Dosen Pengampu :
Muhammad Husein, MA
Disusun Oleh :
Wulan Karuniawati
2022 M / 1443 H
1
BAB I
PEMBAHASAN
Mengenai Nasakh telah dibahas beberapa kali dalam pembelajaran kita sebelumnya.
Namun, di sini ada beberapa kesimpulan untuk membantu kembali fokus terhadap materi kali
ini.
Terdapat perbedaan pendapat antara ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin dalam
mendefinisikan nasakh secara terminologis. Perbedaan pendapat tersebut bersumber pada
banyaknya pengertian nasakh secara etimologi sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Cakupan
makna yang ditetapkan ulama mutaqoddimin di antaranya: 1
1 Ikhsan Intizam, “Konsep Nasikh dan Mansukh dalam Alquran Sebagai Kaidah Penetapan Hukum”,
2
terbaru. Yang dimaksud dengan pengangkatan hukum syara' adalah penghapusan kontinuitas
pengamalan hukum tersebut dengan mengamalkan hukum yang ditetapkan terakhir." 2
Salah satu jenis nasakh Alquran dengan Alquran adalah nasakh hukum sedang
tilawahnya tetap. Inilah jenis nasikh mansukh yang paling banyak. Yaitu hukum syar'i
dihapuskan, tidak diamalkan, namun lafaznya tetap ada. Maksudnya, ada beberapa ayat
Alquran yang hukumnya sudah tidak berlaku, sedangkan bacaannya masih tetap dalam
Alquran.
Mengingat pembagian nasakh dalam Alquran ada beberapa pendapat yang
dikemukakan ulama. Sebagian ulama berpendapat tidak boleh menasakh hukum tanpa nasakh
tilawah dengan alasan: 3 1) Yang dimaksud dengan bacaan ayat-ayat Alquran adalah untuk
menjelaskan adanya hukum. Bacaan diturunkan untuk alasan tersebut. Sehingga tidak mungkin
terjadi pencabutan hukum sedangkan bacaannya masih ada, sebab akan hilang apa yang
dimaksud dengan adanya bacaan itu; 2) Suatu hukum apabila dinasakh dan masih tetap
bacaannya akan menimbulkan dugaan masih adanya hukum, hal yang demikian mendorong
mukallaf meyakini suatu kebodohan.
Menanggapi hal itu, al-Qattan mengemukakan hikmah penghapusan hukum, sementara
tilawahnya tetap, di antaranya:
• Alquran di samping dibaca untuk diketahui dan diamalkan hukumnya, juga akan
mendapatkan pahala karena membaca kalam Allah.4
• Pada umumnya nasakh itu meringankan, maka dengan tetap adanya tilawah,
mengingatkan akan nikmat dihapuskannya kesulitan (musyaqqah) suatu kewajiban. 5
2 Muhammad Abduh Wahab, Pro Kontra Ayat Alquran Yang Dihapus, (Jakarta: Rumah Fiqih
3
Sekarang jelaslah bahwa nasakh hukum sedang tilawahnya tetap ada itu terbukti benar
adanya. Untuk membuktikannya lagi, berikut beberapa ayat yang nasakh hukumnya dan tetap
ada tilawahnya:
"Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa ada
kelemahan padamu. Maka, jika di antara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika di antara kamu ada seribu
orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah.
Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. al-Anfal [8]: Ayat 66)
Dalam buku Pengantar Studi Alquran karya Abdul Hamid ditambahkan penjelasan
dalil hadis yang menunjukkan mengenai nasakh dua ayat ini, yaitu:
Abdullah bin Abbas berkata: "Ketika turun (firman Allah): "Jika ada dua puluh
orang yang sabar di antara kamu niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang
musuh" (al-Anfaal [8]: 65). Hal itu berat atas umat Islam, yaitu ketika diwajibkan atas
mereka bahwa satu orang tidak boleh lari menghadapi 10 (musuh). Kemudian datanglah
keringanan, Allah berfirman: "Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah
mengetahui padamu bahwa ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang
sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang." (al-Anfaal [8]: 66). Ketika
4
Allah telah meringankan dari mereka jumlah (musuh yang wajib dihadapi), kesabaran pun
berkurang seukuran apa yang Allah telah meringankan dari mereka." (HR. Bukhari)6
2) Surah al-Baqarah ayat 115 dinasakh oleh Surah al-Baqarah ayat 144:
ِيم
ُّ عل ََُّّ ن ٱ
َ ُّّلل َوسِع ُُّ ق َُّوٱ ۡل َم ۡغ ِر
َُِّّ بُّۚ فَأ َ ۡينَ َما ت ُ َولُّواُّ فَثَ َُّّم َوجۡ هُ ٱ
َُّّ ّللُّۚ ِإ ُُّ ّلل ٱ ۡل َم ۡش ِر
َُِّّ ِ َو
"Dan milik Allah Timur dan Barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah
wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah [2]:
Ayat 115)
Ayat ini menjelaskan bahwa ke arah mana pun menghadap di situ ada wajah
Allah, dihapus dengan ayat 144 yang berisi perintah hanya menghadap masjid al-haram
saat beribadah, ayatnya yaitu:
3) Surah al-Baqarah ayat 284 dinasakh oleh Surah al-Baqarah ayat 286:
6 Abdul Hamid, Pengantar Studi Alquran, (Jakarta: Kencana, 2016) hlm. 152
5
Ayat tersebut dinasakh oleh surah yang sama Ayat 286:
6
(menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
Kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian
orang-orang yang beriman." (QS. an-Nur 24: Ayat 2)
ُِّك خ َۡي ُّر لَّكُ ُّۡم َوأَ ۡط َه ُُّرُّۚ فَإِن لَّ ُّۡم ت َِجدُواُّ فَإِ َّن
َُّ ص َدقَةًُُّّۚ ذَل
َ َي نَجۡ َوىكُ ُّۡم َُّ ل فَقَ ِد ُمواُّ َب ۡي
ُّۡ ن َيد َُّ ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذ
َّ ِين َءا َمن َُٰٓواُّ ِإذَا نَ َج ۡيت ُ ُُّم ٱ
َُّ لرسُو
ُّور َّرحِ يمُّ ُغفَ ّللََُّّ ٱ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan
khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin)
sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih
bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. al-Mujadilah 58: Ayat 12)
Ayat tersebut berisi perintah untuk bersedekah sebelum mengadakan
pembicaraan khusus dengan Nabi Muhammad, dihapus dengan ayat berikutnya (ayat
13) yang berisi laksanakanlah shalat, zakat dan taatlah pada Allah dan Rasulnya sebagai
ganti sedekah sebelum melakukan pembicaraan, ayatnya yaitu:
6) Surah at-Taubah ayat 41 dengan Surah an-Nur Ayat 61, at-Taubah 91, dan at-Taubah
Ayat 12:
َُّ ّللُّۚ ذَ ِلكُ ُّۡم خ َۡي ُّر لَّكُ ُّۡم ِإن كُنت ُ ُّۡم تَعۡ لَ ُم
ون ُِّ اّل َو َج ِهدُواُّ ِبأَمۡ َو ِلكُ ُّۡم َوأَنفُسِ كُ ُّۡم فِي َس ِبي
َُِّّ ل ٱ ُّ ً َٱنف ُِرواُّ خِ فَافًا َو ِثق
"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. At-Taubah 9: Ayat 41)
7
Ayat tersebut berisi perintah berperang/berjihad baik dalam keadaan kuat atau
lemah, dihapus dengan QS. al-Nur ayat 61, al-Taubah ayat 91 yang berisi adanya
keringanan tidak pergi berperang bagi orang-orang yang lemah seperti orang buta,
orang pincang, orang sakit, dan QS. al-Taubah ayat 122 berupa membagi sebagian
muslim untuk menuntut ilmu agama (tidak ikut perang semuanya).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ُّ ِ علَى ٱ ۡل َم ِر
,... ُّيض َح َرج ُِّ علَى ٱ ۡۡلَعۡ َر
ُّ َ ج َح َرجُّ َو
َ ّل ُّ َ علَى ٱ ۡۡلَعۡ َمىُّ َح َرجُّ َو
َ ّل َُّ لَّ ۡي
َ س
"Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula)
bagi orang sakit,..”ُّ(QS. an-Nur 24: Ayat 61)
ِ َّ ِ ُّصحُوا
ُّّلل َُّ ُُون َما يُن ِفق
َ َون َح َرجُّ ِإذَا ن َُّ ّل َي ِجد َُّ علَى ٱلَّذ
ُّ َ ِين َ ّل ُّ َ ضىُّ َو َ علَى ٱ ۡل َم ۡرَ ّلُّ َ ض َعفَا َٰٓ ُِّء َوُّ علَى ٱل َ سَُّ لَّ ۡي
ُّ ُغف
ُّور َّرحِ يم َ ّلل َُّ علَى ٱ ۡل ُمحۡ سِ ن
َُُّّ ِين مِن َس ِبيلُُّّۚ َُّوٱ َ َو َرسُو ِل ِهُّۦُّۚ َما
"Tidak ada dosa (karena tidak pergi berperang) atas orang yang lemah, orang
yang sakit, dan orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan, apabila
mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada alasan apa pun untuk
menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang," (QS. At-Taubah 9: Ayat 91)
َ ل ف ِۡرقَةُّ ِم ۡن ُه ُّۡم
ُِّ طآَٰئِفَةُّ ِليَتَفَقَّ ُهواُّ فِي ٱلد
ُِّين َو ِليُنذ ُِروا ُِّ ُّل نَف ََُّر مِن ك َُّ َان ٱ ۡل ُم ۡؤمِ ن
ُّ َ ُون ِليَنف ُِرواُّ َكآَٰفَّ ُّةًُّۚ فَلَ ۡو َُّ َو َما ك
َ قَ ۡو َم ُه ُّۡم إِذَا َر َجعُ َٰٓواُّ إِلَ ۡي ِه ُّۡم لَعَلَّ ُه ُّۡم يَحۡ ذَ ُر
ُّون
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya." (QS. At-
Taubah 9: Ayat 122)
8
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa kekurangan masih sangat
banyak dan mungkin terdapat kekeliruan di dalamnya. Untuk itu, saya mohon kritik dan saran
untuk kami memperbaiki kinerja di masa depan nanti.
Namun, tetap saya berharap semoga sedikit banyak makalah ini bisa diambil kebaikan
oleh para pembaca. Atas segala perhatiannya, saya mengucapkan terima kasih.
9
DAFTAR PUSTAKA
El-Mazni, Aunur Rafiq, Pengantar Studi Ilmu Alquran, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2007)
Wahab, Muhammad Abduh, Pro Kontra Ayat Alquran Yang Dihapus, (Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing, 2020)
Ikhsanُّ Intizam,ُّ “Konsepُّ Nasikhُّ danُّ Mansukhُّ dalamُّ Alquranُّ Sebagaiُّ Kaidahُّ Penetapanُّ
Hukum”,ُّ(Kendal:ُّSTITُّMuhammadiyah,ُّVol.ُّ11,ُّNo.ُّ1.ُّ2020)
10