1
هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم
ِ ِبسْ ِم
Empat Kewajiban Setiap Muslim
Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata:
َل ْو َما َأ ْن َز َل هللاُ حُجَّ ًة َع َلى َخ ْلقِ ِه ِإالَّ َه ِذ ِه الس ُّْو َر َة َل َك َف ْت ُه ْم
“Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah bagi makhluk-Nya selain surat ini, niscaya
ia telah mencukupi.”
Imam Al-Bukhari Rahimahullah berkata:
َبابُ ْالع ِْل ِم َق ْب َل ْال َق ْو ِل َو ْال َع َم ِل
“Bab: ilmu sebelum berucap dan berbuat.”
Dalil hal tersebut adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Pertama:
2
Allah-lah yang menciptakan dan memberi rezki kepada kita dan tidak membiarkan
kita terlantar, tetapi mengutus seorang Rasul kepada kita. Barangsiapa yang
mentaatinya, akan masuk Surga, dan barangsiapa yang menentangnya, akan
masuk Neraka. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ) َف َع١٥( واًلG ْو َن َر ُسG ْل َنا ِإ َلى فِرْ َعG ا َأرْ َسGGاه ًِدا َع َل ْي ُك ْم َك َمG واًل َشG ْل َنا ِإ َل ْي ُك ْم َر ُسG ﴿ِإ َّنا َأرْ َس
ُ ْونGى فِرْ َعG ص
﴾ الرَّ سُو َل َفَأ َخ ْذ َناهُ َأ ْخ ًذا َو ِبياًل
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul sebagai saksi atas
kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir’aun, lalu
Fir’aun menentangnya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.” (QS. Al-
Muzammil [73]: 15-16)
Kedua:
Sesungguhnya Allah tidak ridha untuk disekutukan dengan sesuatu pun bersama-
Nya dalam ibadah kepada-Nya, baik Malaikat yang didekatkan ataupun Nabi yang
diutus. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴾هللا َأ َح ًدا
ِ ﴿وَأنَّ ْال َم َسا ِجدَ هَّلِل ِ َفاَل َت ْدعُوا َم َع
َ
“Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu berdoa
kepada seorang pun bersama Allah.” (QS. Jin [72]: 18)
Ketiga:
Barangsiapa yang mentaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan
mentauhidkan Allah, maka tidak boleh baginya untuk berwala’ (berkasih sayang)
kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun ia adalah kerabat
dekatnya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Makna Hanif
Saudaraku ketahuilah –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbingmu untuk
mentaati-Nya– bahwa agama Ibrahim yang hanif adalah engkau menyembah Allah
semata dan memurnikan ketaatan kepada-Nya, demikian itu yang diperintahkan
Allah kepada seluruh manusia dan tujuan diciptakannya mereka. Hal ini
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴾ون َ ت ْال ِجنَّ َواِإْل ْن
ِ س ِإاَّل لِ َيعْ ُب ُد ُ ﴿ َو َما َخ َل ْق
3
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Makna (ن ِ “ ) َيعْ ُب ُد ْوmenyembah-Ku” adalah (“ )ي َُوحِّ ُد ْو ِنmentauhidkan-Ku”.
Hal teragung yang diperintahkan Allah adalah tauhid, yaitu menyendirikan Allah
dalam ibadah, sementara hal yang sangat dilarang-Nya adalah kesyirikan,
yaitu menyembah selain Allah bersamaan dengan (menyembah) Allah. Dalilnya
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴾هللا َواَل ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْيًئ ا
َ ﴿ َواعْ ُب ُدوا
“Dan sembahlah Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun.” (QS. An-
Nisa’ [4]: 36)
Mengenal Allah
Apabila ditanyakan kepadamu, “Siapa Tuhanmu?” Maka jawablah, “Tuhanku adalah
Allah yang telah memeliharaku dan seluruh alam dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia
adalah sesembahanku. Aku tidak memiliki sesembahan selain Dia.” Dalilnya adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ﴿ ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعا َلم
﴾ِين
“Segala puji milik Allah tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah [1]: 2] Segala sesuatu
selain Allah adalah alam (makhluk).
Apabila ditanyakan kepadamu, “Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu?” Maka
Jawablah, “Dengan tanda-tanda (kekuasaan) dan makhluk-makhluk-Nya.” Di antara
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya adalah malam dan siang, dan matahari dan bulan. Di
antara makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh serta apa
yang ada di antara keduanya. Dalilnya dalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َلGي اللَّ ْيG ش ي ُْغ ِشِ ْرGG َت َوى َع َلى ْال َعG اس ْ َّام ُث َّم َأ
ٍ َّت ِة يG ض فِي ِس َ ْت َواَأْلر ِ َم َاواG الس َ G﴿ِإنَّ َر َّب ُك ُم هللاُ الَّذِي َخ َل
َّ قG
ُّك هللاُ َرب َ G ُر َت َبG ْ َأاَل َل ُه ْال َخ ْل ُق َواَأْلم،ِمْره
َ ارG ِ ت ِب َ ار َي ْطلُ ُب ُه َحث ًِيثا َوال َّش
مْس َو ْال َق َم َر َوال ُّنجُو َم م َُس َّخ َرا ٍ َأ َ ال َّن َه
َ ْال َعا َلم
﴾ِين
“Sesungguhnya Rabb-mu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia tinggi di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
4
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-A’raf [7]: 54)
Rabb (Tuhan) adalah yang disembah. Dalil hal ini adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
ضَ ْ) الَّذِي َج َع َل َل ُك ُم اَأْلر٢١ ( ون َ ﴿ َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ اعْ ُب ُدوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخ َل َق ُك ْم َوالَّذ
َ ُِين ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َّتق
ً Gوا هَّلِل ِ َأ ْنGGُ َل ُك ْم َفاَل َتجْ َعلGاGت ِر ْز ًق
دَاداG ِ راG َ Gالث َمَّ ج ِب ِه م َِنGَ ف َِرا ًشا َوال َّس َما َء ِب َنا ًء َوَأ ْن َز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َفَأ ْخ َر
َ َوَأ ْن ُت ْم َتعْ َلم
﴾ُون
“Hai manusia! Sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu,
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 21-22)
﴾هللا َأ َح ًدا
ِ ﴿ َوَأنَّ ْال َم َسا ِجدَ هَّلِل ِ َفاَل َت ْدعُوا َم َع
“Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu berdoa
kepada seorang pun bersama Allah.” (QS. Jin [72]: 18)
Barangsiapa yang memalingkan satu saja ibadah tersebut kepada selain Allah,
maka dia seorang musyrik lagi kafir (batal keislamannya). Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ان َل ُه ِب ِه َفِإ َّن َما ح َِسا ُب ُه عِ ْندَ َر ِّب ِه ِإ َّن ُه اَل ُي ْفلِ ُح ْال َكافِر
﴾ُون َ آخ َر اَل بُرْ َه
َ هللا ِإ َلهًا
ِ ﴿ َو َمنْ َي ْد ُع َم َع
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada
suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al-
Mukminun [23]: 117)
5
“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang merasa tidak butuh dari berdo’a kepada-
Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’.” (QS. Ghafir [40]: 60)
ْ ﴿ َفاَل َت ْخ َش ْو ُه ْم َو
﴾اخ َش ْونِي
“Maka, janganlah engkau takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 150)
6
﴾ َُّاك َنسْ َتعِين
َ َّاك َنعْ ُب ُد َوِإي
َ ﴿ِإي
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta
pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)
ُ ﴿قُ ْل َأع
﴾ُوذ ِب َربِّ ْال َف َل ِق
“Katakanlah: aku berlindung kepada Tuhannya falaq.” (QS. Al-Falaq [113]: 1)
ُ ﴿قُ ْل َأع
ِ ُوذ ِب َربِّ ال َّن
﴾اس
“Katakanlah: aku berlindung kepada Tuhannya manusia.” (QS. An-Nas [114]: 1)
Dalil istighatsah adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴾اب َل ُك ْم
َ ون َر َّب ُك ْم َفاسْ َت َج ُ ﴿ِإ ْذ َتسْ َتغ
َ ِيث
“Jika engkau beristighatsah kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan mengabulkan
bagimu.” (QS. Al-Anfal [8]: 9)
Dalil dari As-Sunnah:
﴾ان َشرُّ هُ مُسْ َتطِ يرً ا َ ُ﴿ي ُْوفُ ْو َن ِبال َّن ْذ ِر َو َي َخاف
َ ون َي ْومًا َك
“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di
mana-mana.” (QS. Al-Insan [76]: 7)
7
Dasar yang kedua: mengenal agama Islam disertai dalil-dalilnya. Islam adalah:
َو ْال َب َرا َءةُ م َِن ال ِّشرْ كِ َوَأهْ لِ ِه،ِاعة َّ َوااْل ِ ْنقِ َيا ُد َل ُه ِب،ِْاالِسْ ِتسْ الَ ُم هَّلِل ِ ِبال َّت ْو ِح ْيد
َ الط
“Berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk patuh dengan
mentaati-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.”
Rukun Islam ada lima: syahadatain, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan, dan haji ke Baitullah Al-Haram.
﴾﴿ َش ِهدَ هللاُ َأ َّن ُه اَل ِإ َل َه ِإاَّل ه َُو َو ْال َماَل ِئ َك ُة َوُأولُو ْالع ِْل ِم َقاِئمًا ِب ْالقِسْ طِ اَل ِإ َل َه ِإاَّل ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran
[3]: 18)
Maknanya adalah (ُ ق ِإالَّ هللا ْ “ )اَل َمعْ بtidak ada sesembahan yang berhak
ٍّ GGودَ ِب َحGGُ
disembah selain Allah”. Lafazh ( )اَل ِإ َل َهmenafikan seluruh yang disembah selain Allah
dan lafazh (ُ )ِإالَّ هللاmenetapkan bahwa ibadah hanya untuk Allah semata, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam ibadah kepada-Nya, begitu juga tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam kerajaan-Nya. Tafsir tentang ini akan jelas dengan firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
ذGَ G ْيًئ ا َواَل َي َّت ِخG ِه َشG ك ِب َ ب َت َعا َل ْوا ِإ َلى َكلِ َم ٍة َس َوا ٍء َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُك ْم َأاَّل َنعْ بُدَ ِإاَّل
َ هللا َواَل ُن ْش ِر ِ ﴿قُ ْل َيا َأهْ َل ْال ِك َتا
﴾ُون َ هللا َفِإنْ َت َولَّ ْوا َفقُولُوا ا ْش َه ُدوا ِبَأ َّنا مُسْ لِم ِ ونِ ض َنا َبعْ ضًا َأرْ َبابًا ِمنْ ُد ُ َْبع
“Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah
kecuali Allah dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’” (QS. Ali Imran [3]: 64)
Dalil syahadat هللا
ِ م َُح َّم ٌد َرس ُْو ُل adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
8
َ ﴿ َل َق ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِمنْ َأ ْنفُسِ ُك ْم َع ِزي ٌز َع َل ْي ِه َما َع ِن ُّت ْم َح ِريصٌ َع َل ْي ُك ْم ِب ْالمُْؤ ِمن
﴾ِين َرءُوفٌ َرحِي ٌم
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS.
At-Taubah [9]:128)
[2] () َتصْ ِد ْيقُ ُه فِ ْي َما َأ ْخ َب َر: membenarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa
yang dikabarkannya.
َ ُه َو َزGا َن َهى َع ْنGGابُ َمGG) ِاجْ ِت َن: menjauhi apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
[3] ( َرGGج
Sallam larang dan peringatkan.
َ َرG ا َشGGدَ هللاُ ِإالَّ ِب َمGG)َأنْ اَل يُعْ َب: Allah tidak disembah kecuali dengan apa yang
[4] (ع
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam syariatkan.
Dalil shalat, zakat, dan tafsir tauhid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Iman memiliki 70 cabang lebih. Yang paling tinggi adalah ucapan (ُ )اَل ِإ َل َه ِإالَّ هللاdan
yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah
cabang dari iman.
9
Rukun iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman terhadap takdir yang
baik maupun yang buruk.
Dalil mengenai rukun yang enam ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ِ و ِم اآْل خGG
رGGِ ْ هلل َو ْال َي ِ ِرGG ِر ِق َو ْال َم ْغGG َل ْال َم ْشGGو َه ُك ْم قِ َبGGُرَّ َأنْ ُت َولُّوا وُ جGGْس ْال ِب
ِ رَّ َمنْ آ َم َن ِباGGب َو َلكِنَّ ْال ِب َ ﴿ َلي
ِ َو ْال َماَل ِئ َك ِة َو ْال ِك َتا
َ ب َوال َّن ِبي
﴾ِّين
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
Malaikat-Malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 177)
)٢١٩( ِين
َ ا ِجدGالس َ G) َو َت َقلُّ َب٢١٨( و ُمGGُِين َتق
َّ ك فِيG َ اك ح َ G) الَّذِي َي٢١٧( ِيم
َ رG ِ يز الرَّ حِ ﴿ َو َت َو َّك ْل َع َلى ْال َع ِز
﴾ِإ َّن ُه ه َُو ال َّسمِي ُع ْال َعلِي ُم
“Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak
badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Asy-Syu’araa [26]: 217-220)
10
Dalil dari As-Sunnah adalah hadits Jibril yang terkenal dari Umar Radhiyallahu
‘Anhu, beliau berkata:
رىG َ G الَ ُي، َش ِد ْي ُد َس َوا ِد ال َّشعْ ِر،ِالث َياب ِّ اض ِ َش ِد ْي ُد َب َي،ٌهللا ﷺ ِإ ْذ َط َل َع َع َل ْي َنا َر ُجل ِ َب ْي َن َما َنحْ نُ عِ ْندَ َرس ُْو ِل
َعGض َ َو َو،ِ هGْ َفَأسْ َندَ ر ُْك َب َت ْي ِه ِإ َلى ر ُْك َب َتي،س ِإ َلى ال َّن ِبيِّ ﷺ َ َح َّتى َج َل، َواَل َيعْ ِرفُ ُه ِم َّنا َأ َح ٌد،َع َل ْي ِه َأ َث ُر ال َّس َف ِر
َّ َوَأن،ُ َه ِإالَّ هللاG َهدَ َأنْ اَل ِإ َلG «َأنْ َت ْش:ا َلGG َق.اَل ِمGرْ ِنيْ َع ِن اِإْل ْسGGا م َُح َّم ُد! َأ ْخ ِبGG َي:ا َلGG َو َق،َِك َّف ْي ِه َع َلى َفخ َِذ ْيه
ِهGGْت ِإ َلي َ ْ َت َطعGGاس
ْ ْت ِإ ِنَ َو َت ُح َّج ْال َبي،ان َ ض َ َو َتص ُْو َم َر َم،الز َكا َة َّ َو ُتْؤ ت َِي،صالَ َة َّ َو ُتقِ ْي َم ال،هللا
ِ م َُحم ًَّدا َرس ُْو ُل
ِ ْؤ م َِن ِباGG «َأنْ ُت:ا َلGG َق.ان
هلل ِ َفَأ ْخ ِبرْ نِي َع ِن اِإْل ْي َم: َقا َل.ُُص ِّدقُه َ َف َع ِج ْب َنا َل ُه َيسْ َألُ ُه َوي.ت َ صدَ ْقَ :َس ِب ْيالً» َف َقا َل
َأ ْخ ِبرْ نِيG َف:ا َلGG َق.ت َ دَ ْقGص َ :ا َلGGرِّ ِه» َقGدَر َخي ِْر ِه َو َش ِ َو ُتْؤ م َِن ِب ْال َق،َو َمالَِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْال َي ْو ِم اآْل خ ِِر
َأ ْخ ِبرْ نِي َع ِنG َف:ا َلGGاك» َق َ رG َ Gراهُ َفِإ َّن ُه َيG َ Gِإنْ َل ْم َت ُكنْ َتG َف،ُراهG َ Gك َت َ هللا َكَأ َّن
َ َدGG «َأنْ َتعْ ُب:ا َلGG َق.ان ِ Gَع ِن اِإْلحْ َس
َدGGِ «َأنْ َتل:ا َلGG َق.اGGارا ِت َه َ َأ ْخ ِبرْ نِي َعنْ َأ َمG َف:ا َلGGاِئل» َق ِ Gالس َّ « َما ْال َمسْ ُؤ ْو ُل َع ْن َها ِبَأعْ َل َم م َِن: َقا َل.َِّاعة َ الس
قG َ َ ْ ُ
َ Gث َّم انطل :ا َلGGان» َقG ْ ْ
ِ Gاول ْو َن فِي ال ُبن َيG ُ َ َّ َ
َ Gا ِء َي َتطGا َء الشGGة ِر َعGرا َة ال َعالG َ ْ َ Gا َة ال ُعGG َو نْ َت َرى ال ُح َف،اَأْل َّم ُة َر َّب َت َها
ْ ْ َأ
،ُ لG « َفِإ َّن ُه ِجب ِْر ْي: َقا َل. هللاُ َو َرس ُْولُ ُه َأعْ َل ُم:ت ُ َّاِئل؟» قُ ْل ِ « َيا ُع َم ُر َأ َت ْد ِريْ َم ِن الس: ُث َّم َقا َل لِي، َملِ ًّيا ت ُ َف َل ِب ْث
»َأ َتا ُك ْم ي َُعلِّ ُم ُك ْم ِد ْي َن ُك ْم
“Ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah, tiba-tiba tampak
dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat
hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang
pun di antara kami yang mengenalnya. Lalu dia duduk di hadapan Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dan menyandarkan lututnya pada lutut beliau serta meletakkan
tangannya di atas paha beliau, selanjutnya dia berkata, ‘Hai Muhammad,
beritahukan kepadaku tentang Islam.’ Beliau menjawab, ‘Islam itu Anda bersaksi
bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu
utusan Allah, Anda mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan, dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika Anda mampu
melakukannya.’ Orang itu berkata, ‘Engkau benar.’ Kami pun heran, dia yang
bertanya tetapi dia pula yang membenarkan. Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan
kepadaku tentang Iman.’ Beliau menjawab, ‘Anda beriman kepada Allah, kepada
para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari Kiamat
dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.’ Dia berkata, ‘Engkau benar.’
Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang ihsan.’ Beliau
menjawab, ‘Anda beribadah kepada Allah seakan-akan Anda melihat-Nya, jika Anda
tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihat Anda.’ Orang itu berkata lagi,
‘Beritahukan kepadaku tentang Kiamat.’ Beliau menjawab, ‘Orang yang ditanya itu
tidak lebih tahu dari yang bertanya.’ Selanjutnya orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan
kepadaku tentang tanda-tandanya.’ Beliau menjawab, ‘Jika budak perempuan telah
melahirkan anak majikannya, jika Anda melihat orang-orang yang tidak beralas kaki,
tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba
meninggikan bangunan.’ Kemudian pergilah ia, aku diam beberapa lama kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku, ‘Wahai Umar, tahukah
engkau siapa yang bertanya itu?’ Saya menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Ia adalah Jibril, dia datang kepada kalian untuk
mengajarkan agama kalian.’” (HR. Muslim no. 8)
11
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim dari
Quraisy dan Quraisy dari Arab, dan Arab dari keturunan Ismail bin Ibrahim Al-
Khalil ‘Alaihis Salam.
Usia beliau 63 tahun. Yang 40 tahun sebelum kenabian, dan 23 tahun sebagai Nabi
dan Rasul. Awal kenabian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan turunnya
wahyu surat Al-Alaq dan kerasulan dengan turunnya wahyu surat Al-Muddats-tsir.
Negeri beliau Makkah.
Allah mengutus beliau sebagai pemberi peringatan dari kesyirikan dan mengajak
kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
) َواَل٥( ْاهْ جُرGG َز َفGْ) َوالرُّ ج٤( ْك َف َطهِّرG َ ) َو َرب٢( ْ ِذرG) قُ ْم َفَأ ْن١( َّد ِّث ُرGا ْال ُمGGا َأ ُّي َهGG﴿ َي
َ G) َو ِث َيا َب٣( َّْك َف َكبِّر
﴾ ِّْك َفاصْ ِبرَ ) َول َِرب٦( َتمْ ُننْ َتسْ َت ْك ِث ُر
“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi agar memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan
karena Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatsir [74]: 1-7)
Makna ( ْ )قُ ْم َفَأ ْن ِذرadalah berilah peringatan dari kesyirikan dan ajaklah kepada tauhid.
Makna ( َّْك َف َكبِّر
َ ) َو َربadalah agungkanlah Dia dengan tauhid.
َ
Makna ( ْك َفطهِّر َ ) َو ِث َيا َبadalah bersihkanlah amalanmu dari kesyirikan.
Makna ( ْ ) َوالرُّ جْ َز َفاهْ جُرadalah pebuatan dosa dengan menyembah berhala, dan cara
mengatasinya dengan meninggalkannya dan berlepas diri darinya dan pelakunya.
Untuk hal ini, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdakwah selama 13 tahun untuk
mengajak kepada tauhid. Setelah 10 tahun kenabian, beliau dinaikkan ke langit dan
mendapatkan kewajiban shalat lima waktu. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam shalat di Makkah selama 3 tahun, setelah itu diperintah hijrah ke Madinah.
Hijrah adalah berpindah dari negeri kesyirikan ke negeri Islam. Hijrah diwajibkan
atas umat ini dari negeri kesyirikan menuju negeri Islam. Hal ini tetap berlaku hingga
terjadinya Kiamat.
12
َ ِين آ َم ُنوا ِإنَّ َأرْ ضِ ي َواسِ َع ٌة َفِإي
ِ َّاي َفاعْ ُب ُد
﴾ون َ ِي الَّذ
َ ﴿ َيا عِ َباد
“Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka
sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Ankabut [29]: 56)
Imam Al-Baghawi Rahimahullah berkata:
ِ َنادَا ُه ُم هللاُ ِباسْ ِم اِإْل ْي َم،َس َببُ ُن ُز ْو ِل َه ِذ ِه اآْل َي ِة فِي ْالمُسْ لِ ِمي َْن الَّ ِذي َْن ِب َم َّك َة َل ْم ُي َها ِجر ُْوا
ان
“Sebab turunnya ayat ini mengenai kaum Muslimin yang tinggal di Makkah yang
belum berhijrah. Allah memanggil mereka dengan sebutan keimanan.”
» َوالَ َت ْن َقطِ َع ال َّت ْو َب ُة َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّشمْسُ ِمنْ َم ْغ ِر ِب َها،«الَ َت ْن َقطِ ُع ْال ِهجْ َرةُ َح َّتى َت ْن َقطِ َع ال َّت ْو َب ُة
“Hijrah tidak akan terputus hingga taubat terputus dan taubat tidak akan terputus
kecuali matahari terbit dari barat.” (HR. Abu Dawud no. 2479)
13
“Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati.
Kemudian, benar-benar kalian pada hari Kiamat berbantah-bantahan di sisi
Tuhanmu.” (QS. Az-Zumar [39]: 30-31)
﴾ار ًة ُأ ْخ َرى
َ ﴿ ِم ْن َها َخ َل ْق َنا ُك ْم َوفِي َها ُنعِي ُد ُك ْم َو ِم ْن َها ُن ْخ ِر ُج ُك ْم َت
“Dari tanah itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan
mengembalikan kamu dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang
lain.” (QS. Thaha [20]: 55)
﴾ِين َأحْ َس ُنوا ِب ْالحُسْ َنى َ ِين َأ َساءُوا ِب َما َع ِملُوا َو َيجْ ِز
َ ي الَّذ َ ي الَّذ
َ ﴿لِ َيجْ ِز
“Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa
yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (Surga).” (QS. An-Najm [53]: 31)
ِ ِين َك َفرُوا َأنْ َلنْ ُيب َْع ُثوا قُ ْل َب َلى َو َربِّي َل ُتب َْع ُثنَّ ُث َّم َل ُت َنبَُّؤ نَّ ِب َما َعم ِْل ُت ْم َو َذل َِك َع َلى
﴾هللا يَسِ ي ٌر َ ﴿ َز َع َم الَّذ
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At-Taghabun [64]: 7)
Rasul yang pertama adalah Nuh ‘Alaihis Salam dan Rasul yang terakhir adalah
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalil bahwa Rasul yang pertama adalah
Nuh Alaihis Salam adalah
14
َأ َ ﴿ِإ َّنا َأ ْو َح ْي َنا ِإ َلي
ٍ ْك َك َما ْو َح ْي َنا ِإ َلى ُن
﴾وح
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh.” (QS. An-Nisa` [4]: 163)
ُأ
َ الطا ُغ
﴾وت َ ﴿ َو َل َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل َّم ٍة َرسُواًل َأ ِن اعْ ُب ُدوا
َّ هللا َواجْ َت ِنبُوا
“Dan sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rasul (untuk
mendakwahkan): ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl [16]:
36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kepada seluruh hamba agar mengingkari
thaghut dan mengimani Allah.
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
ْ ك ِب
العُرْ َو ِةGG َ هلل َف َق ِد اسْ َت
َ مْس ِ ت َويُْؤ ِمنْ ِبا َّ ين َق ْد َت َبي ََّن الرُّ ْش ُد م َِن ْال َغيِّ َف َمنْ َي ْكفُرْ ِب
ِ الطا ُغو ِ ﴿اَل ِإ ْك َرا َه فِي ال ِّد
َ ْالوُ ْث َقى اَل ا ْنف
﴾ِصا َم َل َها
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada
thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 256)
***
15
16
Kedudukan wudhu dalam sholat
Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak kecil ia telah
mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu yang
telah kita lakukan selama bertahun-tahun atau bahkan telah puluhan tahun itu telah
benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
was sallam? Karena suatu hal yang telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat
syahadat bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah dan sesuai sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa
wudhu merupakan syarat sah sholat, yang mana jika syarat tidak terpenuhi maka
tidak akan teranggap/terlaksana apa yang kita inginkan dari syarat tersebut.
Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam,
اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإ َلى ْال َم َراف ِِق َوامْ َسحُوا َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َّ ِين َآ َم ُنوا ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإ َلى ال
ْ صاَل ِة َف
ِ ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوَأرْ ُج َل ُك ْم ِإ َلى ْال َكعْ َبي
ْن
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS Al Maidah [5] : 6).
Maka marilah duduk bersama kami barang sejenak untuk mempelajari shifat/tata
cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam.
Pengertian wudhu
Tata Cara Wudhu secara Global
Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam dari Humroon budak sahabat Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu,
ْ ِه ِمنGْ َأ ْف َر َغ َع َلى َيدَ يG َف، و ٍءGض َ ان َأ َّن ُه َرَأى ع ُْث َم
ُ ا ِب َوGان دَ َعG َ ْن َع َّف
ِ ان ب َ ان َم ْو َلى ع ُْث َم َ َعنْ حُمْ َر
، َقG َواسْ َت ْن َش، ض َ َمGض ْ ُث َّم َت َم، و ِءGض ُ ُه فِى ْال َوG ُث َّم َأ ْد َخ َل َيمِي َن، تٍ ث َمرَّ اَ َ َف َغ َس َل ُه َما َثال، ِإ َناِئ ِه
17
َّلG َل ُكG ُث َّم َغ َس، ِهG ُث َّم َم َس َح ِب َرْأ ِس، ْن َثالَ ًثا ِ ُث َّم َغ َس َل َوجْ َه ُه َثالَ ًثا َو َيدَ ْي ِه ِإ َلى ْال ِمرْ َف َقي، َواسْ َت ْن َث َر
ضُأ َنحْ َو وُ ضُوِئى َه َذا َو َقا َل َّ ْت ال َّن ِبىَّ – صلى هللا عليه وسلم – َي َت َو ُ ُث َّم َقا َل َرَأي، ِرجْ ٍل َثالَ ًثا
اGG ُه َمGر هَّللا ُ َلG َ G َغ َف، ِيه َما َن ْف َس ُه
ِ ثف ُ الَ ي َُح ِّد، ْن
ِ صلَّى َر ْك َع َتي َ ضَأ َنحْ َو وُ ضُوِئى َه َذا ُث َّم َّ « َمنْ َت َو
َت َق َّد َم ِمنْ َذ ْن ِب ِه
Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat kita simpulkan tata
cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam secara ringkas sebagai berikut,
18
2. “Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi
orang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala (bismillah) ketika hendak
berwudhu”.
3. Membasuh wajah, termasuk dalam membasuh wajah adalah berkumur-kumur,
istinsyaq dan istintsar. Para ‘ulama mengatakan batasan bagian wajah yang
dibasuh adalah mulai dari atas ujung dahi (awal tempat tumbuhnya rambut)
sampai bagian bawah jenggot dan batas kiri kanan adalah telinga.
« ْضَأ َأ َح ُد ُك ْم َف ْل َيسْ َت ْنشِ ْق ِب َم ْنخ َِر ْي ِه م َِن ْال َما ِء ُث َّم ْل َي ْن َت ِثر
َّ » ِإ َذا َت َو
“Jika salah seorang dari kalian hendak berwudhu maka beristinsyaqlah di hidungnya
dengan air kemudian beristintsarlah”.
Dalil khusus dalam masalah kumur-kumur adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam,
َ ضْأ
« ْت َف َمضْ ِمض َّ » ِإ َذا َت َو
19
“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam pent. ) jika beliau akan
berwudhu, beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau basuhkan (ke
wajahnyapent) sampai ketenggorokannya kemudian beliau menyela-nyelai
jenggotnya”. Kemudian beliau mengatakan, “Demikianlah cara berwudhu yang
diperintahkan Robbku kepadaku”.
اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإ َلى ْال َم َراف ِِق َّ ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإ َلى ال
ْ صاَل ِة َف
« ُث َّم َغ َس َل َيدَ هُ ْاليُسْ َرى ِإ َلى ْال َمرْ ف ِِق َثالَ ًثا، » ُث َّم َغ َس َل َيدَ هُ ْاليُمْ َنى ِإ َلى ْال َمرْ ف ِِق َثالَ ًثا
“Kemudian beliau membasuh tangannya yang kanan sampai siku sebanyak tiga kali,
kemudian membasuh tangannya yang kiri sampai siku sebanyak tiga kali”.
Perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum menyapu kepala adalah wajib bahkan
hal ini diklaim ijma’ oleh An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah. Demikian juga sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
َ َح َّتى َذ َه، َبدَ َأ ِب ُم َق َّد ِم َرْأسِ ِه، َفَأ ْق َب َل ِب ِه َما َوَأ ْد َب َر، ُث َّم َم َس َح َرْأ َس ُه ِب َيدَ ْي ِه
« ، ُب ِب ِه َما ِإ َلى َق َفاه
ان الَّذِى َبدَ َأ ِم ْن ُه ِ » ُث َّم َر َّد ُه َما ِإ َلى ْال َم َك
“Kemudian beliau membasuh mengusap kepala dengan tangannya,(dengan cara .)
menyapunya ke depan dan ke belakang. Beliau memulainya dari bagian depan
kepalanya ditarik ke belakang sampai ke tengkuk kemudian
mengembalikannya lagi ke bagian depan kepalanya”.
20
bagian kepala yang dihusap dalam ayat di atas adalah seluruh kepala/rambut dan
inilah pendapat Al Imam Malik rohimahullah demikian juga hal ini merupakan
pendapat Al Imam Al Bukhori rohimahullah sebagaimana dalam kitab shahihnya.
Jadi mengusap kepala bukanlah hanya sebagian (hanya ubun-ubun) sebagaimana
anggapan sebagian orang. Sedangkan dalil bahwa menyapu kedua telinga termasuk
dalam menyapu kepala adalah sabda Nabi ’alaihish sholatu was salam,
ْأ ُأل
«س ِ » ا ُذ َن
ِ َّان م َِن الر
“Kedua telinga merupakan bagian dari kepala”.
Lalu cara menyapu kedua telinga adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam,
« ْن َو َظاه ِِر ِه َما بِِإ ْب َها َم ْي ِه َ » ُث َّم َم َس َح ِب َرْأسِ ِه َوُأ ُذ َن ْي ِه بَاطِ ن ِِه َما ِبال َّسب
ِ َّاح َتي
“kemudian beliau menyapu kedua telinga sisi dalamnya dengan dua telunjuknya dan
sisi luarnya dengan kedua jempolnya”.
8. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Dalil hal ini adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Membasuh kedua mata kaki hukumnya wajib karena Allah sebutkan dengan
lafadz/bentuk perintah, dan hukum asal perintah dalam masalah ibadah adalah
wajib. Adapun cara membasuhnya adalah sebagaimana yang disabdakan
beliau alaihish sholatu was salam,
َ ضَأ دَ َل َك َأ
َ ص ِاب َع ِرجْ َل ْي ِه ِب ِخ ْن
« ص ِر ِه َّ » ِإ َذا َت َو
21
“Jika beliau shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu, beliau menggosok jari-jari
kedua kakinya dengan dengan jari kelingkingnya”
« ُ ضُأ َف ُي ْبلِ ُغ – َأ ْو َفيُسْ ِب ُغ – ْالوُ ضُو َء ُث َّم َيقُو ُل َأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هَّللا َّ َما ِم ْن ُك ْم ِمنْ َأ َح ٍد َي َت َو
الث َما ِن َي ُة َي ْد ُخ ُل ِمنْ َأ ِّي َها َشا َء
َّ ت َل ُه َأب َْوابُ ْال َج َّن ِة
ْ » َوَأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُد هَّللا ِ َو َرسُول ُ ُه ِإالَّ فُت َِح.
22
PERTAMA: BERWUDHUK SESUAI SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM
23
7. Membasuh tangan kanan dan tangan
kiri hingga bagian atas siku, disertai
menyela- nyelai jari-jari tangan. Juga
dilakukan 3 kali.
24
25
KEDUA : BERTAYAMMUM SESUAI SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM
Membaca Basmalah, lalu menepukkan
kedua bagian dalam telapak tangan ke
atas permukaan tanah, dinding atau
semisalnya dengan hanya satu kali
tepukan, lalu menghembus kepada
kedua telapak tangan tersebut.
26
wasallam tidak menjawab sampai
Beliau menghadap kepada dinding,
lalu Beliau mengusap wajah Beliau
dan dua telapak tangan Beliau,
Setelah itu Beliau menjawab salam.”
(Teks HR. Muslim no.369-114)
27
Membaca do’a iftitah dengan salah ALLAAHUMMA BAA'ID BAINII WA
satu BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA
versi di bawah ini: BAA'ADTA BAINAL MASYRIQI
WAL MAGHRIB. ALLAAHUMMA
Bacaan iftitah ( Teks HR. Muslim
NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA
no.598):
KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan
ABYADHU MINAD DANAS.
kesalahan-kesalahanku,
ALLAAHUMMAGHSIL NII MIN
sebagimana Engkau telah
KHATHAAYAAYA BITS TSALJI
menjauhkan antara timur dan barat!
Ya Allah, sucikanlah aku dari WAL MAA-I WAL BARADI.
kesalahan- kesalahanku,
sebagaimana kain putih dibersihkan
dari kotoran! Ya Allah, basuhlah aku
dari kesalahan-kesalahanku dengan
es, air dan embun!
28
Engkaulah Rabb-ku dan aku MINAL MUSLIMIIN. ALLAAHUMMA
adalah hamba-Mu. Aku telah ANTAL MALIKU, LAA ILAAHA ILLAA
menzalimi diriku dan telah ANTA, ANTA RABBII WA ANA
menyadari dosaku, maka 'ABDUK.
ampunilah dosa-dosaku
semuanya karena sesungguhnya ZHALAMTU NAFSII WA'TARAFTU BI
tiada yang mengampuni dosa- DZANBII, FAGHFIR LII DZUNUUBI
dosa selain Engkau! Bimbinglah JAMII'AN, INNAHU LAA
aku menuju akhlak terbaik karena YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA
tiada yang membimbing ANTA.
kepadanya kecuali Engkau! WAHDINII LI AHSANIL AKHLAAQI,
Palingkanlah dariku akhlak-akhlak LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLAA
buruk karena tiada yang
ANTA, WASHRIF 'ANNI SAYYI- AHA,
memalingkannya selain Engkau!
LAA YASHRIFU 'ANNII SAYYI-AHA
Aku datang dengan segala
ILLAA ANTA.
senang hati kepada-Mu. Kebaikan
secara keseluruhan adalah dalam LABBAIKA WA SA'DAIKA, WAL
dua tangan-Mu, sedangkan KHAIRU KULLUHU BI YADAIKA,
keburukan tiadalah disandarkan WASY SYARRU LAISA ILAIKA, ANA
kepada-Mu. Aku dengan-Mu dan BIKA WA ILAIKA, TABAARAKTA WA
kepada-Mu. Maha berkah dan TA'AALAITA, ASTAGHFIRUKA WA
maha tinggi Engkau. Aku ATUUBU ILAIK.
memohon ampun dan bertobat
kepada-Mu
Dilanjutkan membaca ta’awudz:
A’UUDZU BILLAAHI MINASY
Aku berlindung kepada Allah ta’ala dari SYAITHAANIR RAJIIM
syethan yang terkutuk.
Membaca Surat Al-Fatihah:
Membaca sebahagian dari Al-
Qur’an (surat atau ayat).
Rukuk dengan diawali mengangkat
kedua tangan seperti keadaan
takbiratul ihram:
29
SUBHAANAKALLAAHUMMA
RABBANAA WA BIHAMDIKA,
ALLAAHUMMAGHFIR LII
30
no.476)
31
no.484):
SUBHAANAKALLAAHUMMA
Maha suci Engkau, wahai Rabb RABBANAA WA BIHAMDIKA,
kami, dan dengan memuji Engkau! ALLAAHUMMAGHFIR LII
Ya Allah, ampunilah aku
32
Lalu kembali bersujud
seperti sujud sebelumnya
dengan bacaan yang sama.
33
seperti duduk di antara dua sujud,
yaitu duduk iftirasy.
34
hamba-hamba Allah yang shaleh. ANNA MUHAMMADAR
Saya bersaksi bahwa tiada yang RASUULULLAAH
berhak diibadahi selain Allah dan
saya bersaksi bahwa
sesungguhnya Muhammad
adalah rasul Allah.
35
Versi Kedua ( Teks HR. At-Tirmidziy
no.3220):
ALLAAHUMMA SHALLI 'ALAA
MUHAMMAD WA 'ALAA AALI
Wahai Allah, limpahkan rahmat MUHAMMAD. KA MAA SHALLAITA
atas Muhammad dan atas 'ALAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI
keluarga Muhammad, IBRAAHIIM.WA BAARIK 'ALAA
sebagaimana engkau telah MUHAMMAD WA 'ALAA AALI
merimpahkan rahmat atas MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA
Ibrahim dan atas keluarga 'ALAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI
Ibrahim. Dan berkahilah atas IBRAAHIIM. FIL 'AALAMIIN INNAK
Muhammad dan atas keluarga HAMIIDUM MAJIID.
Muhammad sebagaimana engkau
telah memberkahi atas Ibrahim
dan atas keluarga Ibrahim. Di
seluruh alam, Engkau adalah
Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Tasyahhud terakhir. Jika tasyahhud
terakhir ini dilakukan dalam shalat
yang ada tasyahhud pertama di
dalamnya, maka cara duduk dalam
tasyahhud ini ialah dengan duduk
tawarruk (panggul langsung
menempel ke bumi, telapak kaki kiri
dihimpitkan di bawah betis kanan,
dan telapak kaki kanan ditegakkan
dengan menghadap ke arah kiblat)
sedangkan posisi tangan adalah
seperti dalam tasyahhud pertama.
36
zalim terhadap diri saya sendiri
dengan kezaliman yang banyak
dan tiada yang akan mengampuni
segala dosa, kecuali Engkau.
Maka ampunilah saya dengan
keampunan yang berasal dari sisi
Engkau dan kasihanilah saya!
Sesungguhnya Engkah adalah
Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.
Versi kedua (Teks HR. Muslim no.
588): ALLAAHUMMA INNI
A-'UUDZU BIKA MIN 'ADZAABI
JAHANNAMA WA MIN
'ADZAABIL QABRI WA MIN
FITNATIL MAHYAA WAL
MAMAATI WA MIN SYARRI
FITNATIL MASIIHID DAJJAAL.
Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada Engkau dari
siksa Jahanam, dari siksa kubur,
dari fitnah tatkala dan mati serta
dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-
Dajjal!
Versi ketiga ( Teks HR. Abu
Dawud no. 1522):
ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA
DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA
HUSNI 'IBAADATIK.
1. Bertasyahhud di dalam
shalat yang hanya dua
raka’at. Ada dua model
ketika duduk dalam
tasyahhud yang ini.
Versi pertama, pegangan
Madzhab Asy-Syafi’iy
adalah duduk tawwaruk.
37
Versi kedua, pegangan Madhzab
Hambali adalah dengan duduk ifitirasy.
yaitu seperti duduk dalam tasyahhud
pertama.
38
Urutan tata cara menyalatkan mayit :
“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia.
Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah
dia dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan
sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah
baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik dari
isterinya. Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dari azab kubur dan
azab neraka. Lapangkanlah baginya dalam kuburnya dan terangilah dia di
dalamnya.” (HR. Muslim)
Adapun bila yang dishalatkan itu anak kecil, doa yang dibaca yaitu,
اللّه ُ َّم اجْ َع ْله ُ لِ َوالِ َد ْي ِه فَ َرطًا َوَأجْ ًرا و َشفِيعًا ُم َجابًا
“Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan, pahala, dan sebagai syafaat
yang mustajab untuk kedua orang tuanya.” (HR. Al-Bukhari)
َوقِ ِه، َواجْ َع ْله ُ فِي َكفَالَ ِة ِإ ْب َرا ِهي َم، َف ْال ُمْؤ ِمنِين
ِ َح َسل َ ِ َوَأ ْل ِح ْقه ُ ب، َوَأ ْع ِظ ْم بِ ِه ُأجُو َره ُ َما،ازينَه ُ َما
ِ ِ ص ال ِ اللَّه ُ َّم ثَقِّلْ بِ ِه َم َو
اب ْال َج ِح ِيم
َ ك َع َذ َ ِبِ َرحْ َمت
39
“Ya Allah, perberatlah karenanya timbangan kebaikan kedua orang tuanya,
perbanyaklah pahala kedua orang tuanya, dan kumpulkanlah dia bersama
orang-orang shalih terdahulu dari kalangan orang yang beriman,
masukkanlah dia dalam pengasuhan Ibrahim, dan dengan rahmat-Mu,
peliharalah dia dari siksa neraka Jahim.”
40