Anda di halaman 1dari 2

Nama :

Kelas : HES 3C

Nim : 20112009

JAWABAN USHUL FIQIH

1. Ushul fiqih menurut bahasa adalah ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-
sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut.

Ushul fiqih menurut istilah adalah Ilmu pengetahuan dari hal kaidah-kaidah dan pembahasan- pembahasan yang dapat membawa
kepada pengambilan hukum-hukum tentang amal perbuatan manusia dari dalil-dalil yang terperinci.

Ushul Fiqih adalah rumah produksi atau pabrik, sementara ilmu fiqih merupakan produknya.

2. Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril kepada umat
manusia untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Hadis adalah segala ucapan, perbuatan dan keadaan Nabi Muhammad SAW atau segala berita yang bersumber dari Rasulullah
berupa ucapan, perbuatan, takrir (peneguhan kebenaran dengan alasan) maupun deskripsi sifat-sifat Nabi SAW.

Fungsi Al Quran adalah menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan petunjuk
bagi orang-orang yang beriman. Fungsi Al Quran sebagai pemisah adalah dapat memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau
antara yang benar dan yang salah.

Fungsi hadis adalah berfungsi untuk memperjalas isi Al-Qur'an, agar lebih mudah dipahami dan menjadi petunjuk umat
manusia dalam menjalankan perintah dari Allah SWT.

3. Ijma' yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis
dalam suatu perkara yang terjadi.

Qiyas yaitu menyerupakan suatu masalah yang belum ada hukumnya dengan masalah yang sudah ada hukumya.

Contoh ijma’ yaitu Daadakannya adzan dan iqomah dua kali di sholat Jumat, dan mulai diterapkan pada masa kepemimpinan
Ustman bin Affan. Diputuskannya untuk membukukan Al Quran dan dilakukan pada masa kepemimpinan Abu Bakar As Shidiq.
Kesepakatan para ulama atas diharamkannya minyak babi.

Contoh Qiyas yaitu memakan daging anjing hukumnya haram karena hukum memakan daging anjing diserupakan dengan hukum
memakan daging babi dalam Surat Al-Maidah ayat 3.

4. Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha
mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan
akal sehat dan pertimbangan matang. 

Wilayah yang dibawa oleh nas yang zanni, Wilayah yang dibawa oleh nas qat’i kedudukannya, tetapi zanni pengertiannya,
Wilayah yang dibawa oleh nas yang zanni kedudukannya, tetapi qat’i pengertiannya. Nas ini hanya terdapat dalam Hadis,
Wilayah yang tidak ada nasnya atau tidak diijma’kan dan tidak pula diketahui dengan pasti.

5. Saya pakai metode Al-Jam'u wa al-Taufiq yaitu mengumpulkan dalil-dalil yang bertentangan itu kemudian
mengkompromikannya. Apabila dengan cara tarjih pun tidak bisa diselesaikan, maka menurut ulama Hanafiyyah dalil-dalil itu
dikumpulkan dan dikompromikan. Dengan demikian, hasil kompromi dalil inilah yang diambil hukumnya, karena kaidah fiqh
mengatakan, "mengamalkan kedua dalil lebih baik daripada meninggalkan atau mengabaikan dalil yang lain.

Contoh penyelesaian:

ۚ ‫َوالَّ ِذيْنَ يُت ََوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُوْ نَ اَ ْز َواجًا يَّت ََربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِهنَّ اَرْ بَ َعةَ اَ ْشه ٍُر وَّ َع ْشرً ا‬ 

“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.” (al-Baqarah: 234) Didalam surat yang lain, Allah, Swt., juga berfirman:

َّ‫َّضعْنَ َح ْملَه ُۗن‬


َ ‫ال َا َجلُهُنَّ اَنْ ي‬
ِ ‫ت ااْل َحْ َم‬ ٰ ُ‫ۗ َوا‬
ُ ‫ول‬
“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.... (Q.S. Al-
Thalaq: 4)
Dari kedua ayat di atas, terjadi pertentangan dalil (ta’arud al-adillah), dalam QS. Al-Baqarah: 234 ditentukan masa ‘iddah
(menunggu) wanita yang ditinggal mati suaminya adalah 4 bulan 10 hari dan tidak ditentukan apakah wanita tersebut dalam
kondisi hamil ataukah tidak.

Sedangkan dalam QS. al-Thalaq: 4 bahwa wanita yang hamil 'iddahnya sampai melahirkan anaknya. Ayat ini juga tidak
membedakan antara cerai hidup (talak) atau cerai mati (kematian suami). Dengan demikian, terdapat pertentangan kandungan
kedua ayat tersebut bagi wanita hamil yang ditinggal mati oleh suaminya.

Cara penyelesaian pertentangan kedua ayat di atas dengan mengkompromikan antara dua dalil tersebut, agar kedua dalil tersebut
dapat difungsikan. Oleh sebab itu, apabila kedua ayat diatas dikompromikan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa
masa ‘iddah bagi wanita hamil yang ditinggal mati oleh suaminya adalah masa ‘iddah yang terpanjang dari keduanya, yaitu 4
bulan 10 hari atau sampai melahirkan

6. Amm.
Amm menurut bahasa ialah merata, yang umum’ sedang menurut istilah ialah lafal yang meliputi pengertian umum terhadap
semua apa yang termasuk dalam pengertian lafal itu, dengan hanya disebut sekaligus.
Lafazh ‘Am ialah suatu lafazh yang menunjukkan satu makna yang mencakup seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah
tertentu.
Khass.
Khas adalah suatu lafazh yang dipasangkan pada satu arti yang sudah diketahui (ma’lum) dan manunggal. Sedangkan menurut
Al-Bazdawi, khas adalah setiap lafazh yang dipasangkan pada satu arti yang menyendiri, dan terhindar dari makna lain yang
(musytarak).
Dapat disimpulkan juga bahwa, khas ialah perkataan atau susunan yang menunjukkan arti sesuatu yang tertentu, tidak meliputi
arti umum. Atau menunjukkan satu jenis, seperti perempuan. Jadi khas itu kebalikan dari amm.
Contoh Amm:
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw :

‫اءوه‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫ال ص م ل هوالطهورم‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫اءالبحر’ فق‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫أ بم‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫نا أفنتوض‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫ه عطش‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫أنا ب‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫إن توض‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫ف‬


‫ل ميتته‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫والح‬

"Hai Rasulullah! Bahwasanya kita ini sedang mengarungi lautan, sedangkan bekal air hanya sedikit. Kalau berwudhu dengan air
ini, tentu kita akan kehabisan air, apakah kita boleh berwudhu dengan air laut? Nabi saw. lalu bersabda: “Laut itu airnya suci dan
bangkai binatangnya halal (dimakan).”
Jawaban itu seolah-olah diberikan karena terpaksa (darurat), hingga andaikata tidak ada keadaan yang serupa maka hukum air
laut dan bangkai binatangnya tidak demikian. Akan tetapi, sesuai dengan kaidah di atas, maka pengertian jawaban Nabi saw. itu
menunjukkan yang ‘am. Hukum itu berlaku, baik dalam keadaan memaksa ataupun tidak, meskipun timbulnya karena ada sebab
yang khas, tetapi memberikan pengertian yang umum.
Contoh Khas dengan Penggunaan Istisna:
Istisna’ atau pengecualian merupakan pengkhususan yang membatasi kata Am atau umum, contohnya adalah seperti firman
Allah Swt. An-Nur : 4-5 berikut ini:

َ‫ َدةً َوال‬rrrrrrrrrrrrrrrrrr‫انِيْنَ َج ْل‬rrrrrrrrrrrrrrrrrr‫ ُدوْ هُ ْم ثَ َم‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrِ‫هَدَا َء فَاجْ ل‬rrrrrrrrrrrrrrrrrr‫ ِة ُش‬rrrrrrrrrrrrrrrrrr‫أْتُوْ بِأَرْ بَ َع‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrَ‫ت ثُ َّم لَ ْم ي‬ َ ْ‫وْ نَ ْال ُمح‬rrrrrrrrrrrrrrrrrr‫َوالَّ ِذيْنَ يَرْ ُم‬
ِ ‫نَا‬rrrrrrrrrrrrrrrrrr‫ص‬
ْ ‫اب‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrَ‫قُونَ ِاالَّ الَّ ِذيْنَ ت‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫ك هُ ُم الفا َ ِس‬
‫ُوا‬ َ rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫دًا َوأُولَ ِئ‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrَ‫هَا َدةً أَب‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫وْ ا لَهُ ْم َش‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrُ‫تَ ْقبَل‬

7. 5 Hukum

-Wajib adalah suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya berdosa. Hukum wajib dibagi
menjadi 4 yakni kewajiban waktu pelaksanaannya, kewajiban bagi orang melaksanakannya, kewajiban bagi ukuran/kadar
pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.

-Sunnah atau mandub dalam fiqh adalah tuntutan untuk melakukan suatu perbuatan karena perbuatan yang dilakukan dipandang
baik dan sangat disarankan untuk dilakukan. Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran tetapi bila tuntutan tidak
dilakukan atau ditinggalkan maka tidak apa-apa.

-Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama mendefinisikan makruh adalah larangan terhadap suatu
perbuatan tetapi larangan tidak bersifat pasti, lantaran tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut.

-Mubah adalah titah Allah yang memberikan kemungkinan untuk memilih antara mengerjakan atau meninggalkan. Bila
mengerjakan tidak diberi ganjaran.

-Haram atau Muharram secara bahasa artinya mamnu' (yang dilarang). Menurut madzah hanafi, hukum haram harus didasarkan
dalil qathi yang tidak mengandung keraguan sedikitpun sehingga kita tidak mempermudah dalam menetapkan hukum haram,
sebagaimana QS An Nahl ayat 116.

Anda mungkin juga menyukai