Anda di halaman 1dari 8

Memahami kedudukan dan fungsi al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam

Menjelasan pengertian al-Qur’an.


Menjelaskan kedudukan al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang utama
Menganalisisprinsip-prinsipal-Qur’andalam penetapan hukum Islam
Menyebutkan kandungan hukum dalam al-Qur’an

Pengertian al-Qur’an.
Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang utama
Prinsip-prinsip al-Qur’an dalam penetapan hukum Islam
Kandungan hukum dalam al-Qur’an

1
URAIAN MATERI

A. Pengertian al-Qur'an
Menurut bahasa, kata al-Qur'an adalah bentuk isim masdar dari kata “qa-raa”
yang berarti membaca yaitu kata “qur-a-nan” yang berarti yang dibaca. Demikian
pendapat Imam Abu Hasan Ali bin Hazim. Penambahan huruf alif dan lam atau al,
pada awal kata menunjuk pada kekhususan tentang sesuatu yang dibaca, yaitu
bacaan yang diyakini sebagai wahyu Allah swt. Sedang penambahan huruf alif dan
nun pada akhir kata menunjuk pada makna suatu bacaan yang paling sempurna.
Kekhususan dan kesempurnaan suatu bacaan tersebut berdasar pada firman Allah
swt. sendiri yang
terdapat dalam QS al-Qiyamah/75:17-18 dan QS Fushshilat/41: 3.
‫َرْأَنُه‬.‫ َفِإَذا َق‬. ‫ رءَاَنُه‬.ُْ ‫َنا َ ََْج عُه َوق‬.‫إِ َّن َعلَْي‬
‫َفات‬
ُ‫ُْ رَءاَنه‬.‫بّ ِ ْع ق‬
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah (Allah swt.) mengumpulkan di
dadamu dan membuatmu pandai membacanya, jika Kami (Allah swt.) telah
selesai membacanya, maka ikutilah (sistem) bacaan itu. (QS
al-Qiyamah/75:17-18)
Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman:
‫صَل ْت‬¹ ِ ‫َكِتا ٌب ُف‬
‫َء َا‬
‫ رءَا اَن‬.ُْ ‫يُتهُ ق‬
‫َ َعربِي‬
‫َ ْعَل ُمو َن‬.‫ّا َلِ ْق ٍوم ي‬
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab untuk
kaum yang mengetahui. (QS Fushshilat/41: 3)
Secara istilah (terminologi), para pakar al-Qur'an memberikan definisi di
antaranya:
1. Menurut Muhammad Ali al-Shabuni
Al-Qur'an adalah firman Allah swt. yang mengandung mukjizat yang
diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir dengan perantaraan Jibril a.s. yang tertulis
dalam mushaf dan sampai kepada kita dengan mutawattir (bersambung).
2. Menurut Muhammad Musthofa al-Salabi
Al-Qur'an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammmad saw. untuk
memberi hidayah kepada manusia dan menjelaskan mana jalan yang benar dan harus

2
dijalani yang dibawa oleh Jibril a.s. dengan lafaz dan maknanya.
3. Menurut Khudhari Beik
Al-Qur'an adalah firman Allah swt. yang berbahasa Arab yang diturunkan
kepa- da Nabi Muhammad saw. untuk dipahami dan selalu diingat, disampaikan
secara mutawattir (bersambung), ditulis dalam satu mushaf yang diawali dengn surat
al- Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Naas.
4. Menurut Ulama Ushul
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
dan kalau bukan kalam Allah dan tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
maka tidak dinamakan al-Qur’an, melainkan Zabur, Taurat, atau Injil. Bukti bahwa
al- Qur’an sebagai kalam Allah swt. adalah kemukjizatan yang terkandung di
dalamnya

3
dari struktur bahasa, isyarat-isyarat ilmiah, dan informasi masa depan yang
diungkapkan semua bisa dibuktikan secara ilmiah.

B. Kedudukan al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam


Kedudukan al-Qur’an merupakan satu-satunya sumber yang pertama dan
paling utama dalam hukum Islam, sebelum sumber-sumber hukum yang lain. Sebab,
al- Qur’an merupakan undang-undang dasar tertinggi bagi umat Islam, sehingga
semua hukum dan sumber hukum tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an. Dasar
al- Qur’an sebagai sumber hukum yang utama dan pertama adalah firman Allah
swt.
dalam QS al-Nisa/4: 59.
‫ََي‬
.‫أَي‬
‫ّ َه ا‬
‫ال‬
ٍ ِ ِ ِ ِ
¹ّ ‫ُ ُّردوُه َِإ َل ا‬.‫ن َا ْز ع ُْت م ِِف َش ْي ء َف‬.َ‫لَ َوَأ طيُعوْا ا َلّر ُس َول َوُْأِوِل اأ َْل مِ ر من ُك ْم فَِإن َت‬¹ّ ‫ّ ذي َن َآ مُنوْا َأ طيُعوْا ا‬
ِ‫ل‬
‫ْ ِوم اآل ِ ِخ ر َذلِ َك َ ْخ ٌْي َوَأ ْح‬. ْ‫لِ َواَلي‬¹ّ ‫ ؤِمُنو َن ِِب‬.ُْ ‫َوا َلّر ُسِول ِإن ُكن ُْت م ت‬
‫َس ُن‬

‫ْتِ ويالا‬
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan ulul amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS al-Nisa/4: 59.)
Hal ini diperkuat dialog Nabi dengan Mu’az bin Jabal ketika diutus ke Yaman.
Kebanyakan hukum yang ada dalam al-Qur’an bersifat umum (kulli), tidak membica-
rakan soal-soal yang kecil-kecil (juz’i), artinya tidak satu persatu suatu masalah
dibicarakan. Karena itu, al-Qur’an memerlukan penjelasan lebih lanjut dan hadis
merupakan penjelasan utama bagi al-Qur’an. Adapun al-Qur’an hanya memuat
pokok- pokok yang meliputi semua persoalan yang berhubungan dengan urusan
dunia dan akhirat. Syari’at Islam telah sempurna dengan turunnya al-Qur’an. Allah
berfirman
dalam QS al-Maidah/5: 3 sebagai berikut:
‫ َوم َأ ْك َ ْم ل ُت َل ُك ْم ِديَن ُك ْم‬.ْ ْ‫َوا ْخ َ ْش ون ا َلي‬

4
‫َوأ‬
‫َْت م ُت َعَْلي ُك ْم ْنِ ع َمِ ِت ََور ِضي ُت َل ُك ُم ْا ِْل ْ َس َلا م ِديانا ََف م ِن ا ْضَُّطر ِِف‬
‫ََْم َم َصٍ ة َ ْغ َ ْي ُمَت َجانِ ٍف ِْل ٍْث َفِإ َّن ا َّّ َل َ ُغ فوٌر‬
‫َرِحي ٌم‬
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-
Maidah/5: 3).
Hukum-hukum mengenai salat, zakat, jihad dan urusan-urusan ibadah lainnya
yang terkandung dalam al-Qur’an masih bersifat umum, maka yang menjelaskannya
ialah hadis. Demikian pula untuk urusan muamalat seperti pernikahan, kisas, hudud,
dan lain-lain.
Menurut Imam Ghazali, ayat-ayat al-Qur’an yang berisi tentang hukum ada
500 ayat, dan terbagi kepada dua macam, yaitu: ayat yang bersifat ijmali (global) dan
ayat yang bersifat tafsili (detil). Ayat-ayat al-Qur’an yang berisi tentang hukum itu

5
disebut dengan ayat al-ahkam. Dasar bahwa kedudukan al-Qur’an merupakan satu-
satunya sumber yang pertama dan paling utama dalam hukum Islam adalah firman
Allah dalam QS al-Maidah/5: 49.
‫ ُه ْم‬.‫َن‬.‫َْي‬.‫َو َِأ ن ا ْح ُك ْم ب‬

‫ََزل ا َّّلُ َوََل‬.‫َبا ْأ َن‬


‫ت‬.‫َت‬
‫ََزل ا ل َّّلُ ِإَْلي َك‬.‫َ ْع ِض َما َأْن‬.‫َْ فتُِن َو ك عَ ْن ب‬.‫ه واَء ُه ْم َوا ْح َ ْذ ُره ْم َأ ْن ي‬ ِ
َ ‫بّ ْع َْأ‬
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. (QS al-
Maidah/5: 49).

C. Prinsip-prinsip al-Qur’an dalam Penetapan Hukum Islam


1. Tidak Menyulitkan atau Memberatkan ( ‘Adam al-Harj)
‫ِري ُد ا ُّلل ب ُ ُُك الْ ُي ْ َْس وال ُي ِري‬
‫ُد ب ُ ُُك الْ ُع َْس‬
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu.(QS al-Baqarah/2: 185).
2. Menyedikitkan Beban (Taqlil al-Takalif)
‫ََي‬
ُ.‫َأي‬
‫ّ َها‬
َ‫ال‬
‫ُْب َد َل ُك ْم َت ُ ْس ُؤكم‬.‫ّ ِذي َن َآ مُنوْا ََل َت ْسَأُلوْا َع ْن َأ ْشَياء ِإن ت‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu)
hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu (QS al-
Maidah/5:101).
3. Bertahap dalam Pelaksanaan (al-Tadrij fi al-Tasyri’)
Contoh kasus dalam cara ini adalah pengharaman khamr yang ditetapkan
dalam tiga proses:
a. Menjelaskan manfaat khamar lebih kecil dibanding akibat buruknya
‫َي ْسَأُلوَن َك َع ِن ا ْ َْل مِ ر َواْل َ ْمي ِسِ ر ُق ْل فِي ِه َما ِْإ ْثٌ َكبٌِْي ََومَنافِ ُع‬
‫ِلَن‬

6
‫ّا ِس‬
ِْ‫َوإ‬
‫ُُثه َما َأ ْ َك َبُ ِمن‬
َ.‫ن‬
‫ّْ فع ه َما َوَي ْسأَُلوَن َك َماَذا‬ ِ

‫لُ َل ُك ُم اآ َل َي ِت‬¹ّ ‫ ُّي ا‬¹ ‫ي ُنِ فُ قو َن ُِق ل اْلَعْ َف و َك َذلِ َك ُي ِب‬


‫ََل عَل‬
‫َ ف َّ ُكرو َن‬.‫ت‬.‫ّ ُك ْم َت‬
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada
kedua- nya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya” dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Yang lebih dari
keperluan” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berpikir. (QS al- Baqarah/2: 219).
b. Melarang pelaku salat dalam keadaan mabuk
َّ
‫ََي‬
.‫َأي‬
‫ ْعَل ُموْا َما‬.‫ْ َقرُبوْا ال َّص َالَة َوَأن ُْت م ُس َك َا رى َ َح ََّّت َت‬.‫ّ َها ال ذي َن َآ مُنوْا ََل َت‬
‫ قوُلو َن‬.ُ ‫َت‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (QS al-
Nisa/4: 43).

7
c. Menegaskan hukum haram kepada khamar dan perbuatan buruk lainnya
ِ ‫ها‬.‫َي َأي‬
‫م ْن َع َ ِم ِل ال‬¹ ‫ِ ٌس‬ ‫َ ُب َواأ َْلز ُلَ م‬ ِ
ُ َْ َ ُ َْ َ ْ َُ َ ِ َ ُّ َ َ‫ال‬
‫َّ ْشيَطان َفا ْجت َنب ُوُه‬ ‫ِ ر ْج‬ ‫ص‬
‫ا‬ ‫ّذين آمنوا‬
ََِّّ‫إ‬
‫نا ا ْلمر واْلميسر واأَلن‬
َ‫ََل عل‬
‫ُْ فل ُحو َن‬.‫ّ ُك ْم ت‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (QS al-Maidah/5: 90).

D. Kandungan Hukum dalam al-Qur'an


1. Hukum yang mengatur tentang aqidah (iman) kepada Alla swt., malaikat, al-
Qur’an, Nabi, takdir dan hari kiamat.
2. Hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah swt. yang
disebut ibadah. Ibadah ini dibagi tiga:
a. Bersifat ibadah semata-mata, yaitu salat dan puasa.
b. Bersifat harta benda dan berhubungan dengan masyarakat, yaitu zakat.
c. Bersifat badaniyah dan berhubungan juga dengan masyarakat, yaitu haji.
Ketiga macam ibadah tersebut dipandang sebagai pokok dasar Islam, sesudah
iman. Hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan ibadah ber-
sifat tetap atau tidak berubah.
3. Hukum-hukum yang mengatur pergaulan manusia (hubungan sesama
manusia), yaitu yang disebut muamalah. Hukum menyangkut muamalah ini
dibagi empat:
a. Berhubungan dengan jihad.
b. Berhubungan dengan penyusunan rumah tangga, seperti kawin, cerai, soal
keturunan, pembagian harta pusaka dan lain-lain.
c. Berhubungan dengan jual-beli, sewa-menyewa, perburuhan dan lain-lain. Bagian
ini disebut muamalah juga (dalam arti yang sempit).
d. Berhubungan dengan soal hukuman terhadap kejahatan, seperti kisas, hudud, dan
lain-lain. Bagian ini disebut jinayat (hukum pidana).
Berbagai hukum dan peraturan yang berhubungan dengan masyarakat
(muamalah) dapat dirumuskan melalui pemikiran. Dia didasarkan pada kemaslahatan
dan kemanfaatan yang merupakan jiwa agama. Atas dasar kemaslahatan dan keman-
faatan ini, hukum- hukum itu dapat disesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu.

Anda mungkin juga menyukai