Anda di halaman 1dari 13

Materi Ulumul Quran

Muhkam dan Mutasyabih


Pengertian secara umum

- Muhkam secara bahasa : sesuatu yang disempurnakan. Muhkamul kalam : perkataan yang benar dan
lurus. Ihkamul kalam : menyempurnakan perkataan dengan membedakan antara yang benar dan yang
dusta dalam kabar kabar yang disampaikan serta membedakan yang lurus dan yang sesat dalam perintah-
perintahnya.

Muhkam secara istilah : perkataan yang sempurna,fasih serta membedakan dengan gamblang antara
yang haq dan yang batil, antara yang benar dan yang dusta.

- Mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yaitu salah satu dari dua hal menyerupai yang
lain. Tasyabuhul kalam : perkataan yang serupa dan mirip yang saling membenarkan satu sama lain.

Mutasyabih secara istilah : serupa satu sama lain dalam kesempurnaan dan kualitas, saling
membenarkan satu sama lain dari segi makna.

Pengertian secara khusus

Muhkam Mutasyabih

1. Lafal yang diketahui maksudnya 1. Lafal yang hanya Allah yang tau maksudnya

2. Lafal yang hanya memiliki satu arti 2. Lafal yang memilki kemungkinan beberapa arti

3. Lafal yang berdiri sendiri tanpa memerlukan 3. Merujuk pada penjelasan lain

penjelasan apapun

____________________________________________________________________

- Ayat Muhkam : terdiri dari ayat nasikh tentang halal,haram,hudud,kewajiban,janji,ancaman

- Ayat Mutasyabih : terdiri dari ayat ayat mansukh dan ayat ayat tentang hakikat nama-nama dan sifat-
sifat Allah, awal surah yang dimulai huruf hijaiyah,hakikat hari akhir dan pengetahuan tentang kiamat.

- Perbedaan Pendapat Terkait Cara Mengetahui Mutasyabih : Perbedaan pendapat terkait tanda waqaf
pada surah Ali Imran ayat 7: a. waw dalam ayat adalah waw isti'naf

b. waw dalam ayat adalah waw athaf

Menyelaraskan 2 pendapat dengan memahami takwil :

1. Mengalihkan lafal dari kemungkinan makna yang rajih kepada makna yang marjuh karna adanya dalil
yang menyertai ( takwil inilah yang tercela ,biasanya digunakan oleh ulama kontemporer dengan maksud
untuk lebih memahasucikan Allah dari menyamai makhluk menurut yang mereka sangka)

Contoh : menakwilkan kata "tangan" sebagai "kekuasaan"

2. Takwil bermakna tafsir (perkataan yang dijelaskan oleh lafal agar maknanya dapat dipahami

3. Takwil adalah hakikat suatu hal dari sebuah perkataan yang ditakwilkan kepadanya
Dalil Ayat Muhkam : ‫( ۤل ٰر ۗ ِكٰت ٌب ُاْح ِكَم ْت ٰا ٰيُتٗه ُثَّم ُفِّص َلْت ِم ْن َّلُدْن َحِكْيٍم َخ ِبْيٍۙر‬Hud ayat 1)

Dalil Ayat Mutasyabih : ‫( َو ُاُتْو ا ِبٖه ُم َتَش اِبًها‬Al- Baqarah ayat 25)

***************

'AM dan KHASH


'AM
- Al-'Am (lafal umum) : lafal yang mencakup apa saja yang pantas bagi lafal tersebut tanpa ada batasan.

Dalil : ‫ َقاُلْٓو ا ِاَّنا ُم ْهِلُكْٓو ا َاْهِل ٰه ِذِه اْلَقْر َيِة‬: ( Al-Ankabut ayat 31)

× Ibrahim memaknai ini dengan lafal umum bahwa malaikat akan menghancurkan semua
penduduk di kota Sodom ini. Padahal didalam kota tersebut ada nabi Luth. Malaikat
mengecualikan akan membinasakan Luth dan keluarganya kecuali istrinya.
- ' Am memiliki lafal-lafal yang menunjukkan makna umum :

a. Lafal Kullu : ‫ ( ُك ّل ُ َنْفٍس َذ ۤا ِٕىَقُة اْلَم ْو ِۗت‬Al-Imran ayat 185)


b. Isim ma'rifah yang diberi alif dan lam bukan untuk sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya :

‫ ( ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلِفْي ُخ ْس ٍۙر‬Al-Asr ayat 2 )

c. Isim nakirah dalam rangkaian kalimat nafi (pengingkaran) dan nahi (larangan) :

‫ ( فَاَل َتُقْل َّلُهَم ٓا ُاٍّف َّو اَل َتْنَهْر ُهَم ا‬Al-Isra ayat 23 )
d. Lafal al-ladzi dan al-lati serta turunannya : ‫ ( َو اَّلِذ ْي َقاَل ِلَو اِلَد ْيِه ُاٍّف َّلُك َم ٓا‬Al-Ahqaf : 17)

e. Isim-Isim Syarat : ‫ ( َفَم ْن َح َّج اْلَبْيَت َاِو اْعَتَم َر َفاَل ُجَناَح َع َلْيِه َاْن َّيَّطَّوَف ِبِهَم ا‬Al-Baqarah : 158 )

_______________________________________________________________________

- Lafal umum terbagi menjadi 3 macam :

1. Lafal umum yang tetap bertahan dengan keumumannya. Contohnya jarang.

‫ َو ُهّٰللا بُِك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬: Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ( an-nisa 176)
2. Lafal umum tapi maksudnya khusus :

‫ ( َاَّلِذ ْيَن َقاَل َلُهُم الَّناُس ِاَّن الَّناَس َقْد َج َم ُعْو ا َلُك ْم َفاْخ َش ْو ُهْم‬Al Imran 173 )
x Kata An-Nas itu merupakan bentuk jamak yaitu seluruh manusia. Tapi kata An-nas yang pertama di
ayat ini maksudnya Nu'aim bin Mas'ud dan an--nas yang kedua maksudnya Abu Sufyan.
3. Lafal umum yang dikhususkan.

‫ ( َو ِهّٰلِل َع َلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْسَتَطاَع ِاَلْيِه َس ِبْياًل‬Al-Imran : 97)

x Kata an-nas merupakan seluruh manusia. Lafaz ini umum tetapi di ayat ini haji hanya dikhususkan
untuk orang yang mampu saja.

________________________________________________________________________________

- Perbedaan lafal umum maksudnya khusus dengan lafal umum yang dikhususkan

KHASH

- Khas : lafal yang tidak mencakup hal-hal yang tidak patut baginya meski tidak dibatasi.

Mukhashsish : sesuatu yang mengkhususkan ada yang bersambung dan ada yang terpisah.

- Mukhashish yang tersambung ( tidak ada pemisah antara yang umum dan yang mengkhususkan
dan masih dalam rangkaian satu kalimat ) ada 5 yaitu :

a. Lafal istisna (pengecualian) : ‫( ِاّلَا اَّلِذ ْيَن َتاُبْو ا ِم ْۢن َبْع ِد ٰذ ِلَك َو َاْص َلُحْو ۚا‬An-Nur :5)

b. As-shifah (sifat) : ‫َو َرَبۤا ِٕىُبُك ُم اّٰل ِتْي ِفْي ُحُجْو ِر ُك ْم ِّم ْن ِّنَس ۤا ِٕىُك ُم اّٰل ِتْي َد َخ ْلُتْم ِبِه َّۖن‬

''telah dicampuri'' merupakan sifat untuk istri.


c. Asy-Syarat (syarat) : ‫ ( كُِتَب َع َلْيُك ْم ِاَذ ا َح َض َر َاَح َد ُك ُم اْلَم ْو ُت اِْن َتَر َك َخ ْيًر اۖ ۨ اْلَو ِصَّيُة ِلْلَو اِلَدْيِن َو اَاْلْقَر ِبْيَن ِباْلَم ْع ُرْو ِۚف‬Al-
Baqarah : 180 )

d. Al- Ghayah (batas/tujuan) : ‫ ( َو اَل َتْقَر ُبْو ُهَّن َح ّٰت ى َيْطُهْر َن‬Al- Baqarah : 222)

e. Badal (pengganti) sebagian dari keseluruhan : ‫ ( َوِهّٰلِل َع َلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْس َتَطاَع ِاَلْيِه َس ِبْياًل‬Al-
Imran : 97)

...............

- Mukhashish yang terpisah ( mukhasish yang berada di tempat lain,baik di ayat lain atau berupa
hadis,ijmak dan qiyas )

Contoh : Al- Baqarah ayat 228 yang dikususkan oleh At-Thalaq ayat 4 :

‫َو اْلُم َطَّلٰق ُت َيَتَر َّبْص َن ِبَاْنُفِس ِهَّن َثٰل َثَة ُقُر ْۤو ٍۗء‬

- Mukhashish As-Sunnah dengan Al-Qur'an : Al-quran mengkhusukan keumuman lafaz hadis.


Contohnya tentang bagian tubuh hewan apa saja yang dipotong adalah bangkai, dikhususkan dalam
alquran tentang hewan hewan yang setelah menjadi bangkai tapi bisa digunakan.

- Berhujjah dengan lafadz umum setelah dikhususkan dengan adanya sisa keumuman menurut pendapat
terbaik yaitu sah berhujjah dengan lafal umum diluar hal-hal yang dikhususkan.

- Cakupan Khitab (Perkataan)

a. Ya ayyuhar rasul :

1. sebagian ulama mengatakan ini untuk seluruh umat karna nabi merupakan teladan umat

2. sebagian ulama mengatakan ini tidak mencakup umat panggilan itu khusus untuk nabi

b. Khitab disertai lafal 'katakan' berarti tidak mencakup rasul tapi jika tidak ada lafal 'katakan' maka
mencakup diri rasul

c. Ya ayyuhannas : khitab seperti ini mencakup orang kafir, hamba sahaya dan wanita

d. Ya ayyuhal ladzina amanu : mencakup juga hamba sahaya dan wanita mengacu pada taklif untuk
semuanya

e. Lafal mudzakkar yang dominan menyatu dengan lafal muannats maka kaum wanita sudah termasuk
didalamnya

*************

Nasikh dan Mansukh


- Naskh secara bahasa : menghilangkan atau memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain.

Secara istilah : menghapus hukum syar'i dengan khitab syar'i yang datang belakangan

- Mansukh adalah hukum yang dihapuskan


Dalil Naskh : ‫َم ا َنْنَس ْخ ِم ْن ٰا َيٍة َاْو ُنْنِسَها َنْأِت ِبَخ ْيٍر ِّم ْنَهٓا َاْو ِم ْثِلَهاۗ َاَلْم َتْع َلْم َاَّن َهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِدْيٌر‬
"Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti
dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu tahu
bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu? " ( Al-Baqarah 106 )
- Syarat-Syarat Naskh :
1. Hukum yang dihapus adalah hukum syar'i

2. Dalil yang menghapus hukum adalah khitab syar'i yang turun belakangan setelah khitab yang
hukumnya dihapus

3. Khitab yang hukumnya dihapus tidak dibatasi jangka waktu tertentu. Jika dibatasi jangka waktu
tertentu berarti hukum tersebut berakhir seiring berjalannya waktu. Dan ini tidak dianggap naskh

Hal- hal yang Bisa di Naskh

Naskh hanya terdapat dalam perintah dan larangan berupa bentuk tuntutan yang tegas atau berupa
berita yang bermakna perintah dan larangan. Bukan berkaitan dengan zat Allah dan
sifatNya,kitab,rasul,hari akhir,akhlak,asas ibadah dan muamalah,janji dan ancaman. Hal ini tidak bisa
dinaskh karena semua syariat tidak bisa terlepas dari asas-asas tersebut.

Pentingnya Mengetahui Naskh Mansukh

Mengetahui naskh mansukh sangat penting bagi para ahli ilmu dari kalangan fuqaha,ahli usul dan
mufassir agar hukum-hukum tidak bercampur aduk.

Cara Mengetahui Naskh Mansukh

1. Dalil yang tegas dari Nabi atau seorang sahabat : Ziarah kubur yang dilarang tapi setelah itu dibolehkan
oleh nabi

2. Ijmak umat bahwa ini naskh dan itu mansukh

3. Mengetahui mana khitab yang turun terlebih dahulu dan mana yang turun belakangan menurut urutan
waktu

( Mengetahui naskh bukan dari ijtihad,perkataan mufasir,benturan dalil secara dzahir dan lambatnya
keislaman diantara 2 perawi)

Pendapat- Pendapat Terkait Naskh dan Dalil-Dalil Keberadaannya

1. Kaum Yahudi : Sangat menentang adanya naskh karna didalam taurat tidak adanya naskh. JIka apa saja
yang sudah tertulis maka akan mereka tetapkan. Maka tidak salah hukum syariat mereka sangat berat
berat. Ini berbeda dengan syariat Islam.

2. Kaum Rafidhah : Mereka mengarang bahwa semua ayat bisa di naskh semuanya. 180 derajat berbeda
dengan kaum yahudi. Mereka berdusta menisbatkan perkataan kepada Ali bin Abi Thalib

3. Abu Muslim Al-Ashfahani : naskh boleh menurut akal tapi tidak boleh terjadi secara syar'i. Pendapat
lain bahwa naskh secara khusus tidak boleh terjadi didalam Al-qur'an.
4. Jumhur ulama (ahlussunnah) : naskh boleh menurut akal dan nyata terjadi secara syar'i. Pendapat ini
berdalil dengan :

a. Allah berhak memerintahkan dan melarang sesuatu pada waktu tertentu dan Allah lebih mengetahu
maslahat-maslahat bagi para hamba

b. Nash-nash dalam al-qur'an dan as-sunnah menunujukkan bahwa nnaskh boleh dan nyata ada.

Macam-Macam Naskh

1. Menaskh Al-qur'an dengan Al-qur'an : hitungan tahun masa iddah dihapus oleh hitungan 4 bulan 10
hari

2. Menaskh Al-qur'an dengan As-sunnah : jika menaskh dengan menngunakan hadis ahad maka tidak
boleh. Jika menaskh dengan hadis muatawatir maka ulama seperti Imam Malik,Abu Hanifah dan Imam
Ahmad membolehkan sedangkan Imam syafi'i, mazhab zahiri,dan imam Ahmad di riwayat lain tidak
membolehkan karna hadis tidak lebih baik dari Al-qur'an.

3. Menaskh As-Sunnah dengan Al-qur'an :Imam Syafii tidak membolehkan,tapi dibolehkan oleh jumhur,
contoh : pada hadis disebutkan bahwa shalat menghadap Baitul Maqdis tetapi di hapus hukumnya oleh
Al-quran bahwa shalat harus menghadap ke masjidil haram

4. Menaskh As-sunnah dengan As-Sunnah :

a. Menaskh hadits mutawatir dengan hadis mutawatir

b. Menaskh hadits ahad dengan hadits ahad

c. Menaskh hadits ahad dengan mutawatir

x Tiga macam jenis naskh ini hukumnya boleh

d. Menaskh hadits mutawatir dengan hadis ahad

x Jenis ini tidak diperbolehkan. Sama halnya naskh ijma dan qiyas tidak boleh

_________________________________________________________________________________

Macam-Macam Naskh di Dalam Al-Qur'an

1. Menaskh bacaan dan hukum secara bersamaan

Contoh : ayat yang berbicara tentang penyusuan. Dulu 10 kali penyusuan sudah menjadi mahram tapi
dinasklah lafadz dan hukumnya didalam Al-qur'an dengan 5 kali penyusuan sudah menjadi mahram,dan
ini dijelaskan pada hadis.

2. Menaskh hukum tapi bacaannya tetap ada : : hitungan tahun masa iddah dihapus oleh hitungan 4 bulan
10 hari

3. Menaskh bacaan namun hukumnya tetap ada : ayat tentang rajam

Hikmah Adanya Naskh Mansukh

1. Menjaga kemaslahatan-kemaslahatan para hamba


2. Perkembangan tatanan syariat hingga ke tingkatan sempurna sesuai dengan perkembangan dakwah dan
kondisi manusia

3. Sebagai ujian bagi para mukallaf apakah mau menjalankan atau tidak

4. Bertujuan untuk memberikan kebaikan kepada kaum muslimin dan meringankan beban mereka.

Naskh Disertai Pengganti dan Tanpa Pengganti

a. Penghapusan hukum tanpa adanya hukum pengganti

Contoh : menghapus kewajiban memberi sedekah saat hendak berbicara dengan Rasulullah

b. Penghapusan hukum dengan adanya hukum pengganti yang lebih ringan

Contoh : Diwajibkannya berpuasa seperti umat terdahulu yang harus menahan dari makan,minum serta
berhubungan badan ketika sudah mengerjakan shalat Isya' lalu dinaskh hukumnya bahwa boleh
bercampur dengan pasangan.

c. Penghapusan hukum dengan hukum yang sepadan

Contoh : Shalat menghadap ke Baitul Maqdis diganti dengan kewajiban shalat menghadap Ka'bah

d. Penghapusan hukum dengan adanya hukum pengganti yang lebih berat

Contoh : Penghapusan hukum pemenjaraan didalam rumah bagi wanita pezina diganti dengan hukum
mendera 100 kali perempuan yang berzina

Syubhat-Syubhat Terkait Naskh

1. Sebagian ulama memperbanyak contoh naskh karna persoalan tentang naskh tidak jelas mereka pahami
sehingga mereka memasukkan apa yang sebenarnya bukan bagian dari naskh ke dalam kategori naskh.
Tidak jelasnya naskh karena :

a. Menganggap takhsish (pengkhususan) sebgai naskh

b. Menganggap penjelasan sebagai naskh

c. Menganggap sesuatu yang disyariatkan kerena adanya suatu sebab lalu sebabnya hilang termasuk
mansukh. Contoh : Anjuran bersabar saat masih lemah dan saat sudah kuat maka berperanglah. Tapi
mereka menganggapp anjuran bersabar itu dihapus karna dihapus oleh ayat perang.

d. Menganggap persoalan jahiliyah atau syariat umat terdahulu yang dihapus dengan syariaat Islam
merupakan naskh. Contoh : batasan jumlah istri ,qisas dan diyat, sedang bani israil dalam syariatnya
hanya ada qisas.

Contoh Naskh

Tentang menghadapkan wajah saat shalat dari Baitul Maqdis ke arah Masjidil Haram

‫َوِهّٰلِل اْلَم ْش ِرُق َو اْلَم ْغ ِرُب َفَاْيَنَم ا ُتَو ُّلْو ا َفَثَّم َو ْج ُه ِهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم‬

''Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah.
Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.'' (Al-Baqarah :115)
Dihapus dengan ayat : ‫ۗ َفَو ِّل َو ْج َهَك َش ْطَر اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم‬
"Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam"

**************
Muthlaq dan Muqayyad
- Muthlaq secara bahasa : ‫ ِاْطاَل ًقا‬-‫ ُيْطِلُق‬-‫ َاْطَلَق‬yaitu melepaskan atau terbebas

Secara istilah : sesuatu yang menunjukkan hakikat tanpa batasan (tidak terikat)

Ayat Muthlaq : ‫( َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة‬An-Nisa 92). Ayat ini mutlaq karna disebutkan secara umum untuk
memerdekakan budak,tidak peduli ia kafir atau beriman

- Muqayyad : terikat

Secara Istilah : sesuatu yang menunjukkan hakikat dengan suatu batasan (terikat)

Ayat Muqayyad : ‫ ( َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة ُّم ْؤ ِم َنٍة‬An-Nisa 92 ). Dikhususkan untuk memerdekakan budak yang
beriman.

Macam-macam Muthlaq Muqayyad dan hukumnya

1. Sebab dan hukumnya sama.

Contoh : Tentang puasa untuk kafarah sumpah. Didalam Al-qur'an disebutkan bahwa mereka harus
berpuasa 3 hari. Dan ini merupakan lafal mutlaq (tidak adanya batasan bagaimana menjalankan puasa 3
hari itu).

Tetapi dalam qiraah Ibnu Mas'ud ada tambahan kata yaitu melaksanakan puasa 3 hari secara
berturut turut. Dan ini adalah lafal muqayyad (adanya batasan).

Hukumnya : Lafal mutlaq harus dibawa ke hukum yang berbentuk muqayyad,karna memilki sebab yang
sama yaitu kafarah sumpah.

2. Sebab sama tapi hukumnya beda

Contoh : lafal tentang tangan, sebabnya yaitu sama ingin sama-sama bersuci.Di ayat yang sama pada
kalimat awal dijelaskan bahwa memmbasuh tangan sampai siiku dan ini lafal muqayyad, pada kalimat
kedua dijelaskan bagi orang yang bertyammu untuk mengusap tangan saja, dan ini adalah lafal mmutlaq.
(Al- Maidah ayat 6 )

Hukumnya : menurut Imam Ghazali menukil dari sebagian Syafi'iyah bahwa hukum ini sama dengan
ketentuan hukum pada ayat mutlaq dibawa kepada ayat yang muqayyad, karna dalam kasus ini sebabnya
sama,meski hukumnya berbeda.

3. Sebabnya berbeda tapi hukumnya sama

a. Taqyidnya sama
Contoh : Pembebasan budak karena denda kafarah pada saat pembunuhan sengaja, budak harus
beragama Islam. Tetapi pembebasan karena denda kafarah pada saat menzihar istri tidak diberi syarat
harus beriman.

Hukumnya : Menurut sebagian Malikiyah dan syafyyah bahwa ketentuan lafal mutlaq harus dibawa
kepada lafal muqayyad meski tanpa adanya dalil. Maka memerdekakan budak dengan sebab
pembunuhan yanng tidak disengaja atau menzihar istri hukumnya tetap sama yaitu membebaskan budak
yang beriman.

Menurut Hanafiiyah bahwa ketentuan hukum pada lafal mutlak tidak boleh dibawa kepada lafal
yang muqayyad kecuali dengan adanya dalil.

b. Taqyidnya berbeda

Contoh : Kafarah dengan puasa. puasa Kafarah karena pembunuhan tidak sengaja harus 2 bulan
berturut-turut. Tapi sedangkan puasa bagi orang yang haji tamattu berpuasa 3 pada musim haji dan 7
setelah kembali ke tempat masing-masing. Dan juga puasa kafarah untuk orang yang bersumpah tidak
dijelaskan puasa 3 hari berturut-turut atau terpisah

Hukumnya : Lafal mutlaq pada puasa kafarah karna sumpah tidak bisa dibawa ke lafal muqayyad karna
pengikatnya berbeda. Tetapi membawa lafal mutlaq kepada salah satu diantara keduanya itu dinamakan
tarjih tanpa adanya dalil penguat.

4. Sebabnya berbeda hukumnya juga berbeda

Contoh : lafal tangan dalam pencurian dan lafal tangan dalam tata cara wudhu. Sebabnya beda yaitu
satunya membasuh tangan untuk berwudhu, satunya lagi memotong tangan karna mencuri. Hukumnya
berbeda juga karna membasuh tangan saat wudhu sampai siku-siku. Sedangkan hukum potong tangan
mempunyai lafal mutlaq tanpa batasan,dan ulama berpendapat memotong tangan pencuri hanya sampai
pergelangan tangan.

Hukumnya : lafal mutlaq pada pemotongan tangan pencuri tidak bisa dibawa kelafal muwayyad batasan
tangan sampai siku-siku saat berwudhu. Karna sebab dan hukumnya berbeda dan tidak ada benturan
apapun dalam hal ini.

***********************

MANTUQ dan MAFHUM


MANTUQ

- Mantuq adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh lafal di tempat pembicaraan maksudnya petunjuk lafal
berasal dari huruf-huruf yang diucapkan.

Macam-macam Mantuq

1. Nash : lafal yang menunjukkan makna yang jelas dengan sendirinya tanpa mengandung kemungkinan
makna lain.

Al : Baqarah ayat 196

ٌ‫َفَم ْن َّلْم َيِج ْد َفِصَياُم َثٰل َثِة َاَّياٍم ِفى اْلَح ِّج َو َس ْبَعٍة ِاَذ ا َر َج ْع ُتْم ۗ ِتْلَك َع َش َر ٌة َك اِم َلة‬
Lafal 10 hari jelas dalam ayat ini bukan sebuah majaz.

2. Zhahir : lafal yang bisa langsung dipahami maknanya ketika diucapkan tapi disertai
kemungkinan adanya makna lain yang lemah.

Al- Baqarah ayat 173

‫َفَمِن اْض ُطَّر َغْيَر َباٍغ َّو اَل َعاٍد َفٓاَل ِاْثَم َع َلْيِه‬
x Al- Baghi memilki 2 makna yaitu orang yang zalim dan yang orang yang bodoh. Tapi di ayat ini
yang lebih cocok adalah orang yang zalim karna sifat melampaui batas merupakan kezaliman. Maka
zalim adalah makna yang rajih dan bodoh merupakan makna yang marjuh atau lemah.

3. Muawwal : lafal yang diartikan dengan makna yang marjuh atau lemah , karena adanya dalil yang
mennghalangi ketika diartikan dengan makna yang rajih. Kebalikan dari zahir.

Al- Isra ayat 24

‫َو اْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح الُّذ ِّل ِم َن الَّرْح َم ِة‬


x Kata 'janaha' (sayap) di ayat ini diartikan tunnduk,rendah hati dan prilaku yang baik kepada orang
tua. Ini di maknai dengan makna yang lemah. Jika dimaknai dengan sayap, maka adanya ketidak
seimbangan dalam makna tersebut.

4. Dalalah Iqtidha' : Kata yang disisipkan secara tersirat sehingga kebenaran sebuah makna pada ayat
tersebut ditunjukkan oleh lafal yang tidak disebutkan.

Al-Baqarah ayat 184

‫َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َّم ِرْيًضا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر‬
x jika dilihat dalam ayat ini orang yang sakit atau bersafar di diperintah untuk mengganti puasa
sebanyak hari yang ia tidak berpuasa. Dan kata yang disisipkan sehingga makna ayat ini menjadi
sempurna adalah "jika tidak berpuasa''. Tapi jika mereka dalam keadaan sakit atau safar tetap berpuasa
maka tidak diwajibkan mengganti puasanya karna memang ia sedang berpuasa.

5. Dalalah Isyarah : suatu makna yang tidak berganntung pada lafal yang tidak disebutkan, dan lafalnya
sendiri menunjukkan sesuatu yang tidak dimaksudkan sejak awal.

Al-Baqarah ayat 187

ۚ ‫ُاِح َّل َلُك ْم َلْيَلَة الِّص َياِم الَّر َفُث ِاٰل ى ِنَس ۤا ِٕىُك ْم ۗ ُهَّن ِلَباٌس َّلُك ْم َو َاْنُتْم ِلَباٌس َّلُهَّن ۗ َع ِلَم ُهّٰللا َاَّنُك ْم ُكْنُتْم َتْخ َتاُنْو َن َاْنُفَس ُك ْم َفَتاَب َع َلْيُك ْم َو َع َفا َع ْنُك ْم‬
‫َفاْلٰٔـ َن َباِش ُرْو ُهَّن َو اْبَتُغ ْو ا َم ا َكَتَب ُهّٰللا َلُك ْم ۗ َو ُك ُلْو ا َو اْش َر ُبْو ا َح ّٰت ى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْيُط اَاْلْبَيُض ِم َن اْلَخْيِط اَاْلْس َوِد ِم َن اْلَفْج ِۖر‬

Redaksi bolehnya bercampur dgn istri di waktu malam itu sebnrnya sudah cukup karna malam puasa
berarti sampai subuh tapi dilebarkan lagi pemabhasannya dikata setelahnya dan ini merupakan isyarat
penegasan bahwa boleh bercampur dengan istri sampai terbit fajar. Sahnya puasa orang yang berjunub
pada waktu subuh karna diperbolehkannya bercampur sampai terbitnya fajar pada bulan Ramadhan tanpa
meluaskan waktu mandi janabah dan ini mengharuskan mandi pada waktu subuh dan sah lah puasanya.

__________________________________________________________________________________

MAFHUM
- Mafhum : sesuatu yang ditunjukkan oleh lafal bukan didalam pengucapan.

- Mafhum ada 2 : Muwafaqah dan Mukhalafah

Mafhum Muwafaqah

(sesuatu yang hukumnya sesuai dengan apa yang diucapkan)

1. Fahwal Khitab : makna yang tersirat dari suatu perkataan lebih berhak untuk diberlakukan daripada
makna yang tersurat, seperti larangan mencela dan memukul yang tersirat pada surah Al-Isra ayat 23 :
‫َفاَل َتُقْل َّلُهَم ٓا ُاّف ٍ َّو اَل َتْنَهْر ُهَم ا‬
Makna tersurat dari kata tersebut adalah 'ah', tapi makna yang tersirat lebih tepat digunakan yaitu
mencela dan memukul

2. Lahnul Khitab : hukum yang tersirat dari suatu perkataan sama seperti hukum yang tersurat.

An-Nisa ayat 10

‫ِاَّن اَّلِذ ْيَن َيْأُك ُلْو َن َاْم َو اَل اْلَيٰت ٰم ى ُظْلًم ا ِاَّنَم ا َيْأُك ُلْو َن ِفْي ُبُطْو ِنِه ْم َناًرا‬
Ayat ini mengharamkan menyia-nyiakan harta anak yatim dengan cara apapun karna
perbuatan ini sama-sama menghabiskan harta

= disebut muwafaqah karna hukum yang tidak disebutkan sama seperti hukum yang
disebutkan dalam lafal. Hanya yg pertama lebih tinggi (fahwal khitab) dan yang kedua (lahnul
khitab) setara.

Mafhum Mukhalafah

( sesuatu yang hukumnya menyelisihi makna tersurat )

1. Mafhum sifat (sifat maknawi) ada 3 :

a. Musytaq ( pecahan/turunan)

Al - Hujurat ayat 6 : ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاْن َج ۤا َء ُك ْم َفاِس ٌۢق ِبَنَبٍا َفَتَبَّيُنْٓو ا‬
: Selain orang fasik tidak wajib diteliti kebenaran berita yang disampaikan

b. Al-hal (keterangan keadaan)

Al- Maidah ayat 95

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْقُتُلوا الَّصْيَد َو َاْنُتْم ُحُر ٌم ۗ َو َم ْن َقَتَلٗه ِم ْنُك ْم ُّم َتَعِّم ًدا َفَج َۤز اٌء ِّم ْثُل َم ا َقَتَل ِم َن الَّنَع ِم‬
: Ayat ini meniadakan hukuman bagi yang membunuh hewan buruan secara tidak sengaja saat
sedang berihram. Hal ini menunjukkan kewajiban mengganti tersebut tidak wajib bagi yang melakukan
pembunuhan tidak sengaja.

c. 'adad (bilangan)

Al-Baqarah ayat 197 : ‫َاْلَح ُّج َاْش ُهٌر َّم ْع ُلْو ٰم ٌت‬

: Jika berihram untuk haji di luar bulan-bulan haji hukumnya tidak sah
2. Mafhum syarath (syarat)

Ath-Thalaq ayat 6 : ‫َو ِاْن ُك َّن ُاواَل ِت َحْمٍل َفَاْنِفُقْو ا َع َلْيِه َّن َح ّٰت ى َيَض ْع َن َحْم َلُهَّۚن‬

: wanita yang ditalak dan tidak dalam keadaan hamil tidak wajib diberi nafkah.

3. Mafhum ghayah (batasan)

Al-Baqarah ayat 230 : ‫َفِاْن َطَّلَقَها َفاَل َتِح ُّل َلٗه ِم ْۢن َبْعُد َح ّٰت ى َتْنِكَح َز ْو ًجا َغْيَر ٗه‬

: wanita halal bagi suami pertama jika masih talak 2 dengan syarat wanita ini menikah dengan
suaminya yang kedua dengan memenuhi syarat nikah.

4. Mafhum hashr (pembatasan)

Al-Fatihah ayat 5 : ‫ِاَّياَك َنْعُبُد ِاَّياَك َنْسَتِع ْيُۗن‬


‫َو‬
: Selain Allah tidak boleh disembah dan dimintai pertolongan.

* Mafhum muwafaqah disepakati oleh para ulama kecuali Zahiriyah

* Mafhum mukhalafah disepakati imam malik,syafi'i dan Ahmad sedangkan Hanafi dan sahabat-
sahabatnya mengingkari

_____________________________________________________________________________

Perbedaan Pendapat Terkait Berhujjah dengan Mafhum


Mafhum menjadi hujjah dengan syarat :

a. Sesuatu yang disebut tidak menyimpang dari lingkup kelaziman

An- Nisa ayat 23


‫وََرَبۤا ُبُك ُم اّٰل ِتْي ِفْي ُحُجْو ُك ْم ْن ِّنَس ۤا ُك ُم اّٰل ِتْي َد َخ ْلُتْم َّۖن‬
‫ِبِه‬ ‫ِٕى‬ ‫ِر ِّم‬ ‫ِٕى‬
: tidak ada makna tersirat pada kata 'pengasuhan karna pada umumnya anak tiri
berada dalam ayah atau ibu tiri.

b. Sesuatu yang disebut bukan untuk menjelaskan kenyataan

‫ ( َو َم ْن َّيْدُع َم َع ِهّٰللا ِاٰل ًها ٰا َخ َر اَل ُبْر َهاَن َلٗه ِبٖۙه‬al-mu'minun ayat 117 )

: sesembahan apapun selain Allah tidak mempunyai bukti dan ini merupakan ejekan bagi orang-
orang yang mengatakan adanya sesembahan disamping Allah.

Dalil Ulama Membolehkan Berhujjah dengan Mafhum dan Mukhalafah

1. Dalil Naqli

- Rasulullah memohonkan ampun 70 kali atau lebih dari 70 kali


- Ibnu Abbas memahami ayat 176 pada surah an-nisa bahwa saudara perempuan mendapatkan waris
ketika tidak ada anak.

- Ya'la bin Umaiyah memahami pengqasharan shalat dilakukan pada saat takut diserang oleh orang-
orang kafir. Maka dalam kondisi aman,shalat tidak di qashar.

2. Dalil aqli (logika)

Dalam Al-Hujurat ayat 6 , jika dalam meneliti berita antara orang fasik dan tidak fasik sama, maka
tidak ada gunanya pengkhususan penyebutan orang fasik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai