PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederic Ratzel (1844-1904) sebagai ilmu bumi
politik (Political Geogrephy). Istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh sarjana
ilmu politik Swedia, Rudolph Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1964)dari
Jerman menjadi Geographical Politic dan disingkat Geopolitik. Perbedaan dari dua istilah di
atas terletak pada titik perhatian dan tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah
politik.Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek
politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.
Geopolitik Indonesia sudah terbentuk sejak zaman kerajaan Indonesia yang dimulai
Sriwijaya dan Majapahit. Membahas tentang strategi-strategi bangsa Indonesia dalam
mempertahankan keindonesiaan yang baik secara sosial, budaya, geografis, demografis, dan
keamanan sesuai dengan tujuan negara atau cita-cita bangsa. Berawal dari Pribumi Sriwijaya
dalam pembentukan geopolitik negara maritim yaitu penyebaran agama dan masuknya jalur
sutra di Selat Malaka ke daratan Asia Tenggara lebih ke daratan Indochina, serta Majapahit
dengan agraris berhasil menyatukan pulau-pulau di nusantara.
2
Pada saat ini, seluruh masyarakat Indonesia dihadapkan pada berbagai jenis kendala,
keragaman masyarakatnya, konfigurasi geografis dan keadaan dinamika dampak lingkungan
yang strategis tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu berbagai prasyarat harus dipenuhi agar
tercapainya cita-cita perjalanan itu terjamin, prasyarat seperti itu disebut geo-politik, yang
secara ringkas dirumuskan dalam bentuk Wawasan Nusantara.
2) Isi (Content)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari
tata laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat,
dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia, sedangkan Tata laku lahiriah
tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia.
3
2) Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari stratifikasinya
sebagai berikut:1
a. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan
sebagai landasan idiil.
b. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara, berkedudukan
sebagai landasan konstitusional.
c. Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan
visional.
d. Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan
konsepsional.
e. GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar
nasional, berkedudukan sebagai landasan operasional.
1 S. Sumarsono. Pendidikan Kewarganegaraan. 2005. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm 89.
4
Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan Nusantara, khususnya, di
bidang wilayah, adalah diterimanya konsepsi Nusantara diforum internasional, sehingga
terjaminlah integritas wilayah teritorial Indonesia.
Penerapan di bidang sosial budaya terlihat pada kebijakan untuk menjadikan bangsa
Indonesia yang Bhineka Tungga Ika tetap merasa sebangsa dan setanah air, senasib
sepenanggungan dengan asas Pancasila.
5
Geostrategi berasal dari kata “Geo” dan “Strategi”. Geografi merujuk pada ruang hidup
nasional wadah atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia. Strategi diartikan sebagai
ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam keadaan perang maupun damai.
Bagi bangsa Indonesia, geostrategi dipandang sebagai suatu strategi atau cara terbaik
yang ditempuh dalam mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 melalui pembangunan nasional. Hal tersebut dimaksudkan
untuk menuju citacita masa depan yang lebih baik, lebih aman, lebih damai, dan sejahtera
melalui pengendalian ruang, situasi, dan waktu. Dengan kata lain, Geostrategi Indonesia
6
merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis bentuk, luas dan lokasi negara dengan
memanfaatkan segenap konstelasi geografi Negara Indonesia sebagai Negara kepulauan
terbesar di dunia dalam menentukan kebijakan, arahan serta sarana-sarana dalam mencapai
tujuan seluruh bangsa berdasarkan asas kemanusiaan dan keadilan sosial.2
Keadaan dan letak negara Indonesia pada posisi sidang memberikan pengaruh terhadap
segenap kehidupan pangsa Indonesia. Pengaruh-pengaruh tersebut pada satu pihak memang
menguntungkan, tetapi pada pihak lain dapat mengundang berbagai bentuk ancaman atau
bahaya dari luar, lebih-lebih posisi silang ini jika dihubungkan dengan kekayaan alamnya,
maka bahaya ancaman dari luar itu akan lebih besar, oleh karena itu harus diperhitungkan.
Dalam menyusun strategi untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dalam
bernegara, suatu keharusan bagi bangsa Indonesia untuk lebih memerhatikan dan
memperhitungkan faktor-faktor yang tidak menguntungkan dan lebih-lebih juga faktor-faktor
yang membahayakan yang akan menghalang-halangi terwujudnya tujuan nasional.
2Kusnanto Anggoro. “Perubahan Geopolitik dan Ketahanan Nasional: Sebuah Penjelajahan Teoretikal”. Jurnal
Le Kajian mhanas RI. Edisi 29. 2017. hlm. 19.
3 Noor Ms Bakry. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
7
maupun dan dalam yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan
kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
3) Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1969-an. Tannas adalah keuletan dan daya
tahan nasional dalam menghadapi segala ancaman, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan
kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
4) Gagasan Tannas berdasar SK Menhankam/Pangab No.SKEP/1382/XG/1974.
Ketahanan Nasional adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi
keuletan dan. ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan,
dan tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang langsung
ataupun tidak langsung, membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan nasional.
5) Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997.Tannas adalah kondisi dinamis yang
merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11