Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Nasakh Hukum dan Tetap Adanya Tilawah”

Dosen Pengampu :

Muhammad Husein, MA

Disusun Oleh :

Wulan Karuniawati

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Curup

2022 M / 1443 H

1
BAB I

PEMBAHASAN

A. Sedikit Tentang Nasakh

Mengenai Nasakh telah dibahas beberapa kali dalam pembelajaran kita sebelumnya.
Namun, di sini ada beberapa kesimpulan untuk membantu kembali fokus terhadap materi kali
ini.
Terdapat perbedaan pendapat antara ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin dalam
mendefinisikan nasakh secara terminologis. Perbedaan pendapat tersebut bersumber pada
banyaknya pengertian nasakh secara etimologi sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Cakupan
makna yang ditetapkan ulama mutaqoddimin di antaranya: 1

1) Pembatalan hukum yang ditetapkan sebelumnya dengan hukum yang ditetapkan


kemudian.
2) Pengecualian atau pengkhususan hukum bersifat `am atau umum oleh hukum yang
lebih khusus yang datang setelahnya.
3) Bayan atau penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar.
4) Penetapan syarat terhadap hukum terdahulu yang belum bersyarat.

Berdasarkan paparan di atas, ulama mutaqaddimin secara terminologis mengusung


makna nasakh secara luas, yaitu tidak terbatas pada berakhir atau terhapusnya suatu hukum
baru yang ditetapkan. Namun, interpretasi nasakh yang diusung oleh mereka juga menyangkut
yang bersifat pembatasan, pengkhususan, bahkan pengecualian.
Sementara menurut ulama mutaakhirin, nasakh adalah dalil yang datang kemudian,
berfungsi untuk menggugurkan dan menghilangkan hukum yang pertama. Dengan demikian
mereka mempersempit ruang lingkup nasakh dengan beberapa syarat, baik yang menasakh
maupun yang dinasakh.
Abu Manshur al-Baghdadi memberikan pengertian nasakh sebagai penjelasan akhir
masa beribadah (bayan intiha muddah at-ta'abbud). Pengertian ini kemudian oleh ulama
selanjutnya lebih dipertegas lagi bahwa makna naskh adalah: "Pengangkatan (penghapusan)
oleh as Syari' (Allah Swt) terhadap hukum syara' (yang lampau) dengan dalil syara' yang

1 Ikhsan Intizam, “Konsep Nasikh dan Mansukh dalam Alquran Sebagai Kaidah Penetapan Hukum”,

(Kendal: STIT Muhammadiyah, Vol. 11, No. 1. 2020) hlm. 22

2
terbaru. Yang dimaksud dengan pengangkatan hukum syara' adalah penghapusan kontinuitas
pengamalan hukum tersebut dengan mengamalkan hukum yang ditetapkan terakhir." 2

B. Nasakh Hukum dan Tetap Adanya Tilawah

Salah satu jenis nasakh Alquran dengan Alquran adalah nasakh hukum sedang
tilawahnya tetap. Inilah jenis nasikh mansukh yang paling banyak. Yaitu hukum syar'i
dihapuskan, tidak diamalkan, namun lafaznya tetap ada. Maksudnya, ada beberapa ayat
Alquran yang hukumnya sudah tidak berlaku, sedangkan bacaannya masih tetap dalam
Alquran.
Mengingat pembagian nasakh dalam Alquran ada beberapa pendapat yang
dikemukakan ulama. Sebagian ulama berpendapat tidak boleh menasakh hukum tanpa nasakh
tilawah dengan alasan: 3 1) Yang dimaksud dengan bacaan ayat-ayat Alquran adalah untuk
menjelaskan adanya hukum. Bacaan diturunkan untuk alasan tersebut. Sehingga tidak mungkin
terjadi pencabutan hukum sedangkan bacaannya masih ada, sebab akan hilang apa yang
dimaksud dengan adanya bacaan itu; 2) Suatu hukum apabila dinasakh dan masih tetap
bacaannya akan menimbulkan dugaan masih adanya hukum, hal yang demikian mendorong
mukallaf meyakini suatu kebodohan.
Menanggapi hal itu, al-Qattan mengemukakan hikmah penghapusan hukum, sementara
tilawahnya tetap, di antaranya:

• Alquran di samping dibaca untuk diketahui dan diamalkan hukumnya, juga akan
mendapatkan pahala karena membaca kalam Allah.4
• Pada umumnya nasakh itu meringankan, maka dengan tetap adanya tilawah,
mengingatkan akan nikmat dihapuskannya kesulitan (musyaqqah) suatu kewajiban. 5

Pedoman untuk mengetahui nasikh-mansukh tersebut yakni: keterangan tegas dari


hadis Nabi Muhammad saw. atau sahabat, kesepakatan umat bahwa ayat tersebut di nasakh,
mengetahui ayat mana yang lebih dulu turun sesuai sejarah. Nasakh tidak bisa ditetapkan
berdasar ijtihad, pendapat mufasir, atau dalil-dalil yang secara lahiriah tampak kontradiktif.

2 Muhammad Abduh Wahab, Pro Kontra Ayat Alquran Yang Dihapus, (Jakarta: Rumah Fiqih

Publishing, 2020) hlm. 10


3 Ikhsan Intizam,, Op.Cit,. hlm. 35
4 Ibid.,
5 Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu Alquran, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2007) hlm. 295

3
Sekarang jelaslah bahwa nasakh hukum sedang tilawahnya tetap ada itu terbukti benar
adanya. Untuk membuktikannya lagi, berikut beberapa ayat yang nasakh hukumnya dan tetap
ada tilawahnya:

1) Surah al-Anfaal ayat 65 dinasakh oleh Surah al-Anfaal ayat 66:

ُِّ ‫ون يَ ۡغ ِلبُواُّ مِ ائَت َۡي‬


ُّ‫نُّۚ َو ِإن يَكُن ِمنكُم ِمائَة‬ َُّ ‫صبِ ُر‬ َُّ ‫لُّۚ ِإن يَكُن ِمنكُ ُّۡم ع ِۡش ُر‬
َ ‫ون‬ ُِّ ‫علَى ٱ ۡل ِقتَا‬ َ ‫ِين‬ َُّ ‫ض ٱ ۡل ُم ۡؤمِ ن‬ُّ ِ ‫ي َح ِر‬ُُّّ ِ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلنَّب‬
َُّ ‫ّل يَ ۡفقَ ُه‬
‫ون‬ ُّ َّ ُّ‫ِين َكف َُرواُّ ِبأَنَّ ُه ُّۡم قَ ۡوم‬ َُّ ‫يَ ۡغ ِلب َُٰٓواُّ أَ ۡلفًا م‬
َُّ ‫ِن ٱلَّذ‬

"Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang.


Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan
dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya
mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum
yang tidak mengerti." (QS. al-Anfal [8]: Ayat 65)

Ayat tersebut dinasakh oleh surah yang sama Ayat 66:

ُّ‫نُّۚ َو ِإن َيكُن ِمنكُ ُّۡم أَ ۡلف‬


ُِّ ‫صا ِب َرةُّ َي ۡغ ِلبُواُّ مِ ائَت َۡي‬
َ ُّ‫ضعۡ فًاُّۚ فَإِن َيكُن ِمنكُم ِمائَة‬
َ ‫ن فِيكُ ُّۡم‬ َُّّ َ‫عل َُِّم أ‬
َ ‫عنكُ ُّۡم َو‬ َ ‫ّلل‬َُُّّ ‫ف ٱ‬ َُّ َّ‫ن َخف‬ َُّ َ‫ٱ ۡلئ‬
‫ين‬
َُّ ‫صبِ ِر‬
َّ ‫ّلل َم َُّع ٱل‬ َُُّّ ‫ّللُّۗ َُّوٱ‬ ُِّ ‫ن بِإِ ۡذ‬
َُِّّ ‫ن ٱ‬ ُِّ ‫يَ ۡغ ِلب َُٰٓواُّ أَ ۡلف َۡي‬

"Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa ada
kelemahan padamu. Maka, jika di antara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika di antara kamu ada seribu
orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah.
Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. al-Anfal [8]: Ayat 66)

Dalam buku Pengantar Studi Alquran karya Abdul Hamid ditambahkan penjelasan
dalil hadis yang menunjukkan mengenai nasakh dua ayat ini, yaitu:

Abdullah bin Abbas berkata: "Ketika turun (firman Allah): "Jika ada dua puluh
orang yang sabar di antara kamu niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang
musuh" (al-Anfaal [8]: 65). Hal itu berat atas umat Islam, yaitu ketika diwajibkan atas
mereka bahwa satu orang tidak boleh lari menghadapi 10 (musuh). Kemudian datanglah
keringanan, Allah berfirman: "Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah
mengetahui padamu bahwa ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang
sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang." (al-Anfaal [8]: 66). Ketika

4
Allah telah meringankan dari mereka jumlah (musuh yang wajib dihadapi), kesabaran pun
berkurang seukuran apa yang Allah telah meringankan dari mereka." (HR. Bukhari)6

2) Surah al-Baqarah ayat 115 dinasakh oleh Surah al-Baqarah ayat 144:

‫ِيم‬
ُّ ‫عل‬ ََُّّ ‫ن ٱ‬
َ ُّ‫ّلل َوسِع‬ ُُّ ‫ق َُّوٱ ۡل َم ۡغ ِر‬
َُِّّ ‫بُّۚ فَأ َ ۡينَ َما ت ُ َولُّواُّ فَثَ َُّّم َوجۡ هُ ٱ‬
َُّّ ‫ّللُّۚ ِإ‬ ُُّ ‫ّلل ٱ ۡل َم ۡش ِر‬
َُِّّ ِ ‫َو‬
"Dan milik Allah Timur dan Barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah
wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah [2]:
Ayat 115)
Ayat ini menjelaskan bahwa ke arah mana pun menghadap di situ ada wajah
Allah, dihapus dengan ayat 144 yang berisi perintah hanya menghadap masjid al-haram
saat beribadah, ayatnya yaitu:

‫ث َما‬ ُِّ ‫ك ش َۡط َُّر ٱ ۡل َمسۡ ِج ُِّد ٱ ۡل َح َر‬


ُُّ ‫امُّۚ َو َح ۡي‬ َُّ ‫ل َوجۡ َه‬ ُِّ ‫ضى َهاُّۚ ف ََو‬َ ‫ك ق ِۡبلَ ُّةً ت َۡر‬
َُّ َّ‫ك فِي ٱل َّس َما َٰٓ ُِّءُّۖ فَلَن َُو ِليَن‬
َُّ ‫ب َوجۡ ِه‬َُّ ُّ‫قَ ُّۡد ن ََرىُّ تَقَل‬
َُّ ُ‫ع َّما يَعۡ َمل‬
‫ون‬ َ ُّ‫ّلل بِغَفِل‬ َُُّّ ‫ق مِن َّربِ ِه ُّۡمُّۗ َو َما ٱ‬ ُُّّ ‫ون أَنَّهُ ٱ ۡل َح‬ َُّ َ‫ِين أُوتُواُّ ٱ ۡل ِكت‬
َُّ ‫ب لَيَعۡ لَ ُم‬ َُّ ‫ن ٱلَّذ‬ َُّّ ِ‫كُنت ُ ُّۡم ف ََولُّواُّ ُوجُوهَكُ ُّۡم ش َۡط َرهُُّۥُّۗ َوإ‬
"Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan
Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu
ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah
itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa
(pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah
terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. al-Baqarah [2]: Ayat 144)

3) Surah al-Baqarah ayat 284 dinasakh oleh Surah al-Baqarah ayat 286:

ُ ‫ّللُّۖ فَيَ ۡغف ُُِّر ِل َمن يَ َشا َٰٓ ُُّء َويُعَذ‬


ُّ‫ِب‬ ۡ ‫ِي أَنفُسِ كُ ُّۡم أَوُّۡ ت ُ ۡخفُوهُُّ يُ َح‬
َُُّّ ‫اسِبكُم بِ ُِّه ٱ‬ ُّ ِ ‫ت َو َما فِي ٱ ۡۡل َ ۡر‬
َُّٰٓ ‫ضُّۗ َوإِن ت ُ ۡبدُواُّ َما ف‬ َُِّّ ِ
ُِّ ‫ّلل َما فِي ٱل َّس َم َو‬
ُِّ ُ‫علَىُّ ك‬
ُّ‫ل ش َۡيءُّ قَدِير‬ َُُّّ ‫َمن يَ َشا َٰٓ ُُّءُّۗ َُّوٱ‬
َ ‫ّلل‬
"Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu
nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah
memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia
kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu." (QS. al-Baqarah [2]: Ayat 284)

6 Abdul Hamid, Pengantar Studi Alquran, (Jakarta: Kencana, 2016) hlm. 152

5
Ayat tersebut dinasakh oleh surah yang sama Ayat 286:

ُّ‫ّل ت َۡحم ِۡل‬ ُّ َ ‫ط ۡأنَاُّۚ َربَّنَا َو‬


َ ‫ّل تُؤَاخِ ۡذنَُّآَٰ ِإن نَّسِينَُّآَٰ أَوُّۡ أَ ۡخ‬ ُّ َ ‫تُّۗ َربَّنَا‬ َ َ‫علَ ۡي َها َما ٱ ۡكت‬
ُّۡ ‫س َب‬ َ ‫ت َو‬ُّۡ ‫س َب‬ َ ‫ّل ُوسۡ َع َهاُّۚ لَ َها َما َك‬ ُّ َّ ‫ّلل ن َۡفسًا ِإ‬
َُُّّ ‫ِف ٱ‬
ُُّ ‫ّل ُيكَل‬ُّ َ
َُّ َ‫عنَّا َُّوٱ ۡغفِرُّۡ لَنَا َُّوٱ ۡر َحمۡ نَُّآَُّٰۚ أ‬
‫نت َم ۡولَىنَا‬ َ ‫ف‬ ُُّ ۡ‫طاقَةَُّ لَنَا ِب ُِّۦهُّۖ َُّوٱع‬ َ ‫ّل‬ ُّ َ ‫ّل تُ َحم ِۡلنَا َما‬
ُّ َ ‫ِين مِن قَ ۡب ِلنَاُّۚ َربَّنَا َو‬َُّ ‫علَى ٱلَّذ‬ َ ‫علَ ۡينَُّآَٰ ِإصۡ ًرا َك َما َح َم ۡلتَهُُّۥ‬
َ
َُّ ‫علَى ٱ ۡلق َۡو ُِّم ٱ ۡل َكف ِِر‬
‫ين‬ َ ‫ص ۡرنَا‬ُ ‫فَُّٱن‬
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa)
dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami,
ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah
kami menghadapi orang-orang kafir."”ُّ(QS. al-Baqarah 2: Ayat 286)

4) Surah an-Nisa Ayat 15 dinasakh oleh Surah an-Nur Ayat 2:

ُِّ ‫ُن فِي ٱ ۡلبُيُو‬


ُّ‫ت َحتَّى‬ َُّّ ‫ن أَ ۡربَعَ ُّةً ِمنكُ ُّۡمُّۖ فَإِن َش ِهدُواُّ فَأَمۡ سِ كُوه‬ َ ُّ‫ِين ٱ ۡلفَحِ َشةَُّ مِن نِ َسآَٰئِكُ ُّۡم فَُّٱسۡ ت َۡش ِهدُوا‬
َُّّ ‫علَ ۡي ِه‬ َُّ ‫َُّوٱلَّتِي يَ ۡأت‬
ًُّ ‫ن َس ِب‬
‫يل‬ َُّّ ‫ّلل لَ ُه‬
َُُّّ ‫ل ٱ‬ ُُّ ‫ن ٱ ۡل َم ۡو‬
َُّ ‫ت أَوُّۡ يَجۡ َع‬ َُّّ ‫يَت ََوفَّى ُه‬
"Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji di antara perempuan-
perempuan kamu, hendaklah terhadap mereka ada empat saksi di antara kamu (yang
menyaksikannya). Apabila mereka telah memberi kesaksian, maka kurunglah mereka
(perempuan itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan (yang lain) kepadanya." (QS. an-Nisa' 4: Ayat 15)
Ayat tersebut berbicara tentang wanita lajang yang berzina yang disaksikan oleh
empat orang saksi maka ia harus dihukum kurung sampai mati, dihapus dengan QS. al-
Nur Ayat 2 yang berisi laki-laki dan perempuan lajang yang berzina cambuklah masing-
masing seratus kali cambukan didepan sekumpulan orang-orang mukmin, ayatnya
yaitu:

َُّ ‫ّلل ِإن كُنت ُ ُّۡم ت ُ ۡؤمِ ن‬


‫ُون‬ ُِّ ‫ّل ت َۡأ ُخ ۡذكُم ِب ِه َما َر ۡأفَةُّ فِي د‬
َُِّّ ‫ِين ٱ‬ ُّ َ ‫ل َوحِ دُّ ِم ۡن ُه َما مِ ائَةَُّ َج ۡلدَةُُّّۖ َو‬ َُّّ ُ‫لزانِي فَُّٱجۡ ِلدُواُّ ك‬ َّ ‫لزانِ َيةُُّ َُّوٱ‬ َّ ‫ٱ‬
َُّ ‫ِن ٱ ۡل ُم ۡؤمِ ن‬
‫ِين‬ َُّ ‫طا َٰٓ ِئفَةُّ م‬ َ ‫ّلل َُّوٱ ۡل َي ۡو ُِّم ٱ ۡۡلَٰٓخِ ُِّرُّۖ َو ۡل َي ۡش َه ُّۡد‬
َ ‫عذَا َب ُه َما‬ َُِّّ ‫ُِّبٱ‬
"Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya
seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk

6
(menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
Kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian
orang-orang yang beriman." (QS. an-Nur 24: Ayat 2)

5) Surah al-Mujadilah Ayat 12 dinasakh oleh Surah al-Mujadilah Ayat 13:

ُّ‫ِك خ َۡي ُّر لَّكُ ُّۡم َوأَ ۡط َه ُُّرُّۚ فَإِن لَّ ُّۡم ت َِجدُواُّ فَإِ َّن‬
َُّ ‫ص َدقَةًُُّّۚ ذَل‬
َ ‫َي نَجۡ َوىكُ ُّۡم‬ َُّ ‫ل فَقَ ِد ُمواُّ َب ۡي‬
ُّۡ ‫ن َيد‬ َُّ ‫ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذ‬
َّ ‫ِين َءا َمن َُٰٓواُّ ِإذَا نَ َج ۡيت ُ ُُّم ٱ‬
َُّ ‫لرسُو‬
ُّ‫ور َّرحِ يم‬ُّ ُ‫غف‬َ ‫ّلل‬ََُّّ ‫ٱ‬
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan
khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin)
sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih
bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. al-Mujadilah 58: Ayat 12)
Ayat tersebut berisi perintah untuk bersedekah sebelum mengadakan
pembicaraan khusus dengan Nabi Muhammad, dihapus dengan ayat berikutnya (ayat
13) yang berisi laksanakanlah shalat, zakat dan taatlah pada Allah dan Rasulnya sebagai
ganti sedekah sebelum melakukan pembicaraan, ayatnya yaitu:

َّ ‫علَ ۡيكُ ُّۡم فَُّأَقِي ُمواُّ ٱل‬


ُّ‫صلَو ُّةَ َو َءاتُوا‬ َُّ ‫ص َدقَتُُّّۚ فَإِ ُّۡذ لَ ُّۡم ت َۡف َعلُواُّ َوت‬
َُُّّ ‫َاب ٱ‬
َ ‫ّلل‬ َ ‫َي نَجۡ َوىكُ ُّۡم‬ َُّ ‫َءأَ ۡشف َۡقت ُ ُّۡم أَن تُقَ ِد ُمواُّ َب ۡي‬
ُّۡ ‫ن َيد‬
َُّ ُ‫ير بِ َما تَعۡ َمل‬
‫ون‬ ُُّ ِ‫ّلل َخب‬ ََُّّ ‫لز َكو ُّةَ َوأَطِ يعُواُّ ٱ‬
َُُّّ ‫ّلل َو َرسُولَهُۥُّۚ َُّوٱ‬ َّ ‫ٱ‬
"Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak
melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah sholat,
dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Mujadilah 58: Ayat 13)

6) Surah at-Taubah ayat 41 dengan Surah an-Nur Ayat 61, at-Taubah 91, dan at-Taubah
Ayat 12:

َُّ ‫ّللُّۚ ذَ ِلكُ ُّۡم خ َۡي ُّر لَّكُ ُّۡم ِإن كُنت ُ ُّۡم تَعۡ لَ ُم‬
‫ون‬ ُِّ ‫اّل َو َج ِهدُواُّ ِبأَمۡ َو ِلكُ ُّۡم َوأَنفُسِ كُ ُّۡم فِي َس ِبي‬
َُِّّ ‫ل ٱ‬ ُّ ً َ‫ٱنف ُِرواُّ خِ فَافًا َو ِثق‬
"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. At-Taubah 9: Ayat 41)

7
Ayat tersebut berisi perintah berperang/berjihad baik dalam keadaan kuat atau
lemah, dihapus dengan QS. al-Nur ayat 61, al-Taubah ayat 91 yang berisi adanya
keringanan tidak pergi berperang bagi orang-orang yang lemah seperti orang buta,
orang pincang, orang sakit, dan QS. al-Taubah ayat 122 berupa membagi sebagian
muslim untuk menuntut ilmu agama (tidak ikut perang semuanya).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ُّ ِ ‫علَى ٱ ۡل َم ِر‬
,... ُّ‫يض َح َرج‬ ُِّ ‫علَى ٱ ۡۡلَعۡ َر‬
ُّ َ ‫ج َح َرجُّ َو‬
َ ‫ّل‬ ُّ َ ‫علَى ٱ ۡۡلَعۡ َمىُّ َح َرجُّ َو‬
َ ‫ّل‬ َُّ ‫لَّ ۡي‬
َ ‫س‬

"Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula)
bagi orang sakit,..”ُّ(QS. an-Nur 24: Ayat 61)

ِ َّ ِ ُّ‫صحُوا‬
ُّ‫ّلل‬ َُّ ُ‫ُون َما يُن ِفق‬
َ َ‫ون َح َرجُّ ِإذَا ن‬ َُّ ‫ّل َي ِجد‬ َُّ ‫علَى ٱلَّذ‬
ُّ َ ‫ِين‬ َ ‫ّل‬ ُّ َ ‫ضىُّ َو‬ َ ‫علَى ٱ ۡل َم ۡر‬َ ‫ّل‬ُّ َ ‫ض َعفَا َٰٓ ُِّء َو‬ُّ ‫علَى ٱل‬ َ ‫س‬َُّ ‫لَّ ۡي‬
ُّ ُ‫غف‬
ُّ‫ور َّرحِ يم‬ َ ‫ّلل‬ َُّ ‫علَى ٱ ۡل ُمحۡ سِ ن‬
َُُّّ ‫ِين مِن َس ِبيلُُّّۚ َُّوٱ‬ َ ‫َو َرسُو ِل ِهُّۦُّۚ َما‬
"Tidak ada dosa (karena tidak pergi berperang) atas orang yang lemah, orang
yang sakit, dan orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan, apabila
mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada alasan apa pun untuk
menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang," (QS. At-Taubah 9: Ayat 91)

َ ‫ل ف ِۡرقَةُّ ِم ۡن ُه ُّۡم‬
ُِّ ‫طآَٰئِفَةُّ ِليَتَفَقَّ ُهواُّ فِي ٱلد‬
ُّ‫ِين َو ِليُنذ ُِروا‬ ُِّ ُ‫ّل نَف ََُّر مِن ك‬ َُّ ‫َان ٱ ۡل ُم ۡؤمِ ن‬
ُّ َ ‫ُون ِليَنف ُِرواُّ َكآَٰفَّ ُّةًُّۚ فَلَ ۡو‬ َُّ ‫َو َما ك‬
َ ‫قَ ۡو َم ُه ُّۡم إِذَا َر َجعُ َٰٓواُّ إِلَ ۡي ِه ُّۡم لَعَلَّ ُه ُّۡم يَحۡ ذَ ُر‬
ُّ‫ون‬
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya." (QS. At-
Taubah 9: Ayat 122)

8
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terdapat perbedaan pendapat antara ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin dalam


mendefinisikan nasakh secara terminologis. Perbedaan pendapat tersebut bersumber pada
banyaknya pengertian nasakh secara etimologi sebagaimana dijelaskan oleh pemateri
sebelumnya. Untuk macam-macam nasakh Alquran dengan Alquran, salah satunya adalah
nasakh hukum sedang tilawahnya tetap ada. Macam naskah yang ini adalah yang paling
banyak. Sebagian ulama berpendapat tidak boleh menasakh hukum tanpa nasakh tilawah, tapi
hal itu kemudian dibuktikan ketidak benarannya oleh para ulama yang salah satunya adalah
Manna Khalil Al-Qaththan. Juga untuk memperkuat penjelasan bahwa nasikh dan mansukh itu
benar adanya, banyak ayat-ayat Alquran yang menunjukkannya, antara lain;

• Surah al-Anfaal ayat 65 dinasakh oleh Surah al-Anfaal ayat 66


• Surah al-Baqarah ayat 115 dinasakh oleh Surah al-Baqarah ayat 144
• Surah al-Baqarah ayat 284 dinasakh oleh Surah al-Baqarah ayat 286
• Surah an-Nisa Ayat 15 dinasakh oleh Surah an-Nur Ayat 2
• Surah al-Mujadilah Ayat 12 dinasakh oleh Surah al-Mujadilah Ayat 13
• Surah at-Taubah ayat 41 dengan Surah an-Nur Ayat 61, at-Taubah 91, dan at-
Taubah Ayat 12
B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa kekurangan masih sangat
banyak dan mungkin terdapat kekeliruan di dalamnya. Untuk itu, saya mohon kritik dan saran
untuk kami memperbaiki kinerja di masa depan nanti.

Namun, tetap saya berharap semoga sedikit banyak makalah ini bisa diambil kebaikan
oleh para pembaca. Atas segala perhatiannya, saya mengucapkan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA
El-Mazni, Aunur Rafiq, Pengantar Studi Ilmu Alquran, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2007)

Wahab, Muhammad Abduh, Pro Kontra Ayat Alquran Yang Dihapus, (Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing, 2020)

Ikhsanُّ Intizam,ُّ “Konsepُّ Nasikhُّ danُّ Mansukhُّ dalamُّ Alquranُّ Sebagaiُّ Kaidahُّ Penetapanُّ
Hukum”,ُّ(Kendal:ُّSTITُّMuhammadiyah,ُّVol.ُّ11,ُّNo.ُّ1.ُّ2020)

10

Anda mungkin juga menyukai