1. AL-QUR’AN
2. AS-SUNNAH ATAU HADIS NABI
3. IJTIHAD
AL-QUR’AN
Secara bahasa al-Qur’an artinya bacaan, yang mana kata dasarnya adalah Qora’a
yang artinya membaca. al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, akan tetapi isinya
harus diamalkan, oleh karena itu al-Qur’an dinamakan kitab yang ditetapkan atau
diwajibkan untuk dilaksanakan. Al-Qur’an secara istilah adalah wahyu dr Allah
yang diberikan kepada Rasulnya yang jelas dan pasti. Sebagaimana perkataan Subhi
Ash-Shalih : Kalam Ilahi (Sebagai mukjizat) yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw dan tertulis dalam Mushaf berdasarkan sumber-sumber yang
mutawatir yang bersifat pasti kebenarannya dan membacanya adalah ibadah.
Sedangkan As-Syaukani, mengatakan bahwa al-Qur’an adalah: “kalam (Wahyu)
Allah yang diturunkan kpd Rasul-Nya, Muhammad bin Abdillah dalam bahasa arab
dan maknanya yang murni, yang sampai kepada umat manusia secara mutawatir”,
yang berfungsi sebagai mukjizat bagi Rasulullah Muhammad, sebagai pedoman
hidup bagi setiap umat Islam, sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-
kitab Allah sebelumnya, bernilai abadi, yang secara keseluruhan berisikan ajaran-
ajaran aqidah, syariat dan akhlak bagi umat manusia.
HUKUM-HUKUM YANG TERKANDUNG
DALAM AL-QUR’AN ADA 3 MACAM
1. Petunjuk kepada umat manusia kejalan yang baik dan benar agar manusia
memperoleh kebahagian dalam menjalani hidupnya, baik di dunia dan akhirat.
2. Sebagai keterangan-keterangan, yaitu memberikan keterangan, dalil dan
penjelasan secara terperinci tentang batasan yang ditentukan Allah SWT.
3. Al-Qur’an sebagai kabar gembira, yaitu memberikan harapan-harapan masa
depan bagi yang beriman, tunduk dan patuh pada aturan Allah, berupa janji
Allah dalam bentuk kesenangan dan kenikmatan yg tiada tara.
4. Pemisah antara haq dan batil, antara yang benar dan yang sesat
5. Pengajaran dari Allah, yaitu pengajaran yang dapat membimbing manusia untuk
mencari kebenaran
6. Obat penyakit hati, yaitu penawar bagi hati yang gundah, jiwa yang tidak
tentram, hati yang kesat, dan membersihkan jiwa yang kotor. Al-Qur’an sebagai
penawar jiwa yang haus (syafa). Syifa artinya obat, penawar atau penyembuh.
7. Rahmat, yaitu karunia bagi umat manusia, yang akan memberikan kenikmatan
hidup jasmani dan rohani.
Sumber Hukum Islam yang ke -2 adalah
Hadis (sunnah)
Sunnah adalah sumber kedua ajaran Islam. Sunnah secara bahasa adalah suatu
sarana, suatu jalan, aturan dan cara untuk berbuat atau cara hidup. Ia berarti juga
metode atau contoh. Dalam pengertian istilah aslinya adalah perkataan, perbuatan
dan persetujuan yang berasal dari Nabi Muhammad Saw. Ada 3 jenis sunnah itu,
(1) qaul atau perkataan Nabi (2). Fi’li atau Tindakan atau perbuatan Nabi (3) takrir
atau sikap diam Rasulullah sebagai persetujuan dari tindakan atau amal perbuatan
orang lain.
Sunnah berarti pula jalan hidup yang dibiasakan, baik jalan hidup baik atau buruk,
terpuji atau tercela. Pengertian ini sejalan dengan bunyi hadis Nabi yang artinya:
“barang siapa yang membuat sunnah yang terpuji, maka baginya pahala sunnah
itu dan pahala orang lain yang mengamalkannya. Dan barang siapa yang
menciptakan sunnah yang buruk, maka baginya dosa sunnah itu dan dosa orang
yang mengamalkan sampai hari kiamat.”
Fungsi sunnah terhadap al-Qur’an
Ada 3 fungsi sunnah atas al-Qur’an dalam pandangan ahli usul, sebgaimana
dijelaskan Moh. ‘Ajjal al-Khatib:
1) Sunnah berfungsi mendukung atau menegaskan suatu ketentuan yang dibawa
al-Qur’an. Dalam hal ini, sunnah tidak menambahkan apa yang telah di tetapkan
al-Qur’an. Akan tetapi fungsinya adalah memperkuat, namun bukan berrati ayat
al-Qur’an tidak kuat, melainkan pengulangan penegasan kembali oleh Rasullah
terhadap masalah yang ada dalam al-Qur’an.
2) Sunnah berfungsi memperjelas atau merinci apa yang digariskan dalam al-
Qur’an
3) Sunnah berfungsi menetapkan hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.
Sumber Hukum Islam yang ke - 3 adalah
Ijtihad
Ijtihad adalah mencurahkan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu,
yaitu penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan suatu keputusan
hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam al-Qur’an dan
sunnah. Rasulullah pernah bersabda kepada abdullah bin Mas’ud sebagai
be'rikut: “Berhukumlah engkau dengan al-Qur’an dan sunnah Rasul, apabilan
suatu persoalan itu engkau temukan dalam dua sumber tersebut. Apabila engkau
tidak menemukan, maka berijtihadlah”. Rasulullah pun pernah mengatakan
kepada Ali bin Abi Thalib: “apabila engkau berjihad dan jihadmu betul, maka
engkau akan mendapatkan dua pahala. Tetapi apabila jihadmu salah, maka
engkau hanya mendapatkan satu pahala”.
Ada tiga hukum ijtihad seperti ditetapkan para ahli usul fikih, antara lain adalah
fardhu ain (wajib bagi setiap orang), kedua fardhu kifayah (cukup dilakukan
sebagian orang), ketiga adalah mandub (sunnah)
Dalil Ijtihad dlm al-Qur’an dan Hadist
Surah an-Nisa’ ayat 59:
ِ ِ ول وُأولِى اَْأل ْم ِر ِمن ُكم فَِإ ن َتنَ َاز ْعتُم فِي َشى ٍء َفردُّوهُ ِإلَى
َ ِاهلل َوالَْي ْوم اَْأل ِخ ِر ذَل
ك ِ ِول ِإن ُكنتُم تُْؤ ِمنُو َن ب
ْ
ِ الر ُس
َّ اهلل َو ُ ْ ْ ْ ْ َ َ الر ُس
ِ َأطيعوا اهلل و
َّ َأطيعُوا ِ
َ َ ُ ين َء َامنُوا
ِ َّ ُّ ي
َ اَأي َها الذ َ
}59{ ًَأح َس ُن تَْأ ِويال
ْ َخ ْي ُُر َو
Artinya “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah (al-Qur’an) dan taatilah Rasul-Nya (Hadis), dan ulil
amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah pada Allah
dan Rasul-Nya”
Sebagaimana Rasulullah membenarkan sahabat Mu’adz bin Jabal yang akan memutuskan
hukum berdasar ra’yu, ketika tak ada tuntunan dalam Al-Quran dan Sunnah.
ف َت ْقضِي ِإ َذا َ « َكْي: ُال لَه َ ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم لَ َّم ا َب َع
َ َث ُم َعاذًا ِإىَل الْيَ َم ِن ق ِ َ َأن رس
َ ول اللَّه
ٍ
ُ َ َّ ال َمَّرًة َع ْن ُم َعاذَ َ َوق: ال َ َص قٍ ْ اب ُم َع ٍاذ ِم ْن َْأه ِل مِحِ َأص ح
َ ْ َع ْن
«فَِإ ْن مَلْ جَتِ ْد يِف:ال
َ َصلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق ِ ِ ِ
َ َأقْضِي بِ ُسنَّة َر ُسول اللَّه:ال َ َاب اللَّ ِه؟» ق ِ َ «فَِإ ْن مَل جَتِ ْد يِف كِت:ال
ْ َ َاب اللَّ ِه ق
ِ َ َأقْضِي بِ ِكت:ال َ َضاءٌ؟» ق َ َك ق
َ َض ل َ َعَر
«احْلَ ْم ُد لِلَّ ِه الَّ ِذي:ال
َ َص ْد ِري وق ِِ ِ
َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم بِيَده يِف
ِ ُ فَضرب رس:ال
َ ول اللَّه ِ ْ :ال
ُ َ َ َ َ َ ََأجتَ ِه ُد بَرْأيِي َواَل آلُو ق َ َصلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم؟» ق ِ ِ ِ
َ ُسنَّة َر ُسول اللَّه
»صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ َ ول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم لِما ير ِضي رس ِ ول رس
َ ول اللَّه ُ َ ُْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ َوفَّ َق َر ُس
Dari orang-orang Himsh murid, dari Mu’adz bahwa Rasulullah saw. mengutusnya ke
Yaman. Rasulullah saw. bertanya, “Bagaimana caramu memberi keputusan, ketika ada
permasalahan hukum?” Mu’adz menjawab, “Aku akan memutuskan berdasar kitabullah.”
Rasulullah bertanya, “Jika engkau tak menemukan dasar dalam kitabullah?” Mu’adz berkata,
“Aku akan menghukumi berdasarkan sunnah Rasulullah saw.” Rasul berkata, “Jika kau tidak
menemukan dalam sunnah Rasul?” Mu’adz menjawab, “Aku akan memutuskan berdasarkan
pendapatku” Rasulullah saw. menepuk-nepuk dada Mu’adz sambil berkata, “Segala puji bagi
Allah yang menuntun utusan Rasulullah kepada apa yang diridai Rasulullah” (HR. Al-Baihaqi No.
3250)
KERANGKA DASAR AGAMA
ISLAM
1. HUBUNGAN ANTAR UNSUR DALAM
KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
2. PENGERTIAN AQIDAH
3. RUANG LINGKUP AKIDAH
4. POSISI IMAN DALAM ISLAM
Kerangka Dasar Agama Islam
1. Aqidah
aqidah berasal dari kata “aqada” (Bahasa Arab) yang secara bahasa berarti
“ikatan” atau “sangkutan”, maksudnya adalah bahwa seseorang itu terikat pada suatu
ketetapan jiwa yang kuat. Sedangkan secara Istilah (terminologi) adalah keyakinan
atau lebih khusus lagi keimanan.
2. Syari’ah
secara bahasa adalah jalan, maksudnya jalan yang ditempuh oleh manusia.
agama islam adalah whole way of life (Keseluruhan jalan Hidup). Dan syari’ah
merupakan panduan hidup bagi umat muslim untuk menaatinya. Konsep inilah yang
kemudian diaplikasikan dalam bentuk Hukum, norma, sosial, politik, ekonomi dan
konsep hidup lainnya. Syari’ah sendiri secara terminologi adalah Hukum-hukun dan
tata aturan dari Allah (Tuhan) agar ditaati oleh seluruh hamba-Nya. Syari’ah ini
adalah sebuah atutan, norma atau hukum yang mengatur manusia, baik dengan
Tuhannya maupun dengan sesama manusia dan alam sekitar.
3. Akhlak
secara etimologi adalah “perangai atau tabiat”. Sedangkan secara terminologi
adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan
Hubungan diantara ketiganya sangatlah penting dan tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lainnya., karena aqidah, syari’ah dan akhlak mempunyai hubungan
timbal balik yang saling berkaitan tidak dapat dipisahkan dari yang lainnya. Akan
tetapi dari ketiga unsur tersebut aqidah menjadi dasar atau pokok, sedangkan
syari’at dan akhlak menjadi cabang, itulah sebab ilmu yang membahas tentang
aqidah disebut ilmu Ushuluddin, artinya ilmu dasar atau pokoknya agama.
SYARI’AH
AKIDAH
AKHLAK
Keterangan :