3. QS. An Nisa : 36
2
ِكي ِنeربَ ٰى َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم ٰ َسeۡ eُ ِذي ۡٱلقeِ ٗنا َوبeوا بِ ِهۦ َش ٗۡٔي ۖا َوبِ ۡٱل ٰ َولِ َد ۡي ِن ِإ ۡح ٰ َس
ْ وا ٱهَّلل َ َواَل تُ ۡش ِر ُك
ْ ٱعبُ ُد
ۡ ۞ َو
ا َملَ َك ۡت َأ ۡي ٰ َمنُ ُكمۡۗ ِإ َّنeeيل َو َم
ِ ِب َو ۡٱب ِن ٱل َّسبِ ب بِ ۡٱل َج ۢن eِ َّاحِ ب َوٱلص ِ ُار ۡٱل ُجن ۡ ۡ
ِ ار ِذي ٱلقُ ۡربَ ٰى َوٱل َج
ۡ
ِ َوٱل َج
٣٦ ان ُم ۡختَااٗل فَ ُخورًا َ ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ َمن َك
36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Surat An-Nisa ayat 36 ini menjelaskan tentang betapa pentingnya untuk silaturahmi. Pada ayat ini,
perintah silaturahmi berdampingan perintah untuk bersujud kepada Allah SWT. Hal tersebut
semakin menegaskan bahwa silaturahmi sangatlah penting untuk umat muslim.
”Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah ia menyambung (tali) silaturrahim.” (Muttafaqun 'alaihi).
Terkait dengan dipanjangkan umurnya, seorang ulama besar lbnu Hajar rahimahullah menjelaskan
sbb:
Pertama, tambahan (umur) yang dimaksud yaitu usia yang diberi berkah, karena mendapat taufiq
(kemudahan) menjalankan ketaatan, menyibukkan waktunya dengan hal yang bermanfaat.
Sehingga namanya akan tetap dikenang. Sedah-olah seseorang itu tidak pernah mati.
Kedua, tambahan itu secara hakikat atau sesungguhnya. Hal itu berkaitan dengan ilmu malaikat
yang diberi tugas mengenai umur manusia. Adapun yang ditunjukkan oleh ayat: "Maka apabila
telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat
(pula) memajukannya.”(QS. Al A'raf: 34). Maka hal itu berkaitan dengan ilmu Allah Ta'ala.
3
Umpamanya dikatakan kepada malaikat, umur si fulan 100 tahun jika ia menyambung
silaturahmi, dan 60 tahun jika ia memutuskannya.” Allahua'lamu bishawab (hanya Allah yang
mengetahui kebenarannya)
Keutamaan kedua, sebagai tanda bukti dia beriman kepada Allah Ta'ala dan Hari Akhir.
Orang beriman kepada Allah dan hari akhir sudah semestinya selalu berusaha menjaga tali
silaturrahim dan menyambungnya, sebagaimana Rasulullah S.A.W. bersabda:
Mangkaana yu’minu billaahi wal yaumil akhiri, fal yuk rim dloifahu, wa mangkaana
yu’minu billaahi wal yaumil akhiri falyashil rokhimah.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan
tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
menyambung silaturrahim." (HR Bukhari).
Keutamaan ketiga, menjadi sebab dia masuk surga. Rasulullah S.A.W. bersabda:
"Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di
malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat." (HR Ibnu
Majah dan Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf R.A., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah S.A.W.
bersabda,
”Allah berfirman, 'Aku adalah Maha Pengasih dan ia adalah Rahim, nama itu diambil dari bagian
nama-Ku, siapa yang menyambungnya, maka Aku memberikan rahmat-Ku kepadanya, dan siapa
yang memutuskannya, maka Aku memutuskan rahmat-Ku darinya'.” (HR. Abu Dawud).