4.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................iii
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1
2.1 Definisi Al 'Am...............................................................................2
2.2 Bentuk-Bentuk Lafadz Al 'Aam....................................................2
2.3 Kaidah-Kaidah Al 'am...................................................................3
2.3 Definisi Al Khas.............................................................................4
2.4 Bentuk-Bentuk Khas.....................................................................5
2.5 Definisi Takhsish..........................................................................6
2.6 Macam-Macam Takhsish............................................................6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
MAKALAH 'AM DAN KHASH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran dan al-sunnah merupakan sumber utama umat Islam, petunjuk dalam
kehidupan sehari-hari. Semua dalil selain kedua nash tersebut harus mengacu kepadanya, atau
memakai kaedah umum yang ditetapkan berdasarkan nash. Maka seharusnya tidak ada
pertentangan selama dasar dan pemahaman dalil-dalil tersebut serta menggali hukumnya
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Pengertian al-‘Am
Am adalah lafadh yang menunjukkan dua atau lebih yang tidak terbatas. Ada pula yang
mengartikan ‘am sebagai lafadh yang mencakup bawahannya. Sederhananya ‘am adalah
lafadh dalam al-Quran yang mencakup dua perkara atau lebih. Lafadh tersebut mencakup
bawahannya.
A. Bentuk Lafadz Am
ْ َش َه َد ۤا َء ف
اجلِد ُْو ُه ْم ثَمٰ نِ ْي َن َج ْل َدة ِ ص ٰن
ُ ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُ ْوا بِا َ ْربَ َع ِة َ َوالَّ ِذ ْي َن يَ ْر ُم ْو َن ا ْل ُم ْح
Artinya “Orang-orang yang menuduh (berzina terhadap) perempuan yang baik-baik
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh
kali “ (QS. Al-Nur: 4)
Lafadz Asma al-Syart seperti lafadh man pada ayat di bawah ini:
ض َعافًا َكثِ ْي َرة ٰ ُسنًا فَي ۗ منْ َذا الَّذي ي ْقر هّٰللا
ْ َض ِعفَهُ لَهُ ا ً ض َ قَ ْر
َ ضا َح ُ ِ ُ ْ ِ َ
Artinya “Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Maka
Allah akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat”
(al-Baqarah: 245)
Isim istifham (kalimat tanya) meliputi : ما, من, متى, أين,seperti pada firman Allah Swt.:
1. .ـو َم
ْ ( عَا ٌم يُ َرا ُد بِ ِه ال ُع ُمLafadh ‘Am yang dikehendaki keumumannya),
karena ada dalil atau indikasi yang menunjukkan tertutupnya kemungkinan ada takhshish
(pengkhususan).
ِ َو َما ِمنْ َدابَّ ٍة فِي اَأْل ْر
ْ ض ِإاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُ َها َويَ ْعلَ ُم ُم
ستَقَ َّر َها
ين
ٍ ِب ُمب ٍ ست َْو َد َع َها ۚ ُك ٌّل فِي ِكتَا
ْ َو ُم
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz)." (QS. Hud :6). Yang dimaksud
adalah seluruh jenis hewan melata, tanpa terkecuali.
2. .ص
ُ ـو
ْ ص ُ ( ال َعـا ُم يُ َرا ُد بِ ِهLafadh ‘Am tetapi yang dimaksud adalah makna khusus), karena
ُ الخ
ada indikasi yang menunjukkan makna seperti itu. Contohnya:
ول
ِ سُ ب َأنْ يَت ََخلَّفُوا عَنْ َرِ ان َأِله ِْل ا ْل َم ِدينَ ِة َو َمنْ َح ْولَ ُه ْم ِم َن اَأْلع َْرا
َ َما َك
ِ ُهَّللا ِ َواَل يَ ْر َغبُوا بَِأ ْنف
ِ س ِه ْم عَنْ نَ ْف
س ِه
“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam
di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut
(pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. “ (QS. At
Taubah: 120).
Yang dimaksud ayat tersebut bukan seluruh penduduk Mekah, tetapi hanya orang-orang
yang mampu.
3. . ص
ٌ ـو ُ (عَـا ٌم َم ْخLafadh ‘Am yang menerima pengkhususan), ialah lafadh ‘am yang tidak
ْ ص
disertai qarinah ia tidak mungkin dikhususkan dan tidak ada pula karinah yang
meniadakan tetapnya atau keumumannya. Tidak ada qarinah lafadh atau akal atau ‘urf
yang memastikannya umum atau khusus. Lafadh ‘am seperti ini dzahirnya menunjukkan
umum sampai ada dalil pengkhususannya. Contoh: Firman Allah Swt
ٍ قُ ُرو
.ء ِ ُص َن بَِأ ْنف
َس ِهنَّ ثَاَل ثَة ْ ََّوا ْل ُمطَلَّقَاتُ يَت ََرب
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru.” (QS.
Al Baqarah : 228). Lafadh ‘Am dalam ayat tersebut adalah al-muthallaqat (wanita-wanita
yang ditalak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah
makna umum atau sebagian cakupannya.
2. Pengertian al-Khash
3. Pengertian Takhsish
Takhsis ini adalah metode mentakhsish lafadh yang ‘am menjadi khas. Takhsis berasal dari
kata khos yang berarti khusus yang di ikutkan wazan af’ala, lalu maknanya berubah menjadi
menkhususkan. Dalam ushul fiqih takhsis berarti mengkhususkan lafadh yang ‘am kepada
sebagian afrad-nya (lafadh yang masuk bawahannya).
Macam-Macam Takhsish Takhsish (pengkhususan) dalam ilmu ushul fikih dibagi
menjadi dua: Takhsish muttasil dan takhsish munfasil.
Takhsish muttasil adalah takhsish yang tidak dapat berdiri sendiri; tetapi pengertiannya
bersambung, dari potongan ayat awal disambung oleh potongan ayat berikutnya dalam
satu ayat, berikut ini: 1) Pengecualian (el), seperti pada firman Allah Swt.:
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu. Maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya, dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian). Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui
segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah [2]: 282)
Takhsish munfasil yaitu takhsis yang dapat berdiri sendiri. Pengertiannya ayat atau hadis
satu akan ditakhsish oleh ayat atau hadis yang lain dalam kondisi terpisah, artinya bukan
pada satu potongan ayat ataupun satu potongan hadis. Adapun ketentuannya adalah sebagai
berikut:
1) Al-Qur'an ditaksis (dikhususkan) al-Qur'an Contohnya, seperti pada firman Allah Swt:
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. (QS. Al-
Baqarah [2]: 228) Wanita yang ditalak suaminya itu mempunyai masa iddah tiga quru' (tiga
kali suci atau tiga kali haid).