Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS FIQIH IBADAH

Dosen Pembimbing :
Amin Nur Kholid, M.E.I

Disusun Oleh :
Galang Arifin
Julianto

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAY ISLAM


FAKULTAS DA’WAH
SEKOLAH TINGGI ILMU DA’WAH MOHAMMAD NATSIR
JAKARTA 2022
Kata thuruq berasal dari Bahasa arab bentuk jama’(plural) dari kata thariqun yang
artinya jalan, atau cara, adapun kata instimbat secara istilah sebagaimana didefinisikan oleh
Muhammad bin Ali al-Fayumi (w.770 H) seorang ahli Bahasa arab dan fiqih yaitu (“upaya
menarik hukum dari al-Qur’an dan sunah dengan jalan ijtihad”). Dengan
demikian,turuq al-istimbath berarti cara menerik (menetapkan) hukum dengan cara ijtihad.
Al-Qur’an adalah sunah sebagai sumber hukum islam dengan mengungkap pesan
hukumnya mengunakan berbagai macam cara, adakalanya dengan tegas dan adakalanya tidak
tegas,ada yang melalui arti bahasanya dan ada juga yang mengedepankan maqasil ahkamnya
(tujuan hukum). Dan disatu kondisi terdapat tantangan antara satu dalid dan dalil yang lainya
yang memerlukan penyelesaiannya.
Metode istinbat dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, melihat aspek
kebahasaan; kedua, mengkaji maqasid Syariah (tujuan hukum); dan ketiga, penyelesaian
beberapa dalil yang secara lahiriah bertentangan.

A. Metode Istinbat Melalui Aspek Kebahasaan

Untuk memahami pesan hukum yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunah para
ulama usul telah menyusun semacam semantik yang kemudian digunakan untuk praktik
penalaran fiqh. AL-Quran telah menyampaikan pesan hukumnya melalui gaya bahasa dengan
berbagai tingkat kejelasannya. Para ulama ushul fiqh telah mampu menciptakan kaidah-
kaidah kebahasaan (ushuliyah) yang terpenting untuk memahami pesan hukum al-Qur’an dan
sunah dari aspek kebahasaan sebagai berikut:

1. ‘Am dan Khas


a. ‘Am
1) Pengertian ‘Am
Secara bahasa ‘am berati yang umum, merata, dan menyeluruh. Adapun menurut istilah
‘am sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Hamid Hakim ialah:

ً‫ض ٍع َوا ِح ٍد َد ْف َعة‬


َ ‫ب َو‬ Uُ ‫اَ ْل َعا ُم هُ َواللَّ ْفظُ ْال ُم ْستَ ْغ ِر‬
ِ ‫ق لِ َج ِمي ِْع ما َ يَصْ لُ ُح لَهُ بِ َح ْس‬
“ ‘Am adalah lafaz yang menunjukan pengertian umum yang menyangkup satu-satunya
(afrad) yang ada dalam lafaz itu tanpa pembatasan jumlah tertentu.”

Contonya kata ‫ االنسان‬artinya manusia (mencangkup segala jenis manusia).


Ulama ushul membedakan antara lafaz ‘am dan lafaz mutlak. Lafaz ‘am dapat
mencangkup semuanya sekaligus. Adapun mutlak tidak dapat menyangkup sekaligus
semuanya semua satuannya kecuali satuan yang menonjol di antara satuannya itu
sebagaiman diungkapkan berikut ini:

Keumuman am itu bersifat secara menyeluruh sedang keumuman mutlak itu bersifat
mengganti/mewakili
2) Lafaz lafaz yang menunjukan arti ‘Am (Umum)
Berdasarkan hasil penelitian tehadap mufradat atau ungkapan (gaya bahasa), dalam
bahasa arab ditemukan bahwa lafaz-lafaz yang arti bahasanya menunjukan arti yang
bersifat umum yang menyangkup satuannya adalah sebagai berikut lafaz ‫ قُ ًّل‬dan ‫ج ِم ْي ًع‬
َ
Contohnya:

ٍ ‫ْر يَ ْل َز ُم فَا ِعلَهُ بِالتَّع ِْوي‬Uِ ‫ض َررًاةبِ ْال َغي‬


‫ْض‬ ُ ‫ُك َّل َخطَا ٍءيُحْ ِد‬
َ ‫ث‬
“setiap kesalahan yang menimbulkan bahaya bagi orang lain maka sipelakunya itu di
tuntut kewajiban membayar ganti rugi.”
3) Lafaz-lafaz yang menunjukan AM (umum)
a. Lafaz mufrad (tunggal) yang dimarifatkan oleh

Artinya:”jual beli itu memindahkan hak pemilikan.”

b. Jama’ (plural) yang dimarifatkan oleh‫ ال تعر يف الجنس‬,contohnya:

‫والمطلقا ت يتربصنن‬
"dan perempuan perempuan yang dijatuhi talaq,mereka menahan diri untuk
menunggu…”

c. Lafadz mufrad dan jama’ yang dimakrifatkan dengan idhafah, contohnya:

‫واما بنعمة ربك‬


Artinya: “ dan terhadap nikmat tuhanmu”

‫خذ من اموالهم‬
Artinya: “Ambilah dari harta mereka.”

d. Isim maushul, seperti:. ‫اوالى‬,‫االالى‬,‫االذىن‬,‫التى‬,‫ا الذي‬,‫من‬,‫ ما‬contohnya:

‫والذىن ىرمون المحصنا ت‬


Artinya: “dan orang orang yang menuduh wanita yang baik baik.”

4) Kaidah - kaidah yang berkaitan dengan Am’


Ada beberapa kaidah yang berhubungan dengan lafaz ‘am dalam ushul fiqh. Dalam
bahasan ini tidak semua kaidah itu akan dikemukakan kecuali kaidah kaidah yang di
anggap penting. Kaidah tersebut antara lain:

a. ‫العموم اليتصورفي االحكام‬


Artinya: “ keumuman itu tidak menggambarkan suatu hukum.”
Kaidah ini dapat dipahami bahwa kaliamat ‘am itu bersifat global, masih bersifat
umum dan belum menunjukan ketentuan hukum yang pasti dan jelas. Contohnya:
“semua binatang melata yang di bumi ini akan ditanggung rezekinya oleh Allah
SWT.” Kata “semua binatang melata di muka bumi. Firman Allah SWT:
‫ين‬ ٍ َ‫لٌّ فِى ِك ٰت‬UUU‫تَوْ َد َعهَا ۚ ُك‬UUU‫تَقَ َّرهَا َو ُم ْس‬UUU‫م ُم ْس‬Uُ َ‫ا َويَ ْعل‬UUUَ‫ض ِإاَّل َعلَى ٱهَّلل ِ ِر ْزقُه‬
ٍ ِ‫ب ُّمب‬ ِ ْ‫ا ِمن دَٓابَّ ٍة فِى ٱَأْلر‬UUU‫َو َم‬
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
QS.Huud :6

b. ‫المفهوم له عموم‬
Artinya : “ makna tersirat itu mempunyai bentuk umum .”
Maksud kaidah ini ialah bahwa makna tersirat (mafhum), dari sebuah kalimat masih
menyimpan arti yang bersifat umum (belum pasti dan jelas). Contohnya firman Allah
SWT.
ٍّ‫ “ فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا ُأف‬maka sekali kali janga kamu mengatakan kepada kedua orangtua
perkataan “AH” (QS.al isra :23)

Mafhum (arti yang tersirat ) dari ayat ini masih bersifat umum bias di pahami
mencaci, menghina, memukul, dan menghardik yang kesemuanya di haramkan.

c. ‫المخاطب يدخل في عمو خطاب‬


Artinya: “ orang yang memerintah sesuatu makai a termasuk didalam perintah
tersebut.”

Kaidah ini dapat dipahami bahwa hukum tidak berlaku kepada bawahan (orang yang
diperintah), tetapi juga berlaku kepada orang yang memerintahnya. Kecuali dalam hal
ini yang memerintah adalah Allah SWT, maka hukumnya tidak berlaku kepada Allah.

d. ‫العبرةبعموم اللفظ ال بخصو السبب‬


Artinya: “ suatu ungkapan berdasarkan keumuman lafaz bukan kepada sebab yang
khusus.”
Contoh kaidah ini ialah hadits nabi.

َّ ‫و‬Uَ َ‫ َأفَنَت‬U‫ بِ ِه َع ِط ْشنَا‬U‫ا‬Uَ‫ضْأن‬


  ‫ضُأ ِم ْن‬ َّ ‫ ْالقَلِي َل ِم ْن ْال َما ِء فَِإ ْن تَ َو‬U‫ل َم َعنَا‬Uُ ‫ر َونَحْ ِم‬Uَ ْ‫ نَرْ َكبُ ْالبَح‬U‫ل هَّللا ِ ِإنَّا‬Uَ ‫يَا َرسُو‬
U‫ الترمذي‬U‫ ْال ِحلُّ َم ْيتَتُهْرواه‬Uُ‫ر َماُؤ ه‬Uُ ‫و الطَّهُو‬Uَ ُ‫م ه‬Uَ َّ‫ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬U‫صلَّى‬
َ ِ ‫ل هَّللا‬Uُ ‫ر فَقَا َل َرسُو‬Uِ ْ‫َما ِء ْالبَح‬
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mengarungi lautan dan kami hanya
membawa sedikit air, jika kami gunakan air itu untuk wudhu maka kami akan
kehausan. Lalu apakah kami boleh berwudhu dengan air laut?" maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pun menjawab: "Laut itu suci airnya dan halal
bangkainya." (HR.Turmuzi)

e. U‫ اليجوز‬U‫ قبل البحث عن المخصص‬U‫ بالعام‬U‫العمل‬


Artinya: “mengamalkan lafaz yang bersifat umum sebelum ada pengkhususan maka
hal itu tidak diperbolehkan.”
b. Khas
1) Pengertian khas
secara bahasa khas berarti tertentu. Adapun khas dalam istilah ushul fiqh ialah lafaz
yang menunjukkan arti satu yang telah tertentu. Makan satu yang tertentu ini bisa
menujukkan perorangan seperti Ibrahim atau menunjukkan satu jenis seperti laki-laki
atau menunjukkan bilangan seperti dua belas, lima belas, sebuah masyarakat,
sekumpulan, dan sekelompok.

2) Kebolehan Mentakhsis Lafaz yang Umum


Para ulama sepakat bahwa mentakhsis (mengkhususkan) lafaz yang itu boleh, karena
pada dasarnya semua ayat-ayat al-Qur’an mengandung kebolehan mentakhsis baik
berupa takhsis muttashil maupun munfasil. Sebagian ulama merumuskan bahwa hanya
ada lima ayat yang tidak memerlukan kekhususan, yaitu:

a. Masalah kesempurnaan dan keagungan Allah. Seperti terdapat dalam QS. Ar- Rahman :
27.
‫ ِام‬Uۚ ‫َّويَب ْٰقى َوجْ هُ َربِّكَ ُذو ْال َج ٰل ِل َوااْل ِ ْك َر‬
Artinya: “dan tetap kekal wajah tuhanmu yang mempunyai kebesan dan kemuliaan.”

b. Keharam menikahi ibu, baik karena nasab atau persusuan. Seperti dalam QS. An-nisa :
22.

‫اح َشةً َّو َم ْقتً ۗا َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل‬


ِ َ‫م ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء اِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ اِنَّهٗ َكانَ ف‬Uْ ‫ࣖ واَل تَ ْن ِكحُوْ ا َما نَ َك َح ٰابَ ۤاُؤ ُك‬
َ
  Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu,
kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau. Sungguh, perbuatan itu sangat keji dan
dibenci (oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

c. Setiap individu pasti mengalami kematian. Seperti dalam QS. Ali imran :185.

ۗ ‫ا َز‬UUَ‫ ْد ف‬Uَ‫ َل ْال َجنَّةَ فَق‬U‫ار َواُ ْد ِخ‬ ِ ۗ ْ‫س َذ ۤا ِٕىقَةُ ْال َمو‬
ِ َّ‫ ِز َح ع َِن الن‬Uْ‫ ِة ۗ فَ َم ْن ُزح‬U‫وْ َم ْالقِ ٰي َم‬Uَ‫م ي‬Uْ ‫ت َواِنَّ َما تُ َوفَّوْ نَ اُجُوْ َر ُك‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
‫ع ْال ُغرُوْ ِر‬ ُ ‫َو َما ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَٓا اِاَّل َمتَا‬

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia
hanyalah kesenangan yang memperdaya.”

d. Allah selalu menanggung rezeki mahluk hidup seperti dalam QS Hud:6

ٍ ‫ض اِاَّل َعلَى هّٰللا ِ ِر ْزقُهَا َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْستَوْ َد َعهَا ۗ ُكلٌّ فِ ْي ِك ٰت‬
‫ب ُّمبِي ٍْن‬ ۤ
ِ ْ‫ َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِى ااْل َر‬ 

Artinya: “ Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan


semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat
penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
e. Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan di bumi seperti QS Al-baqarah:284.

‫هّٰلِل‬
ِ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬
‫ض‬ ِ ‫ِ َما فِى السَّمٰ ٰو‬

Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.

3) Ketentuan Takhsis yang Muttashil

Bentuk bentuk takhsis muttasil (bersambung), diantaranya:

a. Syarat, contohnya bolehnya suami ruju’ dengan istrinya jika ia menghendaki kebaikan.

‫ق هّٰللا ُ فِ ْٓي اَرْ َحا ِم ِه َّن اِ ْن ُك َّن يُْؤ ِم َّن‬


َ َ‫ت يَت ََربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلثَةَ قُر ُۤوْ ۗ ٍء َواَل يَ ِحلُّ لَه َُّن اَ ْن يَّ ْكتُ ْمنَ َما َخل‬ُ ‫َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬
ِ Uۖ ْ‫ق بِ َر ِّد ِه َّن فِ ْي ٰذلِكَ اِ ْن اَ َراد ُْٓوا اِصْ اَل حًا ۗ َولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف‬ ُّ ‫بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر َوبُعُوْ لَتُه َُّن اَ َح‬
‫هّٰللا‬
ࣖ ‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ِ ‫َولِل ِّر َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن َد َر َجةٌ ۗ َو ُ ع‬

Artinya: “ Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga
kali quru'. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka
lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki
perbaikan. Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. al-Baqarah :228)

b. Sifat,contohnya seruan memerdekakan budak yang mukmin bagi orang yang


membunuh orang mukmin yang tidak disengaja. Maka selain budak mukmin tidaklah
memenuhi syarat.firman Allah

‫ َخطَـًٔا فَتَحْ ِر ْي ُر َرقَبَ ٍة ُّمْؤ ِمنَ ٍة َّو ِديَةٌ ُّم َسلَّ َمةٌ اِ ٰلٓى اَ ْهلِ ٖ ٓه‬U‫َو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن اَ ْن يَّ ْقتُ َل ُمْؤ ِمنًا اِاَّل خَ طَـًٔا ۚ َو َم ْن قَتَ َل ُمْؤ ِمنًا‬
‫ر َرقَبَ ٍة ُّمْؤ ِمنَ ٍة ۗ َواِ ْن َكانَ ِم ْن قَوْ ۢ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ ْم‬Uُ ‫م َع ُد ٍّو لَّ ُك ْم َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَتَحْ ِر ْي‬Uٍ ْ‫ص َّدقُوْ ا ۗ فَاِ ْن َكانَ ِم ْن قَو‬ َّ َّ‫آِاَّل اَ ْن ي‬
َ‫صيَا ُم َشه َْر ْي ِن ُمتَتَابِ َعي ۖ ِْن تَوْ بَةً ِّمنَ هّٰللا ِ َۗو َكان‬ ٓ
ِ َ‫ق فَ ِديَةٌ ُّم َسلَّ َمةٌ اِ ٰلى اَ ْهلِ ٖه َوتَحْ ِر ْي ُر َرقَبَ ٍة ُّمْؤ ِمنَ ٍة ۚ فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬ ٌ ‫ِّم ْيثَا‬
‫هّٰللا ُ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬

Artinya: “ dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang
beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa membunuh
seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba
sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya
(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) membebaskan
pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang
beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara
mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang
beriman. Barangsiapa tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka hendaklah dia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah
Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. an-Nisa : 93)

c. Ghayah (lafaz yang menunjukan maksud terakhir), contohnya membasuh tangan dalam
berwudhu sampai siku-siku.

‫م‬Uْ ‫ ُك‬U‫حُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس‬U‫ق َوا ْم َس‬U ِ Uِ‫م اِلَى ْال َم َراف‬Uْ ‫ ِديَ ُك‬U‫م َواَ ْي‬Uْ ‫وْ هَ ُك‬UU‫لُوْ ا ُو ُج‬U‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِس‬
‫َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَي ۗ ِْن‬

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. (QS al-Maidah: 6)

d. Badal ba’du min kull (pengganti dari sebagian). Contohnya: kewajiban haji bagi orang-
orang yang mampu melakukan perjalan.
e. Haal (yang menunjukan keadaan).misalnya, larangan melakukan shalat dalam keadaan
mabuk.
f. Zharaf (keterangan waktu atau tempat). Contohnya: tentang masa menunaikan zakat
fitrah. Jika dilakukan sebelum shalat Ied maka diterima, maka jika dilakukan setelah
shalat Ied maka di anggap sedekah biasa.

،‫ َوطُ ْع َمةً لِ ْل َم َسا ِكي ِن‬،‫ث‬ ِ َ‫ط ِر طُ ْه َرةً لِلصَّاِئ ِم ِمنَ اللَّ ْغ ِو َوال َّرف‬ ْ ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم زَ َكاةَ ْالف‬
َ ِ ‫ل هَّللا‬Uُ ‫ض َرسُو‬ َ ‫فَ َر‬
َّ ‫ص َدقَةٌ ِمنَ ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬
‫ت‬ َ ‫صاَل ِة فَ ِه َي‬ َّ ‫ َو َم ْن َأ َّداهَا بَ ْع َد ال‬،ٌ‫صاَل ِة فَ ِه َي زَ َكاةٌ َم ْقبُولَة‬
َّ ‫فَ َم ْن َأ َّداهَا قَ ْب َل ال‬
Artinya:
Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa
dari perkataan sia-sia dan perkataan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang
miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum shalat (Idul Fitri), berarti ini
merupakan zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat
(idul fitri) berati hal itu merupakan sedekah biasa”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah).
4) Ketentuan takhsis yang munfasil (terpisah)

a. Al quran dapat dikhususkan dengan al Qur’an.contohnya:batas wanita yang di cerai


suaminya batas iddahnya selama kali suci / haid.

‫ت يَت ََربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلثَةَ قُر ُۤوْ ۗ ٍء‬


ُ ‫َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬

Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali
quru'. (QS Al-baqarah:228)

Kemudian ayat di atas di kususkan iddah-nya dengan “sampai melahirkan anak” bagi
wanita yang hamil.
b. AL-Qur’an dikhususkan dengan sunah.contohnya masalah waris. Ank laki-laki
mendapat dua bagian perempuan.

َّ ِ‫م ل‬Uْ ‫م هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك‬Uُ ‫ص ْي ُك‬


‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن‬ ِ ْ‫يُو‬

Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)


anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan. QS, an-nisa:11.

Selanjutnya, ayat tersebut dikhususkan dengan hadits anak yang kafir atau membunuh
bapaknya, mereka tidak dapat warisan.

c. As-sunah dapat dikhususkan dengan al-Qur’an sebagaimana firman Allah

‫يل‬ ٍ ِ‫ب‬U ‫ابِ ِرى َس‬UU‫ا ِإاَّل َع‬UUً‫وا َما تَقُولُونَ َواَل ُجنُب‬ ۟ ‫م ُس ٰ َك َر ٰى َحتَّ ٰى تَ ْعلَ ُم‬Uُْ‫صلَ ٰوةَ َوَأنت‬
َّ ‫ُوا ٱل‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ‫وا اَل تَ ْق َرب‬
َ
۟‫ى َأوْ َعلَ ٰى َسفَر َأوْ َجٓا َء َأ َح ٌد ِّمن ُكم ِّمنَ ْٱلغَٓاِئ ِط َأوْ ٰلَم ْستُ ُم ٱلنِّ َسٓا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا‬ ٓ ُ
َ ْ‫وا ۚ َوِإن كنتُم َّمر‬
Uٰ ‫ض‬ ۟ ُ‫َحتَّ ٰى تَ ْغتَ ِسل‬
َ ٍ
‫م‬Uْ ‫ ِدي ُك‬UUUUUUUUUUUْ‫و ِه ُك ْم َوَأي‬UUUUUUUUUUUُ‫ُوا بِ ُوج‬ ۟ ‫ح‬UUUUUUUUUUU‫ا فَٱ ْم َس‬UUUUUUUUUUUً‫ ِعيدًا طَيِّب‬UUUUUUUUUUU‫ص‬ U۟
َ ‫وا‬UUUUUUUUUUU ‫ٓا ًء فَتَيَ َّم ُم‬UUUUUUUUUUU‫َم‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu.QS an-nisa:43.

d. As-sunah dapat di takhsis dengan sunah misalnya, hadis yang mengharuskan zakat
hasil tani 10 persen jika dibantu air hujan.sesuia dengan hadis

U‫ح نِصْ فُ ْال ُع ْشر‬


ِ ْ‫ َو َما ُسقِ َى بِالنَّض‬، ‫ت ال َّس َما ُء َو ْال ُعيُونُ َأوْ َكانَ َعثَ ِريًّا ْال ُع ْش ُر‬
ِ َ‫فِي َما َسق‬
“ Tanaman yang diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air tada
hujan, maka dikenai zakat 1/10 (10%). Sedangkan tanaman yang di airi dengan
mengeluarkan biaya, maka dikenai zakat 1/20 (5%).” (HR. Ahmad,Muslim, dan Nasa’i)

Selanjutnya, hadis itu dikhususkan oleh hadis riwayat Bukhari muslim yang
menyatakan bahwa kalua bijian itu belum mencapai lima wasaq (gantang) maka tidak
wajib dizakati.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, “Sesungguhnya Rasulullah bersabda :


 ٌ‫ص َدقَة‬ ٍ ‫س َأوْ ُس‬
َ ‫ق‬ َ ‫َولَي‬
ِ ‫ْس فِي َما ُدونَ َخ ْم‬
 “Tidak ada kewajiban zakat di bawah 5 wasaq kurma.” (HR. Al-Bukhari)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil bijian yang di airi oleh air hujan yang
belum mencapai lima wasaq tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
Al-Qur’an atau hadis dikhususkan oleh qiyas. Contohnya hukum dera bagi pelaku zinah
dengan dera 100 kali

‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة‬


ِ ‫اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َو‬
Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus
kali, (QS.an-Nur :2)
Ayat ini dapat di takhis oleh qiyas, maka hamba sahaya cukup didera 50 x berdasarkan ayat
lain yang menyatakan separuh dari orang yang merdeka.

ِ ۗ ‫ت ِمنَ ْال َع َذا‬


‫ب‬ َ ْ‫اح َش ٍة فَ َعلَ ْي ِه َّن نِصْ فُ َما َعلَى ْال ُمح‬
ِ ‫ص ٰن‬ ِ ْ‫فَاِ َذآ اُح‬
ِ َ‫ص َّن فَاِ ْن اَتَ ْينَ بِف‬
“ dan apabila mereka (budak wanita itu) telah menjaga diri dengan kawin, kemudian
mereka mengerjakn perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separuh hukuman
dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (QSan-nisa:25)
F. Alqur-an di khususkan oleh akal contohnya haji wajib bagi orang yang sudah mampu
melakukan perjalanan .
‫هّٰلِل‬
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
  ‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْياًل‬ ِ َّ‫َو ِ َعلَى الن‬
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap allah, (bagi) yaitu orang-orang
yang sanggup melakukan perjalanan ke baitullah (QS ali-Imron:27)
Menurut akal anak kecil dan orang gila dan tidak termasuk program kedalam orang
yang mampu, sebab mereka belum mengerti benar perjalanan haji karena nya ia tidak
wajib haji.
G. Hadits di khususkan mafhum (makna tersirat). Contohnya hadits nabi yang berisi
kewajiban mengeluarkan zakat 1 kambing dari 40 kambing.

Uَ ‫َت َأرْ بَ ِع‬


 U‫ين ِإلَى ِع ْش ِرينَ َو ِماَئ ٍة‬ ْ ‫ ِإ َذا َكان‬U‫َم فِي َساِئ َمتِهَا‬Uِ ‫ة ْال َغن‬Uِ َ‫ص َدق‬
َ U‫ َوفِي‬ 

Zakat kambing dikembalakan apabila ada 40 sampai 120 kambing maka zakatnya 1
kambing (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini di khususkan oleh hadits lain bahwa kambing yang di zakati bahwa hanya
kambing yang dipelihara diluar kendang mencari makan dengan sendirinya. Oleh
karena itu, kambing yang di pelihara di dalam kandang (menurut mafhumnya) tidak
wajib di zakati.

H. Pengkhususan oleh problema yang nyata oleh darurat itu di perbolehkan.


Contohnya : kebolehan memakai sutra oleh Abdurrahman bin auf dan Zubair yang
penyakit gatal (HR Bukhari dan Muslim). Gatal merupakan illat yang merupakan
problema nyata yg dapat di khususkan nash. Jumhur ulama sepakat bahwa “am itu di
bangun dari khas. Oleh karena itu, kha situ lebih kuat dari pada ‘am dalam penggunaan.
Maka penggunaan ‘am dapat di gugurkan ketika ditemukan khas. Adapun khas tidak
dapat di gugurkan dengan adanya ‘am.1

1
Shidiq Saipudin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, Januari 2017, Cet. ke-3.

Anda mungkin juga menyukai