Anda di halaman 1dari 40

BUKU PANDUAN PESANTREN RAMADHAN

GURU PAUD SE-KOTA PARIAMAN

‘PENINGKATAN ILMU DINIYAH BAGI GURU PAUD


SEBAGAI BEKAL MENDIDIK ANAK-ANAK DIDIK KOTA
PARIAMAN”

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA


KOTA PARIAMAN 2022 M / 1443 H

1
‫هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬
ِ ‫ِبسْ ِم‬
Empat Kewajiban Setiap Muslim

Saudaraku ketahuilah–semoga Allah merahmatimu–bahwa wajib bagi kita


mempelajari empat hal:
Pertama: ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama
Islam disertai dalil-dalinya.
Kedua: mengamalkannya.
Ketiga: mendakwahkannya.
Keempat: sabar atas gangguan dalam melaksanakannya.

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫وا‬GGُ‫وا َو َع ِمل‬GG‫ِين آ َم ُن‬


َ ‫) ِإاَّل الَّذ‬٢( ‫ ٍر‬GG‫ان َلفِي ُخ ْس‬
َ GG‫) ِإنَّ اِإْل ْن َس‬١( ‫ ِر‬GG‫ص‬ ْ ‫ َو ْال َع‬.‫رَّ ِحي ِْم‬GG‫رَّ حْ َم ِن ال‬GG‫هللا ال‬
ِ ‫ ِم‬GG‫﴿ ِب ْس‬
َّ ‫اص ْوا ِبال‬
﴾‫صب ِْر‬ ْ
َ ‫اص ْوا ِبال َح ِّق َو َت َو‬ َ ‫ت َو َت َو‬ ِ ‫الصَّال َِحا‬
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta yang nasihat-
menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran.” (QS. Al-Ashr [103]: 1-3)

Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata:

‫َل ْو َما َأ ْن َز َل هللاُ حُجَّ ًة َع َلى َخ ْلقِ ِه ِإالَّ َه ِذ ِه الس ُّْو َر َة َل َك َف ْت ُه ْم‬
“Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah bagi makhluk-Nya selain surat ini, niscaya
ia telah mencukupi.”

Imam Al-Bukhari Rahimahullah berkata:
‫َبابُ ْالع ِْل ِم َق ْب َل ْال َق ْو ِل َو ْال َع َم ِل‬
“Bab: ilmu sebelum berucap dan berbuat.”
Dalil hal tersebut adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫﴿ َفاعْ َل ْم َأ َّن ُه اَل ِإ َل َه ِإاَّل هللاُ َواسْ َت ْغفِرْ ل َِذ ْن ِب‬


﴾‫ك‬
“Ilmuilah bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan
mintalah ampun atas dosamu.” (QS. Muhammad [47]: 9) Oleh karena itu, ilmu
didahulukan sebelum berkata dan beramal.

Tiga Keyakinan Terhadap Allah


Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu– bahwa wajib bagi setiap Muslim dan
Muslimah mempelajari pula tiga hal berikut ini dan mengamalkannya.

Pertama: 

2
Allah-lah yang menciptakan dan memberi rezki kepada kita dan tidak membiarkan
kita terlantar, tetapi mengutus seorang Rasul kepada kita. Barangsiapa yang
mentaatinya, akan masuk Surga, dan barangsiapa yang menentangnya, akan
masuk Neraka. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫) َف َع‬١٥( ‫واًل‬G ‫ ْو َن َر ُس‬G‫ ْل َنا ِإ َلى فِرْ َع‬G ‫ا َأرْ َس‬GG‫اه ًِدا َع َل ْي ُك ْم َك َم‬G ‫واًل َش‬G ‫ ْل َنا ِإ َل ْي ُك ْم َر ُس‬G ‫﴿ِإ َّنا َأرْ َس‬
ُ‫ ْون‬G‫ى فِرْ َع‬G ‫ص‬
﴾ ‫الرَّ سُو َل َفَأ َخ ْذ َناهُ َأ ْخ ًذا َو ِبياًل‬
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul sebagai saksi atas
kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir’aun, lalu
Fir’aun menentangnya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.” (QS. Al-
Muzammil [73]: 15-16)

Kedua: 
Sesungguhnya Allah tidak ridha untuk disekutukan dengan sesuatu pun bersama-
Nya dalam ibadah kepada-Nya, baik Malaikat yang didekatkan ataupun Nabi yang
diutus. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴾‫هللا َأ َح ًدا‬
ِ ‫﴿وَأنَّ ْال َم َسا ِجدَ هَّلِل ِ َفاَل َت ْدعُوا َم َع‬
َ
“Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu berdoa
kepada seorang pun bersama Allah.” (QS. Jin [72]: 18)

Ketiga:
Barangsiapa yang mentaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan
mentauhidkan Allah, maka tidak boleh baginya untuk berwala’ (berkasih sayang)
kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun ia adalah kerabat
dekatnya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ا َء ُه ْم‬GG‫ َو َل ْو َكا ُنوا آ َبا َء ُه ْم َأ ْو َأ ْب َن‬،ُ‫هللا َو َرسُو َله‬


َ ‫ون َمنْ َحا َّد‬ َ ‫هلل َو ْال َي ْو ِم اآْل خ ِِر ي َُوا ُّد‬ َ ‫﴿اَل َت ِج ُد َق ْومًا يُْؤ ِم ُن‬
ِ ‫ون ِبا‬
ٍ ‫ َوي ُْد ِخلُ ُه ْم َج َّنا‬،ُ‫ُوح ِم ْنه‬ ‫وب ِه ُم ا ي َم َ َأ‬ ‫ُأ‬ َ ِ‫َأ ْو ِإ ْخ َوا َن ُه ْم َأ ْو َعش‬
‫ ِري‬GGْ‫ت َتج‬ ٍ ‫ان َو يَّدَ ُه ْم ِبر‬ ‫ب فِي قُلُ ِ ِإْل‬ َ ‫ و َل‬،‫ير َت ُه ْم‬
َ ‫ِئك َك َت‬
‫هللا‬
ِ ‫ب‬ َ ‫ز‬G ْ G‫ َأاَل ِإنَّ ِح‬،‫هللا‬ ِ ُ‫زب‬G ْ G‫ِئك ِح‬ َ ‫ ُأو َل‬،ُ‫ ه‬G‫ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن‬،‫ِين فِي َها‬ َ ‫ِمنْ َتحْ ِت َها اَأْل ْن َها ُر َخالِد‬
﴾‫ُون‬َ ‫ُه ُم ْال ُم ْفلِح‬
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau pun
keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan
keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang
datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka
dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan
yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 22)

Makna Hanif
Saudaraku ketahuilah –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbingmu untuk
mentaati-Nya– bahwa agama Ibrahim yang hanif adalah engkau menyembah Allah
semata dan memurnikan ketaatan kepada-Nya, demikian itu yang diperintahkan
Allah kepada seluruh manusia dan tujuan diciptakannya mereka. Hal ini
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴾‫ون‬ َ ‫ت ْال ِجنَّ َواِإْل ْن‬
ِ ‫س ِإاَّل لِ َيعْ ُب ُد‬ ُ ‫﴿ َو َما َخ َل ْق‬
3
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Makna (‫ن‬ ِ ‫“ ) َيعْ ُب ُد ْو‬menyembah-Ku” adalah (‫“ )ي َُوحِّ ُد ْو ِن‬mentauhidkan-Ku”.
Hal teragung yang diperintahkan Allah adalah tauhid, yaitu menyendirikan Allah
dalam ibadah, sementara hal yang sangat dilarang-Nya adalah kesyirikan,
yaitu menyembah selain Allah bersamaan dengan (menyembah) Allah. Dalilnya
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴾‫هللا َواَل ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْيًئ ا‬
َ ‫﴿ َواعْ ُب ُدوا‬
“Dan sembahlah Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun.” (QS. An-
Nisa’ [4]: 36)

Tiga Hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim


Apabila ditanyakan kepadamu, “Apa Al-Ushul As-Tsalatsah (tiga hal mendasar) yang
wajib diketahui oleh tiap-tiap Muslim?” Maka, jawablah, “Seorang hamba mengenal
Tuhannya, agamanya, dan Nabinya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Mengenal Allah
Apabila ditanyakan kepadamu, “Siapa Tuhanmu?” Maka jawablah, “Tuhanku adalah
Allah yang telah memeliharaku dan seluruh alam dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia
adalah sesembahanku. Aku tidak memiliki sesembahan selain Dia.” Dalilnya adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ‫﴿ ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعا َلم‬
﴾‫ِين‬
“Segala puji milik Allah tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah [1]: 2] Segala sesuatu
selain Allah adalah alam (makhluk).
Apabila ditanyakan kepadamu, “Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu?” Maka
Jawablah, “Dengan tanda-tanda (kekuasaan) dan makhluk-makhluk-Nya.” Di antara
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya adalah malam dan siang, dan matahari dan bulan. Di
antara makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh serta apa
yang ada di antara keduanya. Dalilnya dalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َّ‫ ُج ُدوا هَّلِل ِ الَّذِي َخ َل َقهُن‬G‫اس‬ ِ G‫مْس َواَل ل ِْل َق َم‬


ْ ‫ر َو‬G َّ ‫ ُج ُدوا ل‬G‫﴿ َو ِمنْ آ َيا ِت ِه اللَّ ْي ُل َوال َّن َها ُر َوال َّشمْ سُ َو ْال َق َم ُر اَل َت ْس‬
ِ G‫ِلش‬
﴾‫ون‬ َ ‫ِإنْ ُك ْن ُت ْم ِإيَّاهُ َتعْ ُب ُد‬
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah malam dan siang, matahari,
dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan,
tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-
Nya saja menyembah.” (QS. Al-Fussilat [41]: 37)

Dan juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ َل‬G‫ي اللَّ ْي‬G ‫ش ي ُْغ ِش‬ِ ْ‫ر‬GG‫ َت َوى َع َلى ْال َع‬G ‫اس‬ ْ ‫َّام ُث َّم‬ ‫َأ‬
ٍ ‫ َّت ِة ي‬G ‫ض فِي ِس‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ َم َاوا‬G ‫الس‬ َ G‫﴿ِإنَّ َر َّب ُك ُم هللاُ الَّذِي َخ َل‬
َّ ‫ق‬G
ُّ‫ك هللاُ َرب‬ َ G‫ ُر َت َب‬G ْ‫ َأاَل َل ُه ْال َخ ْل ُق َواَأْلم‬،ِ‫مْره‬
َ ‫ار‬G ِ ‫ت ِب‬ َ ‫ار َي ْطلُ ُب ُه َحث ًِيثا َوال َّش‬
‫مْس َو ْال َق َم َر َوال ُّنجُو َم م َُس َّخ َرا ٍ َأ‬ َ ‫ال َّن َه‬
َ ‫ْال َعا َلم‬
﴾‫ِين‬
“Sesungguhnya Rabb-mu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia tinggi di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,

4
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-A’raf [7]: 54)

Rabb (Tuhan) adalah yang disembah. Dalil hal ini adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
‫ض‬َ ْ‫) الَّذِي َج َع َل َل ُك ُم اَأْلر‬٢١ ( ‫ون‬ َ ‫﴿ َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ اعْ ُب ُدوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخ َل َق ُك ْم َوالَّذ‬
َ ُ‫ِين ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬
ً G‫وا هَّلِل ِ َأ ْن‬GGُ‫ َل ُك ْم َفاَل َتجْ َعل‬G‫ا‬G‫ت ِر ْز ًق‬
‫دَادا‬G ِ ‫را‬G َ G‫الث َم‬َّ ‫ج ِب ِه م َِن‬Gَ ‫ف َِرا ًشا َوال َّس َما َء ِب َنا ًء َوَأ ْن َز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َفَأ ْخ َر‬
َ ‫َوَأ ْن ُت ْم َتعْ َلم‬
﴾‫ُون‬
“Hai manusia! Sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu,
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 21-22)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:


‫ْال َخال ُِق لِ َه ِذ ِه اَأْل ْش َيا ِء ه َُو ْالمُسْ َتح ُِّق ل ِْل ِع َبادَ ِة‬
“Yang menciptakan semua ini adalah yang berhak untuk diibadahi.”
Jenis-jenis ibadah yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Islam,
iman, dan ihsan. Diantaranya pula: doa, khauf (takut), raja`(berharap),
tawakkal, raghbah (berharap amalnya diterima), rahbah (cemas amalnya ditolak),
khusyu, khasyyah (takut), inabah (tobat), isti’anah (mintapertolongan),isti’adzah (min
ta perlindungan dari gangguan setan), istighatsah (minta pertolongan saat genting),
menyembelih, bernadzar, dan ibadah-ibadah lainnya yang diperintahkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala secara keseluruhan. Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫هللا َأ َح ًدا‬
ِ ‫﴿ َوَأنَّ ْال َم َسا ِجدَ هَّلِل ِ َفاَل َت ْدعُوا َم َع‬
“Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu berdoa
kepada seorang pun bersama Allah.” (QS. Jin [72]: 18)
Barangsiapa yang memalingkan satu saja ibadah tersebut kepada selain Allah,
maka dia seorang musyrik lagi kafir (batal keislamannya). Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫ان َل ُه ِب ِه َفِإ َّن َما ح َِسا ُب ُه عِ ْندَ َر ِّب ِه ِإ َّن ُه اَل ُي ْفلِ ُح ْال َكافِر‬
﴾‫ُون‬ َ ‫آخ َر اَل بُرْ َه‬
َ ‫هللا ِإ َلهًا‬
ِ ‫﴿ َو َمنْ َي ْد ُع َم َع‬
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada
suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al-
Mukminun [23]: 117)

Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebutkan:


»‫«ال ُّد َعا ُء ُم ُّخ ْال ِع َبادَ ِة‬
“Doa adalah intisari ibadah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3371)

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ُ‫ُون َعنْ عِ َبادَ تِي َس َي ْد ُخل‬


َ ‫ون َج َه َّن َم دَاخ ِِر‬
﴾‫ين‬ َ ‫﴿ َو َقا َل َر ُّب ُك ُم ْادعُونِي َأسْ َت ِجبْ َل ُك ْم ِإنَّ الَّذ‬
َ ‫ِين َيسْ َت ْك ِبر‬

5
“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang merasa tidak butuh dari berdo’a kepada-
Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’.” (QS. Ghafir [40]: 60)

Dalil khauf adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫ون ِإنْ ُك ْن ُت ْم مُْؤ ِمن‬


﴾‫ِين‬ ِ ُ‫﴿ َفاَل َت َخافُو ُه ْم َو َخاف‬
“Maka, janganlah engkau takut kepada mereka dan takutlah kepadaku, jika engkau
orang-orang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 175)

Dalil raja` adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫ َواَل ُي ْش ِركْ ِب ِع َبادَ ِة َر ِّب ِه َأ َح ًدا‬G‫صالِحً ا‬


َ ‫ان َيرْ جُو لِ َقا َء َر ِّب ِه َف ْل َيعْ َم ْل َع َماًل‬
َ ‫﴿ َف َمنْ َك‬
“Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia
beramal shalih dan tidak menyekutukan dengan suatu apa pun dalam beribadah
kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110)

Dalil tawakkal adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫هللا َف َت َو َّكلُوا ِإنْ ُك ْن ُت ْم مُْؤ ِمن‬


﴾‫ِين‬ ِ ‫﴿ َو َع َلى‬
“Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakkal, jika kalian orang-orang Mukmin.”
(QS. Al-Maidah [5]: 23)

ِ ‫﴿ َو َمنْ َي َت َو َّك ْل َع َلى‬


﴾‫هللا َفه َُو َحسْ ُب ُه‬
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya.”
(QS. Ath-Thalaq [65]: 3)

Dalil raghbah, rahbah, dan khusyu’ adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫ِين‬ ِ ‫ُون فِي ْال َخي َْرا‬


َ ‫ت َو َي ْدعُو َن َنا َر َغبًا َو َر َهبًا َو َكا ُنوا َل َنا َخاشِ ع‬ ِ ‫﴿ِإ َّن ُه ْم َكا ُنوا ي َُس‬
َ ‫ارع‬
“Mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan dan mereka berdoa
kepada Kami dengan penuh harap dan cemas, dan mereka khusyu’ kepada Kami.”
(QS. Al-Anbiya` [21]: 90)

Dalil khasyyah adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ْ ‫﴿ َفاَل َت ْخ َش ْو ُه ْم َو‬
﴾‫اخ َش ْونِي‬
“Maka, janganlah engkau takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 150)

Dalil inabah adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫﴿ َوَأنِيبُوا ِإ َلى َر ِّب ُك ْم َوَأسْ لِمُوا َل ُه‬


“Dan bertaubatlah kepada Tuhanmu dan serahkanlah dirimu kepada-Nya.” (QS. Az-
Zumar [39]: 54)

Dalil isti’anah adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

6
﴾ ُ‫َّاك َنسْ َتعِين‬
َ ‫َّاك َنعْ ُب ُد َوِإي‬
َ ‫﴿ِإي‬
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta
pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)

Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebutkan:

َ ‫« َوِإ َذا اسْ َت َع ْن‬


ِ ‫ت َفاسْ َت ِعنْ ِبا‬
»‫هلل‬
“Apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah.” (HR. At-
Tirmidzi no. 2516)

Dalil isti’adzah adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ُ ‫﴿قُ ْل َأع‬
﴾‫ُوذ ِب َربِّ ْال َف َل ِق‬
“Katakanlah: aku berlindung kepada Tuhannya falaq.” (QS. Al-Falaq [113]: 1)

ُ ‫﴿قُ ْل َأع‬
ِ ‫ُوذ ِب َربِّ ال َّن‬
﴾‫اس‬
“Katakanlah: aku berlindung kepada Tuhannya manusia.” (QS. An-Nas [114]: 1)
Dalil istighatsah adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫اب َل ُك ْم‬
َ ‫ون َر َّب ُك ْم َفاسْ َت َج‬ ُ ‫﴿ِإ ْذ َتسْ َتغ‬
َ ‫ِيث‬
“Jika engkau beristighatsah kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan mengabulkan
bagimu.” (QS. Al-Anfal [8]: 9)

Dalil dari As-Sunnah:

ِ ‫هللا َمنْ َذ َب َح ل َِغي ِْر‬


»‫هللا‬ َ ‫« َل َع َن‬
“Allah melaknat seseorang yang menyembelih karena selain Allah.” (HR. Muslim no.
1978)

Dalil menyembelih adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ُ ْ‫ر‬GG‫ذل َِك ُأ ِم‬Gَ G‫يك َل ُه َو ِب‬


‫ا‬GG‫ت َوَأ َن‬ َ ‫اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعا َلم‬
َ ‫) اَل َش ِر‬١٦٢( ‫ِين‬ َ ‫صاَل تِي َو ُن ُسكِي َو َمحْ َي‬
َ َّ‫﴿قُ ْل ِإن‬
َ ‫َأوَّ ُل ْالمُسْ لِم‬
﴾‫ِين‬
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup, dan matiku hanya untuk
Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya.” (QS. Al-An’am [6]: 162-163)

Dalil nadzar adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫ان َشرُّ هُ مُسْ َتطِ يرً ا‬ َ ُ‫﴿ي ُْوفُ ْو َن ِبال َّن ْذ ِر َو َي َخاف‬
َ ‫ون َي ْومًا َك‬
“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di
mana-mana.” (QS. Al-Insan [76]: 7)

Mengenal Agama Islam

7
Dasar yang kedua: mengenal agama Islam disertai dalil-dalilnya. Islam adalah:

‫ َو ْال َب َرا َءةُ م َِن ال ِّشرْ كِ َوَأهْ لِ ِه‬،ِ‫اعة‬ َّ ‫ َوااْل ِ ْنقِ َيا ُد َل ُه ِب‬،ِ‫ْاالِسْ ِتسْ الَ ُم هَّلِل ِ ِبال َّت ْو ِح ْيد‬
َ ‫الط‬
“Berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk patuh dengan
mentaati-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.”

Islam memiliki tiga tingkatan: Islam, iman, dan ihsan. Masing-masing tingkatan


memiliki rukun tersendiri.

Rukun Islam ada lima: syahadatain, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan, dan haji ke Baitullah Al-Haram.

Dalil syahadat adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫﴿ َش ِهدَ هللاُ َأ َّن ُه اَل ِإ َل َه ِإاَّل ه َُو َو ْال َماَل ِئ َك ُة َوُأولُو ْالع ِْل ِم َقاِئمًا ِب ْالقِسْ طِ اَل ِإ َل َه ِإاَّل ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم‬
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran
[3]: 18)

Maknanya adalah (ُ ‫ق ِإالَّ هللا‬ ْ ‫“ )اَل َمعْ ب‬tidak ada sesembahan yang berhak
ٍّ GG‫ودَ ِب َح‬GGُ
disembah selain Allah”. Lafazh (‫ )اَل ِإ َل َه‬menafikan seluruh yang disembah selain Allah
dan lafazh (ُ ‫ )ِإالَّ هللا‬menetapkan bahwa ibadah hanya untuk Allah semata, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam ibadah kepada-Nya, begitu juga tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam kerajaan-Nya.  Tafsir tentang ini akan jelas dengan firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:

َ G‫) ِإاَّل الَّذِي َف َط‬٢٦( ‫ون‬


ِ ‫ َي ْهد‬G‫رنِي َفِإ َّن ُه َس‬G
)٢٧( ‫ِين‬ َ G‫ ِه ِإ َّننِي َب‬G‫﴿ َوِإ ْذ َقا َل ِإب َْراهِي ُم َأِل ِبي ِه َو َق ْو ِم‬
َ ‫ ُد‬G‫را ٌء ِممَّا َتعْ ُب‬G
َ ‫َو َج َع َل َها َكلِ َم ًة َباقِ َي ًة فِي َعق ِِب ِه َل َعلَّ ُه ْم َيرْ ِجع‬
﴾‫ُون‬
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,
tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia
akan memberi hidayah kepadaku.’ Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu
kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat
tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 26-28)

‫ذ‬Gَ G‫ ْيًئ ا َواَل َي َّت ِخ‬G ‫ ِه َش‬G ‫ك ِب‬ َ ‫ب َت َعا َل ْوا ِإ َلى َكلِ َم ٍة َس َوا ٍء َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُك ْم َأاَّل َنعْ بُدَ ِإاَّل‬
َ ‫هللا َواَل ُن ْش ِر‬ ِ ‫﴿قُ ْل َيا َأهْ َل ْال ِك َتا‬
﴾‫ُون‬ َ ‫هللا َفِإنْ َت َولَّ ْوا َفقُولُوا ا ْش َه ُدوا ِبَأ َّنا مُسْ لِم‬ ِ ‫ون‬ِ ‫ض َنا َبعْ ضًا َأرْ َبابًا ِمنْ ُد‬ ُ ْ‫َبع‬
“Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah
kecuali Allah dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’” (QS. Ali Imran [3]: 64)

Dalil syahadat ‫هللا‬
ِ ‫م َُح َّم ٌد َرس ُْو ُل‬ adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

8
َ ‫﴿ َل َق ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِمنْ َأ ْنفُسِ ُك ْم َع ِزي ٌز َع َل ْي ِه َما َع ِن ُّت ْم َح ِريصٌ َع َل ْي ُك ْم ِب ْالمُْؤ ِمن‬
﴾‫ِين َرءُوفٌ َرحِي ٌم‬
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS.
At-Taubah [9]:128)

Makna syahadat (‫هللا‬


ِ ‫ )م َُح َّم ٌد َرس ُْو ُل‬adalah:

[1] (‫اع ُت ُه فِ ْي َما َأ َم َر‬


َ ‫) َط‬: mentaati Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa yang
diperintahkannya.

[2] (‫) َتصْ ِد ْيقُ ُه فِ ْي َما َأ ْخ َب َر‬: membenarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa
yang dikabarkannya.

َ ‫ ُه َو َز‬G‫ا َن َهى َع ْن‬GG‫ابُ َم‬GG‫) ِاجْ ِت َن‬: menjauhi apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
[3] (‫ َر‬GG‫ج‬
Sallam larang dan peringatkan.

َ ‫ َر‬G ‫ا َش‬GG‫دَ هللاُ ِإالَّ ِب َم‬GG‫)َأنْ اَل يُعْ َب‬: Allah tidak disembah kecuali dengan apa yang
[4] (‫ع‬
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam syariatkan.

Dalil shalat, zakat, dan tafsir tauhid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ Gِ‫ا َة َو َذل‬GG‫الز َك‬ ‫ُأ‬


ُ‫ك دِين‬G َّ ‫وا‬G‫اَل َة َويُْؤ ُت‬G‫الص‬ َ ‫ ِّد‬G‫ ُه ال‬G‫ين َل‬
َّ ‫وا‬GG‫ا َء َو ُيقِي ُم‬G‫ين ُح َن َف‬ َ G‫ِص‬ َ ‫ ُدوا‬Gُ‫﴿ َو َما ِمرُوا ِإاَّل لِ َيعْ ب‬
ِ ‫هللا م ُْخل‬
﴾‫ْال َق ِّي َم ِة‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah
agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

Dalil puasa adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ُ‫ِين ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬


﴾‫ون‬ َ ‫ِب َع َلى الَّذ‬
َ ‫ص َيا ُم َك َما ُكت‬
ِّ ‫ِب َع َل ْي ُك ُم ال‬ َ ‫﴿ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكت‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 183)

Dalil haji adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫ِين‬ َ َّ‫اع ِإ َل ْي ِه َس ِبياًل َو َمنْ َك َف َر َفِإن‬


َ ‫هللا َغنِيٌّ َع ِن ْال َعا َلم‬ ِ ‫﴿ َوهَّلِل ِ َع َلى ال َّن‬
ِ ‫اس ِح ُّج ْال َب ْي‬
َ ‫ت َم ِن اسْ َت َط‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.” (QS. Ali Imran [3]: 97.)
Tingkatan kedua: iman.

Iman memiliki 70 cabang lebih. Yang paling tinggi adalah ucapan (ُ ‫ )اَل ِإ َل َه ِإالَّ هللا‬dan
yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah
cabang dari iman.

9
Rukun iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman terhadap takdir yang
baik maupun yang buruk.

Dalil mengenai rukun yang enam ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ ‫و ِم اآْل خ‬GG
‫ر‬GGِ ْ ‫هلل َو ْال َي‬ ِ ‫ ِر‬GG‫ ِر ِق َو ْال َم ْغ‬GG‫ َل ْال َم ْش‬GG‫و َه ُك ْم قِ َب‬GGُ‫رَّ َأنْ ُت َولُّوا وُ ج‬GG‫ْس ْال ِب‬
ِ ‫رَّ َمنْ آ َم َن ِبا‬GG‫ب َو َلكِنَّ ْال ِب‬ َ ‫﴿ َلي‬
ِ ‫َو ْال َماَل ِئ َك ِة َو ْال ِك َتا‬
َ ‫ب َوال َّن ِبي‬
﴾‫ِّين‬
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
Malaikat-Malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 177)

Adapun dalil takdir adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ٍ ‫﴿ِإ َّنا ُك َّل َشيْ ٍء َخ َل ْق َناهُ ِب َق‬


﴾‫دَر‬
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.” (QS. Al-Qamar
[54]: 49)

Tingkatan ketiga: ihsan. Ihsan hanya memiliki satu rukun, yaitu:

َ ‫هللا َكَأ َّن‬


َ ‫ َفِإنْ َل ْم َت ُكنْ َت َراهُ َفِإ َّن ُه َي َر‬،ُ‫ك َت َراه‬
»‫اك‬ َ َ‫«َأنْ َتعْ بُد‬
“Engkau menyembah Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya, jika engkau
tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Al-Bukhari no.
50 dan Muslim no. 8)

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫ِين ا َّت َق ْوا َوالَّذ‬


َ ‫ِين ُه ْم مُحْ سِ ُن‬
﴾‫ون‬ َ ‫هللا َم َع الَّذ‬
َ َّ‫﴿ِإن‬
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
muhsin.” (QS. An-Nahl [16]: 128)

Dan juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

)٢١٩( ‫ِين‬
َ ‫ا ِجد‬G‫الس‬ َ G‫) َو َت َقلُّ َب‬٢١٨( ‫و ُم‬GGُ‫ِين َتق‬
َّ ‫ك فِي‬G َ ‫اك ح‬ َ G‫) الَّذِي َي‬٢١٧( ‫ِيم‬
َ ‫ر‬G ِ ‫يز الرَّ ح‬ِ ‫﴿ َو َت َو َّك ْل َع َلى ْال َع ِز‬
﴾‫ِإ َّن ُه ه َُو ال َّسمِي ُع ْال َعلِي ُم‬
“Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak
badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Asy-Syu’araa [26]: 217-220)

Dan firman-Nya pula:

ُ ‫ُودا ِإ ْذ ُتف‬ َ ُ‫آن َواَل َتعْ َمل‬ ‫ْأ‬


‫ون‬
َ G ‫ِيض‬ ُ ‫ون ِمنْ َع َم ٍل ِإاَّل ُك َّنا َع َل ْي ُك ْم‬
ً ‫ه‬G ‫ش‬ ٍ ْ‫﴿ َو َما َت ُكونُ فِي َش ٍن َو َما َت ْتلُو ِم ْن ُه ِمنْ قُر‬
﴾‫فِي ِه‬
“Tidaklah kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak pula membaca suatu ayat
dari Al-Qur’an dan tidak pula kamu mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami
melihatmu di waktu kamu melakukannya.” (QS. Yunus [10]: 61)

10
Dalil dari As-Sunnah adalah hadits Jibril yang terkenal dari Umar Radhiyallahu
‘Anhu, beliau berkata:
‫رى‬G َ G‫ الَ ُي‬،‫ َش ِد ْي ُد َس َوا ِد ال َّشعْ ِر‬،ِ‫الث َياب‬ ِّ ‫اض‬ ِ ‫ َش ِد ْي ُد َب َي‬،ٌ‫هللا ﷺ ِإ ْذ َط َل َع َع َل ْي َنا َر ُجل‬ ِ ‫َب ْي َن َما َنحْ نُ عِ ْندَ َرس ُْو ِل‬
‫ َع‬G‫ض‬ َ ‫ َو َو‬،ِ‫ ه‬Gْ‫ َفَأسْ َندَ ر ُْك َب َت ْي ِه ِإ َلى ر ُْك َب َتي‬،‫س ِإ َلى ال َّن ِبيِّ ﷺ‬ َ ‫ َح َّتى َج َل‬،‫ َواَل َيعْ ِرفُ ُه ِم َّنا َأ َح ٌد‬،‫َع َل ْي ِه َأ َث ُر ال َّس َف ِر‬
َّ‫ َوَأن‬،ُ‫ َه ِإالَّ هللا‬G‫ َهدَ َأنْ اَل ِإ َل‬G‫ «َأنْ َت ْش‬:‫ا َل‬GG‫ َق‬.‫اَل ِم‬G‫رْ ِنيْ َع ِن اِإْل ْس‬GG‫ا م َُح َّم ُد! َأ ْخ ِب‬GG‫ َي‬:‫ا َل‬GG‫ َو َق‬،ِ‫َك َّف ْي ِه َع َلى َفخ َِذ ْيه‬
‫ ِه‬GGْ‫ت ِإ َلي‬ َ ْ‫ َت َطع‬GG‫اس‬
ْ ‫ْت ِإ ِن‬َ ‫ َو َت ُح َّج ْال َبي‬،‫ان‬ َ ‫ض‬ َ ‫ َو َتص ُْو َم َر َم‬،‫الز َكا َة‬ َّ ‫ َو ُتْؤ ت َِي‬،‫صالَ َة‬ َّ ‫ َو ُتقِ ْي َم ال‬،‫هللا‬
ِ ‫م َُحم ًَّدا َرس ُْو ُل‬
ِ ‫ْؤ م َِن ِبا‬GG‫ «َأنْ ُت‬:‫ا َل‬GG‫ َق‬.‫ان‬
‫هلل‬ ِ ‫ َفَأ ْخ ِبرْ نِي َع ِن اِإْل ْي َم‬:‫ َقا َل‬.ُ‫ُص ِّدقُه‬ َ ‫ َف َع ِج ْب َنا َل ُه َيسْ َألُ ُه َوي‬.‫ت‬ َ ‫صدَ ْق‬َ :‫َس ِب ْيالً» َف َقا َل‬
‫َأ ْخ ِبرْ نِي‬G‫ َف‬:‫ا َل‬GG‫ َق‬.‫ت‬ َ ‫دَ ْق‬G‫ص‬ َ :‫ا َل‬GG‫رِّ ِه» َق‬G‫دَر َخي ِْر ِه َو َش‬ ِ ‫ َو ُتْؤ م َِن ِب ْال َق‬،‫َو َمالَِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْال َي ْو ِم اآْل خ ِِر‬
‫َأ ْخ ِبرْ نِي َع ِن‬G‫ َف‬:‫ا َل‬GG‫اك» َق‬ َ ‫ر‬G َ G‫راهُ َفِإ َّن ُه َي‬G َ G‫ِإنْ َل ْم َت ُكنْ َت‬G‫ َف‬،ُ‫راه‬G َ G‫ك َت‬ َ ‫هللا َكَأ َّن‬
َ َ‫د‬GG‫ «َأنْ َتعْ ُب‬:‫ا َل‬GG‫ َق‬.‫ان‬ ِ G‫َع ِن اِإْلحْ َس‬
َ‫د‬GGِ‫ «َأنْ َتل‬:‫ا َل‬GG‫ َق‬.‫ا‬GG‫ارا ِت َه‬ َ ‫َأ ْخ ِبرْ نِي َعنْ َأ َم‬G‫ َف‬:‫ا َل‬GG‫اِئل» َق‬ ِ G‫الس‬ َّ ‫ « َما ْال َمسْ ُؤ ْو ُل َع ْن َها ِبَأعْ َل َم م َِن‬:‫ َقا َل‬.ِ‫َّاعة‬ َ ‫الس‬
‫ق‬G َ َ ْ ُ
َ G‫ث َّم انطل‬ :‫ا َل‬GG‫ان» َق‬G ْ ْ
ِ G‫اول ْو َن فِي ال ُبن َي‬G ُ َ َّ َ
َ G‫ا ِء َي َتط‬G‫ا َء الش‬GG‫ة ِر َع‬G‫را َة ال َعال‬G َ ْ َ G‫ا َة ال ُع‬GG‫ َو نْ َت َرى ال ُح َف‬،‫اَأْل َّم ُة َر َّب َت َها‬
ْ ْ ‫َأ‬
،ُ‫ ل‬G‫ « َفِإ َّن ُه ِجب ِْر ْي‬:‫ َقا َل‬.‫ هللاُ َو َرس ُْولُ ُه َأعْ َل ُم‬:‫ت‬ ُ ‫َّاِئل؟» قُ ْل‬ ِ ‫ « َيا ُع َم ُر َأ َت ْد ِريْ َم ِن الس‬:‫ ُث َّم َقا َل لِي‬،‫ َملِ ًّيا‬ ‫ت‬ ُ ‫َف َل ِب ْث‬
»‫َأ َتا ُك ْم ي َُعلِّ ُم ُك ْم ِد ْي َن ُك ْم‬
“Ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah, tiba-tiba tampak
dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat
hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang
pun di antara kami yang mengenalnya. Lalu dia duduk di hadapan Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dan menyandarkan lututnya pada lutut beliau serta meletakkan
tangannya di atas paha beliau, selanjutnya dia berkata, ‘Hai Muhammad,
beritahukan kepadaku tentang Islam.’ Beliau menjawab, ‘Islam itu Anda bersaksi
bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu
utusan Allah, Anda mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan, dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika Anda mampu
melakukannya.’ Orang itu berkata, ‘Engkau benar.’ Kami pun heran, dia yang
bertanya tetapi dia pula yang membenarkan. Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan
kepadaku tentang Iman.’ Beliau menjawab, ‘Anda beriman kepada Allah, kepada
para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari Kiamat
dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.’ Dia berkata, ‘Engkau benar.’
Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang ihsan.’ Beliau
menjawab, ‘Anda beribadah kepada Allah seakan-akan Anda melihat-Nya, jika Anda
tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihat Anda.’ Orang itu berkata lagi,
‘Beritahukan kepadaku tentang Kiamat.’ Beliau menjawab, ‘Orang yang ditanya itu
tidak lebih tahu dari yang bertanya.’ Selanjutnya orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan
kepadaku tentang tanda-tandanya.’ Beliau menjawab, ‘Jika budak perempuan telah
melahirkan anak majikannya, jika Anda melihat orang-orang yang tidak beralas kaki,
tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba
meninggikan bangunan.’ Kemudian pergilah ia, aku diam beberapa lama kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku, ‘Wahai Umar, tahukah
engkau siapa yang bertanya itu?’ Saya menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Ia adalah Jibril, dia datang kepada kalian untuk
mengajarkan agama kalian.’” (HR. Muslim no. 8)

Mengenal Nabi Muhammad


Dasar yang ketiga: Mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

11
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim dari
Quraisy dan Quraisy dari Arab, dan Arab dari keturunan Ismail bin Ibrahim Al-
Khalil ‘Alaihis Salam.
Usia beliau 63 tahun. Yang 40 tahun sebelum kenabian, dan 23 tahun sebagai Nabi
dan Rasul. Awal kenabian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan turunnya
wahyu surat Al-Alaq dan kerasulan dengan turunnya wahyu surat Al-Muddats-tsir.
Negeri beliau Makkah.
Allah mengutus beliau sebagai pemberi peringatan dari kesyirikan dan mengajak
kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫) َواَل‬٥( ْ‫اهْ جُر‬GG‫ َز َف‬Gْ‫) َوالرُّ ج‬٤( ْ‫ك َف َطهِّر‬G َ ‫) َو َرب‬٢( ْ‫ ِذر‬G‫) قُ ْم َفَأ ْن‬١( ‫ َّد ِّث ُر‬G‫ا ْال ُم‬GG‫ا َأ ُّي َه‬GG‫﴿ َي‬
َ G‫) َو ِث َيا َب‬٣( ْ‫َّك َف َكبِّر‬
﴾ ْ‫ِّك َفاصْ ِبر‬َ ‫) َول َِرب‬٦( ‫َتمْ ُننْ َتسْ َت ْك ِث ُر‬
“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi agar memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan
karena Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatsir [74]: 1-7)

Makna ( ْ‫ )قُ ْم َفَأ ْن ِذر‬adalah berilah peringatan dari kesyirikan dan ajaklah kepada tauhid.
Makna ( ْ‫َّك َف َكبِّر‬
َ ‫ ) َو َرب‬adalah agungkanlah Dia dengan tauhid.
َ
Makna ( ْ‫ك َفطهِّر‬ َ ‫ ) َو ِث َيا َب‬adalah bersihkanlah amalanmu dari kesyirikan.
Makna ( ْ‫ ) َوالرُّ جْ َز َفاهْ جُر‬adalah pebuatan dosa dengan menyembah berhala, dan cara
mengatasinya dengan meninggalkannya dan berlepas diri darinya dan pelakunya.
Untuk hal ini, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdakwah selama 13 tahun untuk
mengajak kepada tauhid. Setelah 10 tahun kenabian, beliau dinaikkan ke langit dan
mendapatkan kewajiban shalat lima waktu. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam shalat di Makkah selama 3 tahun, setelah itu diperintah hijrah ke Madinah.
Hijrah adalah berpindah dari negeri kesyirikan ke negeri Islam. Hijrah diwajibkan
atas umat ini dari negeri kesyirikan menuju negeri Islam. Hal ini tetap berlaku hingga
terjadinya Kiamat.

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫الُوا‬GG‫ َق‬،‫ض‬ ِ ْ‫ِين فِي اَأْلر‬


َ ‫ َعف‬G ‫ض‬ْ ‫الُوا ُك َّنا مُسْ َت‬GG‫ َق‬،‫الُوا فِي َم ُك ْن ُت ْم‬GG‫ِين َت َو َّفا ُه ُم ْال َماَل ِئ َك ُة َظالِمِي َأ ْنفُسِ ِه ْم َق‬
َ ‫﴿ِإنَّ الَّذ‬
‫) ِإاَّل‬٩٧( ‫يرً ا‬GGG‫ص‬ِ ‫ت َم‬ْ ‫ا َء‬GGG‫ ْأ َوا ُه ْم َج َه َّن ُم َو َس‬GGG‫ِئك َم‬
َ ‫ َفُأو َل‬،‫ا‬GGG‫ا ِجرُوا فِي َه‬GGG‫ َع ًة َف ُت َه‬GGG‫اس‬ ِ ُ‫َأ َل ْم َت ُكنْ َأرْ ض‬
ِ ‫هللا َو‬
َ ‫) َفُأو َل‬٩٨( ‫ ِبياًل‬G‫ون َس‬
‫ِئك‬ َ ‫ ُد‬G‫ة َواَل َي ْه َت‬G ً G‫ُون حِي َل‬ ِ G‫ا ِء َو ْال ِو ْل‬G‫ال َوال ِّن َس‬
َ ‫ َتطِ يع‬G ‫دَان اَل َي ْس‬G Gِ ‫ِين م َِن الرِّ َج‬ َ ‫ْالمُسْ َتضْ َعف‬
﴾‫ان هللاُ َعفُ ًّوا َغفُورً ا‬ َ ‫َع َسى هللاُ َأنْ َيعْ فُ َو َع ْن ُه ْم َو َك‬
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam keadaan menganiaya
diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya: ‘Bagaimana keadaan kalian dulu?’
Mereka menjawab: ‘Kami dulu adalah orang-orang yang tertindas di negeri
(Makkah).’ Para Malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu
dapat berhijrah di bumi itu?’ Orang-orang itu tempatnya di Neraka Jahanam, dan
Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-
laki atau wanita atau pun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak
mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya.
Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa` [4]: 97-99)

Dan firman-Nya pula:

12
َ ‫ِين آ َم ُنوا ِإنَّ َأرْ ضِ ي َواسِ َع ٌة َفِإي‬
ِ ‫َّاي َفاعْ ُب ُد‬
﴾‫ون‬ َ ‫ِي الَّذ‬
َ ‫﴿ َيا عِ َباد‬
“Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka
sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Ankabut [29]: 56)

Imam Al-Baghawi Rahimahullah berkata:

ِ ‫ َنادَا ُه ُم هللاُ ِباسْ ِم اِإْل ْي َم‬،‫َس َببُ ُن ُز ْو ِل َه ِذ ِه اآْل َي ِة فِي ْالمُسْ لِ ِمي َْن الَّ ِذي َْن ِب َم َّك َة َل ْم ُي َها ِجر ُْوا‬
‫ان‬
“Sebab turunnya ayat ini mengenai kaum Muslimin yang tinggal di Makkah yang
belum berhijrah. Allah memanggil mereka dengan sebutan keimanan.”

Dalil hijrah dari As-Sunnah adalah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

»‫ َوالَ َت ْن َقطِ َع ال َّت ْو َب ُة َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّشمْسُ ِمنْ َم ْغ ِر ِب َها‬،‫«الَ َت ْن َقطِ ُع ْال ِهجْ َرةُ َح َّتى َت ْن َقطِ َع ال َّت ْو َب ُة‬
“Hijrah tidak akan terputus hingga taubat terputus dan taubat tidak akan terputus
kecuali matahari terbit dari barat.” (HR. Abu Dawud no. 2479)

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menetap di Madinah, beliau Shallallahu


‘Alaihi wa Sallam diperintah dengan syariat Islam yang masih tersisa, seperti zakat,
puasa, haji, jihad, adzan, amar ma’ruf, nahi mungkar, selama 10 tahun.
Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat dalam keadaan agama
sempurna.
Beginilah agama Islam, tidak ada kebaikan melainkan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam telah menunjukkannya kepada umatnya, dan tidak ada keburukan melainkan
beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkannya kepada umatnya.
Kebaikan yang ditunjukkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah tauhid
dan keburukan yang diperingatkan adalah kesyirikan dan seluruh yang dibenci dan
tidak disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau kepada seluruh manusia dan
mewajibkan seluruh jin dan manusia mentaatinya. Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ ‫﴿قُ ْل َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ ِّني َرسُو ُل‬


﴾‫هللا ِإ َل ْي ُك ْم َجمِيعًا‬
“Katakanlah: Wahai sekalian manusia! Aku adalah utusan Allah kepada kalian
seluruhnya.” (QS. Al-Araf [7]: 158]

Dengan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Allah menyempurnakan agama-Nya.

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫يت َل ُك ُم اِإْلسْ اَل َم دِي ًنا‬ ُ ْ‫ت َل ُك ْم دِي َن ُك ْم َوَأ ْت َمم‬


ُ ِ‫ت َع َل ْي ُك ْم ِنعْ َمتِي َو َرض‬ ُ ‫﴿ ْال َي ْو َم َأ ْك َم ْل‬
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama bagimu dan telah Kucukupkan nikmat-
Ku padamu serta telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma`idah [5]: 3)
Dalil atas kematian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫) ُث َّم ِإ َّن ُك ْم َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة عِ ْندَ َر ِّب ُك ْم َت ْخ َتصِ م‬٣٠( ‫ون‬


﴾‫ُون‬ َ ‫ِّت َوِإ َّن ُه ْم َم ِّي ُت‬ َ ‫﴿ِإ َّن‬
ٌ ‫ك َمي‬

13
“Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati.
Kemudian, benar-benar kalian pada hari Kiamat berbantah-bantahan di sisi
Tuhanmu.” (QS. Az-Zumar [39]: 30-31)

Apabila manusia meninggal, mereka akan dibangkitkan kembali. Dalilnya adalah


firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫ار ًة ُأ ْخ َرى‬
َ ‫﴿ ِم ْن َها َخ َل ْق َنا ُك ْم َوفِي َها ُنعِي ُد ُك ْم َو ِم ْن َها ُن ْخ ِر ُج ُك ْم َت‬
“Dari tanah itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan
mengembalikan kamu dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang
lain.” (QS. Thaha [20]: 55)

Dan juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ ْ‫﴿ َوهللاُ َأ ْن َب َت ُك ْم م َِن اَأْلر‬


﴾G‫) ُث َّم ُيعِي ُد ُك ْم فِي َها َوي ُْخ ِر ُج ُك ْم ِإ ْخ َراجً ا‬١٧( ‫ض َن َبا ًتا‬
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia
mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu dengan sebenar-
benarnya.” (QS. Nuh [71]: 17-18)

Setelah kebangkitan, mereka dihisab dan dibalas amal-perbuatannya. Dalilnya


adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴾‫ِين َأحْ َس ُنوا ِب ْالحُسْ َنى‬ َ ‫ِين َأ َساءُوا ِب َما َع ِملُوا َو َيجْ ِز‬
َ ‫ي الَّذ‬ َ ‫ي الَّذ‬
َ ‫﴿لِ َيجْ ِز‬
“Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa
yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (Surga).” (QS. An-Najm [53]: 31)

Barangsiapa yang mendustakannya, maka dia kafir. Dalilnya adalah firman


Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ ‫ِين َك َفرُوا َأنْ َلنْ ُيب َْع ُثوا قُ ْل َب َلى َو َربِّي َل ُتب َْع ُثنَّ ُث َّم َل ُت َنبَُّؤ نَّ ِب َما َعم ِْل ُت ْم َو َذل َِك َع َلى‬
﴾‫هللا يَسِ ي ٌر‬ َ ‫﴿ َز َع َم الَّذ‬
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At-Taghabun [64]: 7)

Allah mengutus seluruh Rasul ‘Alaihimus Shalatu was Salam sebagai pemberi kabar


gembira dan pemberi peringatan. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:

﴾‫هللا حُجَّ ٌة َبعْ دَ الرُّ س ُِل‬


ِ ‫اس َع َلى‬ َ ‫ين لَِئ اَّل َي ُك‬
ِ ‫ون لِل َّن‬ َ ‫﴿ ُر ُساًل ُم َب ِّش ِر‬
َ ‫ين َو ُم ْنذ ِِر‬
“(Mereka kami utus) selaku Rasul-Rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya Rasul-Rasul itu.” (QS. An-Nisa` [4]: 165)

Rasul yang pertama adalah Nuh ‘Alaihis Salam dan Rasul yang terakhir adalah
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalil bahwa Rasul yang pertama adalah
Nuh Alaihis Salam adalah

14
‫َأ‬ َ ‫﴿ِإ َّنا َأ ْو َح ْي َنا ِإ َلي‬
ٍ ‫ْك َك َما ْو َح ْي َنا ِإ َلى ُن‬
﴾‫وح‬
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh.” (QS. An-Nisa` [4]: 163)

Setiap umat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang Rasul kepada


mereka dari Nuh hingga Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan
mereka untuk menyembah hanya kepada Allah dan melarang mereka menyembah
thaghut. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ُأ‬
َ ‫الطا ُغ‬
﴾‫وت‬ َ ‫﴿ َو َل َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل َّم ٍة َرسُواًل َأ ِن اعْ ُب ُدوا‬
َّ ‫هللا َواجْ َت ِنبُوا‬
“Dan sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rasul (untuk
mendakwahkan): ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl [16]:
36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kepada seluruh hamba agar mengingkari
thaghut dan mengimani Allah.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:

َّ ‫ َو‬.‫ُطاع‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬


ٍ َ ‫ ْو م‬،‫ ْو َم ْتب ُْو ٍع‬،ٍ‫الع ْب ُد َح َّدهُ ِمنْ َمعْ ب ُْود‬
‫ ُه ْم‬G ‫ َورُُؤ ْو ُس‬،ٌ‫رة‬G ُ ‫الط َواغِ ي‬
َ G‫ْت َك ِث ْي‬ َ ‫ت َما َت َج َاو َز ِب ِه‬ َ
ُ ‫الطا ُغ ْو‬
ً ‫يْئا‬G ‫ َو َم ِن ا َّد َعى َش‬،ِ‫ه‬G ‫ادَ ِة َن ْف ِس‬GG‫اس ِإ َلى عِ َب‬
َ ‫ َو َمنْ دَ َعا ال َّن‬،‫اض‬ٍ ‫ َو َمنْ ع ُِبدَ َوه َُو َر‬،ُ‫ ِإ ْبلِيْسُ َلعْ َن ُه هللا‬:‫َخمْ َس ٌة‬
ُ‫ َو َمنْ َح َك َم ِب َغي ِْر َما َأ ْن َز َل هللا‬،ِ‫ِمنْ عِ ْل ِم ْال َغ ْيب‬
“Thaghut adalah setiap yang disembah, diikuti, dan ditaati secara melampaui batas
oleh hamba. Thaghut ada banyak dan ketuanya ada lima: (1) Iblis –semoga laknat
Allah atasnya-, (2) seseorang yang ridha disembah, (3) seseorang yang mengajak
manusia agar menyembahnya, (4) seseorang yang mengaku mengetahui ilmu
ghaib, dan (5) seseorang yang berhukum dengan selain hukum yang Allah
turunkan.” (I’lamul Muwaqqi’in I/50)

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ْ ‫ك ِب‬
‫العُرْ َو ِة‬GG َ ‫هلل َف َق ِد اسْ َت‬
َ ‫مْس‬ ِ ‫ت َويُْؤ ِمنْ ِبا‬ َّ ‫ين َق ْد َت َبي ََّن الرُّ ْش ُد م َِن ْال َغيِّ َف َمنْ َي ْكفُرْ ِب‬
ِ ‫الطا ُغو‬ ِ ‫﴿اَل ِإ ْك َرا َه فِي ال ِّد‬
َ ‫ْالوُ ْث َقى اَل ا ْنف‬
﴾‫ِصا َم َل َها‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada
thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 256)

Inilah makna ُ ‫اَل ِإ َل َه ِإالَّ هللا‬


Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebutkan:

ِ ‫صاَل ةُ َو ِذرْ َوةُ َس َنا ِم ِه ْال ِج َها ُد فِي َس ِبي ِْل‬


»‫هللا‬ َّ ‫مْر اِإْلسْ اَل ُم َو َعم ُْو ُدهُ ال‬‫ْأ َأْل‬
ِ ‫« َر سُ ا‬
“Pangkal segala urusan adalah Islam, pondasinya adalah shalat, dan puncaknya
adalah jihad di jalan Allah.” (HR. Ahmad no. 22016)

Allahu A’lam. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Muhammad,


keluarganya, dan shahabatnya.[]

***

15
16
Kedudukan wudhu dalam sholat
Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak kecil ia telah
mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu yang
telah kita lakukan selama bertahun-tahun atau bahkan telah puluhan tahun itu telah
benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
was sallam? Karena suatu hal yang telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat
syahadat bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah dan sesuai sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa
wudhu merupakan syarat sah sholat, yang mana jika syarat tidak terpenuhi maka
tidak akan teranggap/terlaksana apa yang kita inginkan dari syarat tersebut.
Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam,

« ‫ضَأ‬ َ َ‫صالَةُ َمنْ َأحْ د‬


َّ ‫ث َح َّتى َي َت َو‬ َ ‫» الَ ُت ْق َب ُل‬

“Tidak diterima sholat orang yang berhadats sampai ia berwudhu”.


Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita
dalam KitabNya,

‫اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإ َلى ْال َم َراف ِِق َوامْ َسحُوا‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َّ ‫ِين َآ َم ُنوا ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإ َلى ال‬
ْ ‫صاَل ِة َف‬
ِ ‫ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوَأرْ ُج َل ُك ْم ِإ َلى ْال َكعْ َبي‬
‫ْن‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS Al Maidah [5] : 6).
Maka marilah duduk bersama kami barang sejenak untuk mempelajari shifat/tata
cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam.

Pengertian wudhu

Secara bahasa wudhu berarti husnu/keindahan dan nadhofah/kebersihan, wudhu


untuk sholat dikatakan sebagai wudhu karena ia membersihkan anggota wudhu dan
memperindahnya. Sedangkan pengertian menurut istilah dalam syari’at, wudhu
adalah peribadatan kepada Allah ‘azza wa jalla dengan mencuci empat anggota
wudhu dengan tata cara tertentu. Jika pengertian ini telah dipahami maka kita akan
mulai pembahasan tentang syarat, hal-hal wajib dan sunnah dalam wudhu secara
ringkas.

Tata Cara Wudhu secara Global

Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam dari Humroon budak sahabat Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu,

ْ‫ ِه ِمن‬Gْ‫ َأ ْف َر َغ َع َلى َيدَ ي‬G‫ َف‬، ‫و ٍء‬G‫ض‬ َ ‫ان َأ َّن ُه َرَأى ع ُْث َم‬
ُ ‫ ا ِب َو‬G‫ان دَ َع‬G َ ‫ْن َع َّف‬
ِ ‫ان ب‬ َ ‫ان َم ْو َلى ع ُْث َم‬ َ ‫َعنْ حُمْ َر‬
، ‫ َق‬G‫ َواسْ َت ْن َش‬، ‫ض‬ َ ‫ َم‬G‫ض‬ ْ ‫ ُث َّم َت َم‬، ‫و ِء‬G‫ض‬ ُ ‫ ُه فِى ْال َو‬G‫ ُث َّم َأ ْد َخ َل َيمِي َن‬، ‫ت‬ٍ ‫ث َمرَّ ا‬َ َ‫ َف َغ َس َل ُه َما َثال‬، ‫ِإ َناِئ ِه‬
17
‫ َّل‬G‫ َل ُك‬G‫ ُث َّم َغ َس‬، ‫ ِه‬G‫ ُث َّم َم َس َح ِب َرْأ ِس‬، ‫ْن َثالَ ًثا‬ ِ ‫ ُث َّم َغ َس َل َوجْ َه ُه َثالَ ًثا َو َيدَ ْي ِه ِإ َلى ْال ِمرْ َف َقي‬، ‫َواسْ َت ْن َث َر‬
‫ضُأ َنحْ َو وُ ضُوِئى َه َذا َو َقا َل‬ َّ ‫ْت ال َّن ِبىَّ – صلى هللا عليه وسلم – َي َت َو‬ ُ ‫ ُث َّم َقا َل َرَأي‬، ‫ِرجْ ٍل َثالَ ًثا‬
‫ا‬GG‫ ُه َم‬G‫ر هَّللا ُ َل‬G َ G‫ َغ َف‬، ‫ِيه َما َن ْف َس ُه‬
ِ ‫ثف‬ ُ ‫ الَ ي َُح ِّد‬، ‫ْن‬
ِ ‫صلَّى َر ْك َع َتي‬ َ ‫ضَأ َنحْ َو وُ ضُوِئى َه َذا ُث َّم‬ َّ ‫« َمنْ َت َو‬
‫َت َق َّد َم ِمنْ َذ ْن ِب ِه‬

Dari Humroon -bekas budak Utsman bin Affan–, suatu ketika ‘Utsman memintanya


untuk membawakan air wudhu (dengan wadah pent.), kemudian ia tuangkan air dari
wadah tersebut ke kedua tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya
sebanyak tiga kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu
kemudian berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar. Lalu beliau membasuh
wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua tangannya sampai siku
sebanyak tiga kali kemudian menyapu kepalanya (sekali saja pent.) kemudian
membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengatakan, “Aku
melihat Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu yang semisal
ini dan beliau shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “Barangsiapa yang
berwudhu dengan wudhu semisal ini kemudian sholat 2 roka’at (dengan
khusyuked.)dan ia tidak berbicara di antara wudhu dan sholatnya, maka Allah akan
ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat kita simpulkan tata
cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam secara ringkas sebagai berikut,

1. Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.


2. Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).
3. Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke dalam mulut
dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam
hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri
sebanyak 3 kali.
5. Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3 kali.
6. Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-nyelai jemari
sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
7. Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke belakang,
lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali, dilanjutkan menyapu bagian
luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.
8. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-nyelai
jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.

Tata Cara Wudhu Secara Rinci

1. Membaca bismillah ketika hendak wudhu, sebagaimana sabda Nabi


kita shallallahu ‘alaihi was sallam,
« ‫صالَ َة لِ َمنْ الَ وُ ضُو َء َل ُه َوالَ وُ ضُو َء لِ َمنْ َل ْم َي ْذ ُك ِر اسْ َم هَّللا ِ َت َعا َلى َع َل ْي ِه‬
َ َ‫» ال‬

18
2. “Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi
orang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala (bismillah) ketika hendak
berwudhu”.
3. Membasuh wajah, termasuk dalam membasuh wajah adalah berkumur-kumur,
istinsyaq dan istintsar. Para ‘ulama mengatakan batasan bagian wajah yang
dibasuh adalah mulai dari atas ujung dahi (awal tempat tumbuhnya rambut)
sampai bagian bawah jenggot dan batas kiri kanan adalah telinga.

4. Adapun yang dimaksud dengan istinsyaq adalah sebagaimana yang dikatakan Al


Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy rohimahullah, “Memasukkan air ke hidung
dengan menghisapnya sampai ke ujungnya, sedangkan istintsar adalah
kebalikannya”. Dalil tentang hal ini sebagaimana yang firman Allah ‘azza wa jalla,
‫اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم‬
ْ ‫صاَل ِة َف‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َّ ‫ِين َآ َم ُنوا ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإ َلى ال‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah wajah”. (QS Al Maidah [5] : 6).

Sebagaimana dalam ilmu ushul fiqh perintah dalam perkara ibadah memberikan


konsekwensi wajib. Maka membasuh wajah dalam wudhu adalah wajib. Sedangkan
dalil yang menunjukkan wajibnya berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar adalah
ayat di atas yang memerintahkan kita untuk membasuh wajah, sedangkan mulut dan
hidung merupakan bagian dari wajah. Demikian juga hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam,

« ْ‫ضَأ َأ َح ُد ُك ْم َف ْل َيسْ َت ْنشِ ْق ِب َم ْنخ َِر ْي ِه م َِن ْال َما ِء ُث َّم ْل َي ْن َت ِثر‬
َّ ‫» ِإ َذا َت َو‬

“Jika salah seorang dari kalian hendak berwudhu maka beristinsyaqlah di hidungnya
dengan air kemudian beristintsarlah”.

Dalil khusus dalam masalah kumur-kumur adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam,

َ ‫ضْأ‬
« ْ‫ت َف َمضْ ِمض‬ َّ ‫» ِإ َذا َت َو‬

“Jika engkau hendak wudhu, maka berkumur-kumurlah”.


Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah mengatakan, “Cara
berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar dilakukan bersamaan (satu kali jalan), maka
setengah air digunakan untuk berkumur-kumur dan sisanya untuk istinsyaq dan
istintsar”.

5. Menyela-nyelai jenggot, dalil tentang hal ini adalah hadits Nabi shallallahu


‘alaihi was sallam dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu,

َ ْ‫ضَأ َأ َخ َذ َك ًّفا ِمنْ َما ٍء َفَأ ْد َخ َل ُه َتح‬


‫ت َح َن ِك ِه َف َخلَّ َل ِب ِه لِحْ َي َت ُه‬ َّ ‫ان ِإ َذا َت َو‬
َ ‫َك‬

‫» َو َقا َل « َه َك َذا َأ َم َرنِى َربِّى َع َّز َو َج َّل‬

19
“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam pent. ) jika beliau akan
berwudhu, beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau basuhkan (ke
wajahnyapent) sampai ketenggorokannya kemudian beliau menyela-nyelai
jenggotnya”. Kemudian beliau mengatakan, “Demikianlah cara berwudhu yang
diperintahkan Robbku kepadaku”.

Dan cara menyela-nyelai jenggot adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi


was sallam di atas yaitu dengan menyela-nyelainya bersamaan dengan membasuh
wajah.

6. Membasuh kedua tangan sampai siku, dalilnya adalah firman Allah ‘azza wa


jalla,

‫اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإ َلى ْال َم َراف ِِق‬ َّ ‫ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإ َلى ال‬
ْ ‫صاَل ِة َف‬

“Apabilakamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan


tanganmu sampai dengan siku”. (QS Al Maidah [5] : 6).

Demikian juga hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,

« ‫ ُث َّم َغ َس َل َيدَ هُ ْاليُسْ َرى ِإ َلى ْال َمرْ ف ِِق َثالَ ًثا‬، ‫» ُث َّم َغ َس َل َيدَ هُ ْاليُمْ َنى ِإ َلى ْال َمرْ ف ِِق َثالَ ًثا‬

“Kemudian beliau membasuh tangannya yang kanan sampai siku sebanyak tiga kali,
kemudian membasuh tangannya yang kiri sampai siku sebanyak tiga kali”.

7. Menyapu kepala dengan air, kedua telinga termasuk dalam bagian kepala.


Dalilnya adalah firman Allah ‘azza wa jalla,

‫َوامْ َسحُوا ِب ُرءُوسِ ُك ْم‬

“Dan sapulah kepalamu”. (QS Al Maidah [5] : 6).

Perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum menyapu kepala adalah wajib bahkan
hal ini diklaim ijma’ oleh An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah. Demikian juga sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,

َ ‫ َح َّتى َذ َه‬، ‫ َبدَ َأ ِب ُم َق َّد ِم َرْأسِ ِه‬، ‫ َفَأ ْق َب َل ِب ِه َما َوَأ ْد َب َر‬، ‫ُث َّم َم َس َح َرْأ َس ُه ِب َيدَ ْي ِه‬
« ، ُ‫ب ِب ِه َما ِإ َلى َق َفاه‬
‫ان الَّذِى َبدَ َأ ِم ْن ُه‬ ِ ‫» ُث َّم َر َّد ُه َما ِإ َلى ْال َم َك‬
“Kemudian beliau membasuh mengusap kepala dengan tangannya,(dengan cara .)
menyapunya ke depan dan ke belakang. Beliau memulainya dari bagian depan
kepalanya ditarik ke belakang sampai ke tengkuk kemudian
mengembalikannya lagi ke bagian depan kepalanya”.

Hadits ini menunjukkan bagaimana cara mengusap kepala yang Allah perintahkan


dalam surat Al Maidah ayat 6 di atas. Demikian juga hadits ini juga dalil bahwa yang

20
bagian kepala yang dihusap dalam ayat di atas adalah seluruh kepala/rambut dan
inilah pendapat Al Imam Malik rohimahullah demikian juga hal ini merupakan
pendapat Al Imam Al Bukhori rohimahullah sebagaimana dalam kitab shahihnya.
Jadi mengusap kepala bukanlah hanya sebagian (hanya ubun-ubun) sebagaimana
anggapan sebagian orang. Sedangkan dalil bahwa menyapu kedua telinga termasuk
dalam menyapu kepala adalah sabda Nabi ’alaihish sholatu was salam,

‫ْأ‬ ‫ُأل‬
«‫س‬ ِ ‫» ا ُذ َن‬
ِ َّ‫ان م َِن الر‬
“Kedua telinga merupakan bagian dari kepala”.

Lalu cara menyapu kedua telinga adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam,
« ‫ْن َو َظاه ِِر ِه َما بِِإ ْب َها َم ْي ِه‬ َ ‫» ُث َّم َم َس َح ِب َرْأسِ ِه َوُأ ُذ َن ْي ِه بَاطِ ن ِِه َما ِبال َّسب‬
ِ ‫َّاح َتي‬
“kemudian beliau menyapu kedua telinga sisi dalamnya dengan dua telunjuknya dan
sisi luarnya dengan kedua jempolnya”.

Adapun untuk cara mengusap kepala dan kedua telinga dengan air, untuk


perempuan sama seperti untuk laki-laki sebagaimana yang dikatakan oleh An
Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah demikian juga hal ini merupakan pendapat Imam
Syafi’i rohimahullah sendiri dan dinukil oleh Al Bukhori rohimahullah dalam kitab
shohihnya dari Sa’id bin Musayyib rohimahullah .

8. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Dalil hal ini adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ِ ‫َوَأرْ ُج َل ُك ْم ِإ َلى ْال َكعْ َبي‬


‫ْن‬

“(basuh) kaki-kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki”.


(QS Al Maidah [5] : 6).

Demikian juga hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,


ِ ‫» ُث َّم َغ َس َل ِرجْ َل ْي ِه ِإ َلى ْال َكعْ َبي‬
« ‫ْن‬

“Kemudian beliau membasuh kedua kakinya hingga dua mata kaki”.

Membasuh kedua mata kaki hukumnya wajib karena Allah sebutkan dengan
lafadz/bentuk perintah, dan hukum asal perintah dalam masalah ibadah adalah
wajib. Adapun cara membasuhnya adalah sebagaimana yang disabdakan
beliau alaihish sholatu was salam,

َ ‫ضَأ دَ َل َك َأ‬
َ ‫ص ِاب َع ِرجْ َل ْي ِه ِب ِخ ْن‬
« ‫ص ِر ِه‬ َّ ‫» ِإ َذا َت َو‬

21
“Jika beliau shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu, beliau menggosok jari-jari
kedua kakinya dengan dengan jari kelingkingnya”

Demikian juga pendapat Al Ghozali rohimahullah, namun beliau qiyaskan dengan


cara istinja’, sebagaimana yang dinukilkan oleh Al ‘Amir Ash Shon’ani rohimahullah

9. Berdo’a ketika telah selesai berwudhu. Hal ini berdasarkan sabda


Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,

« ُ ‫ضُأ َف ُي ْبلِ ُغ – َأ ْو َفيُسْ ِب ُغ – ْالوُ ضُو َء ُث َّم َيقُو ُل َأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هَّللا‬ َّ ‫َما ِم ْن ُك ْم ِمنْ َأ َح ٍد َي َت َو‬
‫الث َما ِن َي ُة َي ْد ُخ ُل ِمنْ َأ ِّي َها َشا َء‬
َّ ‫ت َل ُه َأب َْوابُ ْال َج َّن ِة‬
ْ ‫» َوَأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُد هَّللا ِ َو َرسُول ُ ُه ِإالَّ فُت َِح‬.

“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dan ia menyempurnakan wudhunya


kemudian membaca, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah” melainkan akan
dibukakan baginya pintu-pintu surga yang jumlahnya delapan, dan dia bisa masuk
dari pintu mana saja ia mau”

22
PERTAMA: BERWUDHUK SESUAI SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM

1. Berniat dengan hati untuk


mengangkat hadats (hukum kotor)
dan disertai upaya berhemat dalam
memakai air, baik dengan cara
mengambil air dengan gayung atau
pun dengan air kran air. Disunnahkan
jumlah air wudhuk 1 mudd nabawiy
(sekitar 650 ml atau satu botol air
minum kemasan ukuran tengah).
2. Membaca BISMILLAAH.

3. Membasuh kedua telapak tangan 3


kali.

4. Mengambil air satu cedukan tangan


kanan, lalu memasukkan air tersebut
ke dalam mulut (berkumur-kumur)
dan hidung (menghisap). Dengan
sekaligus dari satu cedukan.

5. Lalu melepaskan air dari lobang


hidung tersebut dengan memakai
tangai kiri. Berkumur serta
memasukkan dan mengeluarkan air
dari hidung ini dilakukan sebanyak 3
kali.

6. Membasuh muka sebanyak 3 kali


disertai dengan menyelai-nyelai
jenggot dengan tangan yang dibasahi
air, bagi yang punya jenggot.

23
7. Membasuh tangan kanan dan tangan
kiri hingga bagian atas siku, disertai
menyela- nyelai jari-jari tangan. Juga
dilakukan 3 kali.

8. Mengusapkan bagian dalam dua


telapak tangan ke atas kepala secara
keseluruhan, dari arah muka (kening)
hingga belakang (tengkuk), lalu dari
arah belakang hingga depan dengan
satu kali usap saja. Kemudian
dilanjutkan dengan mengusapkan
tangan ke masing-masing telinga
sekaligus, bagian luar dan dalam
yang bisa diusap, dengan satu kali
usap saja.
9. Membasuh kaki kanan, lalu kaki kiri
dan kedua mata kaki adalah turut
serta dibasuh, disertai menyela-
nyelai jari-jari kaki dengan
mempergunakan jari tangan.

10. Membaca do’a setelah berwudhuk.


INI TERJEMAH TEKS HADITS
SUMBERNYA:
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhaniy
radhiyallaahu ‘anhuma bahwa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Tiada seorang
dari kalian yang Berwudhuk, lalu dia
menyempurnakan, lalu
mengucapkan: ASY-HADU ALLAA
ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU
LAA SYARIIKA LAH, WAASY-HADU
ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU
WA RASULUULUH, melainkan
dibukakan untuknya pintu-pintu yang
delapan, yang mana dia akan
memasuki pintu mana saja yang dia
kehendaki. (Teks HR. Muslim
no.234)

24
25
KEDUA : BERTAYAMMUM SESUAI SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM
Membaca Basmalah, lalu menepukkan
kedua bagian dalam telapak tangan ke
atas permukaan tanah, dinding atau
semisalnya dengan hanya satu kali
tepukan, lalu menghembus kepada
kedua telapak tangan tersebut.

Mengusapkan kedua telapak tangan


tersebut ke muka, satu kali usap.

Lalu mengusapkannya ke atas kedua


bagian punggung telapak tangan, kanan
lalu kiri, masing-masing satu kali usap.

Pendapat lain, mendahulukan


mengusap kedua telapak tangan dari
pada mengusap wajah.
Adapun bacaan do’a selesai tayammum
adalah sama dengan bacaan do’a
selesai berwudhuk.
INI TERJEMAH TEKS HADITS
SUMBERNYA:

Mendahulukan usap muka dari pada


dua telapak tangan, hadits ‘Abdullah
bin
‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma bahwa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam datang setelah
menyembelih onta, lalu seorang lelaki
berjumpa Beliau dan mengucapkan
salam kepada Beliau, Namun
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi

26
wasallam tidak menjawab sampai
Beliau menghadap kepada dinding,
lalu Beliau mengusap wajah Beliau
dan dua telapak tangan Beliau,
Setelah itu Beliau menjawab salam.”
(Teks HR. Muslim no.369-114)

KETIGA: SHALAT SESUAI SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAAHU ‘ALAIHI


WASALLAM

Berdiri menghadap Qiblat (arah


Ka’bah) dengan mendekati sutrah
(penghambat di hadapan) dengan
memantapkan niat untuk shalat
tersebut di dalam hati.

Kemudian membuka shalat dengan


takbiratul ihram (Allaahu akbar)
dibarengi atau didahului atau
dilanjutkan dengan mengangkat kedua
tangan kiri dan kanan setentang kedua
bahu,

Atau sejajar dua daun telinga.

Lalu bersedekap, yaitu meletakkan


telapak tangan ke atas telapak tangan,
pergelangan dan hasta tangan kiri;

Atau menggenggamkan telapak tangan


kanan kepada tiga bagian tangan kriri
tersebut.

27
Membaca do’a iftitah dengan salah ALLAAHUMMA BAA'ID BAINII WA
satu BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA
versi di bawah ini: BAA'ADTA BAINAL MASYRIQI
WAL MAGHRIB. ALLAAHUMMA
Bacaan iftitah ( Teks HR. Muslim
NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA
no.598):
KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan
ABYADHU MINAD DANAS.
kesalahan-kesalahanku,
ALLAAHUMMAGHSIL NII MIN
sebagimana Engkau telah
KHATHAAYAAYA BITS TSALJI
menjauhkan antara timur dan barat!
Ya Allah, sucikanlah aku dari WAL MAA-I WAL BARADI.
kesalahan- kesalahanku,
sebagaimana kain putih dibersihkan
dari kotoran! Ya Allah, basuhlah aku
dari kesalahan-kesalahanku dengan
es, air dan embun!

Bacaan Iftitah juga (Teks HR. ALLAAHU AKBARU KABIIRAW


Muslim 601):. WALHAMDU LILLAAHI KATSIIRAW
WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW
Allah Maha Besar dengan
WA ASHIILA
sempurna membesarkan-Nya.
Segala puji bagi Allah sebanyak-
banyaknya. Maha suci Allah
ketika pagi dan petang.
WAJJAHTU WAJHIYA LILLAADZII
Bacaan Iftitah juga (Teks HR. FATHARAS SAMAAWAATI WAL
Muslim no.771): ARDHA HANIIFAW WA MAA ANA
Aku menghadapkan wajahku MINAL MUSYRIKIIN.
kepada Yang telah menciptakan INNA SHALAATII WA NUSUKII WA
langit dan bumi, dengan bersikap MAHYAAYA WA MAMAATII
condong kepada kebenaran dan LILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN.
aku bukanlah termasuk golongan LAA SYARIIKA LAHU WA
orang-orang musyrik. BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA
Sesungguhnya shalatku, seluruh MINAL MUSLIMIIN. WAJJAHTU
ibadahku (sembelihanku), WAJHIYA LILLAADZII FATHARAS
hidupku dan matiku adalah untuk SAMAAWAATI WAL ARDHA
Allah, Rabb seluruh alam. Dia HANIIFAW WA MAA ANA MINAL
tiada memiliki sekutu, dan aku MUSYRIKIIN.
diperintahkan untuk itu serta aku INNA SHALAATII WA NUSUKII WA
ini adalah termasuk golongan MAHYAAYA WA MAMAATII
orang-orang yang menyerahkan LILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN.
diri. Ya Allah, Engkaulah Raja, LAA SYARIIKA LAHU WA
tiada ilah selain Engkau. BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA

28
Engkaulah Rabb-ku dan aku MINAL MUSLIMIIN. ALLAAHUMMA
adalah hamba-Mu. Aku telah ANTAL MALIKU, LAA ILAAHA ILLAA
menzalimi diriku dan telah ANTA, ANTA RABBII WA ANA
menyadari dosaku, maka 'ABDUK.
ampunilah dosa-dosaku
semuanya karena sesungguhnya ZHALAMTU NAFSII WA'TARAFTU BI
tiada yang mengampuni dosa- DZANBII, FAGHFIR LII DZUNUUBI
dosa selain Engkau! Bimbinglah JAMII'AN, INNAHU LAA
aku menuju akhlak terbaik karena YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA
tiada yang membimbing ANTA.
kepadanya kecuali Engkau! WAHDINII LI AHSANIL AKHLAAQI,
Palingkanlah dariku akhlak-akhlak LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLAA
buruk karena tiada yang
ANTA, WASHRIF 'ANNI SAYYI- AHA,
memalingkannya selain Engkau!
LAA YASHRIFU 'ANNII SAYYI-AHA
Aku datang dengan segala
ILLAA ANTA.
senang hati kepada-Mu. Kebaikan
secara keseluruhan adalah dalam LABBAIKA WA SA'DAIKA, WAL
dua tangan-Mu, sedangkan KHAIRU KULLUHU BI YADAIKA,
keburukan tiadalah disandarkan WASY SYARRU LAISA ILAIKA, ANA
kepada-Mu. Aku dengan-Mu dan BIKA WA ILAIKA, TABAARAKTA WA
kepada-Mu. Maha berkah dan TA'AALAITA, ASTAGHFIRUKA WA
maha tinggi Engkau. Aku ATUUBU ILAIK.
memohon ampun dan bertobat
kepada-Mu
Dilanjutkan membaca ta’awudz:
A’UUDZU BILLAAHI MINASY
Aku berlindung kepada Allah ta’ala dari SYAITHAANIR RAJIIM
syethan yang terkutuk.
Membaca Surat Al-Fatihah:
Membaca sebahagian dari Al-
Qur’an (surat atau ayat).
Rukuk dengan diawali mengangkat
kedua tangan seperti keadaan
takbiratul ihram:

Ketika rukuk, kedua telapak tangan


dalam kondisi terbuka dan ditekankan
ke lutut, sementara punggung
diusahakan datar.

Bacaan ketika rukuk, bisa salah satu


ini:

Versi pertama (Teks HR. Muslim


no.484)

29
SUBHAANAKALLAAHUMMA
RABBANAA WA BIHAMDIKA,
ALLAAHUMMAGHFIR LII

Maha suci Engkau, wahai Rabb kami,


dan dengan memuji Engkau! Ya Allah,
ampunilah aku.
Versi kedua (Teks HR. Muslim
no.487):

Yang maha ditasbihkan dan disucikan! SUBBUUHUN QUDDUUS, RABBUL


Rabb seluruh malaikat dan Rabb Jibril) MALAA-IKATI WAR RUUH.

Versi ketiga (Potongan Teks HR.


Muslim.772): SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM

Kemudian bangkit dari ruku seraya


mengangkat kedua tangan seperti akan
turun ke rukuk.
Bacaan ketika bergerak bangkit dari
rukuk:

SAMI’ALLAAHU LI MAN HAMIDAH

Semoga Allah ta’ala


mendengarkan kepada orang yang
memuji-Nya

Lalu berdiri lurus, dan ada 2


pendapat tentang sikap berdiri ini:

a. Bersedekap, ini pegangan imam-


imam Masjdil Haram dan Masjid
Nabawiy:
b. Berdiri lurus dengan melepaskan
kedua tangan ke arah bawah,
dan ini pilihan Syaikh Al-Albaniy
rahimahullaah dalam kitab Shifat
Shalatin Nabiy:

Bacaan ketika telah berdiri lurus


setelah (i’tidal):

Versi pertama (Teks HR. Muslim

30
no.476)

SAMI'ALLAAHU LIMA HAMIDAH.


ALLAAHUMMA RABBANAA LAKAL
HAMDU MIL- AS SAMAAWAATI
WAMIL-AL ARDHI WA MIL-A MAA
SYIKTA MIN SYAI-IM BA'DU.

Semoga Allah mendengar orang yang


memuji- Nya. Wahai Rabb kami, milik-
Mu segala pujian sepenuh langit dan
sepenuh bumi, serta sepenuh apa saja
yang telah Engkau kehendaki setelah
itu.

Kemudian mengangkat kedua tangan


untuk turun guna melakukan sujud.

Kondisi sujud, ada dua pendapat


ulama:
Mendahulukan kedua lutut, lalu diikuti
kedua tangan. Ini pegangan imam-
imam Masjdil Haram dan Masjid
Nabawiy.

Mendahulukan kedua tangan, lalu


diikuti oleh kedua lutut. Ini pegangan
Syaikh Al-Albaniy:

Duduk dilakukan dengan bertahan di


atas tujuh anggota badan: kening
beserta hidung, dua telapak tangan,
dua lutut dan dua ujung kaki.

Adapun bacaan di dalam sujud, bisa


dipilih salah satu versi ini:

Versi pertama (Teks HR. Muslim

31
no.484):
SUBHAANAKALLAAHUMMA
Maha suci Engkau, wahai Rabb RABBANAA WA BIHAMDIKA,
kami, dan dengan memuji Engkau! ALLAAHUMMAGHFIR LII
Ya Allah, ampunilah aku

Versi kedua (Teks HR. Muslim no.487):

YANG MAHA DITASBIHKAN DAN SUBBUUHUN QUDDUUS, RABBUL


DISUCIKAN! RABB SELURUH MALAA-IKATI WAR RUUH.
MALAIKAT DAN RABB JIBRIL.

Versi ketiga (Potongan Teks HR.


Muslim.772):
SUBHAANA RABBIYAL A'LAA
.
Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi!

Setelah duduk dengan cara ifitirasy


Bacaan tatkala duduk yang diantara
dua sujud:

Versi pertama (Teks HR. Ahmad dalam


Al- Musnad 1/315):

Wahai Rabb ku, ampunilah saya,


RABBIGHFIR LII WARHAM
rahmatilah saya, angkatlah saya,
NII WARFA' NII WARZUQ NII
berilah saya rezki dan bimbinglah WAHDI NII.
saya!
Versi kedua (Teks HR. At-Tirmidziy
no.284):
ALLAAHUMMAGHFIR LII WARHAM
Ya Allah, ampunilah saya,
NII WAJBUR NII WAHDI NII
rahmatilah saya, tutupilah
WARZUQ NII
kekurangan saya, bimbinglah saya
dan berilah saya rezki!

32
Lalu kembali bersujud
seperti sujud sebelumnya
dengan bacaan yang sama.

Setelah itu bangkit keraka’at kedua


(atau selainnya) dengan salah satu dua
model:

Versi pertama, mendahulukan


mengangkat tangan dari bumi, lalu
lutut. Ini pegangan imam-imam Masjidil
Haram dan Masjid Nabawiy:

Versi kedua, mendahulukan


mengangkat lutut dari bumi, lalu kedua
tangan, dengan bertumpu dengan
kedua telapak tangan tatkala bangkit.
Ini pegangan Syeikh Al-Albaniy
rahimahullah:

1. Memulai raka’at kedua dengan


berdiri bersedkap sepertia raka’ar
pertama.
2. Mengagkat kedua
tangan sebaiknya dilakukan pada
empat kondisi:
a. Ketika takbiratul
ihram memulai shalat.
b. Ketika bertakbir untuk setiap
kali turun ke rukuk.
c. Ketika setiap kali bangkit dari
rukuk.
d. Ketika bertakbir dari duduk
kuntuk bangkit berdiri ke raka’at
ketiga.
3. Duduk ketika membaca
tasyahhud pertama adalah

33
seperti duduk di antara dua sujud,
yaitu duduk iftirasy.

Boleh telapak tangan kanan di


atas ujung paha kanan dengan
mengacungkan telunjuk dari awal
hingga akhir tasyahhud.
Sedangkan telapak tangan kiri di
atas ujung paha kiri.
Dan boleh juga telapak tangan
kakan di atas lutut kanan dengan
mengacungkan telunjuk dari awal
hingga akhir tasyahhud. Sedangkan
telapak tangan kiri memegang lutut
kiri
Jari telunjuk diacungkan dan
pandangan mata diarahkan ke
telunjuk ini selama bertasyahhud,
sedangkan jari tengan dipertemukan
dengan ibu jari, sebagaimana salah
satu dari dua gambar di bawah ini:
Bacaan Tasyahhud, bisa dipilih
dari salah satu versi di bawah ini.
Versi pertama (Teks H. Muslim
no.402):
Segala penghormatan hanyalah AT-TAHIYYAATU LILLAAHI WASH
milik Allah, begitu juga rahmat SHALAWAATU WATH THAYYIBAAT.
Allah dan berkah-Nya. Salam atas AS-SALAAMU 'ALAIKA YAA AYYUHAN
engkau wahai Nabi, begitu juga NABIYYU WA RAHMATULLAAHI
WABARAKAATUH. AS-SALAAMU
rahmat dan segala berkah-Nya.
'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAAHISH
Salam atas kami dan atas hamba- SHAALIHIIN. ASY-HADU AL LAA
hamba Allah yang shaleh. Saya ILAAHA ILLALLAAH, WA ASY-HADU
bersaksi bahwa tiada yang berhak ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA
diibadahi selain Allah dan saya RASUULUH.
bersaksi bahwa sesungguhnya
Muhammad ialah hamba dan
rasul Allah.
Versi kedua (Teks HR. Muslim no.
403):.
AT-TAHIYYAATUL
Segala penghormatan, segala MUBAARAKAATUSH SHALAWAATUTH
keberkahan, segala do'a dan THAYYIBAATU LILLAAH, AS-
segala kebaikan hanyalah SALAAMU 'ALAIKA AYYUHAN
kepunyaan Allah. Salam atas NABIYYU WA RAHMATULLAAHU
engkau, wahai Nabi, beserta WABAARAKAATUH. AS- SALAAMU
rahmat Allah dan segala berkah- 'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAAHISH
SHAALIHIIN. ASY-HADU AL LAA
Nya. Salam atas kami dan atas ILAAHA ILLALLAAH, WA ASY-HADU

34
hamba-hamba Allah yang shaleh. ANNA MUHAMMADAR
Saya bersaksi bahwa tiada yang RASUULULLAAH
berhak diibadahi selain Allah dan
saya bersaksi bahwa
sesungguhnya Muhammad
adalah rasul Allah.

Versi ketiga (Teks HR. Muslim


no.404):
Segala penghormatan, segala AT-TAHIYYAATUTH THAYYIBAATUSH
kebaikan dan segala rahmat SHALAWAATU LILLAAH. AS-SALAAMU
hanya milik Allah. Salam atas 'ALAIKA AYYUHAN NABIYYU
WARAHMATULLAAHI
engkau, wahai sang Nabi, begitu
WABARAKAATUH. AS-SALAAMU
juga rahmat Allah dan segala 'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAAHISH
berkah-Nya. Saya bersaksi SHAALIHIIN. ASY-HADU ALLAA
bahwa tiada yang berhak ILAAHA ILLALLAAHU WA ASY-HADU
diibadahi selain Allah dan saya ANNA MUAHAMMAD 'ABDUHU WA
bersaksi bahwa sesungguhnya RASUULUUH.
Muhammad ialah hamba dan
rasul Allah.

Lalu disambung dengan


membaca selawat untuk Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasalam Bisa pilih satu satu
ucapan selawat di bawah ini.
ALLAAHUMMA SHALLI 'ALAA
Versi pertama (Teks HR. Al- MUHAMMAD WA 'ALAA AALI
Bukhariy no. 3370): MUHAMMAD, KA MAA SHALLAITA
'ALAA IBRAHAIIM WA ‘ALAA AALI
Wahai Allah, limpahkan rahmat IBRAAHIIM. INNAKA HAMIIDUM
atas Muhammad dan atas MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK 'ALAA
keluarga Muhammad, MUHAMMAD WA 'ALAA AALI
sebagaimana Engkau telah MUHAMMAD, KA MAA BAARAKTA
merimpahkan rahmat atas 'ALAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI
Ibrahim dan atas keluarga IBRAAHIIM. INNAKAA HAMIIDUM
Ibrahim. Sesungguhnya Engkau MAJIID.
adalah Maha Terpuji dan Maha
Mulia. Wahai Allah, berkahilah
atas Muhammad dan atas
keluarga Muhammad
sebagaimana engkau telah
memberkahi atas Ibrahim dan
atas keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau adalah
Maha Terpuji dan Maha Mulia.

35
Versi Kedua ( Teks HR. At-Tirmidziy
no.3220):
ALLAAHUMMA SHALLI 'ALAA
MUHAMMAD WA 'ALAA AALI
Wahai Allah, limpahkan rahmat MUHAMMAD. KA MAA SHALLAITA
atas Muhammad dan atas 'ALAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI
keluarga Muhammad, IBRAAHIIM.WA BAARIK 'ALAA
sebagaimana engkau telah MUHAMMAD WA 'ALAA AALI
merimpahkan rahmat atas MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA
Ibrahim dan atas keluarga 'ALAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI
Ibrahim. Dan berkahilah atas IBRAAHIIM. FIL 'AALAMIIN INNAK
Muhammad dan atas keluarga HAMIIDUM MAJIID.
Muhammad sebagaimana engkau
telah memberkahi atas Ibrahim
dan atas keluarga Ibrahim. Di
seluruh alam, Engkau adalah
Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Tasyahhud terakhir. Jika tasyahhud
terakhir ini dilakukan dalam shalat
yang ada tasyahhud pertama di
dalamnya, maka cara duduk dalam
tasyahhud ini ialah dengan duduk
tawarruk (panggul langsung
menempel ke bumi, telapak kaki kiri
dihimpitkan di bawah betis kanan,
dan telapak kaki kanan ditegakkan
dengan menghadap ke arah kiblat)
sedangkan posisi tangan adalah
seperti dalam tasyahhud pertama.

Dalam tasyahhud akhir, kita


membaca bacaan tasyahhud,
selawat dan ditambah dengan
do’a sebelum membaca salam. Di
bawah ini di antara do’a sebelum
salam:
Versi pertama (teks
HR. Al-Bukhariy no.834):
ALLAAHUMMA INNII ZHALAMTU
NAFSII ZHULMAN KATSIIRA,
WA LAA YAGHFIRUDZ
DZUNUUBA ILLAA ANTA.
FAGHFIR LII MAGHFIRATAN
MIN 'INDIKA, WARHAMNII,
INNAKA ANTAL GHAFUUR
RAHIIM.
Ya Allah, sesungguh saya telah

36
zalim terhadap diri saya sendiri
dengan kezaliman yang banyak
dan tiada yang akan mengampuni
segala dosa, kecuali Engkau.
Maka ampunilah saya dengan
keampunan yang berasal dari sisi
Engkau dan kasihanilah saya!
Sesungguhnya Engkah adalah
Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.
Versi kedua (Teks HR. Muslim no.
588): ALLAAHUMMA INNI
A-'UUDZU BIKA MIN 'ADZAABI
JAHANNAMA WA MIN
'ADZAABIL QABRI WA MIN
FITNATIL MAHYAA WAL
MAMAATI WA MIN SYARRI
FITNATIL MASIIHID DAJJAAL.
Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada Engkau dari
siksa Jahanam, dari siksa kubur,
dari fitnah tatkala dan mati serta
dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-
Dajjal!
Versi ketiga ( Teks HR. Abu
Dawud no. 1522):
ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA
DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA
HUSNI 'IBAADATIK.

Allah, tolonglah aku untuk berzikir


kepada-Mu, bersyukur kepada-
Mu dan untuk membaguskan
ibadah kepada-Mu!

1. Bertasyahhud di dalam
shalat yang hanya dua
raka’at. Ada dua model
ketika duduk dalam
tasyahhud yang ini.
Versi pertama, pegangan
Madzhab Asy-Syafi’iy
adalah duduk tawwaruk.

37
Versi kedua, pegangan Madhzab
Hambali adalah dengan duduk ifitirasy.
yaitu seperti duduk dalam tasyahhud
pertama.

Membaca salam ke kanan, lalau baca


salam ke kiri.

Yang terbaik ialah dengan ucapan: ini


(Teks HR. Muslim no.431-120)
ASSALAAMU ‘ALAIKUM
WARAHMATULLAAHI
Salam berserta rahmat Allah atas
kamu.

38
Urutan tata cara menyalatkan mayit :

1. Melakukan takbiratul ihram (takbir pertama).


2. Tanpa perlu membaca istiftah langsung berta’aawudz ( َ‫َأ ُع ّْو ُذ بِاهلل ِ ِمن‬
‫ش ْيطَا ِن ال َّر ِج ْي ِم‬
َّ ‫ )ال‬dan membaca basmalah.
3. Diikuti dengan bacaan Al-Fatihah.
4. Melakukan takbir kedua dan diikuti dengan ucapan shalawat kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam semisal shalawat yang dibaca pada
tasyahud akhir dalam shalat fardhu.
5. Melakukan takbir ketiga dan mendoakan si mayit dengan doa-doa
yang terdapat dalam hadits-hadits yang shahih.
6. Selepas berdoa kemudian melakukan takbir terakhir (takbir keempat),
berhenti sejenak, lalu salam ke arah kanan dengan satu kali salam.

Di antara bentuk doa-doa tersebut adalah:

َ‫ َونَقِّ ِه ِمن‬،‫ج َو ْالبَ َر ِد‬


ِ ‫ َوا ْغ ِس ْله ُ بِ ْال َما ِء َوالث َّ ْل‬،ُ ‫ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَه‬،ُ ‫ َوَأ ْك ِر ْم ن ُ ُزلَه‬،ُ ‫اَللَّه ُ َّم ا ْغفِرْ لَه ُ َوارْ َح ْمه ُ َوعَافِ ِه َوا ْعفُ َع ْنه‬
،‫ َو َزوْ جًا َخ ْي ًرا ِم ْن َزوْ ِج ِه‬،‫َار ِه‬ ِ ‫ َوَأ ْب ِد ْله ُ دَا ًرا َخ ْي ًرا ِم ْن د‬،‫َس‬ ِ ‫وال َخطَايَا َك َما يُنَقَّى الثَّوْ بُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ال َّدن‬ ْ ‫ب‬ ِ ‫الذنُو‬ ُّ
‫ ونَ ِّورْ لَه ُ فِي ِه‬،‫ َوا ْف َسحْ لَه ُ فِي قَب ِْر ِه‬,‫ب النَّار‬ ِ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن َع َذا‬ِ ‫ َوَأ ِع ْذه ُ ِم ْن َع َذا‬،َ‫َوَأ ْد ِخ ْله ُ ْال َجنَّة‬

“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia.
Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah
dia dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan
sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah
baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik dari
isterinya. Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dari azab kubur dan
azab neraka. Lapangkanlah baginya dalam kuburnya dan terangilah dia di
dalamnya.” (HR. Muslim)

Jika yang dishalatkan itu mayit perempuan, orang yang shalat


mengucapkan,

‫اللّه ُ َّم ا ْغفِرْ لَهَا‬

Yaitu dengan mengubah semua dhamir-nya menjadi dhamir muannats (kata


ganti jenis perempuan).

Adapun bila yang dishalatkan itu anak kecil, doa yang dibaca yaitu,

‫اللّه ُ َّم اجْ َع ْله ُ لِ َوالِ َد ْي ِه فَ َرطًا َوَأجْ ًرا و َشفِيعًا ُم َجابًا‬

“Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan, pahala, dan sebagai syafaat
yang mustajab untuk kedua orang tuanya.” (HR. Al-Bukhari)

‫ َوقِ ِه‬،‫ َواجْ َع ْله ُ فِي َكفَالَ ِة ِإ ْب َرا ِهي َم‬، َ‫ف ْال ُمْؤ ِمنِين‬
ِ َ‫ح َسل‬ َ ِ‫ َوَأ ْل ِح ْقه ُ ب‬،‫ َوَأ ْع ِظ ْم بِ ِه ُأجُو َره ُ َما‬،‫ازينَه ُ َما‬
ِ ِ ‫ص ال‬ ِ ‫اللَّه ُ َّم ثَقِّلْ بِ ِه َم َو‬
‫اب ْال َج ِح ِيم‬
َ ‫ك َع َذ‬ َ ِ‫بِ َرحْ َمت‬

39
“Ya Allah, perberatlah karenanya timbangan kebaikan kedua orang tuanya,
perbanyaklah pahala kedua orang tuanya, dan kumpulkanlah dia bersama
orang-orang shalih terdahulu dari kalangan orang yang beriman,
masukkanlah dia dalam pengasuhan Ibrahim, dan dengan rahmat-Mu,
peliharalah dia dari siksa neraka Jahim.”

40

Anda mungkin juga menyukai