Anda di halaman 1dari 48

Proceeding

Kegiatan Pembinaan Sosial Politik

“Kajian Nilai-nilai Pancasila dan Nasionalisme


dalam Rangka Menangkal dan Deteksi Dini Penyebaran
Paham Radikal”
Karanganyar, 25-26 Februari 2016

Diselenggarakan oleh:

Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa


Tengah
2016

Proceeding

Kegiatan Pembinaan Sosial Politik

“Kajian Nilai-nilai Pancasila dan Nasionalisme


dalam Rangka Menangkal dan Deteksi Dini Penyebaran
Paham Radikal”
Karanganyar, 25-26 Februari 2016

HARI PERTAMA, SESI PERTAMA

Kamis, 25 Februari 2016, Pukul 15.30 – 17.30 WIB

Diskusi Panel I,

Materi Dan Narasumber:

1. Kajian Penetapan Fatwa Sesat dan Strategi dalam Rehabilitasi


Ideologi Masyarakat yang Terpengaruh Paham Radikal/Sesat –
oleh- Dian Nafi - Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Tengah
2. Kajian Ideologi Pancasila dalam Sudut Pandang Kearifan Lokal –
oleh- Prof. DR. Wasino, M.Hum

Moderator

Assalamualikum wr wb. Selamat sore, salam sejahtera bagi kita


semua...

Puji syukur kita bisa berkumpul disini dalam rangka kegiatan


pembinaan sosial politik yang diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol
dan Linmas Provinsi Jawa Tengah. Bapak-ibu yang saya hormati, sore
ini kita akan melakukan diskusi panel yang pertama. Telah hadir
diantara kita kedua narasumber yang akan menyampaikan materi pada
sore hari ini. Yang pertama ada Bapak Dian Nafi’ Pengasuh PP Al
Muayyad Surakarta yang juga pengurus MUI Provinsi Jawa Tengah yang
pada kesempatan kali ini akan menyampaikan materi berjudul kajian
penetapan fatwa sesat dan strategi dalam rehabilitasi ideologi
masyarakat yang terpengaruh paham radikal/sesat. Dan pemateri yang
kedua adalah Bapak Profesor Wasino, Guru Besar Universitas Negeri
Semarang yang pada kesempatan kali ini akan menyampaikan materi
berjudul kajian ideologi pancasila dalam sudut pandang kearifan
lokal. Kita patut bersyukur bisa mendengarkan ceramah materi dari
kedua narasumber ini. Karena beliau berdua ini merupakan orang yang
sudah ahli dibidangnya masing-masing. Langsung saja mari kita simak
pemaparan materi dari kedua narasumber. Silahkan...

Bapak Dian Nafi’

Assalamualaikum wr wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian...

Bismillahirahmanirahim, terima kasih atas kesempatannya. Saya


dipasrahi oleh panitia untuk menyampaikan materi berjudul kajian
penetapan fatwa sesat dan strategi dalam rehabilitasi ideologi
masyarakat yang terpengaruh paham radikal/sesat. Kenapa harus ada
fatwa? Saya ingin sedikit bercerita. Hidup ini selalu berkembang
dari waktu ke waktu. Kita tidak mungkin menggunakan satu pedoman
hidup yang sama, padahal zaman selalu berubah. Inilah kemudian umat
Islam memerlukan fatwa ulama sebagai pedoman untuk menjalani hidup
yang selalu berkembang.

Saya ingin sedikit bercerita. Ada teman dari luar negeri yang
bertanya. Kami tinggal di Norwegia Utara, tiap hari 36 jam dengan
suhu dibawah 5 derajat, bagaimana Puasa kami? Kalau harus puasa 36
jam, ini bisa menyebabkan kematian. Ketika kita menemui hal semacam
ini apa yang kita lakukan? Meminta fatwa puasa kepada pemuka agama
Islam atau yang biasa disebut ustadz atau Kiai.

Fatwa itu penting, berlaku untuk yang meminta dalam konteks yang
meminta. Manusia adalah hamba Allah sekaligus Khalifah dimuka bumi.
Sebagai hamb wajib mengabdi, sebagai khalifah wajib mengembangkan
misi memakmurkan kehidupan. Ada mustafti yaitu orang yang
membutuhkan fatwa, ada mufti atau orang yang membri fatwa. Dan ada
fatwa itu sendiri. Fatwa itu arti harfiahnya muda/segar. Fatwa
mengandung makna penyegaran ajaran kitab suci Al-Quran. Maka yang
namanya fatwa berlaku bagi yang bertanya dalam konteks yang ditanya.
Ada satu prinsip dalam fiqih, jihad bisa diperoleh dari ijtihad.

Dasar-dasar penetapan fatwa antara lain

1) Setiap fatwa harus mempunyai dasar atas Kitabullah dan Sunnah


Rasul yang mu’tabarah, serta tidak bertentangan dengan
kemaslahatan umat.
2) Jika tidak terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul,
sebagaimana ditentukan pada pasal 2 ayat 1, fatwa hendaklah
tidak bertentangan dengan Ijma’, Qiyas yang mu’tabar, dan
dalil-dalil hukum yang lain, seperti Istihsan, Masalih
Mursalah, dan Saddu az-Zari’ah.
3) Sebelum pengambilan fatwa hendaklah ditinjau pendapat-pendapat
para imam mazhab terdahulu, baik yang berhubungan dengan
dalil-dalil hukum maupun yang berhubungan dengan dalil yang
dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat, serta pandangan
penasehat ahli yang dihadirkan.
Fatwa harus mengacu kepada kemaslahatan masyarakat dan terhindar
dari kepentingan pribadi, bebas dari kepentingan kelompok; dan tidak
memakai pendekatan tekstual belaka dari dalil yang dijadikan
sandaran. Pada masa Nabi SAW mekanisme penetapan fatwa bertumpu
kepada beliau. Diutusnya Mu’adz bin Jabal RA dengan wewenang
menetapkan fatwa memperlihatkan bahwa penetapan fatwa merupakan
bagian pokok dari kehidupan umat. Kolektivitas dan kehati-hatian
tampak jelas pada masa Empat Khalîfah Râsyidîn.

Fungsi fatwa memberikan jawaban kepada para pihak yang


berkepentingan. Memahami hukum yang terkandung di dalam ayat Al-
Quran dan hadits. Membimbing umat untuk menjalani kehidupan beragama
secara maslahat. Mempertemukan pandangan para ahli dari berbagai
disiplin ilmu dengan para ulama. Mendidik umat untuk patuh kepada
agama. Fatwa dimasyarakat majemuk berdasarkan budaya hukum Bhinneka
Tunggal Ika. Pemegang kuasa hukum dan pemegang otoritas hukum. Ada
istilah “Hukm al-hakim yarfa’u al-khilaf” atau “penetapaan hukum
oleh hakim (penguasa) meniadakan perbedaan (pendapat hukum).”
Meskipun agama kita tidak melarang sebuah tindakan tapi ketika
negara (penguasa) melarang kita juga wajib mengikutinya.

Selanjutnya tentang menegakkan kepemimpinan

1. Kewajiban Akal:
a. manusia terjaga baik jika hidup di dalam kebersamaan dan
tidak ada kebersamaan tanpa kepemimpinan;
b. kepemimpinan dapat mencegah terjadinya kezaliman;
c. masyarakat manusia selalu membutuhkan mekanisme
penyelesaian persengketaan dan efektif hanya jika
terdapat kepemimpinan yang tegak; dan
d. sekumpulan manusia memiliki naluri untuk mengangkat
seorang atau sekelompok juru bicara untuk mewakili
kepentingannya.
2. Kewajiban Syari’at: fardhu kifayah.
Tingkat kepemimpinan dan tingkat tanggung jawab menurut Ibnu Khaldun
kurang lebih seperti dibawah ini. Semakin kekanan semakin besar
tanggung jawab yang harus dipegang.
Allah menolong pemerintahan yang adil meskipun pemerintahan itu
kafir. Dan Allah tidak menolong pemerintahan yang dzolim meskipun
pemerintahannya beriman. Jadi yang terpenting bagi pemerintahan ini
adalah sikap adil. Demikian, terima kasih. Wassalamualaikum wr wb.

Prof Wasino

Assalamualaikum wr wb. Selamat sore salam sejahtera bagi kita semua.

Alhamdulillah saya tadi ikut ngaji dari bapak Dian Nafi. Saya
pertama kali ketemu pak Dian ini ketika terjadi geger 97 di Solo.
Waktu itu terjadi geger orang Jawa ngamuk dengan orang Cina, orang-
orang Jawa menjarah barang-barang orang China. Saya ingin bicara ada
orang cina, Jawa, Arab, Ambon dll dengan berbagai agama pula.
Kemudian hal ini diwadahi oleh founding father kita dengan
Pancasila, ini sejalan dengan apa yang disampaikan pak Dian tadi
tentang fatwa. Ada yang mengatakan mempercayai Pancasila itu bid’ah
karena tidak sesuai dengan hukum Islam yang menuntut kekhalifahan.
Padahal dalam sejarah dunia belum pernah ada kekhalifahan dunia.
Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah membentuk kekhalifahan Islam.
Tidak ada dalam sejarah negara Madinah itu memiliki Presiden Nabi
Muhammad.

Pada sore ini saya mendapat tugas menyampaikan tentang ideologi


Pancasila tetapi perspektifnya dikaitkan dengan kearifan lokal. Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah Pancasila ini berasal dari ideologi
asli Indonesia atau berasal dari luar bangsa Indonesia? Pertanyaan
kedua apakah Pancasila ini sudah cocok untuk Indonesia sekarang dan
untuk kedepan. Ketiga, kalau cocok implementasinya seperti apa
ideologi Pancasila?

Indonesia Ideologi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah


himpunan nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki
seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan
sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan
yang menentukan tingkah laku politik. Kalau tadi menyebut Gafatar,
ideologi menjadi ranah keyakinan kelompok. Pada nilai-nilai
kepercayaannya. Sama seperti tadi yang menyebut ideologi
radikalisme. Proses menjadi sebuah idelogi itu berangkat dari
sebuah pemikiran. Kemudian disosialisasikan kepada orang lain
sehingga menjadi keyakinan bersama. Apakah ideologi radikalisme ini
cocok untuk negara kita yang berideologi Pancasila?

Pancasila lahir sebagai dialog pemikiran. Terungkap dalam perdebatan


dalam perumusan dasar negara dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni. Tanggal 1 Juni lahir “Pancasila” secara jelas
sebagai konsep dasar negara. Dialog selanjutnya melalui Piagam
Jakarta dan Rumusan dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila awalnya
menjadi falsafah kemudian menjadi ideologi. Falsafah merupakan upaya
manusia tanpa akhir untuk mencari kebenaran terdasar atas segala
fenomena. Tidak puas jika belum menemukan kebenaran hakiki dari
feomena-fenomena tersebut. Dalam tataaran praktis, Falsafah yang
tidak sekedar hasil keingintahuan tetapi sebagai dasar intekektual
untuk memandang segala sesuatu secara tertib, koheren, dan
konsisten dan untuk menata itu secara rapi. Dalam pengertian kedua
ini, falsafah telah menjadi ideologi.

Jadi ini yang saya kira Pancasila yang sudah menjadi falsafah ini
sudah paripurna. Dan rakyat bisa mengevaluasi, apakah Pancasila itu
sudah bisa menjadi pedoman hidup dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kita ambilah contoh sila keempat. Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam perwakilan. Apakah para
wakil rakyat yang ada disenayan itu sudah mengamalkan pancasila
dalam sila keempat itu dalam mengambil kebijakan.

Dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI antara bulan Mei hingga Agustus
1945 mencerminkan pemikiran-pemikiran ideologis kelompok-kelompok
yang disatukan. Para perancang UUD mewakili berbagai aliran politik,
ekonomi, , sosial budaya, daerah, agama serta golongan yang mengikat
diri dalam kehendak bersama untuk bersatu dalam wadah negara merdeka
yang mencita-citakan masyarakat adil dan makmur bagi rakyatnya.
Supomo sangat terpengaruh Paham Integralistik, sedang Sukarno
terpengaruh paham Gotong Royong.

Ide-ide tentang Pancasila tidak sepenuhnya berasal dari asli


Indonesia. Ada proses panjang sehingga tersusun Pancasila seperti
sekarang ini. Contohnya sila pertama ketuhanan yang maha esa.
Kalimat ini melalui proses panjang dari kalimat aslinya yang
berbunyi ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.
Ini menjadi polemik pada waktu itu. Kelompok negara Indonesia bagian
timur yang sebagian besar beragama non muslim mengancam ingin
melepaskan diri dari bangsa Indonesia jika pancasila sila pertama
menggunakan kalimat itu. Sehingga pada akhirnya disepakati untuk
diubah menjadi ketuhanan yang maha esa.

Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Kata kemanusiaan yang
yang dalam bahasa inggris disebut humanisme ini merupakan nilai
universal yang diterima seluruh dunia. Sila ketiga, persatuan
Indonesia mengacu pada sejarah perjuangan bangsa kita melawan
penjajah. Dan yang keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan. Dasar kita adalah demokrasi, yang berasal dari barat.
Demokrasi kita yang mengajari adalah belanda. Ini bisa dilihat dari
proses pemilihan kepala desa yang sudah ada sejak jaman belanda.
Kemudian yang kelima, keadilan sosial. Ini juga diambil dari luar
dari negara-negara sosial. Namun ini tidak berarti Indonesia menjadi
negara sosialis. Ini merupakan cita-cita bangsa untuk menjadi negara
yang berkeadilan sosial. Dalam hal apa agar keadilan sosial ini
berjalan. Menurut saya salah satu hal yang belum berjalan dalam
masalah keadilan ini adalah pajak. Seseorang yang berpenghasilan
satu juta diwajibkan membayar pajak 15%, seseorang yang gajinya 100
juta juga harus membayarkan pajaknya 15%. Padahal diluar negeri
semakin besar penghasilan semakin banyak pajak yang dibebankan,
bahkan bisa mencapai 50% dari penghasilan.

Sebenarnya nilai-nilai Pancasila ini sudah ada sejak dulu dalam


kearifan lokal masyarakat Indonesia. Contohnya di Jawa. Kearifan
lokal diaharapkan ada sinergi untuk seleksi menjadi nilai, pandangan
hidup. Bentuknya bisa merupakan tradisi, kebisaan, sopan santun,
tata susila. Menjadi suatu sistem pengetahuan dan teknologi sistem
ekonomi: pertanian, perdagangan, dst.

Kearifan lokal dalam masyarakat Jawa yang tercermin dalam Pancasila


antara lain relegiusitas: tercermin dalam pandangan hidup dan
tradisi Jawa yang selalu menempatkan Tuhan, Kekuatan adikodrati
menjadi bagian dalam kehidupan. Konsep Hubungan “Kawula-Gusti”,
“sangkan paraning dumadi”, “tradisi menghormati tempat-tempat yang
dikeramatkan’, dan sebagainya. Selanjutnya kemanusiaan tercermin
dalam ungkapan-ungkapan: “ngono ya ngono ya aja ngono”, “welas
asih”, “jangan semena-mena”, “aja adigang-adigung”, “bisoa rumangsa-
aja rumangsa bisa”, dan sebagainya. Nilai ketuhanan tercermin dalam

pandangan hidup dan tradisi Jawa yang selalu menempatkan Tuhan,


Kekuatan adikodrati menjadi bagian dalam kehidupan. Konsep Hubungan
“Kawula-Gusti”, Selalu sebut Tuhan: “sangkan paraning dumadi”,
“Hyang Sukma kawekas”, “Kang Murbeng Dumadi”, “Pangeran”, “Gusti
Allah”, “Sing gawe Urip”, “Sing ngecet lombok”, dsb. “tradisi
menghormati tempat-tempat yang dikeramatkan’, bersyukur: “rasulam.
Sedekah laut, sedekah gunung, salmatan kaji”, dsb.

Pancasila harus bisa diimplementasikan sebagai karakter, watak dan


akhlak. Karakter manusia Indonesia harus berbasis Pancasila,
berbasis nilai-nilai ketuhanan, internasionalisme, nasionalisme
Indonesia, demokrasi, dan keadilan sosial. Para penyelenggara
negara, partai politiik, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya
harus menganut Pancasila sebagai ideologi. Terima kasih,
wassalamualaikum wr wb.

Tanya jawab

Gustam Junaidi, Kelurahan Semanggi

Dalam Al Quran Surat al maidah ayat 45 dst, yang isinya apabila


suatu negara tidak menggunakan hukum Al Quran dan Hadist maka negara
tersebut merupakan negara kafir. Sampai saat ini masih banyak
kelompok yang mendoktrinkan ayat ini kepada kelompok radikal
tertentu. Bagaimna fatwa MUI menanggapi hal tersebut?

Dian Nafi’

Ada sebuah disertasi yang ditulis oleh pak Mahfud Ali yang isinya
yang disebut dengan menghukumi hukum Allah adalah keyakinan. Ada
sabda nabi ‘orang-orang Islam mengikuti syarat manusia’. Artinya
seorang muslim bisa menjadi muslim yang baik meskipun dia berada di
Amerika, tidak harus di Arab. Kita boleh mengikuti aturan apapun
asalkan aturan tersebut tidak menghalalkan yang haram dan tidak
mengharamkan yang baik

Moderator
Terima kasih, demikian tadi diskusi kita pada sore hari ini. Sekian
dari saya selamat beristirahat. Nanti kita mulai diskusi selanjutnya
pada pukul 19.00 WIB. Wassalamualaikum wr wb.

HARI PERTAMA, SESI KEDUA

Kamis, 25 Februari 2016, Pukul 19.00 – 22.00 WIB

Diskusi Panel II,

Materi Dan Narasumber:

1. Identifikasi Akar Gerakan Radikal Berbasis Agama & Strategi


Pencegahannya –oleh- Drs. Joko J Prihatmoko –Dosen dan
Peneliti Universitas Wahid Hasyim Semarang
2. Partisipasi Masyarakat dalam Deteksi Dini Penyebaran Paham
Radikalisme –oleh- Isworo –BIN Jateng
3. Kajian Perubahan Perilaku Masyarakat dalam Globalisasi dan
Peran serta Media Sosial dalam Penyebaran Paham Radikal –oleh-
MT Arifin

Moderator

Assalamualaikum wr wb. Terima kasih, selamat malam. Salam sejahtera


bagi kita semua. Syukur alhamdulillah kita berkumpul pada malam hari
ini dalam kegiatan pembinaan sosial dan politik yang diselenggarakan
oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Tengah. Sudah
hadir diantara kita ketiga narasumber yang akan menyampaikan materi
pada malam hari ini. Yang pertama ada Bapak Isworo dari BINDA Jateng
yang akan menyampaikan materi berjudul partisipasi masyarakat dalam
deteksi dini penyebaran paham radikalisme. Yang kedua ada bapak MT
Arifin seorang peneliti yang akan menyampaikan materi berjudul
kajian perubahan perilaku masyarakat dalam globalisasi dan peran
media sosial dalam penyebaran paham radikal. Dan yang ketiga ada
bapak Joko J Prihatmoko yang akan menyampaikan materi berjudul
identifikasi akar gerakan radikal berbasis agama & strategi
pencegahannya. Langsung saja untuk mempersingkat waktu mari kita
simak pemaparan materi dari kita narasumber. Masing-masing kami
alokasikan waktu 20 menit untuk pemaparan materi, kemudian nanti di
lanjutkan sesi diskusi. Saya yakin ini akan sangat menarik karena
narasumber ini sangat luar biasa. Peserta yang hadir juga tidak
kalah luar biasa. Mulai dari aparat kelurahan, kecamatan, tokoh
agama dan tokoh masyarakar. Langsung saja mari kita mulai.
Silahkan..

MT Arifin

Terima kasih. Assalamualaikum wr wb. Selamat malam, salam sejahtera


bagi kita semua. Kebetulan disini saya diminta oleh panitia untuk
menyampaikan materi tentang perubahan perilaku masyarakat dalam
globalisasi dan peran serta media sosial dalam penyebaran paham
radikalisme. Tentu apa yang akan saya sampaikan disini adalah hal
yang berkaitan dengan hal itu. Ada 3 hal yang ingin saya sampaikan
secara singkat terkait hal tersebut. Yang pertama latar masalah era
informasi. Yang kedua tentang perubahan perilaku. Dan yang ketiga
tentang paham radikal. Tentu apa yang saya sampaikan ini tidak
begitu mendalam namun hanya sekedar bahan tambahan bagi bapak
sekalian membicara hal tersebut. Bapak sekalian, apa yang akan
dibahas dalam makalah ini dilatar belakangi oleh Era informasi yang
mendorong budaya global yang pengaruhi kebebasan informasi,
agama, asosiasi & emigrasi. Oleh karena itu dengan masuknya era
informasi ini menyebabkan informasi yang masuk tanpa ada seleksi.
Perubahan-perubahan era informasi menyebabkan lahirnya era
demokratisasi.

Yang terjadi di Indonesia lahir demokratisasi yang tak diikuti


kepastian hukum dan perbaikan pengelolaan. sehingg tidak ada aturan
dan standar yang menjamin transparansi dan tanggung jawab yang
jelas untuk keterbukaan dan stabilitas masyarakat. Sehingga terjadi
disintegrasi sosial yang menyangkut hilangnya instink komunitas
secara meluas: Hilang rasa memiliki negara bangsa, hilang
solidaritas komunal, hilang ketaatan pada sistem sosial dan norma,
bergeser budaya agraris komunal ke individualisme menyebabkan
kontrol sosial ke luar dari batas-batas sosial-budaya. Hal inilah
yang kemudian memberi pengaruh pada perilaku masyarakat yang
berubah. Perilaku ini dipengaruhi oleh sistem informasi ke dalam
masyarakat melalui sistem satelit yang disalurkan jaringan internet,
computer dan telepon genggam. Bahkan seluruh pegawai negeri sekarang
harus sudah mengusai internet. Anak-anak sekolah mulai SD sudah
mulai diajarkan internet. Ini yang terjadi sekarang. Akibatnya orang
menjadi terisolasi dengan lingkungannya. Orang lebih memilih
gadgetnya dari pada bersosialisasi dengan tetangga. Orang-orang
menjadi lebih asyik dengan dirinya sendiri.

Kemampuan mengemas ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para


pemuda. Banyak hal yang ditawarkan di internet. Hal-hal positif dari
internet adalah banyaknya informasi yang bisa diperoleh dari dunia
maya. Namun hal negatifnya sangat banyak dari internet itu sendiri.
Banyak informasi yang beredar didunia maya tidak bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya.

Berdasarkan survei. Pemerintah saat ini, atau pemerintahan Jokowi


menjadi pemerintah dengan tingkat kepercayaan publik tertinggi dalam
sejarah, sekitar 60% masyarakat mempercayai kinerja pemerintah.
Namun bagi kelompok penentang pemerintahan menyatakan bahwa Jokowi
pencintraannya 60% dan akhirnya tingkat kepercayaannya menurun
drastis. Banyak rekayasa-rekayasa di dunia maya yang oleh pembaca
dianggap fakta. Hal-hal seperti ini, aspek negatif dari media sosial
yang sepert ini menyebabkan memperlemah kesantunan sosial dan dorong
fitnah, pembunuhan karakter, dan meluaskan konflik sosial. Hal ini
dapat diketemukan di akun-akun medsos yang rata-rata anonim atau
disebut ”ujaran kebencian” (hate speech). Hate speech adalah
ujaran yang bertujuan menghasut dan menyulut kebencian terhadap
individu/kelompok masyarakat yang dibedakan dari aspek suku, agama,
aliran keagamaan, keyakinan atau kepercayaan, ras, antargolongan,
warna kulit, etnis, jender, kaum difabel, dan orientasi seksual.
Saat sekarang misalnya saja kasus LGBT.

Kecenderungan individualisme seperti itu menyebabkan munculnya paham


radikal semakin meluas. Akhirnya pemahaman agama semakin tekstual
sebagai akibat membaca informasi-informasi yang ada. Agama hanya
dibaca melalui teks-teks yang bisa ditulis dan dibaca. Pengalaman
lapangan terhadap pemahaman agama menjadi dinihilkan. Dengan
pemahaman agama yang tekstual itu kemudian agama semakin lugas dan
”tak bersinggungan” dengan konsep pengetahuan dan visi teologi yang
telah membangun jaringan sosial dalam kehidupan religiusitas. Hal
itu membentuk paham garis keras berpedoman kepada interpretasi
literal dari teks-teks keagamaan yang membangun orientasi
formalisme syariah dan menolak modernisme. Beriringan intoleransi
terhadap kemajemukan, penolakan Pancasila dan simbol-simbol
nasionalisme Indonesia. Oleh karena itu agama menjadi mekanistik-
dogmatik dan tidak lagi membutuh dasar-dasar epistemis Islam yang
memadai dan mendalam yang terbentuk dalam khalaqah-khalaqah dekade
medio 1980-an.

Kasus-kasus intoleransi juga terjadi akibat sikap ekslusivitas dari


kelompok tertentu, termasuk bentuk mudah mengkafirkan orang lain
(Takfiri). Takfiri bisa terjadi oleh kelompok-kelompok garis keras
kepada orang/kelompok yang berbeda dengan mereka. Seperti orang-
orang yang diangap bid’ah. Itu juga bisa muncul kepada kelompk-
kelompok lain yang tidak sepandangan dengan mereka. Seperti kasus
penyerangan kepada kelompok Ahmadiyah dan Syiah. Oleh karena itu
kelompok takfiri bisa diartikan bentuk kekerasan teologis, yang
tidak jarang diikuti tindak kekerasan fisik. Ini bisa berdampak
serius terhadap kebebasan beragama bahkan dalam hubungan keamanan
warga Negara.
Dinamika itu diperkuat masuknya pandangan-pandangan garis-keras
transnasional: pola Takfir wa al-Hijrah (masyarakat yang tidak
sepandangan dan korup dianggap kafir, kemudian mereka melekukan
hijrah untuk mencegah hal tersebut. Ini banyak terdapat dimesjid-
mesjid), Jamaat Islamiyah (banyak ditingkat kampus), Darul Arqam
(kelompok terdidik masuk kepelosok untuk membangun sistem Islam),
dan Pan Islamisme khilafah (mencoba untuk mengatasi persoalan
muslim dengan cara menyatukan kembali melalui pemerintahan
Islam/khilafiah). Berdasarkan temuan LIPI penyebaran paham radikal
cenderung meningkat di kalangan kelompok-kelompok anak muda
Indonesia, setelah reformasi (1998). Sementara laporan intelijen
menunjukan sikap intoleransi telah menyusup ke masyarakat termasuk
birokrasi. Di daerah, diketemukan ada PNS masuk organisasi intoleran
dan terlibat demo menolak Pancasila dan mendukung khilafah. Fakta
yang terjadi saat ini hingga minggu ke-3 Pebruari 2016 pendukung
ISIS masih aktif propaganda di sejumlah masjid di Jakarta dengan
mengajak orang pergi ke Suriah demi meraih "kehidupan yg lebih
baik”.

Ibu dan bapak sekalian, Penyebaran pengaruh paham radikal seperti


itu lebih intensif melalui akun-akun media sosial. Penyusupan
mereka melalui medsos sedikitnya melalui 5 cara. Yang pertama
memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat. Kedua, memanfaatkan konflik
residu pilpres 2014 dengan mencitrakan Jokowi jelek. Yang ketiga,
mengadu domba (ideologis & politis). Sikap anti-kemajemukan,
menyusupkan jargon-jargon radikalisme ke buku ajar sekolah. Itulah
yang kemudian membangun jaringan-jaringan pengkaderan. Pandangan
radikalisme dapat ditandai indikasi seperti : intensifnya isu-isu
politik masuk ke tempat-tempat kegiatan keagamaan. Lawan-lawan
politik atau pahamnya kemudian dijadikan keranjang sampah ideologis
dengan pelbagai kegagalan sosial.

Kriteria radikal BNPT terhadap berita-berita website adalah:


1) Berkeinginan lakukan perubahan-perubahan dengan cara cepat
gunakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama;

2) Kecederungan mengkafirkan orang lain yang memiliki paham


beda/bertentangan dengan paham mereka (takfiri);

3) Melakukan tindakan-tindakan yang mendukung, menyebarkan, dan


mengajak pihak lain bergabung dengan ISIS.

4) Memaknai jihad secara terbatas

Beberapa langkah yang diambil pemerintah:

1) BNPT meminta Kemenkominfo lakukan pemblokiran terhadap 19 media


Islam online yang memuat paham dan ajaran radikal;

2) Medsos dianggap perlu ditertibkan, guna menjaga kepentingan


nasional bukan sekadar menjadi alat untuk mendapatkan uang dan
penghasilan. Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/06/X/2015 sebagai
langkah awal untuk menegakkan norma-norma kedisiplinan dan etika
sosial.

Saya kira ini yang dapat saya sampaikan sebagai bahan diskusi bapak
ibu sekalian. Bilahil hak fastabikhul khoirot. Wassalamualaikum wr
wb.

Moderator

Terima kasih kami sampaikan. Cukup panjang tadi pemaparan materi


dari bapak Arifin terkait dengan kajian perilaku masyarakat dalam
globalisasi dan peran media sosial dalam penyebaran paham radikal.
Memang bila kita lihat saat ini sudah menyebar virus IT Syndrom,
banyak anak-anak yang tidak mau lepas dari gadgetnya. Ini yang
menjadi tugas kita sebagai orang tua untuk melakukan pengawasan. Dan
bagaimana teknologi itu bisa memberi manfaat bagi anak-anak kita,
bukan malah merusak/meracuninya. Bapak ibu yang kami hormati,
langsung saja untuk mempersingkat untuk pemateri yang kedua Bapak
Joko Prihatmoko akan menyampaikan materi berjudul identifikasi akar
gerakan radikal berbasis agama dan strategi pencegahannya. Kepada
bapak Joko waktu sepenuhnya kami persilahkan.

Joko J Prihatmoko

Assalamualaikum wr wb. Yang terhormat pak Arifin, Pak isworo. Saya


kebagian tugas identifikasi akar gerakan radikal berbasis agama dan
strategi pencegahannya. Ini agak susah, saya membayangkan. Jangan-
jangan yang kita anggap radikal ternyata tidak, atau yang tidak kita
anggap radikal ternyata radikal. Yang pertama ada istilah sempalan
(splinter group) yang kelompok mayoritas menyebut mereka ini sesat.
Di Kristen juga banyak aliran sempalan ini, jadi tidak hanya
dimonopoli oleh agama Islam.

Aliran mayoritas atau yang jumlah pengikutnya besar ini biasa


disebut kelompok ortodok. Jadi ortodoksi merupakan paham yang dianut
mayoritas ulama dan terkadang didukung oleh penguasa. Penyebab
munculnya aliran sempalan antara lain

1. Peran ortodoksi yang tidak akomodatif. Secara sosiologi,


ortodoksi dan sempalan bukan konsep yang mutlak dan abadi,
namun relatif dan dinamis. Gerakan sempalan sering merupakan
penolakan faham dominan dan protes sosial atau politik.
Misalkan kasus MTA. Untuk orang-orang yang penghasilan diatas
10 juta perbulan. Dakwah dengan metode menakut-nakuti surga
dan neraka tidak akan mempan bagi mereka. Metode tafsir ini
menawarkan hal yang baru. Meski kemudian MTA belakangan
menjadi kurang baik itu hal lain.
2. Dalam beberapa kasus terkait gerakan sempalan, latar belakang
pendidikan dan pengetahuan agama para anggotanya relatif
rendah dan bahkan sama sekali tidak mengerti dasar-dasar agama
yang dianutnya, tetapi kebutaan terhadap dasar-dasar agama ini
diimbangi semangat keagamaan yang tinggi.
3. Terdapat jurang komunikasi antara tokoh-tokoh agama dan
kalangan muda yang frustrasi tapi idealis, sehingga kalangan
muda cenderung terhambat untuk menyalurkan aspirasi dan
idealisme ke dalam saluran yang lebih moderat dan produktif.
mereka kemudian menjadi radikal karena masih dangkalnya
pengetahuan agama. Tidak mengherankan kalau kritik dan
serangan kelompok sempalan terhadap ulama “ortodoks” terkadang
lebih keras daripada terhadap koruptor dan penguasa zalim.
4. Sebagai akibat modernisasi, urbanisasi dan moneterisasi
ekonomi, banyak ikatan sosial yang tradisional semakin
longgar. Saya melihat pemerintah dalam beberapa kasus tidak
hadir. Patokan yang lama sudah hilang, yang baru belum
terbentuk. Ini yang menyebabkan banyak orang gampang
terpengaruh paham-paham baru dari luar.

Dari beberapa alasan itu, agaknya daya tarik aliran yang bersifat
eksklusif (yaitu menghindar dari hubungan dengan umat lain) menjadi
penyebab utama. Eksklusifitas ini kemudian diperdalam dengan
minimnya pengetahuan dan dasar-dasar keagamaan sehingga mudah
terjebak dan terpedaya oleh aliran sesat atau gerakan sempalan.

Motif aliran keagamaan:

1. Pandangan tentang kemurnian agama (purifikasi).


2. Dorongan untuk mendobrak kemapanan paham keagamaan mainstream,
3. Pandangan tentang sistem kemasyarakatan yang diidealisasikan,
4. Sikap terhadap pengaruh ideologi Barat dan pengaruh
modernisasi, dengan menempatkan Islam sebagai ideologi yang
unggul atas ideologi apapun.

Ini kemudian memunculkan karakteristik sekte aliran kepercayaan


1. Keanggotaannya berukuran kecil, terbatas pada sejumlah
individu “yang terpilih”.
2. Adanya tuntutan kesetiaan total, tidak menolerir kesetiaan
ganda, dan adanya kontrol yang kuat dalam kelompoknya.
3. Adanya doktrin teologi yang berbeda dari yang mainstream, yang
secara khas dipahami oleh pendiri sekte tersebut bersama
kelompoknya, yang kemudian melahirkan klaim monopoli
kebenaran.
4. Bersifat eksklusif, dimana para anggota yang merupakan satu
komunitas orang-orang yang “percaya” memandang diri mereka
berbeda secara agama dari kelompok lain.
5. Sikap antihierarki, menolak kelas pemuka agama, doktrin, dan
praksis sosial keagamaan yang mapan.
6. Sikap bermusuhan dengan komunitas lain diluar kelompoknya.

Kelompok-kelompok kecil aliran sempalan ini bisa berubah menjadi


kelompok ekstrimisme jika memiliki parameter sebagai berikut

1. Memiliki kecenderungan untuk menempatkan diri mereka diluar


arus utama atau menolak tatanan dunia, politik dan sosial;
2. Berusaha menggulingkan tatanan politik dalam rangka membangun
kembali apa yang mereka pertimbangkan tatanan alamiyah didalam
masyarakat—apakah ini didasarkan pada ras, kelas, keyakinan,
superioritas etnis;
3. Memiliki program ideologi dan perencanaan aksi yang ditujukan
untuk meraih kekuasaan politik atau komunal;
4. Menolak atau mengacaukan konsepsi tatanan hukum masyarakat.
demokratis; menggunakan ruang politik yang disediakan oleh
sistem demokratis untuk memajukan tujuan mereka dalam
mengambil kekuasaan politik;
5. Menolak deklarasi internasional HAM dan menunjukkan
ketidakempatian mereka serta tidak mengakui hak orang lain;
6. Menolak prinsip-prinsip demokrasi yang didasarkan pada
kedaulatan rakyat;
7. Menolak kesetaraan acara umum, terutama untuk kaum perempuan
dan minoritas;
8. Menolak diversitas dan pluralisme, bahkan memajukan sistem
budaya yang monolitik (mono culture society);
9. Menggunakan filsafat segala cara (ends justify means) dalam
mencapai tujuan;
10. Aktif mendorong dan mengutamakan penggunaan kekerasan
untuk memerangi apa yang mereka pandang kejahatan dan meraih
tujuan politik mereka;
11. Menunjukkan kecenderungan untuk terlibat dalam kekerasan
massa terhadap musuh-musuh mereka ketika dalam kekuasaan atau
keadaan impunitas;
12. Biasanya menggunakan satu sudut pandang, hitam atau
putih, ingin memurnikan dunia, mengumbar kebencian kepada
musuh-musuh mereka;
13. Mengenyampingkan kebebasan individu untuk kepentingan
kolektif;
14. Menolak kompromi dan ingin mengeliminasi musuh mereka;
15. Menunjukkan intoleransi untuk seluruh pandangan di luar
pandangan mereka dan menampakkan penolakan mereka dengan cara-
cara kemarahan, agresif, kebencian baik dalam perilaku maupun
ucapan;
16. Menampilkan fanatisisme dan memposisikan diri sebagai
pihak yang terancam serta menggunakan teori konspirasi tanpa
mengaku bahwa tindakan mereka adalah irrasional;
17. Menampilkan sikap diktator, otoriter dan totaliter;
18. Tidak mau dikritik dan mengintimidasi dan mengancam
mereka yang berbeda, mereka yang heretik dan mereka yang
kritik dengan kematian;
19. Meminta agar tuntutan mereka dipatuhi.
20. Memiliki ide yang tidak bisa diubah dan tertutup atas
kebenaran yang mereka yakini, bahkan bersedia mati untuk
mempertahankannya.
Dalam bandul aliran keagamaan, kelompok tekstual akan selalu
bertabrakan dengan kelompok kontekstual. Inilah kemudian fungsi
kelompok moderat yang menengahi dan menjembatani kedua kelompok
tersebut agar tidak timbul konflik keagamaan. Pengelompokan aliran
sempalan kurang lebih seperti bagan dibawah ini :
Bapak ibu sekalian, Salah satu contoh kasus adalah aliran al qiyadah
al islamiyah. Mereka menghilangkan Rukun Islam yang telah dipegangi
oleh seluruh Kaum Muslimin, dan jelas-jelas bersumber dari hadits-
hadits Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan oleh para ulama ahli hadits
yang diterima oleh seluruh kaum muslimin dari kalangan Ahlussunnah.
Mereka menganggap bahwa pimpinannya adalah Rasulullah, yaitu bernama
Al-Masih Al Maw’ud (Al-Masih yg dijanjikan). (asyhadu alla ilaha
illallah wa asyhadu anna al masih al ma’wud rasulllullah).
Menghilangkan syariat shalat lima waktu dalam sehari semalam, dengan
diganti shalat lail (01.00-14.00). Bagi mereka dalam dunia yang
kotor seperti sekarang ini, syariat Islam tidak perlu diterapkan
dengan demikiann tidak layak kaum muslimin melakukan shalat lima
waktu. Menganggap orang yang tidak masuk kepada kelompoknya adalah
musyrik dan mengakui bahwa pemimpin mereka adalah Rasul. Dalam
dakwah, mereka menerapkan istilah sittati ayyâm (enam hari) yang
diterjemahkan menjadi 6 tahapan, yaitu tahapan sirran (diam-diam,
sembunyi-sembunyi, bergerilya), tahapan jahran (terang-terangan),
tahapan hijrah, tahapan qital (peperangan), tahapan futuh
(ekspansi), serta tahapan khilafah (pemerintahan). Aliran ini juga
berusaha menyatukan ajaran trinitas yangg ada pada agama Nasrani
dengan mengajarkan bahwa Tuhan Bapak adalah Rab, Yesus adalah Al-
Malik, Ruhul Quddus adalah Ilah. Inilah bentuk penakwilan sesat yang
ditengarai sebagai upaya pembusukan (baca: pemurtadan) dari agama
yang benar.

Selanjutnya masalah ekstrimisme keagamaan. Secara umum, ekstremisme


keagamaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni

1. Ekstremisme dalam bentuk diskursus (religious extremism).

Misalnya, hate speech (ujaran kebencian) yang mendeskreditkan


keyakinan orang lain. Jika terus-menerus berlanjut, ujaran kebencian
akan mampu memprovokasi masyarakat. dan bisa menggiring pada
tindakan kekerasan.
2. Ekstremisme keagamaan mewujud menjadi kekerasan (religion-
based violence).

Kekerasaan yang muncul karena ekstremisme keagamaan ini paling


tidak terdiri dari tiga jenis:

(1) Excessive religious crowd, seperti yang dilakukan


oleh FPI dalam operasi anti kemaksiatan.
(2) Blasphemy-based violence, sebagaimana yang dialami
penganut Ahmadiyah dan Syiah di Lombok dan Madura, dan
(3) Tindakan terorisme, seperti yang dilakukan oleh
kelompok Jamaah Islamiyah.

Meskipun memiliki pola yang berbeda tetapi ada satu karakteristik


yang mempersatukan ketiganya, yaitu kekerasan dan menjadikan sebagai
fondasi utama.

Yang jadi masalah adalah kita belum punya definisi secara umum
tentang deradikalisasi. Kita sering mendengar istilah ini. Istilah
deradikalisasi disebutkan dalam fungsi BNPT. Secara implisit,
deradikalisasi adalah upaya penanggulangan radikalisme dengan
pendekatan yang moderat, seperti melalui sosialisasi dan pembinaan.
Menurut Yayasan Lazuardi Birru Deradikalisasi adalah “Segala upaya
untuk menetralisir paham-paham radikal melalui pendekatan
interdisipliner, seperti hukum, psikologi, agama, dan sosial-budaya
bagi mereka yang dipengaruhi atau terekspose paham radikal dan/atau
pro-kekerasan. Deradikalisasi terorisme diwujudkan dengan program
reorientasi motivasi, re-edukasi, resosialisasi, serta mengupayakan
kesejahteraan sosial dan kesetaraan dengan masyarakat lain bagi
mereka yang pernah terlibat terorisme maupun bagi simpatisan,
sehingga timbul rasa nasionalisme dan mau berpartisipasi dengan baik
sebagai Warga Negara Indonesia.” Lazuardi Birru juga merinci hal-hal
yang dilakukan dalam rangka deradikalisasi:

(a) melakukan counter terrorism,


(b) mencegah proses radikalisme,
(c) mencegah provokasi, penyebaran kebencian, permusuhan
antar umat beragama,
(d) mencegah masyarakat dari indoktrinasi,
(e) meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk menolak paham
teror (terorisme), dan
(f) memperkaya khazanah atas perbandingan paham.

Berdasarkan definisi di atas dan juga cakupan kerjanya maka


deradikalisasi diharapkan bukan hanya menjadi tugas pemerintah,
namun menjadi tugas semua pihak di dalam wilayah negara, masyarakat
sipil dan juga kalangan bisnis.

Melalui pendirian BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme,


Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2010), Pemerintah melakukan program
deradikalisasi sebagaimana tercermin dalam fungsi BNPT kesembilan:
“pengoperasian Satuan Tugas-Satuan Tugas dilaksanakan dalam rangka
pencegahan, perlindungan, deradikalisasi, penindakan dan penyiapan
kesiapsiagaan nasional di bidang penanggulangan terorisme.”
Selanjutnya apa bisa kita lakukan? Ini yang menjadi PR kita bersama.
Mari kita bersama-sama merumuskan langkah kedepan untuk mengatasi
hal tersebut. Bapak ibu yang saya hormati. Kira-kira itu yang dapat
saya sampaikan, terima kasih, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum wr
wb.

Moderator

Terima kasih bapak Joko, banyak sekali yang sudah disampaikan


tentang radikalisasi ini. Memang saat ini meminjam istilah dari TNI
apa yang kita hadapi saat ini adalah Proxy War. Dimana yang diserang
adalah mental anak bangsa. Sehingga mental generasi penerus kita
menjadi lemah. Ini yang kemudian oleh pemerintah sebagai upaya
pencegahan dengan menanamkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
Bapak ibu yang kami hormati, sebagai narasumber yang terakhir kami
persilahkan bapak Isworo untuk menyampaikan materi yang telah
disiapkan terkait dengan partisipasi masyarakat dalam deteksi dini
penyebaran paham radikalisme. Silahkan.

Bapak Isworo, BIN Jateng

Terima kasih, assalamualaikum wr wb.

Yang terhormat bapak Joko, bapak Arifin, dan bapak moderator. Dan
yang saya hormati bapak ibu peserta pembinaan politik. Pertama-tama
saya merasa berterima kasih karena diberi kesempatan untuk berbicara
didepan bapak ibu sekalian. Saya disini mempunyai kepentingan,
artinya sesuai dengan tugas daripada badan intelejen. Sebelumnya
saya mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya selama ini. Karena
kerja-kerja intelejen ini tidak berarti apa-apa tanpa bantuan bapak-
ibu sekalian. Karena bapak-ibu ini yang tahu persis kondisi
dilapangan tentang potensi kerawanan dan potensi ancaman. Tanpa
adanya informasi dari masyarakat kerja-kerja intelejen ini tidak
berarti apa-apa.

Apabila kita melihat konteks global, tentunya segala sesuatu yang


terjadi di Jawa Tengah ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi.
Bila kita melihat geostrategis wilayah indonesia Jawa Tengah ini
letaknya sangat strategis. Ini dapat menjadi potensi perkembangan
ekonomi dapat dengan mudah dikembangkan. Namun disisi lain ini juga
memunculkan kerawanan-kerawanan. Salah satunya dibidang ekonomi,
politik, ideologi, sosial budaya. Ini sangat mempengaruhi di
Indonesia. Bukan negara lain tetapi lebih kepada arah non-state.

Kalau kita melihat kebelakang sudah ada dampak munculnya perang


asimetris yaitu munculnya intoleransi, konflik komunal, terorisme,
sparatisme. Ada beberapa tren ancaman yang perlu kita antisipasi
kedepan. Salah satunya, masalah gerakan terorisme, masalah aliran
komunisme, munculnya aliran sesat (Gafatar), konflik syiah dan anti
syiah, relasi muslim dan non muslim, dan separatisme.
Apabila kita melihat masalah gerakan terorisme, munculnya terorisme
didahului oleh pola pikir radikalisme. Tahapan-tahapan munculnya
radikalime kemudian fundamentalisme hingga kemudian berkembang
menjadi kelompok terorisme. Namun dengan perkembangan teknologi,
sekarang muncul istilah meradikalisasi diri. Jadi seseorang belajar
menjadi radikal dengan cara otodidak yang diperoleh dari informasi
yang diperoleh dari dunia maya (internet). Secara jelas seseorang
dianggap radikal adalah orang yang menganggap paham mereka paling
benar. Paham yang diperkirakan menurut mereka dapat memberikan
sosuli bagi permasalahan bangsa.

Proses pembentukan radikalisme biasanya dengan menyebarkan isu-isu


kebencian kepada pemerintah. Kemudian kebencian terhadap aparat
keamanan. Saat ini lebih banyak melalui media internet yang dianggap
lebih efisien. Rekrutmen berjalan seiring dengan Proses radikalisasi
dimana para anggota “ hanya diperbolehkan mendengar dan mematuhi
amir” selanjutnya setelah dilakukan bai’at. Keluarga pada umumnya
tidak mengetahui aktifitas dari tersangka karena dilakukan secara
tersembunyi.

Motivasi atau pencetus. Ketika suatu kelompok terdoktrin, ini ada


faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi. Secara internasional
mereka memiliki standar ganda. Mereka percaya bahwa negara-negara
berkembang seperti Indonesia ini mudah sekali untuk ditekan,
sehingga mudah untuk memepengaruhi masyarakatnya. Ciri-ciri kelompok
terorisme ini antara lain :

1. Intoleran (tidak mau menghargai pendapat &keyakinan orang


lain)
2. Fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain
salah)
3. Eksklusif (membedakan diri dari umat Islam umumnya)
4. Revolusioner (cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk
mencapai tujuan)
Saya tidak ingin berpanjang lebar, karena ini tadi juga sudah
dijelaskan oleh kedua narasumber terdahulu. Masalah terorisme juga
tidak bisa lepas dari terjadinya permasalahan di Timur Tengah. Saat
ini, ISIS menjadi kiblat bagi gerakan TERORISME di dunia, termasuk
di Indonesia. ISIS terus melakukan konsolidasi kekuatan dan
propaganda untuk menarik simpatisan/Rekrut anggota. ISIS sedang
melakukan perluasan wilayah sampai di Asia Tenggara (Assababun
Musleem). Keberangkatan WNI ke Suriah via Turki terus berlangsung
menggunakan berbagai modus, salah satunya wisata religi dengan
transit di negara ketiga seperti Malaysia dan Qatar. Kenapa tertarik
dengan ISIS ke Suriah.yang pertama untuk berjihad, adanya motivasi
ekonomi dengan iming-iming gaji yang tinggi,keinginan untuk hidup
dalam negara Islam yang menerapkan syariat secara penuh, memperkuat
kamampuan yang selanjutnya memperjuangkan Negara Islam di Indonesia.

Jaringan ISIS di Indonesia tidak bisa terlepas dari salah satu


napiter yang sekarang berada di Nusakambangan.

Preseden keterlibatan WNI dalam aksi bersenjata di luar negeri


tidak hanya saat ini, namun sejak 1985-an dalam perang di
Afghanistan dan konflik di Pakistan. Individu dan kelompok yang
merupakan veteran Afghanistan dan Pakistan, kembali ke tanah air dan
banyak di antara mereka kemudian menjadi pelaku kekerasan dan teror
sejak tahun 2000-an dan mendirikan kelompok/organisasi radikal
dengan sel-selnya yang aktif. Ini fakta. Kemudian pertanyaannya,
bagaimana paska kasus di Suriah ? Dan saat ini sudah banyak militan
yang sudah kembali ke Indonesia. Tentunya ini menguatkan potensi
ancaman terorisme, dengan mengadopsi konsepsi perjuangan ISIS.
Teroris di Indonesia memiliki jaringan Internasional. Menguatnya
propaganda ISIS di Indonesia.

Ancaman lain adalah adanya ideologi komunisme. Gerakan Komunis tidak


pernah akan mati, yang ada hanya pasang surut gerakan.
1. Era Perang Kemerdekaan

Muso setelah kembali dari Uni Soviet, berusaha mendirikan negara


berhaluan komunis di Madiun (1942)

2. Paska Perang Kemerdekaan

Komunis menyusun kekuatan kembali, dan melakukan gerakannya pada 30


September 1965 .

3. Paska Reformasi

Walaupun secara hukum sudah tidak bisa berdiri, namun kelompok


Komunis mulai aktif kembali .

Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat menjadi moment munculnya kembali


pemikiran dan paham ideologis Komunisme. Munculnya berbagai kelompok
untuk membangkitkan paham komunisme baik secara tertutup maupun
terbuka. Dengan berbagai isu dan tuntutanya, antara lain:

1. Mendorong disahkanya RUU KKR, (Rehabilitasi, Kompensasi dan


Restitusi).
2. Menuntut adanya Amnesti, Abolisi Terhadap “KORBAN”
3. Pelurusan Sejarah Peristiwa 1965
4. Penuntasan Pelanggaran HAM sejak Peristiwa 65 s/d Orde Baru
dalam Pengadilan Internasional.

Upaya-upaya yang dilakukan;

1. Membangun mitra kerja dengan NGO/LSM yang berhaluan kiri untuk


mendapatkan dukungan materiil dan moril
2. Penguatan jaringan dengan mengkonsolidasikan Eks Tapol/Napol
diberbagai daerah.
3. Kaderisasi terbatas
4. Penguatan jaringan pada kelompok buruh, tani dan nelayan.
5. Penyusupan pada Lembaga Pendidikan
6. Menyelenggarakan Internasional People’s Tibunal

Paham Komunisme akan dapat tumbuh subur, melakukan penyusupan pada


wilayah/daerah yang kondisinya:

1. Masyarakat yang memiliki sosial ekonomi rendah (tingkat


kemiskinan tinggi).
2. Terdapat ketimpangan kesejahteraan
3. Terdapat pertentangan yang tinggi antara buruh dan pengusaha
4. Terdapat konflik-konflik lahan

Bapak ibu sekalian, ancaman selanjutnya adalah aliran sesat.


Permasalahan yang masih hangat saat ini adalah Gafatar. Dari 1858
dan sudah 1400 yang dikembalikan ke daerah asal, kita cek ketempat
masing-masing, sudah banyak yang pergi kembali. Mereka beralasan
pergi mencari pekerjaan.

Selanjutnya masalah konflik suni vs syiah. Memang di Jawa Tengah


kasus suni-syiah ini tidak begitu terlihat. Namun secara global
apabila kita melihat konflik suni-syiah di Timur Tengah, ini bisa
menyebabkan pemutusan hubungan bilateral antara Arab Saudi dan Iran.
ISIS di Indonesia ingin memperluas konflik suni-syiah ini dengan
tujuan Indonesia tidak aman dan terjadi keos. Disatu sisi kelompok
syiah memang terus berkembang. Disisi lain kelompok-kelompok anti
syiah juga berkembang di beberapa daerah.

Selanjutnya masalah relasi muslim dan non muslim. Paska peristiwa


Tolikara dan Aceh meningkatkan sensifitas dan potensi gesekan antar
umat beragama, terutamanya antara Islam dan Non Islam. Terjadinya
resistensi terhadap pembangunan gereja, sehingga berdampak adanya
rumah tinggal/ruka sebagai tempat ibadah menjadi potensi konflik
horisontal. Kemudian masalah separatisme, ini memang Jawa Tengah
kemarin ada di Semarang, Salatiga dan Surakarta melalui komunitas
mahasiswa papua. Antisipasi paham radikal
1. Mempersimpit Lahan subur tumbuhnya paham Radikal dengan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat.
2. Aktualisasi nilai Pancasila dengan melibatkan seluruh elemen
masyarakat
3. Peran Serta Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat sebagai tauladan
Umat dan masyarakat.
4. Sinergitas antara kelompok Masyarakat dengan Unsur Intelijen.
Dalam rangka memerikan kewaspadaan. Sehingga dapat dengan
mudah melakukan pencegahan-pencegahan penyebaran paham
radikal.

Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan. Tidak panjang lebar.
Apabila ada kata-kata yang salah mohon maaf. Terima kasih.
Wassalamualaikum wr wb.

Moderator

Terima kasih bapak Isworo yang sudah menyampaikan tentang


radikalisme dan perluasan jaringan ISIS sampai ke Asia Tenggara.
Pertanyaannya kapan sampai ke Indonesia? Iki menjadi pekerjaan kita
bagaimana kita mengantisipasi agar ISIS tidak bisa masuk ke
Indonesia. Baik bapak ibu yang saya hormati, barang kali ada sesuatu
yang ingin ditanyakan atau diskusikan bersama, kami persilahkan.

Gustam Junaidi, Surakarta

Assalamualaikum wr wb. Terima kasih. Ini tentang ahmadiyah yang


dianggap sesat, sedangkan menurut MUI salah satu syarat aliran
disebut sesat adalah dengan menganggap nabi baru selain nabi
Muhammad SAW. Kenapa kalau yang seperti itu tidak langsung dilarang
di Indonesia? Padahal sudah jelas mendapat fatwa sesat oleh MUI.
Yang kedua masalah HTI, memang saya sedikit banyak tahu tentang HTI
ini. Karena dulu teman anak saya pernah ada yang bergabung di
organisasi HTI. Kemudian pindah ke organisasi radikal terorisme
karena merasa di HTI tidak ada pergerakan yang lebih nyata.
Pertanyaannya kenapa organisasi-organisasi yang sudah terindikasi
radikal ini seperti dibiarkan dan tidak dilarang oleh pemerintah.
Padahal ini berpotensi melahirkan terorisme.

Eko,

Terima kasih, langsung saja. Mengapa kita perlu mengadakan deteksi


dini, kalau deteksi yang sudah ditangkap aja tidak ditindak lanjuti.
Salahsatu contoh Santoso itu dulu kan sudah pernah ditangkap dan
dipenjara. Sekarang dicari lagi sulit ketemu. Apakah ini bentuk
kemandulan BIN? Ataukah ini memang skenario negara untuk menarik
tersangka yang lebih besar. Karena dalam sosiologi ada teori
konflik. Apakah ada peran negara untuk menciptakan konflik-konflik
ini untuk menciptakan keseimbangan. Kemudian yang kedua, untuk pak
Joko. Radikal itu biasanya yang sempalan. Padahal kelompok yang
mainstream ini biasanya tidak bisa menampung kelompok sempalan ini
hingga akhirnya mereka menyempal. Apa yang harus dilakukan kelompok
mainstream? Apakah selalu yang sempalan yang radikal? Atau apakah
justru yang maintream ini yang sebenarnya radikal?

Kemudian selanjutnya tentang media culture, kita sudah dibentuk oleh


media dan media sekarang menjadi budaya. Yang kelihatan saja bapak,
di Karanganyar ini banyak radio-radio yang tidak berijin. Sementara
Pemerintah daerah diam saja. Yang lebih tragisnya, temen saya
mengajukan ijin radio sampe nangis-nangis belum mendapatkan ijin.
Tapi ini yang tidak berijin malah diback up. Karena ternyata radio-
radio yang tidak berijin ini menjadi corong radikalisme. Mohon
tanggapannya. Terima kasih.

Asmadi, Solo

Pancasila dulu sempat jaya-jayanya. Sekarang pasca reformasi


Pancasiala hanya dijadikan seremonial tiap upacara bendera. Saya
pengen ada yang mempelpori radikalisasi Pancasila. Sebab ini sudah
banyak diterima disemua golongan. Bagaimana kita buat kembali
program radikalisasi Pancasila dan kita kembali ke eka prasetia
panca karsa. Terima kasih

Moderator.

Baik, terima kasih atas pertanyaannya. Langsung saja bapak


narasumber bisa langsung memberi tanggapan. Silahkan..

MT Arifin

Saya ingin sedikit membahas tentang aliran sesat. Yang menjadi


persoalan sebenarnya adalah apa sih tolak ukur sebuah aliran sesat.
Seperti kasus ahmadiyah, yang menyesatkan orang non ahmadiyah. Dan
ahmadiyah sebenarnya tidak pernah ditanyai. Saya memiliki buku
tentang perdebatan ahmadiyah dengan seribu ulama, dan tidak ada
masalah. Ahmadiyah diijinkan hidup, sampai tahun 50an di Jawa Tengah
ahmadiyah ini masih ada ijinnya. Ahmadiyah ini kemudian menjadi
komoditas politik. Pada saat ada persoalan yang luas, dan mendasar
ditingkat pusat. umat Islam kemudian dilempar bola isu-isu ahmadiyah
dihidupkan kembali. Ini yang menjadi persoalan. Bahkan dulu KH ahmad
Dahlan waktu mendirikan Muhamadiyah berkonsultasi dengan ulama
Ahmadiyah. Saya kebetulan dulu peneliti Muhammadiyah dan beberapa
buku saya tentang Muhammadiyah juga diterbitkan. Ahmadiyah menjadi
persoalan mulai tahun 1924 akibat pengaruh persoalan dengan lembaga-
lembaga Islam di Sumatera Barat. Dan bapaknya Hamka yang membawa
Ahmadiyah ke Jawa. Kemudian menjadi puncak persoalan pada tahun 1933
hingga akhirnya terjadi perdebatan dengan hasil ahmadiyah diterima.
Kelompok syiah juga seperti itu.

Menurut undang-undang yang berlaku, yang berhak menetapkan aliran


sesat atau tidak hanyalah Presiden. Yang lain tidak berhak
memutuskan aliran sesat atau tidak. Itu hasil diskusi kemarin.
Mengapa aliran HTI dibiarkan. Saya tidak tahu pastinya ini. Kenapa
kemarin diklat-diklat Gafatar ini dibiarkan. Mungkin keputusan
politik kita belum sampai itu, atau karena alasan alasan politik
saya juga kurang begitu tahu. Oleh karena itu, kemudian tentang yang
berkaitan dengan radio, mulai hari ini, pemerintah tidak akan
mendrikan ijin untuk televisi dan radio dipulau Jawa. Sedang radio
yang sudah ada dan tidak berijin pemerintah memang seharusnya
melakuakan pengecekan. Tidak hanya diradio, di media sosial juga
propaganda-propaganda negatif ini sangat marak sekali. Ini memang
butuh penanganan yang serius.

Kemudian masalah Pancasila. Saya kira sedang diusahakan untuk saat


ini. Dapat kita lihat pancasila sdah mulai diajarkan di sekolah-
sekolah. Materi-materi ujian. Yang menjadi persoalan adalah
pemahaman-pemahaman Pancasila yang tidak sama dengan waktu itu.
Pancasila harus dikembalikan menjadi paham yang fleksibel sesuai
perkembangan zaman. Mengatasi hal seperti ini bukan tugas intelejen
tetapi tugas kepolisian. Saya kira demikian jawaban saya. Terima
kasih.

Joko J Prihatmoko

Saya setuju Indonesia butuh radikalisasi Pancasila. Ini sudah


dirumuskan dari kawan-kawan di Universitas Pancasila terutama Yudi
Latief dan Mahfud MD. Yang jadi persoalan ideologi butuh yang
namanya etos (semangat), logos (pengetahuan), mitos. Ideologi harus
punya itu. Sebagai contoh. Ekonomi sosialis mempunyai prinsip sama
rata sama rasa. Ekonomi liberalis, yang kaya kaya yang miskin tetap
miskin. Tetapi ekonomi Pancasila seperti apa? Ini yang belum ketemu.
Ini jangan ditertawakan tetapi harus dirumuskan bareng-bareng. Kalau
memang diinginkan seperti itu, kita dorong keatas. Pemerintah punya
peran untuk merumuskan yang namanya desain revolusi kebudayaan. Kita
belajar dari Korea Selatan. Mereka merdeka selisih 3 hari sebelum
kita. Mereka sadar, Korea bukan Cina, bukan Jepang dan Amerika.
Anak-anak disekolahkan diluar negeri. Dan industrialisasi dalam
negeri digenjot sedemikian rupa. Mereka melarang penggunaan alat
dari luar negeri dan bangga menggunakan produk mereka sendiri. Yang
terjadi sekarang apa? Bapak-ibu bisa melihat sendiri.

Pendidikan Pancasila sepenuhnya dibuat seperti dulu. Dulu ketika


mitos Pancasila, Soekarno menyebut nation and carakter building.
Sampai merdeka belum ada terjemahan dari kalimat itu. Tidak pernah
karakter kita ini dibentuk. Baru ditahun 2013 menteri Pendidikan Muh
Nuh merumuskan pendidikan karakter. Jadi dimulai di pendidikan dulu.

Selanjutnya ke Mas Eko. Bahasa saya adalah yang ortodoksi tidak


mengakomodir tetapi ini dinamika mayoritas. Yang jadi masalah
seradikal apapun, kalau keyakinan itu tidak bisa diadili. Ketika ada
tindakan baru negara bisa bertindak. Seperti kasus santoso tadi,
negara perlu bukti untuk bertindak.

Kemudian masalah siaran tadi, bukan negara yang disalahkan melainkan


KPI. Yang memberikan ijin siaran KPI. Yang seperti ini biasanya
berlindung pada bentuk radio kawasan. Hanya dengan mengumpulkan
sekitar 250 ktp kita bisa siaran dengan radius 5 km. Kemudian yang
seperti ini kadang kita tidak tahu. Sayangnya terkadang konten
siaran tidak dikontrol. Sama dengan forum ini saya berharap diforum
yang kecil ini kita bisa merumuskan hal-hal yang besar. Sama seperti
kata bunda Teresa “lakukan hal yang kecil dengan cinta yang besar,
lakukan hal yang biasa dengan cara yang luar biasa”. Kira-kira
begitu, terima kasih.

Isworo

Secara parsial saya tidak akan menjawab dari pak Junaidi, pak eko
dan pak ahmadi. Pada intinya jawaban saya ingin menjelaskan
semuanya. Pada saat ini banyak sekali kepentingan. Pada tahun 2011
ketika kita membuat UU intelejen, kita Cuma meminta untuk bisa
memiliki hak menangkap. Ini pun langsung ditolak banyak pihak
terutama aktivis HAM. Ini kelemahan kita. Kita sudah tahu kelompok
mana yang berpotensi, namun kita tidak bisa berbuat apa-apa. Peran
dari intelejen itu menyajikan data, yang mempunyai hak untuk
mengeksekusi adalah aparat. Ada UU no 17 thn 2011 sebagai payung dan
pagar kita melakukan tugas intelejen.

Kemudian terkait masalah Pancasila saya setuju tentang radikalisasi


Pancasila. Karena saat ini pendidikan Pancasila hanya sebagai sub
koordinasi dari pendidikan kewarganegaraan. Ini juga sepertinya ada
kepentingan-kepentingan untuk mereduksi nilai-nilai Pancasila. Ini
saling kait mengait tidak bisa lepas dari pengaruh dunia
internasional. Ini menjadi tugas kita bersama. Kita mulai dari yang
terkecil saja, mulai dari keluarga kita, lingkungan kita. Kalau
keluarga dan lingkungan kita sudah baik ini yang kita harapkan. Itu
saja yang bisa kami respon. Apabila belum puas nanti kita bisa
diskusi lebih jauh dibelakang. Terima kasih, wassalamualaikum wr wb

Moderator

Terima kasih bapak ibu peserta dan bapak narasumber, saya yakin
bapak ibu belum puas. Besuk kita masih ada sesi diskusi. Selamat
beristirahat. Dari saya selaku moderator mohon maaf apabila ada
salah kata. Wassalamualaikum wr wb.

HARI KEDUA, SESI PERTAMA

Jumat, 26 Februari 2016, Pukul 08.00 WIB – 10.30 WIB

Focus Groups Discussions

Tema 1 : Strategi Penguatan Partisipasi Masyarakat dalam Deteksi


Dini Penyebaran Paham Radikal

Tema 2 : Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi dan


Penanganan Anggota Masyarakat yang Terpengaruh Paham
Radikal

Fasilitator Agus Riyanto, S.IP.,M.Si


Assalamualaikum wr wb. Selamat pagi bapak ibu sekalian, salam
sejahtera bagi kita semua.

Baik, bapak ibu sekalian yang saya hormati peserta pembinaan sosial
politik Tawangmangu. Pagi ini saya ditugasi bukan sebagai
narasumber, hanya menjadi fasilitator yang nantinya akan mencoba
memfasilitasi diskusi kelompok terfokus pada pagi hari ini. Artinya
yang menjadi narasumber kali ini adalah bapak ibu semua yang hadir
disini. Sebelumnya perkenalan nama saya Agus Riyanto.

Ada yang akan kita diskusikan pada pagi hari ini. Ada dua tema yang
akan kita diskusikan. Yang pertama terkait dengan strategi penguatan
partisipasi masyarakat dalam deteksi dini penyebaran paham radikal.
Mungkin sejak tadi malam sudah banyak narasumber memaparkan
bagaimana problem-problem sosial politik terutama yang berkaitan
dengan paham radikal. Lalu bagaimana strategi penguatan
dimasyarakat. Nanti anda bisa mengidentifikasi terlebih dahulu
tentang paham radikal, baik radikal kiri maupun kanan. Kemudian
bagaimana partisipasi masyarakat saat ini dalam mengantisipasi yang
deteksi dini penyebaran paham radikal didaerahnya. Selanjutnya anda
kami minta menyusun rekomendasi. Bagaimana strategi yang efektif
menurut bapak ibu sekalian, sehingga masyarakat bisa lebih optimal
terlibat dalam deteksi dini dan pencegahan penyebaran paham radikal.
Karena bagaimanapun juga tanpa partisipasi masyarakat kita akan
susah. Pemerintah akan kedodoran, kalau kita gagal melakukan deteksi
dini, gejolak ini akan muncul dan menimbulkan gejolak di masyarakat.

Kelompok kedua akan mencoba menganalisis bagaimana partisipasi


masyarakat dalam rehabilitasi dan penanganan anggota masyarakat yang
terpengaruh paham radikal. Kalau kelompok pertama melakukan deteksi
dini, kelompok kedua menjelaskan bagaimana merehabilitasi dan
menangani anggota masyarakat yang terpengaruh paham radikal. Ini
yang harus diidentifikasi oleh kelompok dua. Apa yang selama ini
sudah dilakukan masyarakat dan kelemahannya apa saja. Kemudian apa
rekomendasi yang ideal menurut bapak ibu sekalian. Ini teknis tema
diskusinya, diharapkan nanti dari forum ini bisa menghasilkan
rekomendasi-rekomendasi yang bisa kita teruskan ke stakeholder
terkait sebagai bahan penyusunan kebijakan mendatang.

Karena ini banyak peserta. Saya akan membagi menjadi 6 kelompok


kecil. Tiap tiga kelompok membahas satu tema tadi. Saya beri waktu
setengah jam untuk berdiskusi kelompok. Kemudian setiap kelompok
menunjuk satu juru bicara untuk nantinya mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya didepan. Kemudian nanti saya beri kesempatan
untuk saling menanggapi. Silahkan..

Kelompok 1A, Joko Sasmito, Kec Tawangmangu

Terima kasih, assalamualaikum wr wb. Saya ingin menyampaikan hasil


diskusi kelompok 1A. Langsung saja indentifikasi radikalisme, ada
kelompok anti sosial, kelompok pendoktrinan, kelompok Tikus piti
(yang memberikan iming-iming hidup lebih baik), dan kelompok yang
disebut ora umum. Sudah ada partisipasi masyarakat, sudah ada upaya
untuk mencegah dengan cara musyawarah, mengajak diskusi dan lain
sebagainya. Kemudian strategi yang dilakukan masyarakat yaitu dengan
cara melaporkan kejadian-kejadian yang mencurigakan kepada pihak
terkait, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari aparat
pemerintah, sehingga sampai saat ini kegiatan mereka masih berjalan.
Melakukan pendekatan persuasif meski sejauh ini belum ada dampak
signifikan. Harapan kami adalah pihak yang memiliki kewenangan harap
segera melakukan eksekusi. Saya kira itu, terima kasih.
Assalamualaikum wr wb.

Kelompok 1B, Darino

Assalamualaikum wr wb. Yang pertama identifikasi paham radikal, di


daerah kami khususnya di daerah Karanganyar banyak sekali terdapat
ajaran-ajaran agama yang tidak seperti pada umumnya. Contohnya ada
kelompok yang merasa paham paling benar, kemarin yang sempat ramai
diberitakan ada paham naik haji tidak harus ke Mekah, namun cukup ke
Tawangmangu. Kebetulan di dusun kami juga ada kelompok yang tidak
mau bersosialisasi dengan masyarakat. Kemudian partisipasi
masyarakat dalam deteksi dini yang sudah dilakukan kami pernah
mengadakan diskusi-diskusi tokoh agama, dan melakukan sosialisasi
keagamaan, kami juga mengikuti forum FKUB sebagai upaya menjalin
komunikasi dengan pihak lain. Selanjutnya rekomendasinya adalah
penguatan partisipasi masyarakat dengan cara melakukan pendekatan
dan ajakan kepada masyarakat supaya tidak terlalu mengada-ada dan
hidup apa adanya, supaya tidak mudah terpengaruh oleh ajakan paham
radikal dan menyimpang. Kami juga melakukan validasi data
kependudukan bagi para pendatang yang datang ke daerah kami. Terima
kasih, wassalamualaikum wr wb.

Kelompok 1C, Tartono, Kecamatan Jaten

Assalamualaikum wr wb. Saya akan menyampaikan hasil diskusi dari


kelompok 1C yang sudah kami rangkum sedemikian rupa. Yang pertama
radikalisme. Pada dasarnya kelompok radikal ini pasti ada dan
mempengaruhi orang-orang yang berpendidikan rendah. Kemudian
kelompok ini merasa menjadi kelompoknya paling benar dan menurut
pandangan mereka melakukan jihad itu sepadan dengan melakukan ibadah
haji ke Mekah.

Langkah-langkah untuk mengantisipasi hal tersebut antara lain dengan


cara mengintensifkan koordinasi antar masyarakat,memperdayakan peran
ulama dalam upaya meluruskan pemahaman jihad, penghuni
baru/pendatang perlu dimintai identitasnya,dan menjaga kerukunan dan
kekompakan warga, serta melakukan penguatan ekonomi masyarakat.
Terima kasih. Wassalamualaikum wr wb.

Fasilitator Agus Riyanto

Ya itu tadi presentasi dari kelompom 1A,B dan C. Secara umum sudah
sangat bagus. Ada banyak kelompok-kelompok menyimpang yang berhasil
teridentifikasi. Dan ternyata sebagian masyarakat juga sudah
responsif terhadap keberadaan kelompok-kelompok menyimpang ini.
Namun yang disayangkan adalah pemerintah dinilai lambat dalam
mengatasi kelompok-kelompok ini padahal sudah ada laporan dari
masyarakat. silahkan jika ada yang ingin menanggapi apa yang sudah
disampaikan kelompok 1A,B dan C. Silahkan..

Sukirno, kec Ngargoyoso

Terima kasih atas kesempatannya. Saya ingin menanggapi dari kelompok


1B tadi. Dari hasil identifikasi kelompok 1B tadi, Kalau memang
mengidentifikasi bibit-bibit radikalisme, diharapkan jangan
menyampaikan data yang belum jelas sumbernya atau dianggap belum
valid, jadi kami harapkan data yang disajikan harus jelas dan valid
agar tidak menimbulkan fitnah. Terima kasih.

Darino, Kelompok 1B

Sebelumnya terima kasih atas masukan dari pak Sukirno, jadi apa yang
kami sampaikan tadi itu bukan kabarnya, tapi fakta. Karena kelompok-
kelompok ini sebagian sudah dalam tahap pembinaan MUI. Yang masalah
kelompok naik haji ke Tawangmangu kelompok tersebut ada di Dukuh
Kuncung, Matesih Kabupaten Karanganyar. Pengikutnya ada di dua
dukuh, sekitar 30-an kepala keluarga. Pencegahan dari MUI, setiap
hari jumat imam mesjid didatangkan dari MUI setelah shalat Jum’at
diadakan diskusi pembinaan. Sekian mohon maaf. Terima kasih

Riyanto, Jebres

untuk kelompok 1a,b maupun c. Yang baru terekam mayoritas dari


kelompok agama. Yang haluan kiri belum terdeteksi. Kaitan dengan
forum ini harus menyuguhkan fakta, jangan sampai menimbulkan fitnah.
Kaitannya di Karanganyar ada kelompok yang tidak mau hormat bendera.
Bagaimana kabar kelompok tersebut?
Kelompok 1A

Terima kasih bapak Riyanto. Jadi yang kami sampaikan ini sudah
sesuai fakta bapak. Yang masalah radikalisme itu di daerah Sangkrah
ditemukan bendera ISIS dalam jumlah yang tidak sedikit, satu
kontainer bapak. Ini ancaman yang cukup serius. Untuk masalah
kelompok “tikus piti” ini berada di kecamatan Jumantono, “tikus
piti” ini bukan radikalisme, tapi masalah kelompok “tikus piti” dan
ora umum adalah kelompok masyarakat yang menyimpang dan dianggap
meresahkan masyarakat. “Tikus piti” kegiatannya merekrut masyarakat,
penggemblengan diri dan keyakinan akan mendapat rejeki yang banyak,
contohnya dengan cara kungkum, mencari harta karun uang pak Karno,
dll. Sementara kelompok “Yang ora umum”, keanggotaan membayar uang 7
juta yang nantinya bisa mengahasilkan berlipat ganda. Mengenai
masalah adanya kelompok yang menolak penghormatan bendera: ada
sekolah Irsyad yang tidak mau menghormat bendera. Tapi itu sudah
selesai. Dan sekarang sekolahan ini sudah menjadi sekolah unggulan.

Al Munawar. Njebres, Surakarta

Berkaitan tema, ini masukan, data terakhir yang disebutkan ada 48


kelompok untuk daerah Solo raya. Mestinya kita punya data itu
selanjutnya kita susun strategi penanganannya. Masalah pemahaman
khususnya nasionalisme. Bagaimana menumbuhkan nasionalisme mulai
dari anak-anak pra sekolah. Harus diajarkan nilai-nilai Pancasila.
Dari 48 kelompok itu mari kita dekati dan bagaimana caranya kita
bantu luruskan. Kehadiran pemerintah yang selama ini dianggap kurang
harus ditingkatkan. Dan juga ketegasan dan keadilan dari Pemerintah.
Terima kasih.

Fasilitator Agus Riyanto

Saya kira itu tadi masukan-masukan yang sangat bagus dan sangat
perlu dipikirkan juga solusi penanganannya dari tema kita yang
pertama. Mari kita lanjutkan ke tema yang kedua yaitu Analisis
partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi dan penanganan anggota
masyarakat yang terpengaruh paham radikal. Silahkan..

Kelompok 2A, Bagus Suwono Kec Ngargoyoso

Terima kasih, saya mewakili kelompok 2A akan menyampaikan hasil


diskusi kelompok kami. Tema yang kami bahas analisis partisipasi
masyarakat dalam rehabilitasi dan penanganan anggota masyarakat yang
terpengaruh paham radikal. Upaya yang sudah dilakukan antara lain
pembinaan faktor paham dan ekonomi bagi eks radikal, melakukan
pembinaan masyarakat agar mau menerima eks radikal. Adapun
kendalanya adalah orang-orang eks radikal tidak mudah menerima
masyarakat atau sulit untuk membaur dan lebih suka menyendiri.
Dibeberapa tempat masyarakat juga tidak mudah menerima eks radikal
ini. Kurangnya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan
pembinaan kepada orang-orang eks radikal.

Adapun strategi dan rekomendasi antara lain; menata masyarakat untuk


bisa menerima eks radikal. Lebih mengintensifkan eks radikal dengan
penguatan positif. Memberi solusi dari segi paham dan ekonomi. Saya
juga ingin menambahi masalah kelompok 1A tadi, yaitu masalah “tikus
piti”. “Tikus Piti” merupakan ajaran irasional, berlandasan dari
naskah palsu. Dulu berpusat disalah satu pondok pesantren di Tanah
Abang tapi sekarang pondoknya sudah dibubarkan oleh masyarakat
karena dianggap menyimpang. Ajaran itu sepenuhnya penipuan hanya
paham untuk menumpuk kekayaan. Saya pernah masuk menyusup didalamnya
sampai ke pengurus pusat. Saat ini pusatnya ada di Purbayan
Sukoharjo. Kenapa pemerintah belum bertindak? Karena belum ada
laporan masyarakat. Makanya kami disini menghimbau apabila sudah ada
yang merasa tertipu untuk segera melaporkan ke pihak berwenang untuk
bisa ditindak lanjuti. Nama kelompok ini yayasan Suryo Nuswantoro.
Terima kasih. Wassalamualaikum wr wb

Kelompok 2B, Haryo Seno, Solo


Terima kasih, langsung saja upaya rehabilitasi dan penanganan antar
lain ada empat dari hasil diskusi kami. Yang pertama memberikan
pemahaman yang benar sesuai kaidah yang benar. Melakukan pendekatan
secara dan jangan sampai merasa dikucilkan. Melakukan pendekatan
persuasif, menggali sumber permasalahan untuk dikaji lebih mendalam.
Memberikan bantuan biaya ekonomi dan yang terakhir memberikan
pemahaman pengertian radikal dan bukan radikal. Kemudian faktor
penghambat atau kelemahannya antara lain faktor kemiskinan,
kebodohan, ketidak puasan masyarakat, biaya yang tinggi, terbatasnya
SDM, dan rendahnya partisipasi masyarakat.

Selanjutnya rekomendasi yang kami tawarkan yaitu melakukan


pendekatan persuasif di bidang agama, sosial kemasyarakatan secara
rutin. Pemerintah pusat supaya memfasilitasi kegiatan tersebut.
Demikian dari kelompok kami. Terima kasih, wassalamualaikum wr wb

Kelompok 2C, Suyono

Langsung saja upaya rehabilitasi dan penanganan angota masyarakat


yang terlibat paham radikalisme yang sudah dilakukan. Yang pertama
peningkatan keimanan dan ketakwaan. Kelemahannya kurangnya toleransi
antar umat beragama, pemahamana agama kurang, kurangnya toleransi
antar-intern umat beragama. Selanjutnya strateginya peningkatan tri
kerukunan umat beragama. Menciptakan peluang-peluang kerja, Kredit
Usaha Rakyat, dll. Kemudian upaya kedua peningkatan usaha ekonomi.
Mengajak untuk terlibat kegiatan bermasyakat. Menumbuhkan sikap
nasionalisme dan patriotisme. Kelemahannya minimnya sumber daya
manusia, kurangnya lapangan pekerjaan, masyarakat bersifat
individualism, minimnya pemahaman tentang Pancasila, dan minimnya
pendidikan bela negara, serta wawasan kebangsaan. Strategi yang kami
tawarkan yaitu dengan cara meningkatkan budaya gotong royong,
menghidupkan kembali kegiatan seperti PKK, Karang Taruna dan
paguyuban. Menyelenggarakan diklat untuk meningkatkan wawasan
kebangsaan. Sekian dari kami. Wassalamualaikum wr wb.
Fasilitator

Baiklah semua kelompok sudah mempresentasikan hasil diskusi kelompok


masing-masing sesuai tema yang ada. Terima kasih kami sampaikan atas
partisipasi bapak-bapak sekalian. Semoga hasil diskusi kali ini
bermanfaat bagi semua stakeholder yang terkait dalam mengatasi
potensi-potensi paham-paham radikal di masyarakat khususnya di
daerah eks karesidenan Surakarta. Semua proses diskusi ini kami
catat dan nantinya akan kami sampaikan ke Kesbangpol Provinsi.
Harapannya semua usulan atau rekomendasi dari forum ini bisa
didengar dan dilaksanakan oleh pihak terkait. Saya sebagai
fasilitator mohon maaf apabila selama memandu diskusi ini ada hal
yang kurang berkenan. Saya akhiri, wassalamualaikum wr wb.
Tabel Diskusi FGD
Kelompok 1
STRATEGI PENGUATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM DETEKSI DINI PENYEBARAN PAHAM RADIKAL

IDENTIFIKASI PAHAM RADIKAL PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM STRATEGI DAN REKOMENDASI PENGUATAN
DAN MASALAH YANG MUNCUL DI DETEKSI DINI PENYEBARAN PAHAM PARTISIPASI MASYARAKAT
MASYARAKAT RADIKALISME

1. Kelompok berpaham - Sudah ada partisipasi - Melaporkan kejadian kepada pihak


Radikalisme, masyarakat, terkait, namun belum ada tindak
2. Kelompok Anti sosial - Sudah ada upaya untuk mencegah lanjut dari pemerintah sehingga
3. Kelompok yang menggunakan dengan cara musyawarah, pihak yang berwenang perlu segera
metode Pendoktrinan - Sudah diadakan diskusi tokoh menindaklanjuti laporan yang ada.
4. Munculnya kelompok agama,sosialisasi keagamaan. - Pendekatan persuasif sudah
menyimpang yaitu kelompok - Mengintensifkan koordinasi dilakukan tapi belum ada dampak
“Tikus piti” (Yayasan antar masyarakat signifikan.
Suryo Nuswantoro) yang - Memperdayakan peran ulama dalam - Pihak yang memiliki kewenangan
beroreintasi pada upaya meluruskan pemahaman harap segera melakukan eksekusi
pemburuan harta karun. jihad - Perlunya pendekatan dan ajakan
5. Munculnya kelompok - Penghuni baru/pendatang diminta kepada masyarakat supaya tidak
menyimpang kelompok “ora menunjukan identitas terlalu mengada-ada
umum” - Menvalidkan data kependudukan
6. Kelompok yang merasa - Menjaga kerukunan dan kekompakan
pahamnya paling benar di warga
masyarakat. - Pelurusan pemahaman jihad yang
7. Kelompok menyimpang di benar
Karanganyar yang - Penguatan ekonomi masyarakat
mempercayai paham
menunaikan ibadah haji
tidak harus ke mekah
tetapi cukup di gunung
lawu tawangmangu,
Kelompok 2
ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI DAN PENANGANAN ANGGOTA MASYARAKAT YANG TERPENGARUH PAHAM RADIKAL

UPAYA REHABILITASI DAN KELEMAHAN- KELEMAHAN STRATEGI DAN REKOMENDASI


PENANGANAN ANGOTA MASYARAKAT
YANG TERLIBAT PAHAM
RADIKALISME YANG SUDAH
DILAKUKAN
1. Pembinaan faktor paham dan 1. Eks radikal tidak mudah 1. Menata masyarakat untuk bisa
ekonomi menerima masyarakat menerima eks radikal
2. Pembinaan masyarakat agar 2. Eks radikal Lebih suka 2. lebih menginstensifkan eks radikal
mau menerima eks radikal menyendiri dengan penguatan positif
3. Mengikut sertakan masyarat 3. Masyarakat tidak mudah menerima 3. Memberikan solusi dari segi paham
4. Memberikan pemahaman yang eks radikal dan ekonomi
benar sesuai kaidah yang 4. Kurangnya kemauan dan kemampuan 4. Melakukan pendekatan persuasif di
benar masyarakat untuk melakukan bidang agama, sosial kemasyarakatan
5. Pendekatan secara pembinanaan. secara rutin
persuasif dan jangan 5. Faktor kemiskinan, kebodohan, 5. Pemerintah pusat supaya
sampai anggota eks ketidak puasan masyarakat. memfasilitasi kegiatan penanganan
kelompok radikal merasa 6. biaya rehabilitasi yang tinggi eks kelompok radikal.
dikucilkan 7. Terbatasnya SDM 6. Peningkatan tri kerukunan umat
6. pendekatan persuasif, 8. Rendahnya partisipasi beragama
dengan menggali sumber masyarakat 7. Menciptakan peluang kerja, Kredit
permasalahan untuk dikaji 9. Kurangnya toleransi antar umat Usaha Rakyat untuk masyarakat.
secara lebih mendalam beragama, pemahaman agama yang 8. Meningkatkan budaya gotong royong,
7. Memberikan bantuan biaya kurang,serta kurangnya peran PKK dan paguyuban di
hidup toleransi antar dan intern umat masyarakat
8. Memberikan pemahaman beragama. 9. Menyelenggarakan diklat wawasan
pengertian radikal dan 10. Minimnya lapangan Pekerjaan kebangsaan di masyarakat
bukan radikal 11. Berkembangnya sifat
9. Peningkatan keimanan dan individualisme di masyarakat
ketakwaan di masyarakat 12. Minimnya pemahaman
10. Peningkatan usaha pancasila, minimnya pendidikan
ekonomi masyarakat bela negara, dan wawasan
11. Mengajak eks anggota kebangsaan
kelompok radikal untuk
terlibat kegiatan
bermasyarakat
12. Menumbuhkan kembangkan
sikap nasionalisme dan
patriotisme di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai