Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

“Tafsir Ayat Kenabian”

Dosen Pengampu :

Malpha Della
Thalita,S.H., M.H.

Disusun Oleh :

1. Abdul Aziz 21651001

2. Amelia Puspita Sari 21651004

3. Fiqri Shanjaya 21651007

4. Meyti Yansih 21651010

5. Wulan Karuniawati 21651020

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

2023 M / 1444 H

1
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nabi

Secara etimologis, kata nabi berasal dari bahasa Arab, naba‟, berarti warta
(al-khabar, news), berita (tidings), informasi (information), laporan (report).
Menurut Mawlana Muhammad 'Ali, kata nabi berasal dari kata naba‟a
(jamaknya anbiyā') yang artinya adalah " membertahukan sesuatu yang besar
faedahnya," menyebabkan orang-orang mengetahui sesuatu. Imam al-Raghib al-
Asfahani dalam kitabnya al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur'ān menambahkan bahwa
maksud berita ialah bukan berita biasa, tetapi berita yang tidak mungkin salah.1
Secara istilah, kata nabi memiliki banyak definisi. Nabi adalah seseorang yang
menerima wahyu dari Allah SWT melalui perantaraan malaikat atau ilham maupun
mimpi yang benar. Mereka juga adalah mubasysyir (pembawa berita baik, yaitu
mengenai ridha Allah dan kebahagiaan hidup di dunia serta di akhirat bagi orang-
orang yang mengikutinya) dan mundzir (pemberi peringatan, yaitu pembalasan bagi
mereka serta kesengsaraan terhadap orang-orang yang ingkar).2
Nabi adalah manusia pilihan dan yang dimuliakan Allah. Mereka diberi
kemampuan untuk berhubungan dengan Allah dan mengekspresikan
kehendaknya.3Oleh karena itu, seorang nabi adalah manusia yang bertindak sebagai
penerima yang menyampaikan pesan-pesan Tuhan (wahyu) kepada umat manusia.
Oleh sebab itu, seseorang manusia dapat dikatakan sebagai nabi, apabila
memenuhi beberapa kriteria. Salah satunya pendapat Al-Musayyar yang menjelaskan
syarat-syarat seorang nabi atau rasul, yakni: (1) manusia, (2) laki-laki, (3) merdeka
(bukan budak), (4) terhindar dari aib (cacat): maksum dari perbuatan dosa dan salah,
dan (5) Allah mewahyukan syari'at kepadanya.
Adapun ciri utama nabi ialah mendapat wahyu dari Allah, baik melalui
malaikat Jibril, atau lainnya. Sementara ciri lain yang dimiliki nabi ialah mendapatkan

1 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi alQur'an (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 303

2 Eni Zulaiha, “Fenomena Nabi Dan Kenabian Dalam Perspektif Alquran”, Al-Bayan: Jurnal

Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 1, No. 2, 2016, h. 151

3 Ibrahim Madkour, Filsafat Islam Metode dan Penerapan, (Terjemahan) Yudian Wahyudi,

(Jakarta: CV. Rajawali, 1991), h. 85

2
mukjizat sebagai perbuatan luar biasa yang muncul pada seorang nabi (yang telah
mendapatkan wahyu).

B. Tafsir Ayat-Ayat Kenabian

1) QS. Fathir [35] : 24

ِ ‫س ْل ٰنكَ بِ ْال َح‬


‫ق بَ ِشي ًْرا َّونَ ِذي ًْرا ۗ َوا ِْن ِم ْن ا ُ َّمة ا َِّّل خ ََل فِ ْي َها نَ ِذيْر‬ َ ‫اِنَّا ا َ ْر‬
Terjemahan :
Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satu
pun umat melainkan di sana telah datang seorang pemberi peringatan.

• Mufrodat

‫شي ًْرا َّونَ ِذي ًْرا ا ِْن ِم ْن ا ُ َّمة ا َِّّل خ ََل فِ ْي َها‬ ِ ‫ِبا ْلح‬
ِ َ‫َق ب‬ َ‫س ْل ٰنك‬
َ ‫اِنَّا ا َ ْر‬
‫نَ ِذيْر‬
Dan tidak ada satu pun Dengan membawa Sungguh kami mengutus
umat kecuali telah datang kebenaran (sebagai) engkau
disana seorang pemberi pembawa berita gembira
peringatan dan (sebagai) pemberian
peringatan

• Munasabah Ayat

QS Fathir 24 berhubungan dengn QS Fathir 23 yang menjelaskan


keadaan orang-orang musyrik yang telah ditetapkan atas diri mereka celaka,
tiada cara bagimu untuk menembus mereka, dan tidak akan mampu kamu
memberi hidayah kepada mereka. Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi
peringatan. (Fathir: 23) Yakni sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan
risalah dan memberi peringatan kepada manusia, sedangkan Allah-lah yang
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya.

3
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Fathir: 24)
Yaitu pembawa berita gembira kepada orang-orang mukmin dan pemberi
peringatan kepada orang-orang kafir. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan
telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Fathir: 24) Tiada suatu umat
pun dari anak Adam melainkan Allah telah mengutus kepada mereka orang-
orang yang memberi peringatan yang menyingkapkan hakikat kebenaran kepada
mereka dan melenyapkan semua penyakit kekafiran.

• Tafsir al-Azhar
Berikut tafsirannya:4
“Sesungguhnya Kami telah mengutus engkau dengan kebenaran .”
Kebenaran itu adalah mutlak, tidak dapat diubah oleh manusia dan tidak dapat ditukar.
Cuma menyampaikan kebenaran itu adalah memakai cara. Kadang-kadang
sampaikanlah kebenaran itu dengan membawa berita gembira. Itulah yang bernama
basyiiran.
Di kala yang lain diberikan peringatan kebenaran itu dengan cara nadziiran,
yaitu peringatan keras dan ancaman, bahwa kalau masih tetap membangkang,
mendustakan, tidak menerima dan tidak mau percaya, padahal hanya karena keras
kepala saja, sengsaralah yang akan menimpa, baik sengsara jiwa di dunia atau adzab
siksaan di akhirat.
Itulah yang dimaksud pada sambungan ayat, “Pembawa berita gembira dan
berita ancaman.” Oleh sebab itu, janganlah kita terpesona hanya ketika mendengar
berita yang menggembirakan, bahwa orang yang beriman akan masuk surga, akan
diberikan gedung-gedung indah dan istana-istana permai dengan kebun-kebun yang
indah, dihidangi oleh anak-anak bidadari dan pemuda-pemuda sebaya, laksana
mutiara yang tersimpan dalam lokan giwang dan sebagainya, tetapi ingatlah lagi
bahwa yang dijanjikan sedemikian itu tidak akan tercapai, bahkan sebaliknyalah yang
akan ditemui, yaitu neraka Jahannam, terbenam di dalam api menyala, dicambuk

4 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar dalam Aplikasi, Learn Quran Tafsir: Cari di Quran Versi
2.1.0, 2022

4
dengan cemeti oleh malaikat yang tidak mengenal kasihan, kalau kiranya kita tidak
menuruti ajakan Allah ‫ﷻ‬
“Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah pernah ada pada mereka
pemberi ancaman.”
Dengan ujung ayat ini jelaslah bahwa umat-umat yang dahulu, jauh sebelum Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬sekalian yang telah patut disebut umat telah ada dikirim Allah ‫ﷻ‬
kepada mereka nabi-nabi atau rasul untuk menyampaikan ancaman dan kabar yang
meng-gembirakan itu. Ada yang tersebut namanya dalam Al-Qur’an dan ada yang
tidak. Ada yang diceritakan tentang mereka oleh Allah ‫ ﷻ‬dan ada yang tidak
diceritakan. Sebab itu mungkin raja Kong Hu Tsu atau Buddha, atau Socrates di
Yunani dan lain-lain, mereka itu nabi juga.
• Tahlil Al-Tafsir

Itulah Pada ayat ini Allah hendak menjelaskan bahwa Nabi Muhammad
saw. tidak lain adalah utusan Allah (Nabi dan Rasul-Nya) yang bertugas
membawa kebenaran berupa syariat Islam lalu memberi berita gembira pada
seluruh umat yang mengikuti ajaran beliau saw.. Lalu Allah juga telah memberi
kejelasan bahwa tidak ada setiap umat kecuali telah diberi seorang Nabi sebagai
pemberi peringatan bagi mereka.

2) QS. Ghafir [40] : 78

‫ص‬ْ ‫ص‬ ُ ‫علَيْكَ َو ِم ْن ُه ْم َّم ْن لَّ ْم نَ ْق‬


َ ‫صنَا‬ ْ ‫ص‬ َ َ‫س ْلنَا ُرسُ ًل ِم ْن قَ ْبلِكَ ِم ْن ُه ْم َّم ْن ق‬ َ ‫َولَقَدْ ا َ ْر‬
ِ ‫ي بِ ْال َح‬ ِ ٰ ‫ّللا ۚفَ ِاذَا َج ۤا َء ا َ ْم ُر‬
ِ ُ‫ّللا ق‬ ِ ٰ ‫ي بِ ٰايَة ا َِّّل بِ ِاذْ ِن‬ ْ
‫ق‬ َ ‫ض‬ َ ِ‫علَيْكَ ۗ َو َما َكانَ ِل َرسُ ْول ا َ ْن يَّأت‬ َ
َ‫ࣖ َو َخس َِر هُنَالِكَ ْال ُمب ِْط ُل ْون‬
Terjemahan :
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau
(Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di
antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang
rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang
perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu
rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil

5
• Mufrodhat

َ‫علَيْك‬
َ ‫صنَا‬ َ َ‫ِم ْن ُه ْم َّم ْن ق‬
ْ ‫ص‬ َ‫ُرسُ ًل ِم ْن قَ ْبلِك‬ ‫س ْلنَا‬
َ ‫َولَقَدْ ا َ ْر‬

Diantara mereka ada Beberapa rasul sebelum Dan , sungguh kami telah
yang kami ceritakan engkau Muhammad mengutus
kepada mu
ْ َ‫علَيْك‬ ُ ‫نَ ْق‬ ‫َو ِم ْن ُه ْم َّم ْن لَّ ْم‬
َ ‫َو َما َكانَ ِل َرسُ ْول ا َ ْن يَّأ ِت‬
‫ي‬ َ ‫ص‬
ْ ‫ص‬
‫ِب ٰايَة‬
Tidak ada seorang rasul Tidak kami ceritakan Dan di antaranya adapula
pun yang membawa suatu kepadamu yang
mukjizat

‫ق َو َخس َِر‬ ِ ‫ي بِ ْال َح‬َ ‫ض‬ِ ُ‫ق‬ ٰ ‫فَ ِاذَا َج ۤا َء ا َ ْم ُر‬


ِ‫ّللا‬ ٰ ‫ا َِّّل بِ ِاذْ ِن‬
ِ‫ّللا‬
َ‫هُنَالِكَ ْال ُمب ِْطلُ ْون‬
Semua perkara dengan Maka apabila telah Kecuali izin Allah
adil dan rugilah ketika itu datang perintah Allah
orang-orang yang teguh
berpegang pada kebatilan

• Munasabah Ayat
77-78 berbicara tentang seruan Allah kepada Rasul-Nya agar senantiasa
bersabar menghadapi kaum yang ingkar, dan Allah menjanjikan perlindungan
bagi para utusan itu. Terhitung, ada begitu banyak Nabi dan Rasul yang pernah
diutus untuk mendakwahkan ketauhidan Allah, akan tetapi yang diceritakan
oleh al-Qur’an hanya 25, dan wajib untuk diimani.
• Tafsir Ath-Thabari
Berikut tafsirnya:5

5 Abu Ja’far Muhammad Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Terjemahan) Syaikh Ahmad


Muhammad Syakir dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir Jilid 22, (Jakarta: Penerbit Azzam,
2007), h. 361-352

6
Ayat yang lalu menegaskan kepastian terlaksananya janji Allah berupa
ancaman. Agaknya Nabi Muhammad saw. yang sangat kasih kepada umat
manusia, menginginkan agar mereka diberi kesempatan sekali lagi dengan
menambahkan lagi bukti-bukti yang bersifat mukjizat indrawi. Allah swt.
mengingatkan beliau bahwa: Dan Kami bersumpah bahwa sesungguhnya telah
Kami utus banyak rasul-rasul sebelummu masing-masing kepada umat mereka.
Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu seperti Nûh,
Ibrâhîm, Mûsâ dan lain-lain dan di antara mereka ada juga yang tidak Kami
ceritakan kepadamu. Semua itu Kami utus dalam keadaan tidak wajar bahkan
tidak dapat bagi seorang rasul pun di antara mereka itu membawa atas usul
umatnya atau permintaannya sendiri suatu mukjizat, melainkan dengan seizin
dan perkenan Allah. Kalau Dia tidak memperkenankan para rasul itu menerima
dengan penuh kerelaan, maka dengan demikian apabila telah datang perintah
yakni ketentuan Allah tentang jatuhnya siksa, diputuskan-lah semua perkara
dengan adil. Dan ketika itu rugilab para pelaku kebatilan.
Ayat di atas menegaskan adanya rasul-rasul yang diutus yang tidak
disampaikan siapa mereka atau siapa umatnya. Ini dapat dipahami dalam arti
tidak atau belum disampaikan ketika turunnya ayat di Mekah, sehingga boleh
jadi sesudah itu, Allah menyampaikan nabi-nabi dan rasul-rasul itu.
Pendapat ini dapat dikukuhkan dengan riwayat-riwayat yang menyebut
jumlah nabi-nabi dan rasul, serta beberapa nama yang beliau sebut, yang tidak
disinggung namanya dalam al-Qur'ân. Memang bisa saja nabi dan rasul yang
disampaikan dan diceritakan kepada beliau itu melalui wahyu al-Qur'an, atau
wahyu hadits. Berapapun banyak nabi, yang wajib kita percayai kenabiannya
adalah apa yang disebut secara tegas dalam al-Qur'an yaitu sebanyak 25 orang.
Lima belas orang di antaranya secara jelas dinamai rasul yaitu Nûh, Ibrahim,
Lûth, Ismâ'il, Ishak, Ya'qub, Yusuf, Hud Shalih Syu'aib, Musa, Harun, 'Isa,
Yunus dan Rasulullah Muhammad saw. Selebihnya ditegaskan kenabian mereka
yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Zakariyya, Yahya, Ilyas, Ilyasa', Idris, Adam,
Dzul Kifli ra.
Istilah mâ kânâ yang secara harfiah berarti tidak pernah ada, dan sering
kali juga diterjemahkan dengan tidak sepatutnya. Menurut Thahir Ibn 'Asyûr
istilah ini digunakan untuk menekankan sesuatu dengan sungguh- sungguh.
Asy-Sya'riwi berpendapat bahwa istilah itu bagaikan menafikan adanya
7
kemampuan melakukan sesuatu. Redaksi itu menurutnya berbeda dengan
redaksi () ma yanbaghi yang secara harfiah berarti tidak sepatutnya karena yang
terakhir ini masih menggambarkan adanya kemampuan, hanya saja tidak
sepatutnya dilakukan. Dengan menegaskan tidak ada kemampuan, maka
tertutup sudah kemungkinan bagi wujudnya sesuatu yang dimaksud, berbeda
jika baru dinyatakan tidak patut. Di sini sesuatu yang dimaksud, berbeda jika
baru dinyatakan tidak patut. Di sini terletak penekanan dan kesungguhan yang
dikandung oleh redaksi itu, dalam konteks sayat ini adalah adanya dambaan
kiranya Allah menurunkan mukjizat dan membatalkan ketentuannya yang pasti.
Kata bunâlika pada mulanya digunakan menunjukkan tempat, tetapi di
sini karena tidak ada tempat yang disebut, maka ia dipahami dalam arti
menunjuk waktu. Sementara ulama berpendapat bahwa tempat yang dimaksud
adalah Badr, di mana tewas sekian banyak tokoh kaum musyrikin.
Kata al-mubthilün terambil dari kafa abthala yang dari segi bahasa berarti
membatalkan yakni menghapus dan mengubah keadaan sesuatu, baik
pengubahan positif maupun negatif. Ia juga berarti mengucapkan sesuatu yang
tidak ada atau bertentangan dengan hakikat sebenarnya. Kaum musyrikin yang
mendebat kebenaran ayat-ayat Allah itu sebenarnya termasuk orang-orang yang
berusaha mengubah kebenaran dengan melakukan kebohongan.
• Tahlil Al-Tafsir
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Rasullulah Muhammad saw.
bukanlah satu-satunya rasul melainkan Allah telah mengutus beberapa
sebelum beliau saw., tentang beberapa rasul itu ada yang Allah ceritakan pada
Rasulullah saw. dan ada yang tida. Allah juga menegaskan bahwa tidak
seorang rasul-Nya pun yang bisa mendatangkan mukjizat kecuali telah
mendapat izin dari Allah. Hal ini sebagai penjelas bagi beberapa kaum yang
masih ragu terhadap kekuasaan Allah dan menjadi bingung dengan
kemukjizatan rasul-rasul sebelumnya. Maka di akhir ayat Allah
memperingatkan kepada seluruh manusia yang berpegang pada hal bathil
(menganut kepercayaan selain pada Allah), mereka hanya kan rugi di dunia
dan di akhirat jika terus seperti itu dan tidak kembali ke Allah.

3) QS Al An-An’am [ 6 ] : 83-90

8
َْ ‫ع ٰلىَقَ ْومِ هََنَرْ فَ َُعَد ََرجٰ تََ َّم‬
َ ََ‫نَنَّشَا َُءَ ِإنَََّ َربَّكَََ َح ِكيْم‬
٨٣ََ‫ع ِليْم‬ َ َ‫َوت ِْلكَََ ُح َّجتُنَاَ ٰاتَ ْي ٰن َهاَ ِإب َْرا ِهي ََْم‬
Terjemahan Ayat 83: Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami
kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana, Maha Mengetahui.

َ‫ُف‬ ََ ‫سلَيْمٰ نَََ َوأَي ُّْو‬


ََ ‫بَ َوي ُْوس‬ ُ ‫مِنَذُ ِريَّتِهََدَاودَََ َو‬
َْ ‫لَ َو‬
َُ ‫مِنَقَ ْب‬ َ ً ُ‫بَك‬
َْ َ‫ّلَهَدَ ْينَاَ َون ُْوحًاَهَدَ ْينَا‬ ََ ‫َو َوهَ ْبنَاَلَهََ ِإسْحٰ قَََ َويَ ْعقُ ْو‬
٨٤َََۙ‫َو ُم ْوسٰ ىَ َو ٰه ُر ْونَََ َوك َٰذلِكَََنَجْ ِزىَ ْال ُمحْ سِ ِنيْن‬
Terjemahan Ayat 84: Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub
kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk kepada Nuh, dan
kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub,
Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik,

ََ َ‫َوزَ ك َِريَّاَ َويَحْ يٰىَ َو ِعيْسٰ ىَ َوإِ ْلي‬


ّٰ ‫اسَكُلََمِ نَََال‬
٨٥َََۙ‫صلِحِ يْن‬
Terjemahan Ayat 85: Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk
orang-orang yang saleh,

٨٦َََۙ‫علَىَ ْال َعالَمِ ين‬


َ َ‫طاََ َوكُّلَفَض َّْلنَا‬ ََ ‫لَ َو ْال َي َس ََعَ َويُون‬
ً ‫ُسَ َولُو‬ ََ ‫َو ِإ ْس َماعِي‬
Terjemahan Ayat 86: Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Lut. Masing-masing
kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya),

ِ َ‫مِنَ ٰابَائِ ِه َْمَ َوذُ ِريّٰتِ ِه َْمَ َو ِإ ْخ َوانِ ِه َْمَ َواجْ تَبَ ْي ٰن ُه َْمَ َوهَدَ ْي ٰن ُه َْمَ ِإ ٰلى‬
٨٧ََ‫ص َراطََ ُّم ْستَ ِقيْم‬ َْ ‫َو‬
Terjemahan Ayat 87: (dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek
moyang mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Kami telah
memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan mereka Kami beri petunjuk ke
jalan yang lurus.

٨٨َََ‫ع ْن ُه َْمَ َماَكَان ُْواَيَ ْع َملُ ْون‬ ََ ِ‫مِنَ ِعبَادِهََ َولَ َْوَأَ ْش َركُ ْواَلَ َحب‬
َ َ‫ط‬ َْ َ‫نَيَّشَا َُء‬
َْ ‫ِيَبِهََ َم‬ َِّٰ َ‫ٰذلِكَََهُدَى‬
َْ ‫ّللاَيَ ْهد‬
Terjemahan Ayat 88: Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk
kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya
mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka
kerjakan.

9
٨٩َََ‫نَيَّ ْكفُرََْ ِب َهاَ ٰهؤ ََُلءََِفَقَدََْ َو َّك ْلنَاَ ِب َهاَقَ ْو ًماَلَّ ْيس ُْواَ ِب َهاَ ِب ٰكف ِِريْن‬
َْ ِ‫بَ َو ْال ُح ْك ََمَ َوالنُّب َُّو َةََفَإ‬ ٰ ُ‫أ‬
ََ ‫ولئِكَََالَّ ِذيْنَََ ٰاتَ ْي ٰن ُه َُمَ ْال ِك ٰت‬
Terjemahan Ayat 89: Mereka itulah orang-orang tang telah Kami berikan kitab,
hikmah dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka
Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya.

٩٠َََؑ‫َلَ ِذ ْك ٰرىَل ِْل ٰعلَمِ يْن‬ َْ ‫علَ ْي َِهَأَجْ ًراََ ِإ‬


َ َّ ‫نَه ََُوَ ِإ‬ َ َ‫َلَأَ ْسأَلُكُ َْم‬ ٰ ُ‫أ‬
َُّٰ َ‫ولئِكَََالَّ ِذيْنَََهَدَى‬
َ َّ ََْ‫ّللاَفَ ِب ُه ٰدهُ َُمَا ْقتَ ِد َِهَقُل‬
Terjemahan Ayat 90: Mereka itulah (para nabi) yang telah dibri petunjuk oleh
Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak
meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran).” Al-Quran itu
tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam.
• Mufradhat

‫ن َۡرفَ ُع دَ َرجٰ ت َّم ۡن نَّشَا ُء‬ ‫ع ٰلى قَ ۡو ِمه‬


َ ‫ا ِۡب ٰره ِۡي َم‬ ‫َو ِت ْلكَ ُح َّجتُنَا ٰات َ ْي ٰن َها‬

Kami tinggikan derajat Kepada Ibrahim untuk Dan itulah keterangan


siapa yang kami menghadapi kaumnya yang kami berikan
Kehendaki

َ ‫َو َوه َۡبنَا لَ ۤه ا ِۡسحٰ قَ َويَعۡ قُ ۡو‬


‫ب كُ ًل َهدَ ۡينَا‬ ‫ع ِل ۡيم‬
َ ‫ا َِّن َربَّكَ َح ِك ۡيم‬

Kepada masing-masing Dan kami telah Sesungguhnya Tuhanmu


memberi petunjuk menganugerahkan maha bijaksana mana
kepadanya Ishak dan mengetahui
yakub

‫ف َو ُم ۡوسٰ ى َو‬
َ ُ‫َوي ُۡوس‬ َ‫َو ِم ۡن ذُ ِريَّتِه دَاودَ َوسُلَ ۡيمٰ ن‬ ‫َونُ ۡو ًحا َهدَ ۡينَا ِم ۡن قَ ۡب ُل‬
َ‫ٰه ُر ۡون‬ َ ‫َواَي ُّۡو‬
‫ب‬
Dan yusuf dan nusa dan Dan kepada sebagian dari Dan kepada nih kami
Harun keturunannya Ibrahim telah memberi petunjuk
yaitu Dawud dan sebelum itu
sulaiman dan ayyub

ٰ ‫كُل ِمنَ ال‬


َ‫ص ِل ِح ۡين‬ ‫َوزَ ك َِريَّا َويَ ۡح ٰيى َو ِع ۡيسٰ ى‬ َ‫َوك َٰذلِكَ ن َۡج ِزى ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين‬
‫اس‬َ َ‫َوا ِۡلي‬
Semuanya termasuk Dan zakaria dan yahya Dan demikianlah kami
orang yang shaleh dan isi dan ilyas memberi balasan kepada

10
orang-orang yang berbuat
baik

‫َو ِم ۡن ٰا َبا ِئ ِه ۡم َوذُ ِريٰ ِت ِه ۡم‬ َ ‫َوكُ ًل فَض َّۡلنَا‬


‫علَى‬ َ ‫َوا ِۡسمٰ ِع ۡي َل َو ۡال َي‬
َ ُ‫س َع َوي ُۡون‬
‫س‬
‫َوا ِۡخ َوانِ ِه ۡم‬ َ‫ۡال ٰعلَ ِم ۡين‬ ‫طا‬ ً ‫َو ُل ۡو‬

Dan kamu lebihkan pula Masing-masing kami Dan Ismail dan alyasa
derajat sebagian dari lebihkan derajatnya dan yunus dan lut
nenek moyang mereka diatas umat lain pada
keturunan mereka dan masanya
saudara-saudara mereka

‫ِى‬ ِ ٰ ‫ٰذ لِكَ هُدَى‬


ۡ ‫ّللا يَهۡ د‬ ِ ‫ا ِٰلى‬
‫ص َراط ُّم ۡست َ ِق ۡيم‬ ‫اجتَبَ ۡي ٰن ُه ۡم َو َهدَ ۡي ٰن ُه ۡم‬
ۡ ‫َو‬

Itulah petunjuk Allah dia Kenalan yang lurus Kami telah memilih
memberi petunjuk mereka menjadi nabi dan
rasul

َ‫َّما كَانُ ۡوا َيعۡ َملُ ۡون‬ ‫ع ۡن ُه ۡم‬ َ ‫َولَ ۡو ا َ ۡش َركُ ۡوا لَ َح ِب‬
َ ‫ط‬ ‫ِبه َم ۡن يَّشَا ُء ِم ۡن ِع َبادِه‬

Amalan yang telah Sekiranya mereka Dengan itu kepada siapa


mereka kerjakan memberi persekutuan saja yang dia kehendaki
Allah pasti lenyaplah dari
mereka

‫فَا ِۡن ي َّۡكفُ ۡر بِ َها ٰهؤ ۤ َُّلءِ فَقَ ۡد‬ َ ‫ب َو ۡال ُح ۡك َم َوالنُّب َُّوة‬
َ ‫ولـئِكَ الَّذ ِۡينَ ٰات َۡي ٰن ُه ُم ۡالـ ِك ٰت‬
ٰ ُ‫ا‬
‫َو َّك ۡلنَا بِ َها‬
Jika orang-orang Quraisy Dan hikmah dan Mereka itulah orang-
itu mengingkarinya maka kenabian orang yang kamu berikan
kami akan kitab
menyerahkannya

َ ‫قُ ْل َّ ّۤل ا َ ۡسـئَلُكُ ۡم‬


‫علَ ۡي ِه ا َ ۡج ًرا‬ ٰ ‫ولـئِكَ الَّذ ِۡينَ َهدَى‬
ُ‫ّللا‬ ٰ ُ‫ا‬ َ‫لَّ ۡيسُ ۡوا بِ َها بِ ٰك ِف ِر ۡين‬
ۡ‫فَ ِب ُه ٰدٮ ُه ُم ۡاقتَدِه‬
Katakanlah Muhammad Mereka itulah para nabi Yang tidak
dalam menyampaikan Al yang di beri petunjuk

11
Quran aku rusak meminta oleh Allah maka ikutilah mengingkarinya
kepadamu imbalan petunjuk mereka

َ‫ا ِۡن ه َُو ا َِّّل ذ ِۡك ٰرى ِل ۡل ٰعلَ ِم ۡين‬

Tidaklah Alquran itu


selain peringatan untuk
segala umay seluruh alam

• Munasabah Ayat
Menurut ulama yang berpendapat seperti ini, pada dasarnya hukum karier
wanita diluar rumah adalah terlarang, karena dengan bekerja diluar rumah
maka akan ada banyak kewajiban dia harus ditinggalkan. Misalnya melayani
keperluan suami, mengurusi dan mendidik anak serta hal lainnya yang menjadi
tugas dan kewajiban seorang istri dan ibu.padahal semua kewajiban ini sangat
melelakan yang membutuhkan perhatian khusus. Semua kewajiban ini tidak
mungkin terpenuhi kecuali kalau seorang wanita tersebut memberi perhatian
khusus.
• Tafsir Ibnu Katsir
Berikut tafsirannya:6
Lafal darajatin man dapat dibaca dengan susunan idafah, dapat pula
dibaca tanpa susunan idafah, seperti halnya yang ada pada surat Yusuf; kedua
bacaan tersebut mempunyai makna yang hampir sama (berdekatan).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Tuhanmu
Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 83) Yakni Mahabijaksana
dalam semua ucapan dan perbuatan-Nya, lagi Maha Mengetahui terhadap siapa
yang akan diberi-Nya hidayah dan siapa yang akan disesatkan-Nya, sekalipun
telah terbukti baginya semua hujah dan bukti-bukti. Seperti yang disebutkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala Dalam ayat lain: Sesungguhnya orang-orang
yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman,
meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka

6 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir dalam Aplikasi, Learn Quran Tafsir: Cari di Quran Versi
2.1.0, 2022

12
menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97) Karena itulah dalam surat ini
disebutkan melalui firman-Nya: Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi
Maha Mengetahui. (Al-An'am: 83)"
Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Yaqub kepadanya. Kepada
keduanya masing-masing telah Kami berikan petunjuk dan kepada Nuh sebelum
itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya
(Nuh), yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dan Zakaria,
Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail,
Al-Yasa, Yunus, dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas
umat (di masanya), dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak
mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka.
Dan kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul),
dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah, yang
dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-
orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmah, dan kenabian.
Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam itu), maka
sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak
akan mengingkarinya.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, Aku tidak meminta upah kepada kalian
dalam menyampaikan (Al-Qur'an)." Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah
peringatan untuk segala umat. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa
Dia mengaruniakan seorang anak kepada Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ishaq,
padahal usia Nabi Ibrahim sangat lanjut dan telah putus harapan untuk
mendapatkan seorang anak; begitu pula istrinya, yaitu Sarah. Pada suatu hari
datanglah sejumlah malaikat bertamu kepada Nabi Ibrahim dalam perjalanan
mereka menuju tempat kaum Nabi Luth.
Lalu mereka menyampaikan berita gembira akan kedatangan Ishaq kepada
keduanya. Maka istri Nabi Ibrahim merasa heran terhadap berita tersebut dan
mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya: "Sungguh mengherankan,
apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua,
13
dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu yang sangat aneh.
Para malaikat itu berkata,tApakah kamu merasa heran tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya. dicurahkan atas kamu,
wahai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. (Hud:
72-73) Para malaikat itu menyampaikan berita gembira pula perihal kenabian
yang akan diperoleh anaknya selagi ia masih hidup, dan bahwa kelak anaknya
akan mempunyai keturunan pula, seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu
wa ta’ala melalui firman-Nya: Dan Kami beri dia kabar gembira dengan
(kelahiran) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (Ash-
Shaffat: 112) Hal ini lebih sempurna dan merupakan nikmat yang paling besar.
Dalam ayat lainnya disebutkan melalui firman-Nya: maka Kami
sampaikan kepadanya berita gembira akan (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq
(lahir pula) Ya'qub. (Hud: 71) Dengan kata lain, sesudah itu dilahirkan pula
seorang anak dari anakmu selagi kamu berdua masih hidup, sehingga hatimu
menjadi senang karenanya, sebagaimana hati anakmu pun senang pula
mendapatkannya. Karena sesungguhnya kegembiraan mendapat seorang cucu
sangat kuat, mengingat hal itu sebagai pertanda akan keberlangsungannya
keturunan. Juga mengingat anak yang dilahirkan dari pasangan yang sudah
lanjut usia diduga tidak akan dapat melahirkan keturuhan selanjutnya, sebab
keadaannya sudah lemah.
Lalu terjadilah suatu kegembiraan dengan lahirnya seorang cucu, maka
cucu itu dinamakan Ya'qub yang berakar dari kata keturunan atau cucu. Hal
tersebut merupakan imbalan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
kepada Nabi Ibrahim a.s. berkat perjuangannya. Ia rela hijrah meninggalkan
kaumnya dan negeri tempat tinggalnya, pergi mengembara ke tempat yang jauh
untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala Maka Allah mengganti
kaum dan handai taulannya dengan mengaruniakan anak-anak yang saleh
kepadanya dari tulang sulbinya dan berpegang kepada agamanya, agar hati Nabi
Ibrahim senang dengan keberadaan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: Maka tatkala Ibrahim sudah
menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah,
Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qub.

14
Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. (Maryam: 49) Sedangkan
dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya: Dan Kami telah
menganugerahkan Ishaq dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-
masing telah Kami beri petunjuk (Al-An'am: 84) Mengenai firman Allah
subhanahu wa ta’ala: dan kepada Nuh. sebelum itu (juga) telah Kami beri
petunjuk. (Al-An'am: 84) Artinya, sebelum itu Kami telah memberikan
petunjuk kepada Nuh, sebagaimana Kami telah memberikan petunjuk
kepadanya (Ibrahim) dan Kami anugerahkan kepadanya keturunan yang baik
(saleh). Masing-masing dari keduanya (Nuh dan Ibrahim) mempunyai
keistimewaan tersendiri yang sangat besar. Adapun Nabi Nuh a.s., maka ketika
Allah subhanahu wa ta’ala menenggelamkan semua penghuni bumi kecuali
orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh, yaitu mereka yang menemaninya
dalam perahunya maka Allah menjadikan keturunannya adalah orang-orang
yang menjadi generasi penerus; umat manusia semuanya merupakan keturunan
Nabi Nuh a.s.
Sedangkan Nabi Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Maka tidak sekali-kali
Allah mengutus seorang nabi sesudahnya melainkan berasal dari keturunannya,
seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: dan Kami jadikan
kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-Ankabut: 27), hingga akhir ayat.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan
kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab. (Al-Hadid: 26) Mereka itu
adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari
keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh dan dari
keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri
petunjuk dan telah Kami pilih Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha
Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis. (Maryam: 58) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut ini:
dan dari keturunannya. (Al-An'am: 84) Artinya, dan Kami beri petunjuk kepada
sebagian dari keturunannya yaitu Daud dan Sulaiman. (Al-An'am: 84), hingga
akhir ayat. Damir yang ada pada lafal zurriyyatihi kembali kepada Nuh, karena
lafal Nuh merupakan lafal yang paling dekat di antara lafal yang ada, lagi pula
cukup jelas, tidak ada kesulitan mencarinya. Pendapat inilah yang dipilih oleh
Ibnu Jarir. Dan bila dikembalikan kepada lafal Ibrahim mengingat dialah yang
disebutkan dalam konteks ayat ini memang dinilai baik, tetapi sulit untuk
15
mengaitkannya dengan lafal Luth, karena Nabi Luth bukan termasuk keturunan
Nabi Ibrahim, melainkan anak saudaranya yang bernama Haran ibnu Azar.
Kecuali jika ia dimasukkan ke dalam pengertian keturunan berdasarkan
kriteria taglib (mayoritas), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman
Allah subhanahu wa ta’ala: Adakah kalian hadir ketika Yaqub kedatangan
(tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang
kalian sembah sepeninggalanku? Mereka menjawab, "Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu)
Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Al-Baqarah:
133) Nabi Ismail adalah pamannya, tetapi ia dimasukkan ke dalam pengertian
ayah-ayahnya secara taglib.
Sama pula dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah
subhanahu wa ta’ala lainnya, yaitu: Maka bersujudlah para malaikat itu
semuanya bersama-sama, kecuali iblis. (Al-Hijr: 30-31) Dalam ayat ini iblis
dimasukkan ke dalam malaikat dalam hal mendapat perintah untuk bersujud,
dan iblis dicela karena menentang perintah itu. Dia menyerupai mereka, karena
itu dia diperlakukan sama dengan mereka (para malaikat) dan dikategorikan
sebagai golongan para malaikat secara taglib; karena sesungguhnya pada
kenyataannya iblis termasuk makhluk jin yang diciptakan dari api, sedangkan
malaikat diciptakan dari nur.
Penyebutan Isa a.s. ke dalam keturunan Nabi Ibrahim atau Nabi Nuh,
menurut pendapat lainnya hal ini menunjukkan dimasukkannya keturunan anak
perempuan ke dalam golongan keturunan anak laki-laki, karena sesungguhnya
nasab Isa a.s. berkaitan dengan Nabi Ibrahim a.s. hanyalah melalui ibunya, yaitu
Maryam a.s sebab Isa a.s. tidak berayah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Sahl ibnu Yahya Al-Askari, telah menceritakan
kepada kami Abdur Rahman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ali
ibnu Abis, dari Abdullah ibnu ‘Atha’ Al-Makki, dari Abu Harb ibnu Abul
Aswad yang menceritakan bahwa Al-Hajjaj mengirimkan utusan kepada Yahya
ibnu Ya'mur untuk menyampaikan pesan, "Telah sampai kepadaku suatu berita
bahwa engkau menduga Al-Hasan dan Al-Husain termasuk keturunan Nabi ‫ﷺ‬
dan kamu jumpai dalilnya di dalam Kitabullah (Al-Qur'an).
Padahal aku telah membaca Al-Qur'an dari awal sampai akhir, tetapi tidak
menemukannya." Yahya ibnu Ya'mur menjawab, "Tidak pernahkah engkau
16
membaca suatu ayat di dalam surat Al-An'am yang mengatakan: dan dari
keturunannya, yaitu Daud dan Sulaiman. (Al-An'am: 84) sampai6 kepada
firman-Nya: Yahya dan Isa. (Al-An'am: 85)." Al-Hajjaj menjawab, "Ya." Yahya
ibnu Ya'mur berkata, "Bukankah Isa termasuk keturunan Nabi Ibrahim, padahal
dia tidak berayah?" Al-Hajjaj menjawab, "Engkau benar." Karena itulah apabila
seseorang berwasiat kepada keturunannya, atau mewakafkan kepada mereka,
atau memberi mereka suatu hibah, maka keturunan dari anak-anak perempuan
termasuk ke dalam golongan keturunannya.
Adapun jika seseorang memberi kepada anak laki-lakinya atau
mewakafkan sesuatu kepada anak-anak lelakinya, maka hal tersebut hanya
khusus bagi mereka dan bagi keturunannya dari anak laki-lakinya. Mereka yang
berpendapat demikian berdalilkan kepada ucapan seorang penyair Arab yang
mengatakan: Anak-anak lelaki kami adalah keturunan kami; sedangkan anak-
anak lelaki dari keturunan anak-anak perempuan kami, mereka adalah para
putra dari lelaki lain.
Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa anak-anak lelaki dari keturunan
anak-anak perempuan termasuk pula ke dalam pengertian keturunan dari anak
laki-laki, karena berdasarkan kepada sebuah hadits yang disebutkan di dalam
kitab Shahih Bukhari yang menyatakan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda
kepada Al-Hasan ibnu Ali: Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyidf
mudah-mudahan Allah mendamaikan dengan melaluinya dua golongan yang
besar dari kalangan kaum muslim. Dalam hadits ini Rasulullah ‫ ﷺ‬menyebutkan
Al-Hasan sebagai anak lelakinya. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Hasan (yang
merupakan anak dari putrinya) dianggap sebagai anak Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri.
Pendapat yang lainnya lagi membolehkannya (yakni boleh memasukkan
keturunan dari anak perempuan ke dalam golongan keturunan dari anak laki-
laki). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Kami lebihkan (pula) derajat
sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara
mereka. (Al-An'am: 87) Disebutkan orang-orang tua mereka, anak-anak mereka,
dan saudara-saudara mereka yang setara; dan bahwa hidayah serta pilihan
mencakup mereka seluruhnya.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan Kami telah memilih mereka,
dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-An'am: 87) Kemudian
disebutkan pula: Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk
17
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-An'am:
88) Dengan kata lain, hal tersebut terjadi semata-mata berkat taufik dari Allah
dan hidayah-Nya kepada mereka. Seandainya mereka mempersekutukan Allah
niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Al-An'am:
88) Hal ini sebagai peringatan keras, sanksi yang berat terhadap perbuatan
mempersekutukan Allah, dan bahwa pelakunya melakukan dosa terbesar,
seperti yang disebutkan Allah dalam firman lainnya: Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu, "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalanmu. (Az-Zumar: 65),
hingga akhir ayat.
Hal ini adalah syarat, sedangkan syarat itu bukan berarti pasti akan terjadi;
perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam firman-Nya: Katakanlah
"Jika benar Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah
(Muhammad) orang yang mula-mula menyembah (memuliakan anak itu)." (Az-
Zukhruf: 81) Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami
membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian,
(tentulah Kami telah melakukannya). (Al-Anbiya: 17) Kalau sekiranya Allah
hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di
antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya Mahasuci Allah Dialah Yang
Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Az-Zumar: 4) Adapun firman Allah
subhanahu wa ta’ala: Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan
kepada mereka kitab, hikmat, dan kenabian. (Al-An'am: 89) Artinya, merekalah
orang-orang yang telah Kami berikan nikmat kepada mereka berupa hal-hal
tersebut sebagai rahmat buat hamba-hamba Kami melalui mereka, dan sebagai
kasih sayang Kami terhadap semua makhluk.
Jika ingkar terhadapnya. (Al-An'am: 89) Yakni terhadap kenabian. Dapat
pula diinterpretasikan bahwa damir yang ada kembali kepada ketiga perkara
tersebut, yaitu Al-Kitab, hikmat, dan kenabian. Firman Allah subhanahu wa
ta’ala: orang-orang itu. (Al-An'am: 89) Yaitu penduduk Mekah, menurut Ibnu
Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Adh-Dhahhak, Qatadah, dan As-Suddi serta lain-
lainnya yang bukan hanya seorang. maka sesungguhnya Kami akan
menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.
(Al-An'am: 89) Dengan kata lain, jika semua nikmat ini diingkari oleh orang-
orang dari kalangan Quraisy dan lain-lainnya, baik yang Arab maupun yang
18
'Ajam, dan baik dari kalangan Ahli Kitab maupun dari kalangan agama lainnya,
maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang lain yakni
kaum Muhajirin dan kaum Anshar serta pengikut mereka sampai hari kiamat.
yang sekali-kali mereka tidak akan mengingkarinya. (Al-An'am: 89)
Maksudnya, mereka sama sekali tidak akan mengingkarinya dan tidak akan
menolak barang satu huruf pun darinya, bahkan mereka beriman kepada
semuanya, baik yang muhkam maupun yang mutasyabih. Semoga Allah
menjadikan kita ke dalam golongan mereka berkat karunia, kedermawanan, dan
kebajikan-Nya. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala ber-khitab (berbicara)
kepada hamba dan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, melalui firman-Nya:
Mereka itulah (Al-An'am: 90) Yakni para nabi yang telah disebutkan di atas
serta orang-orang yang disebutkan bersama mereka dari kalangan para orang tua
dan keturunannya serta saudara-saudaranya yang setara dengan mereka.
Orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah (Al-An'am: 90)
Artinya, hanya merekalah yang mendapat petunjuk, bukan selain mereka. maka
ikutilah petunjuk mereka. (Al-An'am: 90) Yakni anuti dan ikutilah mereka.
Apabila hal ini merupakan perintah yang ditujukan kepada Rasul ‫ﷺ‬, maka
umatnya mengikut kepadanya dalam semua yang disyariatkan dan yang
diperintahkan olehnya kepada mereka. Sehubungan dengan ayat ini Imam
Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Hisyam, bahwa Juraij pernah bercerita kepada
mereka, bahwa telah menceritakan kepadaku Sulaiman Al-Ahwal, bahwa
Mujahid pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu
Abbas, "Apakah di dalam surat Sad terdapat ayat yang menganjurkan bersujud
tilawah?" Ibnu Abbas mengiakannya, lalu membacakan firman Allah subhanahu
wa ta’ala: Dan Kami anugerahkan Ishaq dan Yaqub kepadanya. (Al-An'am: 84)
sampai dengan: maka ikutilah petunjuk mereka. (Al-An'am: 90) Kemudian ia
berkata, "Nabi ‫ ﷺ‬termasuk salah seorang dari mereka." Yazid ibnu Harun,
Muhammad ibnu Ubaid, dan Suhail ibnu Yusuf menambahkan dari Al-Awwam,
dari Mujahid, bahwa ia bertanya kepada Ibnu Abbas mengenainya.
Lalu Ibnu Abbas menjawab, "Nabi kalian termasuk salah seorang yang
diperintahkan untuk mengikuti petunjuk mereka." Firman Allah subhanahu wa
ta’ala: Katakanlah, "Aku tidak meminta upah kepada kalian dalam
menyampaikannya (Al-Qur'an)." (Al-An'am: 90) Artinya, dalam menyampaikan
19
Al-Qur'an ini aku tidak meminta suatu upah pun kepada kalian. Dengan kata
lain, aku tidak bermaksud sesuatupun dari kalian. Al-Qur'an itu tidak lain
hanyalah peringatan untuk segala umat. (Al-An'am: 90) Yakni mereka menjadi
sadar dan mendapat petunjuk dari kegelapan menuju ke jalan hidayah, dan dari
kesesatan menuju ke jalan petunjuk.
• Tahlil Al-Tafsir
Ayat 83-90 Surat Al-An’am ini Allah ceritakan beberapa orang nabi
dan rasul yang telah diutus-Nya sebelum Nabi Muhammad saw., Allah
memilih mereka as. sesuai dengan kehendak Allah sendiri dan juga keputusan
memberi petunjuk yang benar aadalah kehendak Allah sendiri baik itu kepwda
para utusan-Nya maupun pada hamba-Nya yang lain yang hanya manusia
biasa. Lalu Allah juga menegaskan pula bahwa Aquran adalah sebagai
peringatan untuk seluruh manusia, maka jika ada manusia yang tidak ingin
menerimanya maka Allah akan tawarkan petunjuk dan hikmah dari Alquran
itu kepada manusia lain yang tidak akan mengingkarinya, di mana hal ini juga
menegaskan betapa Allah tidak membutuhkan manusia untuk menyembah dan
mengikuti-Nya melainkan Allah menyuruh manusia melakukan itu adalah
untuk kebaikan manusia sendiri.

4) QS. Al Araf [7] : 158

‫ض ۖ َّل‬ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ َّ ‫ٱّلل ِإلَ ْيكُ ْم َج ِمي ًعا ٱلَّذِى لَ ۥهُ ُم ْلكُ ٱل‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ ِ َّ ‫اس ِإنِى َرسُو ُل‬ ُ َّ‫قُ ْل ٰيَأَيُّ َها ٱلن‬
ِ َّ ‫ٱّلل َو َرسُو ِل ِه ٱلنَّ ِب ِى ْٱْل ُ ِم ِى ٱلَّذِى يُؤْ ِم ُن ِب‬
‫ٱّلل‬ ِ َّ ‫امنُوا ِب‬ ِ َٔ‫ى َوي ُِميتُ ۖ فَـ‬ ‫ِإ ٰلَهَ ِإ َّّل ه َُو يُحْ ِۦ‬
َ‫َو َك ِل ٰ َمتِ ِهۦ َوٱت َّ ِبعُوهُ لَ َعلَّكُ ْم ت َ ْهتَدُون‬

Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu


semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan
mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang
ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-
kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.
• Mufrodhat

20
‫ض‬ ِ ‫ۖٱلَّذِى لَهُۥ ُم ْلكُ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ْ‫ت َو ْٱْلَر‬ ‫ٱّلل ِإلَ ْيكُ ْم َجمِ ي ًعا‬
ِ َّ ‫ِإنِى َرسُو ُل‬ ُ َّ‫قُ ْل َيَٰٓأ َ ُّيهَا ٱلن‬
‫اس‬

Yang memiliki kerajaan Sesungguhnya aku ini Katakanlah wahai


langit dan bumi urusan Allah bagi kamu Manusia
semua
ٰ
ِ ‫ٱلنَّبِ ِى ْٱْلُم‬
‫ِى‬ ِ َّ ِ‫فَـَٔامِ نُوا ب‬
‫ٱّلل َو َرسُو ِل ِه‬ ِ ‫ۖ َّل إِلَهَ إِ َّّل ه َُو ي‬
ُ‫ُحْىۦ َويُمِ يت‬

Yaitu nabi yang ummi Maka berimanlah kamu Tiada Tuhan yang berhak
kepada Allah dan Rasul- di sembah selain dia yang
Nya menghidupkan dan
mematikan

َ‫لَعَلَّكُ ْم تَ ْهتَدُون‬ ُ‫َو َك ِل ٰ َمتِِۦه َوٱتَّبِعُوه‬ ِ ‫ْٱْلُم‬


َّ ِ‫ِى ٱلَّذِى يُؤْ مِ نُ ب‬
ِ‫ٱّلل‬

Agar kamu mendapat Dan kepada kalimat- Yang beriman kepada


petunjuk kalimat nya (kitab-kitab Allah
nya) ikutilah dia

• Munasabah
Ayat 158 memiliki kesinambungan dengan ayat sebelumnya di surah
yang sama yaitu ayat 157, di mana pada ayat sebelumnya ini Allah
menjelaskan ciri-ciri Nabi Muhammad saw. yaitu ummi, terdapat di kitab
Allah sebelumnya, menyuruh berbuat baik dan mencegah yang buruk,
menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk, serta melepaskan
belenggu kebodohan dalam beragama yaitu kaum yang kembali melalaikan
ajaran tauhid yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya. Lalu penjelasan ini
dilanjutkan lagi pada ayat selanjutnya di ayat 158.
• Tafsir al-Azhar
Berikut tafsirannya:7
! Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar dalam Aplikasi, Learn Quran Tafsir: Cari di
Quran Versi 2.1.0, 2022
“Katakanlah, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini adalah Rasul
Allah kepada kamu sekalian."

7
Op.Cit.

21
Dengan beliau diperintahkan menyampaikan seruan ini kepada seluruh
manusia, menjelaskan pula beliau diutus ialah buat mereka sekalian, hilanglah
segala keraguan bahwa beliau diutus hanya kepada kaumnya saja, misalnya
Quraisy saja atau Arab saja.
Teranglah sudah bahwa beliau diutus buat seluruh manusia, seluruh bangsa
dan seluruh dunia, tidak mengenal warna kulit dan per-lainan bahasa.
Perhatikanlah ayat ini dengan saksama. Dia telah menghilangkan keraguan
yang di-tumbuhkan oleh setengah kaum Orientalis, yang dengan secara ilmiah
hendak membelokkan perhatian orang dan berkata bahwa Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

itu hanya pemimpin dari bangsa Arab, dan bukanlah dia diutus Allah untuk
seluruh' manusia. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬hanyalah untuk bangsa Arab semata-

mata atau kaum Quraisy semata-mata. Kalau sesampai di Madinah, kebetulan


Muhammad telah mendakwakan dirinya menjadi Rasul untuk seluruh manusia
di dunia ini, hanyalah semata-mata kebetulan saja. Sebab, dilihatnya daerah
sudah lebih luas. Inilah ilmiah yang di-kemukakan oleh kaum Orientalis Barat,
yang dalam rasa permusuhan kepada Islam, mereka memungkiri kenyataan.
Ayat ini jelas diturunkan di Mekah, sebelum agama Islam tersiar luas.
Meskipun Rasulullah ‫ ﷺ‬masih berpengikut sedikit dan masih bersembunyi-

sembunyi mengerjakan agama, tetapi kenyataan itu sudah disebarluaskan.


Bersabda Rasulullah ‫ﷺ‬,

“Demi Allah, yang diriku ada dalam tangan-Nya, tidaklah mendengar


tentang aku ini seorang laki-laki dari umat yang sekarang ini, baik ia Yahudi
atau Nasrani, kemudian ia tak mau percaya kepadaku, melainkan masuk
nerakalah dia." (HR Muslim)
Dengan hadits yang shahih ini hilanglah kemusykilan orang yang
sepintas lalu membaca ayat 62 dari surah al-Baqarah yang terkenal, (lihat
tafsir juz 1) karena di dalam ayat itu secara umum dinyatakan bahwa orang
yang telah mengaku beriman (orang Islam), orang Yahudi, orang Nasrani, dan
orang Shabi-in, asalkan mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan
berbuat pula amalan yang shahih, mereka tidak usah khuatir, mereka tidak
usah takut dan berduka cita. Artinya, semua mereka itu akan dimasukkan
Allah kelak di akhirat ke dalam surga dan rahmat-Nya.

22
Karena sudah jelas bahwa barangsiapa yang mengaku beriman kepada
Allah, tidak dapat tidak bahwa dia mesti percaya pula kepada utusan-utusan,
rasul-rasul, dan nabi-nabi Allah. Sebagaimana tersebut di ayat terakhir dalam
surah al-Baqarah juga, “Kami tidak membeda-bedakan di antara seorang pun
dari rasul-rasul Allah itu." Sebab itu, dalam ayat ini, setelah Rasulullah
disuruh menerangkan kepada seluruh manusia bahwa beliau diutus untuk
seluruh insan di atas jagat ini, dijelaskan isi maksud kedatangannya, yaitu
untuk menerangkan bahwa Allah yang mengutusnya itu ialah “Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi."
Dengan lanjutan penjelasan ini, yaitu bahwa yang mengutus beliau
sebagai rasul kepada seluruh umat manusia ialah Allah dan Allah itulah Yang
Mahakuasa atas seluruh kerajaan langit dan bumi, diterangkanlah bahwasanya
kekuasaan Allah atas manusia, atas bumi tempat manusia berdiam, dan atas
langit tempat matahari bersinar. Dan, disebutkan di sini kerajaan semua langit
dan bumi untuk menjelaskan tampuk kekuasaan pada seluruh alam itu adalah
pada yang “satu" itu semata-mata, tidak berbagi dengan yang lain.
Kemudian dituruti dengan keterangan yang lebih jelas lagi, yaitu,
“(Tuhan), Yang mempunyai kerajaan semua langit dan bumi; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang dan Yang Mematikan. Maka, percayalah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nyayang ummi."
Dengan keterangan ini lebih jelas lagi bahwasanya Yang Mahakuasa
itu hanya satu Sebab itu, yang patut disembah dan dipuja hanya Yang Satu itu
saja. Dan, lebih jelas bahwasanya seluruh umat manusia yang Nabi
Muhammad sebagai penutup sekalian rasul, diutus kepada seluruh umat
manusia itu adalah sebagian kecil dari seluruh alam tadi. Dengan ini maka
jelaslah dua pokok ajaran tauhid. Pertama mengakui hanya satu pencipta, yaitu
Allah. Itulah tauhid uluhiyah. Dan, kedua adalah hanya yang satu itu
pemelihara alam, yaitu Allah. Itulah tauhid rububiyah. Tujuh ratus tahun
sesudah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, memang timbul pula satu bangsa ummi ke atas

dunia, ke atas arena dunia, yaitu bangsa Mongol dan Tartar di bawah pimpinan
Jenghis Khan dan Holako Khan.
Akan tetapi, dunia mengakui bangsa ummi yang datang dari daerah
Mongolia ini meskipun gagah berani, kedatangan mereka hanyalah membawa

23
kerusakan dan kehancuran ke muka bumi. Dan, setelah mereka coba
menghancurkan negeri-negeri Islam dan membunuh berjuta-juta orang, hanya
kepala orang-orang yang dibunuh yang bisa disusun sebagai piramid, tetapi
bekas kebudayaan dan kemuliaan pikiran yang ditinggalkan Nabi yang ummi
itu tidaklah dapat mereka hancurkan, malahan putra Holako itu sendiri
akhirnya memeluk Islam, ditelan oleh peradaban yang ditinggalkan oleh Nabi
dan umat yang ummi.
“Yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya." Artinya, Nabi
yang ummi itu sendiri bukanlah semata-mata menyeru orang lain kepada iman,
padahal dia sendiri tidak iman, atau kurang iman. Malahan sebaliknya,
sebelum dan di samping dia menyeru orang kepada iman, dia sendiri telah
terlebih dahulu percaya dan yakin akan apa yang dia serukan kepada orang
lain itu. Yakin dan percaya kepada Allah dan
yakin percaya pula bahwasanya segala yang diterimanya dari Jibril, benarlah
itu wahyu dari Allah. Dan, yakinlah dia bahwasanya segala yang terjadi di
dalam alam ini adalah atas kehendak dan kemauan dan kalimat Allah yang
tersimpul di dalam kata “Kun", artinya jadilah maka semuanya pun terjadi."
Dan ikutlah dia, mudah-mudahan kamu mendapat petunjuk."
Setelah terlebih dahulu diyakinkan bahwa dia memang Rasul dan
diyakinkan pula bahwa dia sendiri terlebih dahulu percaya kepada Allah dan
kalimat-kalimat-Nya, di dalam keadaan keummiannya, barulah Allah
memerintahkan supaya manusia mengikuti dia, mengikuti jejaknya dan
contoh-contoh yang dia berikan.
Di dalam surah an-Najm ayat 3 sudah dijamin oleh Allah bahwa
tidaklah dia bercakap atas semau-maunya sendiri saja, melainkan wahyu yang
diwahyukan yang dia percakapkan. Aisyah, istrinya, ketika ditanyai orang
bagaimana laku perangai dan akhlaknya? Aisyah menjawab bahwa laku dan
perangainya tidak lain daripada Al-Qur'an. Artinya, bacalah Al-Qur'an dan
tiliklah langkah-langkah kehidupan beliau, niscaya persis sebagai Al-Qur'an
itu. Oleh sebab itu, bukan saja beliau menyeru orang percaya kepada Allah
dan bukan saja beliau sendiri percaya, bahkan beliau pun memberikan contoh
yang wajib diikuti terutama dalam soal-soal ibadah kepada Allah dan soal
pergaulan dengan sesama manusia. Maka, barangsiapa yang ingin mendapat

24
petunjuk di dalam menempuh jalan menuju Allah, turutilah langkah
Muhammad ‫ﷺ‬.

Akal budi kita sendiri tentu dapat mempertimbangkan bahwa


mengikuti langkah beliau itu, tidaklah sampai kepada yang berkecil-kecil yang
mengenai kebebasan pribadi. Misalnya, beliau berperang dengan pedang dan
tombak maka di zaman sekarang kita ini tidak boleh lagi kita berperang hanya
semata-mata dengan pedang dan tombak, sebab dengan bimbingan beliau juga
kita wajib menjalankan tuntunan Al-Qur'an juga, sebagai tersebut di dalam
surah al-Anfaal ayat 62, kita diperintahkan mengadakan persiapan dengan
segala kemampuan dan kesanggupan kita, dengan segala macam dari serba
aneka perlengkapan persenjataan. Min quwwatin berarti daripada macam
kekuatan. Di zaman Nabi kekuatan itu memang pedang dan tombak maka di
zaman kita sekarang min quwwatin telah berubah menjadi bedil dan senapan,
meriam, houwitser, kapal udara pancar gas, kapal laut dan peluru-peluru
kendali. Sebab itu, di dalam mengikuti langkah Nabi, min quwwatin-nya
itulah yang dipegang, bukan pedang dan tombaknya.
Demikian pula di dalam urusan keduniaan yang lain, Nabi sendiri yang
membuka pintu bagi kita buat maju dalam perjuangan merebut tempat di dunia.
Sebab, beliau yang berkata: “Kamu lebih mengetahui urusan-urusan dunia."
Maka, tidaklah kita mengikuti Nabi kalau di zaman sekarang sudah ada mobil
Impala dari Jeddah ke Madinah, yang bisa sampai dalam waktu lima jam lalu
kita pakai juga unta, padahal memakan waktu selama 14 hari. Apatah lagi ada
pula kejadian pada Nabi yang sama sekali tidak dapat kita ikut. Seumpama
suatu riwayat, pada suatu pagi di waktu Shubuh, beliau memberitahukan
kepada sahabat-sahabat beliau di masjid, bahwa telah mati tadi malam Kisra
Abruiz dari Persia, yang dahulu pernah merobek-robek surat Rasulullah. Tentu
berita itu beliau terima dari wahyu. Maka, kita di zaman sekarang wajiblah
memakai segala alat telekomunikasi, baik telepon atau radio telepon atau
televisi, begitu baru kita mengikut Rasulullah ‫ﷺ‬

Kita ikut beliau di dalam aqidah dan kita ikuti beliau dalam ibadah,
tidak kita kurangi dan tidak kita tambahi, kita ikuti beliau di dalam kebaikan
pergaulan dan ketinggian budi, yang semuanya menjadi contoh teladan dari
kemanusiaan yang setinggi-tingginya, kita ikuti beliau di dalam beramal dan

25
cara mendekati Allah. Kita ikuti beliau dalam kasih cinta sebagai ayah
terhadap anak-anak, sebagai suami terhadap istri, sebagai pemimpin terhadap
umat yang dipimpin. Dengan demikian, barulah kita akan mendapat petunjuk.
Dalam pada itu, sebagai mengikuti jejak beliau, hendaklah tiap-tiap kita
mempelajari agamanya sedalam-dalamnya dan tiap-tiap kita pun berkewajiban
mengadakan dakwah dan tabligh, menyebarkan agamanya. Tiap Muslim
menjadi zending dan misi agamanya. Menurut sabda beliau,
“Sampaikanlah, dan padaku walaupun satu ayat" (HR Muslim)
Dan, seharusnyalah tiap-tiap kita mempelajari bahasa Arab; sebab dengan
bahasa Arab itulah beliau bercakap dan dengan bahasa itu wahyu diturunkan.
Kalau kita tidak sanggup mempelajarinya menjadi ilmu yang dalam, sekurang-
kurangnya kita pandai membaca Al-Qur'an. Sekurang-kurangnya kita pandai
membaca segala bacaaan shalat, sejak takbirnya sampai kepada salamnya.
Sekurang-kurangnya pun al-Faatihah saja karena tidak sah shalat kalau tidak
membaca al-Faatihah. Dan, paling pertama sekurang-kurangnya membaca dua
kalimat syahadat. Dan, bagi orang yang luas pengetahuannya dalam bahasa
Arab menjadi kewajibanlah mengorek isi bahasa Arab itu untuk diajarkan dan
disebarkan kepada orang yang tidak mempunyai waktu luas untuk
mempelajarinya sendiri. Sebagaimana kita katakan tadi, manusia pribadi
dilahirkan dalam fitrah (kemurnian) rasa tentang adanya Allah. Dan, bangsa-
bangsa, termasuk bangsa Arab atau suku-suku bangsa Indonesia pun, sejak
semula telah ada dasar kepercayaan kepada Allah. Akan tetapi, kepercayaan
kepada adanya Allah saja belumlah cukup kalau belum dituntunkan oleh Allah
dengan perantaraan Rasul-Nya. Seumpama di tanah air kita Indonesia ini,
jelaslah bahwa karena masuknya ajaran Islamlah maka dasar negara Indonesia
yang pertama tentang kepercayaan akan adanya Allah, terang-terang
ditunjukkan sifat-Nya, yaitu Yang Maha Esa. Dan, kepercayaan kepada Allah
dengan Maha Esa yang mutlak, tidaklah ada pada ajaran lain kecuali dalam
ajaran Islam.
Kemudian diikuti lagi tentang sifat Allah itu: Yang Menghidupkan dan
Yang Mematikan. Dengan menjelaskan sifat-Nya, sebagai yang
menghidupkan dan mematikan ini, ter-kandunglah rahasia maksud kedatangan
Rasul ke dunia ini. Dia menerangkan bahwa Allah menakdirkan manusia

26
hidup di dunia ini, dengan serba kelengkapan hidup. Yaitu diberi akal, disuruh
berpikir, dan diperintah mengisi tujuan hidup, yaitu berbakti kepada Khalik
Pencipta. Itulah kehidupan dunia.
Sesudah itu, Allah pula yang memanggil pada ajal yang telah ditentukan lalu
manusia pun mati. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬disuruh menjelaskan kepada seluruh

manusia, bahwasanya setelah seorang manusia mati, tidaklah berhenti


sehingga itu saja. Mati adalah pintu gerbang saja daripada hidup yang kekal,
negeri akhirat. Di sana iman dan amal shalih ketika hidup di dunia ini akan
diperhitungkan.
Oleh sebab itu, “Maka, percayalah kamu"— wahai sekalian manusia—
"Kepada Allah dan Rasul-Nya." Yaitu setelah dijelaskan sejak pangkal ayat,
bahwasanya Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah buat seluruh umat
manusia, bukan khusus untuk satu kaum saja, sebagai keadaan nabi-nabi yang
dahulu. Seumpama Syu'aib kepada kaumnya di Madyan, Hud kepada
kaumnya ‘Ad, Shalih kepada kaumnya Tsamud, Musa dan Isa kepada Bani
Israil maka Muhammad bukanlah semata-mata untuk kaumnya kaum Quraisy
belaka, melainkan untuk seluruh manusia.
Dan, setelah diterangkan pula maksud dia diutus, yaitu menerangkan
dan memimpin manusia tentang siapa sebenarnya Allah itu, bagaimana
kekuasaan-Nya dan menerangkan pula bahwa agama itu ialah untuk manusia
ketika hidup dan sesudah mati maka datanglah sekarang kesimpulan: Sebab itu
hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya itu, Rasul penutup
sekalian rasul. Dijelaskan lagi sifat keistimewaan Rasul untuk seluruh umat
manusia itu, “Nabiyang ummi". Ummi artinya ialah yang tidak pandai menulis
dan membaca. Kalau diartikan cara sekarang, yaitu Nabi yang tidak pernah
masuk bangku sekolah.
• Tahlil Al-Tafsir
Pada ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk
mengetakan pada manusia bahwa beliau saw. adalah benar-benar utusan Allah
untuk seluruh manusia hingga akhir zaman. Beliau saw. juga menjelaskan
bahwa Allah hanya satu-satunya yang berhak untuk disembah maka
berimanalah pada-Nya dan rasul-Nya. Di akhir ayat ini Allah menambahkan
kata ‘ummi’ yang berarti tidak bisa membaca dan menulis yang mana ini

27
menjelaskan keadaan Nabi Muhammad saw., hal ini dimaksudkan agar
manusia tidak berpikir atau menyela dengan mengatakan bahwa Nabi
Muhammad saw. yang telah mengarang dan menulis Alquran.

5) QS. Al – Ahzab [ 33] : 40

ٰ َ‫ّللا َوخَات ََم النَّ ِبي ۗنَ َو َكان‬


‫ّللاُ ِب ُك ِل‬ ُ ‫َما َكانَ ُم َح َّمد ا َ َبا ا َ َحد ِم ْن ِر َجا ِلكُ ْم َو ٰل ِك ْن َّر‬
ِ ٰ ‫س ْو َل‬
‫ع ِل ْي ًما‬
َ ‫ش ْيء‬
َ
Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia
adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.
• Mufrodhat

ِ ٰ ‫َو ٰل ِك ْن َّرسُ ْو َل‬


‫ّللا‬ ‫اَبَا ا َ َحد ِم ْن ِر َجا ِلكُ ْم‬ ‫َما َكانَ ُم َح َّمد‬

Tetapi dia adalah urusan Bapak dari seorang di Bukankah Muhammad


Allah antara kamu

‫ع ِل ْي ًما‬ َ ‫ࣖ ِبكُ ِل‬


َ ‫ش ْيء‬ ٰ َ‫َو َكان‬
ُ‫ّللا‬ َ‫َوخَات ََم النَّ ِبي ۗن‬

Terhadap segala sesuatu Dan Allah Dan penutup para nabi


maha mengetahui

• Munasabah
Kami tidak dapat menemukan munasabah atau keterkaitan ayat yang
sama-sama menjelaskan tentang status Nabi Muhammad saw.sebagai penutup
para nabi di dalam Alquran.
• Tafsir
Berikut tafsirnya:8
Maksud ayat ini adalah, wahai Muhammad, Muhammad bukanlah
bapak bagi Zaid bin Haritsah, dan tidak pula bapak bagi seorang laki-laki di

8 Abu Ja’far Muhammad Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Terjemahan) Syaikh Ahmad


Muhammad Syakir dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir Jilid 21, (Jakarta: Penerbit Azzam,
2007), h. 155-157

28
antara kalian, yang tidak dilahirkan oleh Muhammad, sehingga Muhammad
haram menikahi istrinya sesudah ia mencerainya. Tetapi, Muhammad adalah
Rasulullah SAW dan penutup para nabi yang mengakhiri kenabian, sehingga
kenabian tidak dibuka untuk siapa pun sesudah Muhammad hingga Hari
Kiamat. Allah mengetahui segala sesuatu dari amal dan ucapan kalian, tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.
Pendapat kami dalam hal ini sesuai dengan pernyataan para ahli tafsir.
Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat- riwayat berikut ini:
Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan
kepada kami, Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah, mengenai firman
Allah "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu," ia berkata, "Ayat ini turun berkaitan dengan Zaid, bahwa ia
bukan anak Nabi SAW. Demi Allah, sebenarnya Rasulullah SAW memiliki
beberapa anak laki-laki, yaitu Qasim, Ibrahim, Thayyib, dan Tetapi dia adalah
Muthahhar. Rasulullah dan penutup nabi-nabi'. Maksudnya, Nabi yang Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu'."
Muhammad bin Umarah menceritakan kepadaku, ia berkata: Ali bin
Qadim menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada
kami dari Nusair bin Dzughluq, dari Ali bin Husain, tentang firman Allah
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu," ia berkata, "Ayat ini turun berkaitan dengan Zaid bin Haritsah."
Lafazh dibaca nashab (fathah) karena ada kata yang diulang tetapi"
‫ ولكن كَانَ َرسُو َل هللا‬sebenarmya diulang, sehingga artinya adalah dia adalah
Rasulullah". Bila ia dibaca rafa' (dhammah), maka kedudukannya adalah
sebagai khabar dalam kalimat yang terpisah dari sebelumnya, tetapi, dia
adalah Rasulullah". Bacaan yang benar menurutku adalah dengan nashab
(fathah).
Para ulama qira`at berbeda dalam membaca lafazhis "penutup nabi-
nabi." Mayoritas ulama qira'at dari berbagai negeri (selain Hasan dan Ashim)
membacanya dengan kasrah pada huruf ta' yang artinya, penutup para nabi.
Disebutkan bahwa menurut bacaan Abdullah adalah, ‫" ولكن نَبِيًا‬tetapi dia
adalah Nabi penutup para nabi". Ini merupakan yang membenarkan bacaan
dengan kasrah pada huruf ta', yang dalil artinya, Muhammad SAW yang
menutup para nabi. Hasan dan Ashim membacanya dengan fathah pada huruf
29
ta', yang artinya, nabi yang paling akhir. Sebagaimana dibacanya lafazh yang
artinya, ditutup, yang terakhir darinya adalah misik.

• Tahlil Al-Tafsir
Sependeknya pengetahuan kami, menurut kami sederhananya ayat ini
adalah Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. bukanlah bapak para
umatnya, kami menganggap kata bapak di sini berarti seperti orang tua laki-laki kita
yang memiliki tanggung jawab dalam mengurusi kita selayaknya seorang bapak
mengurusi anaknya. Nabi Muhammad bukanlah seperti itu statusnya, melainkan
beliau saw. adalah seorang nabi terakhir atau penutup para nabi. Memang umat beliau
saw. banyak karena cakupan waktunya panjang yaitu hingga akhir zaman, tapi itu
tidak menjadikan beliau saw. sama selayaknya bapak kita dalam tanggung jawab
mengurusi kita.

6) QS. Al-Qalam [68] : 4

َ ‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخلُق‬


‫ع ِظيْم‬

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.


• Mufradhat

‫ع ِظيْم‬
َ ‫لَعَ ٰلى ُخلُق‬ َ‫َواِنَّك‬

Yang luhur Benar-benar berbudi Dan sesungguhnya


pekerti engkau

• Munasabah
Ayat ini adalah penjelasan lanjutan dari ayat sebelumnya di surah yang
sama ini, yaitu pada ayat 1-3. Ayat satu Allah bersumpah yang dijelaskan
bahwa sumpah itu adalah Nabi Muhammad saw. bukanlah seorang yang gila
di ayat dua, lalu pada ayat tiganya Allah memberikan kabar gembira bahwa
beliau saw. akan mendapatkan pahala besar yang tidak putus-putus karena
dijelaskan pada ayat keempatnya bahwa beliau saw. memiliki budi pekerti
yang luhur.
• Tafsir Ibnu Katsir

30
Berikut tafsirannya:9
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya
engkau Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agam Islam.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, dan Ar-
Rabi' ibnu Anas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Ibnu
Zaid. Menurut Atiyyah, disebutkan benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa ia pernah bertanyakepada
Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab:
َ‫كَانَ ُخلُقُهُ ْالقُرْ آن‬
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.

Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Sa'id ibnu Abu


Arubah mengatakan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam:
4) Diceritakan kepada kami bahwa Sa'd ibnu Hisyam pernah bertanya kepada
Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah balik bertanya
kepadanya, "Bukankah engkau telah membaca Al-Qur'an?" Sa'id menjawab,
"Benar," Aisyah berkata: Maka sesungguhnya akhlak Rasulullah Saw. adalah
Al-Qur’an.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, dari
Zurarah ibnu Aufa, dari Sa'd ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah
bertanya kepada Aisyah, "Wahai Ummul Mu’minin, ceritakanlah kepadaku
tentang akhlak Rasulullah?" Aisyah balik bertanya, "Bukankah kamu telah
membaca Al-Qur'an?" Aku menjawab, "Ya." Maka ia berkata: Akhlak beliau
adalah Al-Qur’an.
Ini merupakan ringkasan dari suatu hadis yang cukup panjang.
Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab Sahih-nya melalui hadis
Qatadah dengan panjang lebar yang nanti akan diterangkan di dalam tafsir
surat Al-Muzzammil, insya Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail,
telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Al-Hasan yang mengatakan
bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah Saw.

9
Op.Cit

31
Maka Aisyah menjawab: Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Imam Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan
kepada kami Syarik, dari Qais ibnu Wahb, dari seorang lelaki dari kalangan
Bani Sawad yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah
tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah balik bertanya, bahwa bukankah
kamu telah membaca firman-Nya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam; 4) Lalu aku berkata, "Ceritakanlah
kepadaku salah satu dari contohnya." Aisyah r.a. menceritakan bahwa ia
membuat makanan untuk Nabi Saw. dan bertepatan dengan itu Hafsah pun
membuat makanan untuk beliau.' Lalu ia berpesan kepada budak
perempuannya yang akan disuruhnya mengantarkan makanan itu, "Pergilah
kamu, dan lihatlah bila Hafsah datang dengan membawa makanannya
sebelumku. Maka buanglah makanannya." Ternyata Hafsah pun datang
dengan membawa makanannya. Maka budak perempuan Aisyah itu
menjatuhkan dirinya dan mengenai mangkuk makanan Hafsah hingga
mangkuknya pecah dan makanannya terjatuh, sedangkan mangkuk yang
dipakai adalah barang pecah belah. Lalu Rasulullah Saw. memungutnya dan
bersabda, "Gantilah olehmu, atau engkau harus mengganti - Aswad ragu -
wadah ini dengan wadahmu." Setelah itu Nabi Saw. tidak mengucapkan kata-
kata lagi.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu
Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan, dari
Sa'd ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia datang kepada Aisyah Ummul
Muminin, lalu menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka
ia menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an, tidakkah kamu telah membaca
firman-Nya: 'Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur'
(AL-Qalam: 4)."
Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkan hal yang semisal
melalui hadis Al-Hasan.
Ibnu Jarir mengatakan, telah -menceritakan kepadaku Yunus, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku
Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Abuz Zahiriyah, dari Jubair ibnu Nafir yang
mengatakan bahwa ia melakukan ibadah haji, lalu mengunjungi Aisyah r.a.
32
dan menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka ia
menjawab: Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdur Rahman
ibnu Mahdi. Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab tafsir, dari Ishaq
ibnu Mansur, dari Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Mu'awiyah ibnu Saleh
dengan sanad yang sama. Makna yang dimaksud dari kesemuanya ini
menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang mengamalkan Al-
Qur'an; mengamalkan perintahnya dan manjauhi larangannya, yang hal ini
telah tertanam dalam diri beliau sebagai watak dan pembawaannya serta
sebagai akhlak yang telah terpatri dalam sepak terjang beliau Saw. Maka apa
pun yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, beliau pasti mengerjakannya; dan apa
pun yang dilarang oleh Al-Qur'an, beliau pasti meninggalkannya. Hal ini di
samping watak yang dibekalkan oleh Allah dalam diri beliau berupa akhlak
yang besar seperti sifat pemalu, dermawan, berani, pemaaf, penyantun, dan
semua akhlak yang terpuji.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, dari Anas yang
telah mengatakan:“Aku menjadi pelayan Rasulullah Saw. selama sepuluh
tahun, dan beliau sama sekali belum pernah membentakku dengan kata,
"Husy!" Dan belum pernah mengatakan terhadapku tentang sesuatu yang
seharusnya tidak kulakukan, "Mengapa engkau melakukannya?" Dan tidak
pula terhadap sesuatu yang seharusnya kulakukan, "Mengapa tidak engkau
lakukan?” Beliau Saw. adalah seorang yang paling baik akhlaknya, dan aku
belum pernah memegang kain sutra, baik yang tebal maupun yang tipis dan
tidak pula sesuatu yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah Saw. Dan
aku belum pernah mencium minyak kesturi dan tidak pula wewangian lainnya
yang lebih harum daripada bau keringat Rasulullah Saw.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq
ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yuuus, dari
ayahnya, dari Abu Ishaq yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-
Barra r.a. telah mengatakan: Rasulullah Saw. adalah orang yang paling tampan
wajahnya dan paling baik akhlaknya; tubuh beliau tidak terlalu tinggi, dan
tidak pula terlalu pendek.

33
Hadis-hadis yang menerangkan bab ini cukup banyak, Imam Abu Isa
At-Turmuzi telah menghimpunnya di dalam Kitabusy Syama’il. //Dan
kampungsunnah telah merilis ebook ringkasan dari kitab syamail yang
diringkas dan di tahqiq oleh syaikh Al-Albani, silakan rujuk kesana//
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur
Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah,
dari Aisyah yang telah mengatakan: Rasulullah Saw. sama sekali belum
pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari pelayannya, dan
belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum pernah
memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di
jalan Allah. Dan tidak pernah beliau disuruh memilih di antara dua perkara
melainkan memilih yang paling disukai dan paling ringan di antara keduanya
terkecuali bila (yang ringan itu) berupa dosa. Maka jika hal itu berupa dosa,
maka beliau adalah orang yang paling menjauhinya. Dan beliau tidak pernah
melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada dirinya,
melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan
pembalasan dan itu hanyalah karena Allah Swt.
‫ع ِن‬ َ ‫ع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن‬
َ ،‫عجْ لن‬ ِ ‫ع ْبدُ ْال َع ِز‬
َ ،‫يز بْنُ ُم َح َّمد‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َسعِيدُ بْنُ َم ْن‬: ُ‫اْل َما ُم أَحْ َمد‬
َ ‫ َحدَّثَنَا‬،‫صور‬ ِ ْ ‫قَا َل‬
ُ‫ ِإنَّ َما ُب ِعثت‬: "‫علَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ُ َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ‫قَا َل رسو ُل‬: ‫ع ْن أَ ِبي ه َُريرة قَا َل‬ َ ‫ع ْن أَ ِبي‬ ْ
َ ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ َ ،‫صالِح‬ ِ َ‫القَ ْعق‬
َ ،‫اع ب ِْن َحكِيم‬
َ ‫" ِْلُتَم َِم‬.
ِ ‫صا ِل َح ْاْل َ ْخ َل‬
‫ق‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu
Mansur, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad, dari
Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa' ibnu Hakim, dari Abu Saleh, dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak
yang baik. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
• Tahlil Al-Tafsir
Ayat ini sederhananya adalah pembenaran yang paling valid tentang
pribadi Nabi Muhammad saw. karena dilakukan oleh sang pencipta yang
begitu tahu sesuatu tentang hamba-Nya. Akhlak beliau saw. berbudi pekerti
luhur bahkan sampai saat ini diakui seluruh dunia hingga dinobatkan beliau
saw. menjadi manusia nomor satu yang paling berpengaruh di dunia.

7) QS. At -Taubah [9] : 128


34
َ َ‫علَ ْيكُ ْمَ ِب ْال ُمؤْ مِ نِيْن‬
َ‫َر ُء ْوفَ َّرحِ يْم‬ َ َ‫علَ ْيهَِ َما‬
َ َ‫عنِتُّ ْمَ َح ِريْص‬ َ ‫لَقَدَْ َج ۤا َءكُ ْم‬
َ َ‫َرس ُْولَمِ ْنَاَ ْنفُسِ كُ ْم‬
َ َ‫ع ِزيْز‬

Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-
orang yang beriman.
• Mufrodhat

َ ‫علَ ْي ِه َما‬
‫عنِت ُّ ْم‬ َ ‫ع ِزيْز‬
َ ‫ِم ْن ا َ ْنفُ ِسكُ ْم‬ ‫لَقَدْ َج ۤا َءكُ ْم َرسُ ْول‬

Berat terasa olehnya Dari kaummu sendiri Sungguh telah datang


penderitaan yang kamu kepadamu seorang rasul
alamat

‫َر ُء ْوف َّر ِحيْم‬ َ‫ِب ْال ُمؤْ ِمنِيْن‬ ‫علَ ْيكُ ْم‬
َ ‫َح ِريْص‬

Penyantun dan Terhadap orang-orang Dia sangat menginginkan


penyayang yang beriman keimanan dan
keselamatan bagimu

• Munasabah
Ayat ini memiliki keterkaitan dengan ayat 107 pada Surah Al-Anbiya
yang mana pada ayat itu dijelaskan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad
saw. bukan untuk hal lain melainkan karena beliau saw. menjadi rahmat bagi
seluruh alam.
• Tafsir
Berikut tafsirannya:10
Ayat ini sekalipun khusus ditujukan kepada bangsa Arab di masa Nabi,
tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Semula ditujukan kepada
orang Arab di masa Nabi, karena kepada merekalah Al-Qur'an pertama kali
disampaikan, karena Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab, tentulah orang Arab
yang paling dapat memahami dan merasakan ketinggian sastra Al-Qur'an.
Dengan demikian mereka mudah pula menyampaikan kepada orang-orang

10 Kementerian Agama Indonesia, Tafsir Kemenag dalam Aplikasi, Learn Quran Tafsir: Cari
di Quran Versi 2.1.0, 2022

35
selain bangsa Arab. Jika orang-orang Arab sendiri tidak mempercayai
Muhammad dan Al-Qur'an, tentu orang-orang selain Arab lebih sukar
mempercayainya. Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang Arab,
sebagaimana isinya yang berbunyi, "Hai orang-orang Arab, telah diutus
seorang Rasul dari bangsamu sendiri yang kamu ketahui sepenuhnya asal-
usul dan kepribadian-nya, serta kamu lebih mengetahuinya dari orang-orang
lain." Sebagian mufassir menafsirkan perkataan "Rasulun min anfusikum"
dengan hadis: Bersabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya Allah telah memilih
Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih suku Quraisy dari Bani
Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan Allah telah
memilihku dari Bani Hasyim." (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari
Wasilah bin Asqa) Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami tentang
kesucian keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari suku-suku
pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui benar tentang
hal ini.
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang berasal dari keturunan yang baik dan

terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu:


a) Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak
diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh
musuh-musuh kaum Muslimin, sebagaimana ia tidak senang pula
melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.
b) Nabi sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah,
bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya.
Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah dalam firman-Nya: Jika
engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat
petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk
kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai
penolong. (an-Nahl/16: 37) Dan Allah berfirman: Dan kebanyakan
manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat
menginginkannya. (Yusuf/12: 103)
c) Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum
Muslimin. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang
disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan

36
akhirat nanti. Dalam ayat ini Allah memberikan dua macam sifat
kepada Nabi Muhammad, kedua sifat itu juga merupakan sifat Allah
sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "rauf"
(amat belas kasihan) dan sifat "rahim" (penyayang) sebagai tersebut
dalam firman-Nya: ..Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha
Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah/2: 143) Pemberian kedua
sifat itu kepada Muhammad menunjukkan bahwa Allah menjadikan
Muhammad sebagai Rasul yang dimuliakan-Nya.
• Tahlil Al-Tafsir
Sederhananya dari ayat ini adalah menjelaskan betapa Nabi
Muhammad saw. adalah hamba Allah yang paling mulia sebab beliau saw.
memiliki keutamaan yang tidak dimiliki seluruh hamba Allah yang lain.
Beliau saw. mencintai kebaikan dan berusaha dengan keras menyampaikan
kebaikan itu dengan kita umatnya, bahkan beliau saw. membenci jika terjadi
sesuatu hal buruk dengan kita. Ada begitu banyak hadist, perkataan sahabat,
pendapat dari para ulama yang menerangkan betapa Nabi Muhammad sangat
memikirkan umatnya dan betapa luhurnya budi pekerti beliau saw., maka
dengan ayat inilah Allah menguatkan lagi pendapat-pendapat itu.

37
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nabi adalah manusia pilihan dan yang dimuliakan Allah. Mereka diberi
kemampuan untuk berhubungan dengan Allah dan mengekspresikan kehendaknya.
Oleh karena itu, seorang nabi adalah manusia yang bertindak sebagai penerima yang
menyampaikan pesan-pesan Tuhan (wahyu) kepada umat manusia.

Beberapa ayat dalam Alquran yang menjelaskan tentang kenabian dan di


antaranya adalah; Q.S. Fathir ayat 24, Q.S. Ghafir ayat 78, Q.S. Al-An’am ayat 83-90,
Q.S. A-l-A’raf ayat 158, Q.S. Al-Ahzab ayat 40, dan Q.S. At-Taubah ayat 128.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa kekurangan masih


sangat banyak dan mungkin terdapat kekeliruan didalamnya. Untuk itu, kami mohon
kritik dan saran untuk memperbaiki kinerja di kemudian hari.

Namun, tetap kami berharap semoga sedikit banyak makalah ini bisa diambil
kebaikan oleh para pembaca. Atas segala perhatiannya, kami mengucapkan terima
kasih.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thabari (Terjemahan) Syaikh


Ahmad Muhammad Syakir dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir Jilid 21, (Jakarta:
Penerbit Azzam, 2007).

Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thabari (Terjemahan) Syaikh


Ahmad Muhammad Syakir dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir Jilid 22, (Jakarta:
Penerbit Azzam, 2007).

Madkour, Ibrahim, Filsafat Islam Metode dan Penerapan, (Terjemahan) Yudian


Wahyudi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1991).

Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi alQur'an (Jakarta: Paramadina, 1997).

Zulaiha, Eni, “Fenomena Nabi Dan Kenabian Dalam Perspektif Alquran”, Al-Bayan:
Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 1, No. 2, 2016.

Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar dalam Aplikasi, Learn Quran Tafsir: Cari di Quran
Versi 2.1.0, 2022.

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir dalam Aplikasi, Learn Quran Tafsir: Cari di Quran
Versi 2.1.0, 2022.

Kementerian Agama Indonesia, Tafsir Kemenag dalam Aplikasi, Learn Quran Tafsir:
Cari di Quran Versi 2.1.0, 2022.

39

Anda mungkin juga menyukai