Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Kaidah Am dan Khas

Di susun oleh Kelompok 1


1. M. Nur Farizi Satria Dewangga (17)

2. Nur Kholifatus Sa’adah (20)

3. Rif’atuz Zahroh (24)

4.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lamongan Tahun Ajaran 2022/2023

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................iii
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1
2.1 Definisi Al 'Am...............................................................................2
2.2 Bentuk-Bentuk Lafadz Al 'Aam....................................................2
2.3 Kaidah-Kaidah Al 'am...................................................................3
2.3 Definisi Al Khas.............................................................................4
2.4 Bentuk-Bentuk Khas.....................................................................5
2.5 Definisi Takhsish..........................................................................6
2.6 Macam-Macam Takhsish............................................................6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
MAKALAH 'AM DAN KHASH

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Al-Quran dan al-sunnah merupakan sumber utama umat Islam, petunjuk dalam

kehidupan sehari-hari. Semua dalil selain kedua nash tersebut harus mengacu kepadanya, atau

memakai kaedah umum yang ditetapkan berdasarkan nash. Maka seharusnya tidak ada

pertentangan selama dasar dan pemahaman dalil-dalil tersebut serta menggali hukumnya

dilakukan dengan benar.

B.       Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ‘Am dan khas

2. Bagaimana bentuk lafadz Am dan khas

3. Apa saja kaidah Am dan khas

4. Apa saja macam macam Takhsis


BAB II

PEMBAHASAN

A.     Am dan Khash

1. Pengertian al-‘Am

Am adalah lafadh yang menunjukkan dua atau lebih yang tidak terbatas. Ada pula yang

mengartikan ‘am sebagai lafadh yang mencakup bawahannya. Sederhananya ‘am adalah

lafadh dalam al-Quran yang mencakup dua perkara atau lebih. Lafadh tersebut mencakup

bawahannya.

A. Bentuk Lafadz Am

 Lafaz kullun dan  jamî’un, dan lafadh yang semakna. Contoh:


ِ ‫س َذاِئقَةُ ا ْل َم ْو‬
‫ت‬ ٍ ‫ُك ُّل نَ ْف‬
Artinya: “Setiap jiwa pasti merasakan kematian. (QS. Ali Imran: 185)

 Isim jama’ yang di ma’rifatkan denga ‫ ال‬. Contoh:

ْ ‫فَا ْقتُلُ ْوا ا ْل ُم‬


‫ش ِر ِك ْي َن‬
Artinya“Bunuhlah orang-orang musyrik”  (QS. Al-Taubah:5)
 Kata benda tunggal yang di makrifatkan dengan alif lam Seperti contoh:

ۗ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬


‫وا‬
Artinya “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah:
275)
Lafaz ‫ع‬ ۗ ‫الر ٰب‬
َ ‫ ا ْلبَ ْي‬dan ‫وا‬ ِّ keduanya adalah ism mufrad yang di ma’rifatkan dengan al.
Oleh karena itu keduanya adalah lafadh ‘am yang mencakup seluruh satuan-satuan yang
dapat dimasukkan di dalamnya.

 Isim mausul (kata sambung) seperti pada firman Allah Swt.:

ْ َ‫ش َه َد ۤا َء ف‬
‫اجلِد ُْو ُه ْم ثَمٰ نِ ْي َن َج ْل َدة‬ ِ ‫ص ٰن‬
ُ ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُ ْوا بِا َ ْربَ َع ِة‬ َ ‫َوالَّ ِذ ْي َن يَ ْر ُم ْو َن ا ْل ُم ْح‬
Artinya “Orang-orang yang menuduh (berzina terhadap) perempuan yang baik-baik
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh
kali “ (QS. Al-Nur: 4)

 Lafadz Asma al-Syart seperti lafadh man pada ayat di bawah ini:

‫ض َعافًا َكثِ ْي َرة‬ ٰ ُ‫سنًا فَي‬ ‫ۗ منْ َذا الَّذي ي ْقر هّٰللا‬
ْ َ‫ض ِعفَهُ لَهُ ا‬ ً ‫ض َ قَ ْر‬
َ ‫ضا َح‬ ُ ِ ُ ْ ِ َ
Artinya “Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Maka
Allah akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat”
(al-Baqarah: 245)

 Isim nakirah yang dinafikan dengan ‫ال‬.  Seperti َ‫ ال ِإ ْك َراه‬pada ayat:

ِ ‫ال ِإ ْك َراهَ ِفي الد‬


‫ِّين‬
Artinya  “Tidak ada paksaan dalam beragama” (QS. Al-Baqarah: 256)

 Isim istifham (kalimat tanya) meliputi : ‫ ما‬, ‫ من‬, ‫ متى‬, ‫ أين‬,seperti pada firman Allah Swt.:

‫سنُ ِم َن هّٰللا ِ ُح ْك ًما لِّقَ ْو ٍم يُّ ْوقِنُ ْو َن‬


َ ‫اَفَ ُح ْك َم ا ْل َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغ ْو ۗ َن َو َمنْ اَ ْح‬
B. Kaidah- kaidah Am

1. .‫ـو َم‬
ْ ‫( عَا ٌم يُ َرا ُد بِ ِه ال ُع ُم‬Lafadh ‘Am yang dikehendaki keumumannya),

karena ada dalil atau indikasi yang menunjukkan tertutupnya kemungkinan ada takhshish
(pengkhususan).
ِ ‫َو َما ِمنْ َدابَّ ٍة فِي اَأْل ْر‬
ْ ‫ض ِإاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُ َها َويَ ْعلَ ُم ُم‬
‫ستَقَ َّر َها‬
‫ين‬
ٍ ِ‫ب ُمب‬ ٍ ‫ست َْو َد َع َها ۚ ُك ٌّل فِي ِكتَا‬
ْ ‫َو ُم‬
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz)." (QS. Hud :6). Yang dimaksud
adalah seluruh jenis hewan melata, tanpa terkecuali.

2. .‫ص‬
ُ ‫ـو‬
ْ ‫ص‬ ُ ‫( ال َعـا ُم يُ َرا ُد بِ ِه‬Lafadh ‘Am tetapi yang dimaksud adalah makna khusus), karena
ُ ‫الخ‬
ada indikasi yang menunjukkan makna seperti itu. Contohnya:

‫ول‬
ِ ‫س‬ُ ‫ب َأنْ يَت ََخلَّفُوا عَنْ َر‬ِ ‫ان َأِله ِْل ا ْل َم ِدينَ ِة َو َمنْ َح ْولَ ُه ْم ِم َن اَأْلع َْرا‬
َ ‫َما َك‬
ِ ُ‫هَّللا ِ َواَل يَ ْر َغبُوا بَِأ ْنف‬
ِ ‫س ِه ْم عَنْ نَ ْف‬
‫س ِه‬
“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam
di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut
(pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. “ (QS. At
Taubah: 120).

Yang dimaksud ayat tersebut bukan seluruh penduduk Mekah, tetapi hanya orang-orang
yang mampu.

3. . ‫ص‬
ٌ ‫ـو‬ ُ ‫(عَـا ٌم َم ْخ‬Lafadh ‘Am yang menerima pengkhususan), ialah lafadh ‘am yang tidak
ْ ‫ص‬
disertai qarinah ia tidak mungkin dikhususkan dan tidak ada pula karinah yang
meniadakan tetapnya atau keumumannya. Tidak ada qarinah lafadh atau akal atau ‘urf
yang memastikannya umum atau khusus. Lafadh ‘am seperti ini dzahirnya menunjukkan
umum sampai ada dalil pengkhususannya. Contoh: Firman Allah Swt

ٍ ‫قُ ُرو‬
.‫ء‬ ِ ُ‫ص َن بَِأ ْنف‬
َ‫س ِهنَّ ثَاَل ثَة‬ ْ َّ‫َوا ْل ُمطَلَّقَاتُ يَت ََرب‬
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru.” (QS.
Al Baqarah : 228). Lafadh ‘Am dalam ayat tersebut adalah al-muthallaqat (wanita-wanita
yang ditalak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah
makna umum atau sebagian cakupannya.
2. Pengertian al-Khash

Khas adalah lawan dari lafadh ‘am. Khas dalam bahasa berarti tertentu,


sedangkan secara istilah khas adalah lafadh yang tidak mencakup dua atau lebih. Dalam
syarah waraqat di jelaskkan bahwa khas adalah lafadh yang mencakup sesuatu yang
cakupannya, bisa satu, dua, tiga yang masih dalam cakupannya. Misalnya zaid dua
wanita atau tiga laki-laki.
‫اح ٍد َم ْعلُ ْو ٍم َعلَى اِإل ْنفِ َرا ِد‬
ِ ‫ع لِ َم ْعنًى َو‬ ُ ‫َو اللَّ ْفظُ ا ْل َم ْو‬
ُ ‫ض ْو‬
"Suatu lafadh yang dipasangkan pada satu arti yang sudah diketahui (ma’lum) dan
manunggal."
Dalalah Khas. Dalalah khas menunjuk kepada dalalah qath’iyyah terhadap makna
khusus yang dimaksud dan hukum yang ditunjukkannya adalah qath’iy, bukan dzanniy,
selama tidak ada dalil yang memalingkannya kepada makna yang lain. Misalnya, firman
Allah:
‫صيَا ُم ثَاَل ثَ ِة َأيَّ ٍام‬
ِ َ‫فَ َمنْ لَ ْم يَ ِج ْد ف‬
”tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji ” (QS. Al Baqarah (2) : 196
Menganalisis bentuk lafadz Khas
a. Lafadz khaash berbentuk muthlaq, yaitu lafad khash yang tidak ditentukan
dengan sesuatu. Maksudnya adalah apabila dalam nash itu terdapat lafad yang
menunjukkan makna khaash, selama tidak terdapat dalil yang mengalihkan dari makna hakiki ke
makna lain, maka harus diartikan sesuai dengan arti hakiki.
Contohnya; hukuman bagi pelaku zina muhshan yaitu 100 kali dera, maka sanksi
hukuman tersebut tidak boleh kurang atau lebih dari 100 kali dera.

b. Lafadz khaash berbentuk khaash (muqayyad) yang ditentukan dengan sesuatu.


Apabila lafadh khaash yang muthlaq itu ditemukan berada dalam nash lain dan
diterangkan secara muqayyad, sedangkan topik dan sebab pembicaraannya sama, maka semua
hukumnya harus ikut sama. Contohnya; keharaman darah, di dalam QS. Al-Maidah ayat 3.
ditentukan oleh Lafadz 'am darah yang mengalir atau yang membeku (semua darah) hukumnya
haram. Namun dalam QS Al-An'am ayat 145, ditentukan lafadz muqayyad darah yang haram itu
hanya darah yang mengalir saja.

c. Lafadz khaash berbentuk amar (perintah).


Maksudnya apabila lafadz khash berbentuk amar atau yang mengandung arti amar,
hukumnya wajib Contoh; pada firman Allah Swt. berikut ini:

‫سا ِرقَةُ فَا ْقطَ ُعوا َأيديهما‬


َّ ‫ق َوال‬
ُ ‫سا ِر‬
َّ ‫وال‬.
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan. (QS. Al- Maidah [5]: 38)
Maksudnya lafad khaash berbentuk amar () mengandung makna potong tangan
hukumnya wajib pada kasus pencurian apabila memenuhi satu nisab barang yang dicuri.

d. Lafadz khaash berbentuk nahi (larangan),


maksudnya adalah jika lafadz khaash itu mengandung arti nahi, hukum yang terkandung
di dalamnya adalah haram. Contoh; pada firman Allah Swt.:
ُ‫َواَل تَن ِك ُحوا المشركت َحتَّى يُْؤ ِمن‬
Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. (QS. Al-
Baqarah [2]: 221) Larangan pada ayat tersebut menunjukkan hukum haram. Namun, apabila
terdapat tanda yang memalingkan lafad dari arti yang sebenarnya karena adanya qarinah, maka
pengertian hukumnya harus disesuaikan dengan tanda tersebut, memungkinkan mengandung arti
makruh, do'a, irsyad dan lain sebagainya.

3. Pengertian Takhsish
Takhsis ini adalah metode mentakhsish lafadh yang ‘am menjadi khas. Takhsis berasal dari
kata khos yang berarti khusus yang di ikutkan wazan af’ala, lalu maknanya berubah menjadi
menkhususkan. Dalam ushul fiqih takhsis berarti mengkhususkan lafadh yang ‘am kepada
sebagian afrad-nya (lafadh yang masuk bawahannya).
Macam-Macam Takhsish Takhsish (pengkhususan) dalam ilmu ushul fikih dibagi
menjadi dua: Takhsish muttasil dan takhsish munfasil.

a. Takhsish muttasil (bersambung)

Takhsish muttasil adalah takhsish yang tidak dapat berdiri sendiri; tetapi pengertiannya
bersambung, dari potongan ayat awal disambung oleh potongan ayat berikutnya dalam
satu ayat, berikut ini: 1) Pengecualian (el), seperti pada firman Allah Swt.:

َ ‫ين َءا َمنُوا ِإ َذا تَ َدايَنتُم ِب َد ْي ِن ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُّم‬


ً‫س ّمًى فَا ْكتُبُوة‬ َ ‫يَتََأيُّ َها الَّ ِذ‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya....(QS. Al- Baqarah [2]: 282)

kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu. Maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya, dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian). Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui
segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah [2]: 282)

b. Takhsish munfasil (terpisah)

Takhsish munfasil yaitu takhsis yang dapat berdiri sendiri. Pengertiannya ayat atau hadis
satu akan ditakhsish oleh ayat atau hadis yang lain dalam kondisi terpisah, artinya bukan
pada satu potongan ayat ataupun satu potongan hadis. Adapun ketentuannya adalah sebagai
berikut:
1) Al-Qur'an ditaksis (dikhususkan) al-Qur'an Contohnya, seperti pada firman Allah Swt:

‫س ِهنَّ ثَ ٰلثَةَ قُ ُر ۡ ٓو ٍء‬


ِ ُ‫ص َن بِا َ ۡنف‬  ‌
ۡ َّ‫َو ۡال ُمطَلَّ ٰقتُ يَت ََر ب‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. (QS. Al-
Baqarah [2]: 228) Wanita yang ditalak suaminya itu mempunyai masa iddah tiga quru' (tiga
kali suci atau tiga kali haid).

Anda mungkin juga menyukai