azami, Mustafa. Memahami Ilmu Hadis; Telaah Metodologi dan Literatur Islam,
Jakarta: Lintera, 2003.

Az-Zughrafi, Muhammad bin Muthur. Tadwn as-Sunnah an-Nabawiyah; Nasytihi wa


Tutawwirihi min Qarn al-Awwal ila Nihyati al-Qarn at-Tsi al-Hijr,
Madinah: Maktab as-Sidiq, 1412.

Taufik, Abdullah dkk. (ed) Ensiklopedi Temetis; Pemikiran dan Peradaban, jilid 4,
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2003.

Yuslem, Nawir. Kitab Induk Hadis, Jakarta: Hijri pustaka utama, 2006.

Anda mungkin juga menyukai