Anda di halaman 1dari 7

MARI BERTAQWA

،‫ت َأ ْع َمالِنَا‬
ِ ‫ُور َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬
ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر‬،ُ‫إن الـ َح ْم َد هّلِل ِ نَـحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
َّ

َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ي لَه‬
ُ‫ك لَه‬ َ ‫ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬،ُ‫ض َّل لَه‬
ِ ‫َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬

َ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم‬


‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬

‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم‬


َّ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬

َ‫ُم ْسلِ ُمون‬

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬ ،‫وقال تعالى‬

‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا َع ِظي ًما‬

‫ َو َش َّر‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ َوَأحْ َسنَ ْالهَ ْد‬،ِ ‫ث ِكتَابُ هَّللا‬
ُ ‫ي هَ ْد‬
َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫ق ْال َح ِدي‬ َ ‫ فِإ َّن َأ‬،‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
َ ‫ص َد‬

َ ‫ َو ُك َّل‬، ٌ‫ضاللَة‬
َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬،ٌ‫ َو ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعة‬،‫ور ُمحْ َدثَاتُهَا‬ ‫ُأل‬
ِ َّ‫ضاللَ ٍة فِي الن‬
‫ار‬ ِ ‫ا ُم‬
Jama’ah sidang Jumat yang berbahagia.
Pertama-tama Saya berpesan untuk diri saya dan untuk para jamaah
sekalian agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena
taqwa adalah sebaik-baik bekal menghadap Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

‫َوتَ َز َّو ُدوا فَِإ َّن خَ ي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق َو ٰى‬


“Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah
taqwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197) .
Kemudian kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
banyak-banyak memujiNya atas segala nikmat dan karunia yang
Allah limpahkan kepada kita semua. Teramat banyak nikmat-nikmat
yang telah kita terima namun sangat sedikit syukur yang telah kita
berikan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
menggolongkan kita sebagai hamba-hamba yang bersyukur.
Walaupun kita menyadari bahwa syukur kita tidak akan mampu untuk
menebus semua nikmat yang telah kita terima. Namun Allah berjanji
akan menambah nikmat-nikmat itu untuk kita jika kita
mensyukurinya.

‫لَِئن َش َكرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم‬


“Jika kamu bersyukur, maka Aku akan tambah nikmat-nikmatKu
untuk kamu.” (QS. Ibrahim[14]: 7)
Dan tentunya hamba yang bersyukur itu sedikit.

﴾١٣﴿ ‫ي ال َّش ُكو ُر‬


َ ‫…وقَلِي ٌل ِّم ْن ِعبَا ِد‬
َ
“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.”
(QS. Saba'[34]: 13)
Mudah-mudahan kita termasuk hamba yang sedikit itu. Dan cara kita
mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menggunakan
nikmat-nikmat itu untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jama’ah, kaum muslimin yang dimuliakan Allah..
Didalam Al-Qur’an, dalam ayat yang kita bacakan tadi, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّـه‬


“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah.”

ْ ‫َو ْلتَنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬


‫ت لِ َغ ٍد‬
“Dan hendaklah tiap-tiap orang memperhatikan bekal apa yang akan
dibawa untuk hari esoknya.”

﴾١٨﴿ َ‫َواتَّقُوا اللَّـهَ ۚ ِإ َّن اللَّـهَ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬


“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr[59]: 18)
Didalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita
untuk bertaqwa. Dua kali perintah, di awal ayat dan di penghujung
ayat. “Bertakwalah kamu kepada Allah”, ini merupakan pesan yang
terbaik yang disampaikan oleh seorang muslim kepada muslim
lainnya. Apabila saudara kita minta nasihat kepada kita, maka wajib
bagi kita untuk menasihatinya.

َ ‫ك فَا ْن‬
ُ‫صحْ لَه‬ َ ‫َوِإ َذا ا ْستَ ْن‬
َ ‫ص َح‬
“Jika saudaramu meminta nasihat, maka nasihatilah dia.” (HR.
Muslim)
Kalaulah berat kita menyampaikan nasihat yang panjang, maka cukup
bagi kita berkata kepadanya, “Ya Fulan, Ittaqillah (Wahai Fulan,
bertakwalah kamu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyampaikan pesan taqwa ini
kepada NabiNya:

ِ َّ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي ات‬


…َ ‫ق هَّللا‬
“Wahai Nabi, bertaqwalah kamu kepada Allah...” (QS. Al-
Ahzab[33]: 1)
Demikian pula Nabi berpesan kepada kita semua di dalam sabda
beliau:

ٍ ُ‫اس ب ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬ ِ َ‫ وخ‬،‫ق هَّللا َ َح ْيثُ َما ُك ْنتَ وَأ ْتبِ ِع ال َّسيَِّئةَ ْالحسنةَ تَ ْم ُحهَا‬
َ َّ‫الق الن‬ ِ َّ‫ات‬
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan
iringilah keburukan itu dengan kebaikan niscaya akan menghapusnya,
dan bergaullah kamu kepada manusia dengan akhlak mulia.” (HR.
Tirmidzi)
Dalam hadits ini Nabi berpesan kepada umatnya agar bertakwa
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka pesan taqwa ini adalah
pesan yang paling banyak kita dapatkan di dalam Al-Qur’an.
Diantaranya ayat yang sering kita baca:

َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬


‫ق تُقَاتِ ِه‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benar taqwa.” (QS. Ali-Imran[3]: 102)
Sebenar-benar taqwa mengandung tiga makna:
Pertama, sebenar-benar taqwa seperti yang dikatakan Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

َ‫ق هَّللا َ َح ْيثُ َما ُك ْنت‬


ِ َّ‫ات‬
 “Bertaqwa kamu kepada Allah dimanapun kamu berada.”
Yaitu bertaqwa kepada Allah pada saat kita sedang sendirian maupun
ditengah keramaian. Ketika kita seorang diri maupun kita berada di
tengah-tengah sahabat-sahabat/teman-teman kita. Inilah hakikat taqwa
yang sebenar-benarnya. Taqwa tanpa memandang tempat dan kondisi,
dimanapun kita berada, baik ada yang memantau dan melihat kita
maupun tidak ada yang melihat dan memantau kita, kita tetap
menjaga taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Itulah makna ‫ق تُقَاتِ ِه‬


َّ ‫( َح‬sebenar-benar taqwa).
Kedua, ‫ق تُقَاتِ ِه‬ َّ ‫( َح‬sebenar-benar taqwa) juga bermakna bertakwa
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala apapun kondisinya. Baik pada
saat suka maupun duka, pada saat lapang maupun sempit, pada saat
kaya maupun miskin. Bagaimanapun keadaannya kita tetap
mempertahankan taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak hanya bertaqwa pada saat senang, tapi kita lupa taqwa pada saat
susah. Atau sebaliknya, kita bertaqwa kepada Allah pada saat susah
tapi kita lupa kepadaNya pada saat senang.
‫ق تُقَاتِ ِه‬
َّ ‫( َح‬sebenar-benar taqwa) itu bertakwa kepada Allah, menjaga
hukum-hukum Allah, agama Allah, menjaga halal dan haram, baik
pada saat kita senang maupun susah, lapang maupun sempit, miskin
maupun kaya. Di sana ada sebagian orang yang bertakwa kepada
Allah hanya pada saat-saat dia lapang. Ketika Allah memberikan
kelapangan rezeki, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan
kemudahan usaha dan urusannya, maka diapun bertakwa kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala
beri kesempitan, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menahan
sebagian rezekinya, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mencobanya
dengan musibah dan kesulitan, maka taqwanya pun hilang. Atau
sebaliknya, ketika dia diuji dengan kesulitan, ketika dia diuji dengan
kesempitan, ketika dia diuji dengan kemiskinan, dia bertakwa kepada
Allah. Dia rajin ke masjid, bolak-balik, mondar-mandir berdoa kepada
Allah, merintih sambil menangis, itu waktu sempit. Tapi ketika Allah
beri kelapangan, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala beri kekayaan,
Allah gelontorkan rezeki dan nikmat kepadanya, dia lupa. Dia lupa
masjid, dia lupa ketaatan, dia lupa segala amal shalih yang dia
lakukan dahulu waktu dia miskin. Dia lupa berdoa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Padahal waktu miskin dulu dia rajin berdoa
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nah, sekarang dia sudah kayak
dia lupa berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫فَا ْعتَبِرُوا يَا أولى النّهى‬


KHUTBAH KEDUA

‫ أشهد أن ال‬،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

ُ‫أن مح ّمداً عبده ورسوله‬


َّ ‫ وأشهد‬،‫إله إال هللا وحده ال شريك له‬
Para jamaah kau muslimin yang dimuliakan Allah..
Maka ‫ق تُقَاتِ ِه‬
َّ ‫( َح‬sebenar-benar taqwa) adalah taqwa yang tetap kita jaga
bagaimanapun keadaan kita. Saat kita susah maupun senang, lapang
maupun sempit, tanpa pandang bulu.
makna ‫ق تُقَاتِ ِه‬
َّ ‫( َح‬sebenar-benar taqwa) adalah taqwa kepada Allah
tanpa pamrih. Bukan karena pujian, sanjungan, apresiasi, komentar
manusia. Bukan karena apa kata manusia atau apa kata dunia. Tapi
dia bertakwa kepada Allah murni Lillahi Ta’ala, tanpa pamrih, tanpa
mengharapkan pujian, sanjungan ataupun apresiasi komentar
manusia. Sebagian orang ketika sepi komentar dari manusia, maka
diapun melemah, maka dia pun meninggalkan ketaatan dan amal
shalihnya. Tapi ketika mendapat pujian, ketika dia mendapat
apresiasi, komentar dari manusia, maka diapun semangat
mengerjakan amal-amal kebaikan. Taqwanya hanya karena pamrih
manusia.
‫ق تُقَاتِ ِه ‪Maka‬‬
‫‪َ (sebenar-benar taqwa) itu adalah bertakwa kepada Allah‬ح َّ‬
‫‪tanpa pamrih. Baik ada yang mengomentari kita ataupun tidak, baik‬‬
‫‪ada yang memuji kita ataupun tidak, baik ada yang memberikan‬‬
‫‪sanjungan kepada kita maupun tidak, kita tetap menjaga dan‬‬
‫‪mempertahankan taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.‬‬
‫ق تُقَاتِ ِه ‪Itulah makna dari‬‬‫‪َ (sebenar-benar taqwa). Ayat yang mungkin‬ح َّ‬
‫‪sering kita baca, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah‬‬
‫”‪kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.‬‬
‫ق تُقَاتِ ِه ‪Itulah makna dari‬‬
‫‪َ (sebenar-benar taqwa).‬ح َّ‬

‫فَا ْعتَبِرُوا يَا أولى النّهى‬

‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬


‫ك َح ِم ْي ٌد‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬

‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ‬
‫َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬

‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬

‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬


‫ت ِإنَّ َ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع‬ ‫‪  ‬اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫ت َوالمْؤ ِمنِي َـْن َوالمْؤ ِمنَا ِ‬

‫ت‪ ،‬فَيَا قَ ِ‬
‫اض َي ال َحا َجات‬ ‫قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬

‫اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين‪ ،‬اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم‪ ،‬اللهم اصلح والة‬

‫أمورنا يا رب العالمين‪ ،‬واجعلنا من التوابينـ واجعلنا من المتطهرين‬

‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬

‫عباد هللا‪:‬‬
‫ِإ َّن اللَّـهَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإْل حْ َس ِ‬
‫ان َوِإيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم‬

‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُونَ‬

‫فَ ْاذ ُكرُوا هللا ال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُكم‪َ ،‬وا ْش ُكرُوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُكم‪ ،‬ول ِذك ُر هللا أكبَر‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai