Anda di halaman 1dari 4

Nasikh mansukh Secara etimologi Nasakh dapat diartikan menghapus, menghilangkan (izalah), yang

memindahkan (naql), mengubah (tahwil) dan menggganti (tabdil).

Sedangkan secara istilah Nasakh adalah Hukum Syara’ atau dalil Syara’ yang menghapuskan
dalil Syara’ terdahulu dan menggantinya dengan ketentuan hukum baru yang dibawahnya.
Macam-macam nasakh mansukh
a. Nasakh syarih yaitu ayat-ayat yang secara tegas menghapuskan hukum yang terdapat
dalam ayat terdahulu. Misalnay surat Al-Anfal :65-66, Ayat tentang perang yang
mengharuskan perbandingan antara muslim dan kafir
b. Nasakh juz’i yaitu menasakh hukum yang mencakup seluruh individu dengan hukum yang
mencakup sebagian individu atau menasakh hukum yang bersifat mutlak dengan hukum
yang bersifat muqayyad (terbatas).
c. Nasakh dhimni yaitu bila ada ketentuan hukum ayat yang terdahulu tidak bisa
dikompromikan dengan ketentuan hukum ayat yang datang kemudian, ia menasakh ayat
yang terdahulu. Misalnya, ayat tentang wasiat kepada ahli waris yang dianggap mansukh
oleh ayat waris.
d. Nasakh kulli yaitu masalah hukum yang datang kemudian ia menasakh hukum yang
datang sebelumnya secara keseluruhan.

Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Nasakh

a. Adanya mansukh (ayat yang dihapus) dengan syarat bahwa hukum yang dihapus itu
adalah berupa hukum syara’ yang bersifat ‘amali, tidak terikat atau tidak dibatasi
dengan waktu tertentu
b. Adanya mansukh bih (ayat yang digunakan untuk menghapus), dengan syarat,
datangnya dari Syari’ (Allah) atau dan Rasulullah s.a.w. sendiri yang bertugas
menyampaikan wahyu dari Allah. Sebab penghapusan sesuatu hukum tidak
dapat dilakukan dengan menggunakan ijma’ (konsensus) ataupun qiyas
(analogi).
c. Adanya nasikh (yang berhak menghapus), yaitu Allah. Kadang-kadang
ketentuan hukum yang dihapus itu berupa al-Qur’an dan kadang-kadang pula
berupa sunnah.
d. Adanya mansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu ialah orang-orang yang
sudah aqil-baligh atau mukallaf), karena yang menjadi sasaran hukum yang
menghapus dan atau yang dihapus itu adalah tertuju kepada mereka.

Sedang ‘Abd. ‘Azhim al-Zarqaniy mengemukakan, bahwa nasakh baru


dapat dilakukan apabila:[10]
e. Adanya dua ayat hukum yang saling bertolak belakang, dan tidak dapat
dikompromikan, serta tidak dapat diamalkan secara sekaligus dalam segala
segi.
f. Ketentuan hukum syara’ yang berlaku (menghapus) datangnya belakangan
daripada ketetapan hukum syara’ yang diangkat atau dihapus.
g. c. Harus diketahui secara meyakinkan perurutan turunnya ayat-ayat tersebut,
sehingga yang lebih dahulu diturunkan ditetapkan sebagai mansukh, dan yang
diturunkan kemudiannya sebagai nasikh.

Umumnya para ulama’ membagi Nasakh menjadi empat macam

a. Nasakh al-Qur’an dengan al-Qur’an


b. Nasakh al-Qur’an dengan Sunnah
c. Nasakh sunnah dengan Al-Qur’an
d. Nasakh sunnah dengan Sunnah

Hikmah nasakh secara umum ialah sebagai berikut:


1) Untuk menunjukkan bahwa syari’at agama islam adalah syari’at yang paling
sempurna.
2) Selalu menjaga kemaslahatan hamba agar kebutuhan mereka senantiasa terpelihara
dalam semua keadaan dan di sepanjang zaman.
3) Untuk menjaga agar perkembangan hukun Islam selalu relevan dengan semua situasi
dan kondisi umat yang mengamalkan, mulai dari yang sederhana sampai ke tingkat
yang sempurna.
4) Untuk menguji orang mukallaf,
5) Untuk menambah kebaikan dan pahala bagi hamba yang selalu setia mengamalkan hukum-
hukum perubahan, walaupun dari yang mudah kepada yang sukar.
6) ntuk member dispensasi dan keringanan bagi ummat Islam,

Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan “Nazala”, kata “Asbaba”
merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab, maka “Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab.
Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal dari kata “Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-
Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.

Sebab-sebab turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)

a. Peristiwa berupa pertengkaran.


Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100.
b. Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
c. Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita.
Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Pertanyaan tentang masa lalu
b. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu
c. Pertanyaan tentang masa yang akan dating

Beberapa Contoh Ayat Yang Mempunyai Asbabun Nuzul:


1. Asbabun Nuzul surat An Nisa’ ayat 51
2. Asbabun Nuzul surat Al Maidah ayat 93

Ulumulqur,an
Kata ‘Uluum jamak dari kata ‘ilmu. ‘Ilmu berarti al-fahmu walidraak (“paham dan
menguasai”). Kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka
ragam yang disusun secara ilmiah.
yang dimaksud dengan ‘ULUUMUL QUR’AN ialah yang membahas masalah-masalah
yang berhubungan dengan Qur’an dari segi asbaabun nuzuul, an-Nasikh wal mansukh, al-
muhkam wal mutasyaabih, al-Makki wal Madani, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur’an.
Imam Al-Zarqani dalam kitabnya manahil al-irfan fi ulum al-qur’an merumuskan
Ulumul Qur’an sebagai berikut : “ Pembahasan-pembahasan masalah yang berhubungan
dengan al-qur’an, dari segi turunnya, urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya,
bacaannya, mukjizatnya, nasikh mansukhnya, dan bantahan terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan keragu-raguan terhadap al-qur’an dan sebagainya”.

Tafsir ta ’wil
Kata tafsir berasal dari derivasi (isytiqâq) al-fasru (‫ )الفسر‬yang berarti (‫)اإلبانة والكشف‬
“menerangkan dan menyingkap”. Di dalam kamus,. Selain itu dalam bahasa Arab disebutkan pula
bahwa kata tafsir (‫ )التفسير‬berarti (‫“ )اإليضاح والتبيين‬menjelaskan”. Lafal dengan makna ini disebutkan di
dalam Al-Quran,
Menurut Dr. Abdullah Syahatah dalam ‘Ulum At-Tafsir, takwil berasal dari kata awala-ya’ulu-
ta’wilan yang bermakna merenungkan, memperkirakan, atau menjelaskan. Akan tetapi, jika berasal
dari kata ala-aulan-ma’alan (ilaihi). Artinya kembali. Sementara itu secara istilah, takwil ialah
menjelaskan makna yang dikmaksud suatu pembicaraan (artinya hampir sama dengan arti tafsir).
Perbedaan Dan Persamaan Tafsir Dan Takwil
1.Takwil adalah menafsirkan perkataan dan menjelaskan maknanya, maka makna “tafsir dan
“takwil” adalah dua kata yang berdekatan atau sama maknanya.
2. Takwil adalah esensi dari suatu perkataan, maka takwil dari talab (tuntutan) adalah esensi
perbuatan yang dituntut itu sendiri dan takwil dari khabar adalah esensi yang diberitakan.
3. Dikatakan tafsir adalah apa yang telah jelas didalamnya (kitabullah) atau tertentu pasti
dalam sunnah yang sohih karena maknanya telah jelas dan gamblang.
4. Dikatakan pula tafsir lebih banyak digunakan dalam menerangkan lafadz dan mufrodat (kosa
kata), sedang takwil lebih banyak dipakai dalam menjelaskan makna dan susunan kalimat.

No. Tafsir Takwil


1 Menjelaskan objek kosakata, baik Menjelaskan dan menginformasikan hakikat
hakiki maupun majas, menjelaskan yang dimaksud; menjaga dan
dan menginformasikan dalil yag menghindarkan dari penghinaan terhadap
dimaksud perintah Allah.
2 Menjelaskan makna yang dihasilkan Menjelaskan makna yang dihasilkan melalui
dari ungkapan. isyarat.
3 Hal-hal yang berhubungan dengan Hal-hal yang berhubungan dengan dirayah
riwayat (kepandaian) yang kemudian dikenal dengan
medan ijtihad.
4 Menerangkan maksud Allah dengan Melihat dan makna kosakata dengan
berpegang pada perkataan Nabi SAW berpegang pada ijtihad
5 Bersifat khu bsus karena hanya Bersifat umum karena berlaku untuk semua
berlaku untuk kalam Allah kalam
6 Menjelaskan objek dan topik suatu Menjelaskan makna yang dikehendaki
kosakata kosakata

Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan,
dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya,
dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Contoh: Surat Al-Baqarah ayat 83
Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya,
dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan
memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya. Contoh: Surat Thoha ayat
5
Sebab-Sebab Terjadinya Tasyabuh dalam Al Quran
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa
sebab adanya tasyabuh (kesamaran) dalam Alquran itu pada garis besarnya ada 3 hal,
sebagai berikut:
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, sebagai berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib (asing), atau
yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu luas.
2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-sifat
hari kiamat, sorga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak terjangkau oleh
pikiran manusia.

Anda mungkin juga menyukai